DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
TINGKAT : II
PRODI D-IV KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah KMB II dengan materi Intervensi
OREF. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KMB II.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka............ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian OREF
2. Untuk mengetahui indikasi dari OREF
3. Untuk mengetahui keuntungan dan komplikasi dari OREF
4. Untuk mengetahui persiapan pemasangan OREF
PEMBAHASAN
2.1.OREF
A. PENGERTIAN
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana
prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur ,
sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian
dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.
fraktur.
kakunya
Fraktur
Luka Terbuka
Saluraninvasif
Kerusakanintegritas Nyeriakut
kulit
Resiko tinggi
infeksi
INDIKASI
- Fraktur terbuka grade II dan III
- Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang
yang parah.
- Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
- Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf.
- Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
- Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak
cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
- Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
- Kadang kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.
PERSIAPAN OREF
- Persiapan psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum
dipasang fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan
terlihat asing bagi pasien. Harus diyakinkan bahwa
ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa
mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan
alat ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap
perawatan fiksator ini.
- Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari
fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera
akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai
adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan
longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf,
atau pembuluh darah.
- Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus
dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat
penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Bila pin
atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus diberitahu.
Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
- Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan
jaringan bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat
dimobilisasi sampai batas cedera di tempat lain. Pembatasan
pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan
pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan
tulang.
penyembuhan luka.
2) Absorbsi drainase.
b. Pencegahan Injury
b) Mobilisasi terbatas
otot.
Definisi ROM
a) ROM Pasif
b) ROM Aktif
otot.
lumpuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pre operasi
b. Post Operasi
Data subyektif Data obyektif Masalah
Ada luka post 1). Resti infeksi
operasi,terpasang alat
fiksasi eksterna ( pin,
kerangka portable )
Mengeluh malu 2) Gangguan citra
dengan keadaan diri
tubuh penuh alat
Mengeluh tidak bisa Klien tampak kesulitan3) Hambatan
bergerak bebas dalam bergerak. mobilitas fisik
Klien mengatakan Klien selalu 4) Defisit
tidak tahu cara menanyakan kapan pengetahuan
perawatan alat yang alat bisa dibuka. 5) Resiko
dipasang penatalaksanaan
regimen
terapeutik
inefektif
Terpasang pin logam 6) Resiko cedera
dan fiksator dengan
ujung tajam
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi
d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan
kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
2) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis
dan memegangi tubuh yang cedera.
b. Post operasi
1) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya
jalur invasif (pin ).
2) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder
akibat pemasangan eksternal fiksasi.
3) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi.
4) Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi.
5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan
tentang perawatan eksternal fiksasi.
6) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam.
3. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis
dan memegangi tubuh yang cedera
2) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi
d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki
tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
Post operasi :
1) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya
jalur invasif (pin ).
2) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam
3) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi
4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan
sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi
5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi
2) Diagnosa 2
Rencana tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan
kecemasan klien berkurang
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Kaji tingkat ansietas a. Sebagai acuan membuat
b. Beri kenyamanan dan strategi tindakan.
ketentraman hati, perlihatkan b. Agar pasien lebih tenang
rasa empati. menghadapi operasi.
c. Bila ansietas berkurang , beri c. Bila keadaan klien lebih
penjelasan tentang operasi , tenang maka klien akan lebih
pemasangan eksternal fiksasi, mudah menerima penjelasan
serta persiapan yang harus yang diberikan.
dilakukan.
Post operasi
1) Diagnosa 1
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Jaga kebersihan di daerah a. Mencegah kolonisasi
pemasangan eksternal fiksasi. kuman.
b. Lakukan perawatan b. Mencegah infeksi kuman
luka secara aseptik di daerah melalui pin
pin. c. Menemukan tanda-tanda
c. Observasi vital sign dan tanda- infeksi secara dini.
tanda infeksi sistemik maupun d. Untuk mencegah atau
lokal ( demam, nyeri, mengobati infeksi.
kemerahan, keluar cairan,
pelonggaran pin )
d. Kolaboratif pemberian
antibiotika.
2) Diagnosa 2
Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang.
3) Diagnosa 3
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien
mampu memperlihatkan kemampuan mobilitas.
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Latih bagian tubuh yanga. Mencegah terjadinya atrofi
sehat dengan latihan disuse .
ROM b. Membantu meningkatkan
kekuatan
b. Bila bengkak pada daerah
c. Mempercepat kemampuan
pemasangan eksternal fiksasi
klien untuk mandiri serta
sudah berkurang, latih pasien
meningkatkan rasa percaya
untuk latihan isometrik di diri klien.
daerah tersebut.
b. Latih pasien
menggunakan alat bantu
jalan
4) Diagnosa 4
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai
gambaran diri yang positif .
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Dorong individu untuk a. Dapat mengidentifikasi
mengekspresikan gambaran klien tentang
pikiran, perasaan, dirinya.
pandangan tentang
b. Membantu
dirinya.
meningkatkan rasa
b. Ungkapkan aspek
percaya diri klien.
positif dari klien.
c. Libatkan orang-orang
c. Merngurangi kecemasan,
terdekat untuk :
meningkatkan rasa percaya diri
dan adaptasi terhadap keadaan
berbagi perasaan
sekarang,serta memperoleh citra
dan ketakutan dengan klien
diri yang positif.
mengidentifikasi aspek positif
klien dan cara
mengungkapkannya
menerima perubahan fisik dan
emosional klien.
5) Diagnosa 5 :
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat
menunjukkan prilaku yang mendukung penatalaksanaan program terapi.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Berikan pengertian a. Agar secara psikologis
bahwa OREF klien terbiasa dengan
memerlukan masa alat yang terpasang di
penyembuhan yang bagian tubuhnya
relatif lama ( 6-8 b. Klien mempunyai
bulan ). gambaran umum
b. Jelaskan tahap tahap tindakan yang akan
tindakan yang mungkin dilakukan sehingga klien
akan dilakukan pada menjadi lebih kooperatif.
klien. c. Menjamin
c. Jelaskan pada klien dan kesinambungan program
keluarga tentang pengobatan .
perawatan eksternal
fiksasi di rumah..
Dorong keluarga untuk
memantau keefektifan
program terapi.
4. Evaluasi
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan agar dapat memahami konsep pencegahan infeksi dan injury
pada OREF maupun penatalaksanaanya baik medis maupun dari sisi
perawatannya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan
kualitas perawat di indonesia dalam menangani berbagai kasus penyakit
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga tercapainya visi
indonesia sehat 2015.
DAFTAR PUSTAKA