Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen pengampuh:
Edi Suryadi, S.Pd., M.Pd
Oleh:
Dania Fauziah
061530330973
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Penalaran
Karangan ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini ditulis dari hasil
penyusunan data-data yang penulis peroleh dari buku Keterampilan Dasar
Menulis karya Suparno dan Muhammad Yunus, Bahasa Indonesia Berbasis
Pendidikan Karakter Bangsa karya E Kosasih dan Yadi Mulyadi serta dari
beberapa situs internet.
Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Penulis
berharap, dengan membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Penalaran dalam Karangan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penalaran yang baik menurut tata Bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum:
Dapat memahami proses penalaran ilmiah secara memadai.
Tujuan Khusus:
1.Dapat menarik kesimpulan dengan membedakan secara deduktif dan induktif.
2. Jika ada faktanya maka dapat menarik kesimpulan induktif
3. Jika ada premisnya maka dapat menarik kesimpulan deduktif.
4. Jika ada silogisme dapat mengubahnya menjadi entimen.
5. Jika ada entimen, dapat mengubahnya menjadi silogisme.
6. Jika ada pernyataan yang mengandung salah nalar, maka dapat menjelaskan
kesalahan nalar itu.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang tata
Bahasa Indonesia khususnya tentang proses penalaran. Dan setelah membaca
makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi yang ingin
membuat karangan ilmiah dan sebagainya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
atau sejumlah kata yang dapat berdiri sendiri. Jenis kata seperti itu disebut kata
kategorimatis. Misalnya : bunga, burung, pohon (term tunggal), orang tua asuh,
pencinta lingkungan hidup (term majemuk).
Semua S adalah P
Semua sepeda beroda.
3. Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari peringkat
subjek
Sebagian S adalah P
Sebagian binatang adalah kera
4. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat
predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat
relasi.
Sebagian S tidaklah P
Sebagian kaca tidaklah bening P
P
4
Jenis proposisi:
1. Berdasarkan bentuk:
a. Proposisi Tunggal:
Proposisi tunggal hanya mengandung satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan
b. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calon pemimpin
2. Berdasarkan sifatnya :
a. Proposisi Kategorial
Proposisi kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi
tanpa syarat.
Contoh: Sebagian binatang berkaki empat.
b. Proposisi Kondisional
Proposisi Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat
terjadi dengan suatu syarat yang dapat diingat sebelum peristiwa
berlangsung.
Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1) Proposisi Kondisional Hipotesis yang terdiri anteseden (syarat) dan
konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan
berbeda (konsekuen).
2) Proposisi kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.
3. Berdasarkan kualitas :
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan
adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.
5
b. Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan
antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
4. Berdasarkan kuantitasnya
a. Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau
mengingkari seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang pintar
Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau
mengingkari sebagian subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
6
2.2 Jenis-Jenis Penalaran
Secara umum, penalaran atau pengambilan kesimpulan itu dapat dilakukan
secara induktif dan deduktif.
7
Premis bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus
disebut premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat
simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada
term penengah.
8
8) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak
dapat ditarik satu simpulan.
B. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis (pengandaian) terdiri atas mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan
aden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh :
1. My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
2. My : Kalau rupiah mengalami devaluasi, harga-harga barang akan naik.
Mn : Rupiah mengalami devaluasi.
K : Harga-harga barang akan naik.
C. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif (pilihan) terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu
alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh :
1. My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
2. My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K : Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
9
2.) Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor
karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis
minor dan simpulan. Menurut Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus,
2007: 1.50) Dalam kenyataan sehari-hari, kita jarang menggunakan bentuk
silogisme secara lengkap, Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap
telah dipahami, dihilangkan.
Contoh entimen:
1. Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara
itu.
2. Pak Jadam adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang
dilanda kesusahan.
1.) Generalisasi
10
Contoh:
1. Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a. Data itu harus memadai jumlahnya
b. Data itu harus mewakili keseluruhan
c. Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2.) Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang
memiliki sifat yang sama(Kosasih dan Mulyadi, 2013:229). Suparno dan
Yunus (2007 : 1.44) mengemukakan bahwa Melalui analogi, seseorang dapat
menerangkan sesuatu yang bersifat abstrak atau rumit secara konkret dan lebih
mudah dicerna.
Contoh:
Dr. Maria C. Diamond tertarik untuk meneliti pengaruh pil
11
kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebral kortex wanita, sebuah bagian
otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina
dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya, tikus-tikus
itu memperlihatkan pertumbuhan celebral kortex yang sangat rendah
dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan
studi itu, Dr. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of
California, menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat
perkembangan otak penggunanya (Salmon, 1998).
12
2. Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan
simpulan.
Contoh:
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester
kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang
diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap
harinya.
3. Akibat- Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya.
Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada akibat yang lain.
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas
jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus
dirawat di rumah sakit.
13
Contoh:
1. Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2. Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas
.
2.3.2 Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang
mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu
sehingga simpulan yang diambil menjadi salah. Salah nalar ini terjadi karena
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan,
malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera
meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Contohnya :
Contoh:
14
Contoh:
Contoh:
1. Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua Verdo itu bekas
penjahat.
2. Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena
petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
15
Contoh:
Contoh:
Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli
di bidang perikanan.
16
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Terbuka.
18