Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Intervensi Open Reduction External Fixation (OREF)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. ELIS TRI WULANDARI (PO.71.20.4.15.007)


2. MEIRIANA PRATIWI (PO.71.20.4.15.011)
3. PANDU RIFQI AMALIA (PO.71.20.4.15.014)
4. SETIYO WATI (PO.71.20.4.15.017)
5. SUCI AMALIA (PO.71.20.4.15.019)
6. VERLENTIA AGVEZHA (PO.71.20.4.15.021)
7. ANDINI DWIFENISA (PO.71.20.4.15.025)
8. INTANTI WANDARI (PO.71.20.4.15.034)
9. MEGA SURYA (PO.71.20.4.15.037)
10. MUSA EFFENDI PUTRA (PO.71.20.4.15.041)
11. SYADIYAH (PO.71.20.4.15.046)

TINGKAT : II
PRODI D-IV KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING : H. Sukma W, S.Kep., M.Kep, Sp. KMB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah KMB II dengan materi Intervensi
OREF. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KMB II.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik
dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, 17 Mei 2017

Penyusun,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian OREF ........................................................................................... 3


2.2 Tujuan OREF ................................................................................................. 5
2.3 Patways OREF ............................................................................................... 6
2.4 Penatalaksanaan dan Perawatan OREF .......................................................... 8
2.5 Asuhan Keperawatan ................................................................................... 12

BAB II PENUTUP ............................................................................................. 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19


3.2 Saran ............................................................................................................. 19

Daftar Pustaka............ 20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Penyebab
fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu
lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan
kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar
korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekuatan otot yang


kuat sehingga reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Untuk menghindari
berbagai permasalahan diperlukan penanganan fraktur sedini mungkin.
Umumnya penanganan fraktur dibagi 2 macam, yaitu; secara konservatif
(penanganan tanpa pembedahan) dan operatif meliputi operasi ORIF dan
OREF. maka dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah infeksi dan
injury pada oref (Open Reduction External Fixation) pada fraktur dengan
cara Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yaitu berupa
mengganti balutan dan membersihkan luka baik pada luka yang bersih
maupun luka yang kotor untuk mencegah infeksi. Dan untuk mencegah
injury dalam penatalaksanaan dilakukan dengan traksi dan latihan aktif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud OREF?
2. Apa sajakah indikasi dari OREF?
3. Apa sajakah keuntungan dan komplikasi dari OREF?
4. Apa sajakah persiapan pemasangan OREF?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian OREF
2. Untuk mengetahui indikasi dari OREF
3. Untuk mengetahui keuntungan dan komplikasi dari OREF
4. Untuk mengetahui persiapan pemasangan OREF

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi kepada
mahasiswa tentang OREF sehingga memungkinkan mahasiswa mampu
mengaplikasikannya pada pasien dengan kasus yang sama seperti di atas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.OREF
A. PENGERTIAN
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal di mana
prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur ,
sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian
dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain.

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka


dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan
yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang
telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan
pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien
yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III yaitu


dengan cara reduksi terbuka diikuti fiksasi eksternal (open reduction
and external fixation=OREF) sehingga diperoleh stabilisasi fraktur
yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan
stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa
penyembuhan fraktur. Penanganan pasca operatif yaitu perawatan luka
dan pemberian antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi,
pemeriksaan radiologik serial, darah lengkap, serta rehabilitasi berupa
latihan-latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan
utama penanganan fraktur bisa tercapai, yakni union (penyambungan
tulang secara sempurna), sembuh secara anatomis (penampakan fisik
organ anggota gerak; baik, proporsional), dan sembuh secara
fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan
gerakan)
TUJUAN OREF

Tujuan dilakukan tindakan antara lain :

a. Untuk menghilangkan rasa nyeri.

Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri,

namun karena terluka jaringan di sekitar tulang yang patah tersebut.

b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari

fraktur.

c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali

Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4

minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.

Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang,

sehingga dibutuhkan graft tulang.

d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula

Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan

kakunya

sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin


PATHWAY OREF
Trauma ,Patologi

Fraktur

Luka Terbuka

Kehilanganintegritastula OREF, pembedahan Kehilangancairan


ng

Terputusnyajaringanl immobilisasi Syokhipovolemik


Kerusakanrongganeuro unak
muskular
Dipasang infus dan
transfusi
Deficit
Kerusakanmobilitasfisik perawatandiri

Saluraninvasif

Kerusakanintegritas Nyeriakut
kulit
Resiko tinggi

infeksi

INDIKASI
- Fraktur terbuka grade II dan III
- Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang
yang parah.
- Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil.
- Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf.
- Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain.
- Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak
cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ).
- Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan.
- Kadang kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus.

KEUNTUNGAN DAN KOMPLIKASI

Keuntungan eksternal fiksasi adalah :


Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien , mobilisasi awal
da latihan awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi
karena disuse dan imobilisasi dapat diminimalkan
Sedangkan komplikasinya adalah :.
- Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ).
- Kekakuan pembuluh darah dan saraf.
- Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union
atau non union .
- Emboli lemak.
- Overdistraksi fragmen.

PERSIAPAN OREF

- Persiapan psikologis
Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum
dipasang fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan
terlihat asing bagi pasien. Harus diyakinkan bahwa
ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa
mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan
alat ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap
perawatan fiksator ini.
- Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari
fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera
akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai
adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan
longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf,
atau pembuluh darah.
- Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus
dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat
penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Bila pin
atau klem mengalami pelonggaran , dokter harus diberitahu.
Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
- Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan
jaringan bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat
dimobilisasi sampai batas cedera di tempat lain. Pembatasan
pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan
pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan
tulang.

PENATALAKSANAAN DAN PERAWATAN OREF

a. Pencegahan Infeksi pada OREF

Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kulit,

membrane mukosa ataujaringan lain yang

disebabkanolehadanyatrauma ,fraktur, lukaoperasi yang dapat

merusak permukaan kulit.

Tujuan Melakukan PerawatanLuka

Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :


1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk

penyembuhan luka.

2) Absorbsi drainase.

3) Menekan dan imobilisasi luka.

4) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.

5) Mencegah luka dari kontaminasi.

6) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

b. Pencegahan Injury

1) Pencegahan Injury denganTraksi

Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian

tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasm eotot ;

untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ;

untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan

diantara kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus

diberikan dengan arah dan besaran yang di inginkan untuk

mendapatkan efek terapeutik. (Smeltzer& Bare, 2001 ).

Keuntungan pemakaian traksi

a) Menurunkan nyeri spasme

b) Mengoreksi dan mencegah deformitas

c) Mengimobilisasi sendi yang sakit

Kerugian pemakaian traksi

a) Perawatan RS lebih lama

b) Mobilisasi terbatas

c) Penggunaan alat-alat lebih banyak.


Prinsip Perawatan Traksi

a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah

posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik

b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan

otot.

c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.

d) Beri pengua tanpa adabalutan awal/ pengganti sesuai

dengan indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat.

e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.

f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.

g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress,

contoh: bimbingan imajinasi, nafas dalam.

h) Kaji derajatimobilisasi yang dihasilkan

i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi

medik, contoh: edema, eritema.

2) Pencegahan Injury dengan Latihan aktif

Definisi ROM

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang

dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki

tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan

persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk

menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan

batas gerakan sendi yang abnormal


Jenis ROM

a) ROM Pasif

Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di

lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap

gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semi

komadan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan

mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau

semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien

tirah baring total atau pasien dengan paralisis

ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).Rentang gerak

pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot

dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain

secara pasif misalnya perawat mengangkat dan

menggerakkan kaki pasien.

b) ROM Aktif

Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan

motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan

pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang

gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan

dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan

otot-ototnya secara aktif. Pergerakan aktif adalah

dimana seseorang yang bisa untuk melakukan latihan /

menggerakan anggota tubuh dengan kekuatannya

sendiri tanpa dibantu oleh orang lain.


Tujuan

a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot

otot.

b) Memperlancar peredaran darah.

c) Mencegah terjadinya atrofi.

d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien

dapat menggunakan lagi anggota gerak yang

lumpuh.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pre operasi

Data subyektif Data Obyektif Masalah


a. Mengeluh a. Klien tampak gelisah, Kecemasan
takut menjalani murung
operasi b. Peningkatan denyut
b. Mengeluh takut nadi
dipasang alat-alat
yang banyak pada
tubuh
c. Menyatakan
kekhawatiran
kaki/tangan tidak
berfungsi lagi.
a. Mengeluh sakit dan a. Tampak meringis dan Nyeri
sulit bergerak pada memegangi tubuh
tubuh yang cedera yang cedera

b. Post Operasi
Data subyektif Data obyektif Masalah
Ada luka post 1). Resti infeksi
operasi,terpasang alat
fiksasi eksterna ( pin,
kerangka portable )
Mengeluh malu 2) Gangguan citra
dengan keadaan diri
tubuh penuh alat
Mengeluh tidak bisa Klien tampak kesulitan3) Hambatan
bergerak bebas dalam bergerak. mobilitas fisik
Klien mengatakan Klien selalu 4) Defisit
tidak tahu cara menanyakan kapan pengetahuan
perawatan alat yang alat bisa dibuka. 5) Resiko
dipasang penatalaksanaan
regimen
terapeutik
inefektif
Terpasang pin logam 6) Resiko cedera
dan fiksator dengan
ujung tajam

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi
d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan
kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.
2) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis
dan memegangi tubuh yang cedera.
b. Post operasi
1) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya
jalur invasif (pin ).
2) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder
akibat pemasangan eksternal fiksasi.
3) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi.
4) Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi.
5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan
tentang perawatan eksternal fiksasi.
6) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam.

3. Perencanaan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis
dan memegangi tubuh yang cedera
2) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi
d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki
tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi.

Post operasi :
1) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya
jalur invasif (pin ).
2) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam
3) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi
4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan
sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi
5) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi

Diagnosa Defisit pengetahuan b/d kurangnya informasi tidak diangkat


karena dengan diatasinya diagnosa ke-5 , mak diagnosa ini juga dapat diatasi.
b. Rencana Keperawatan
Pre operasi
1) Diagnosa 1
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 124 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang.

Rencana tindakan Rasionalisasi


a. Kaji tingkat nyeri dan a. Mengetahui tingkat nyeri
intensitas. b. Mengurangi nyeri tanpa
b. Ajarkan teknik distraksi tindakan invasif
selama nyeri akut c. Tingkat nyeri dapat diketahui
c. Observasi vital sign dari vital sign.
d. Kolaboratif pemberian obat d. Mengatasi nyeri pasien dan
analgesik dan kaji menyusun rencana selanjutnya
efektivitasnya. bila nyeri tidak bisa diatasi
dengan analgesik.

2) Diagnosa 2
Rencana tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan
kecemasan klien berkurang
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Kaji tingkat ansietas a. Sebagai acuan membuat
b. Beri kenyamanan dan strategi tindakan.
ketentraman hati, perlihatkan b. Agar pasien lebih tenang
rasa empati. menghadapi operasi.
c. Bila ansietas berkurang , beri c. Bila keadaan klien lebih
penjelasan tentang operasi , tenang maka klien akan lebih
pemasangan eksternal fiksasi, mudah menerima penjelasan
serta persiapan yang harus yang diberikan.
dilakukan.

Post operasi
1) Diagnosa 1
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Jaga kebersihan di daerah a. Mencegah kolonisasi
pemasangan eksternal fiksasi. kuman.
b. Lakukan perawatan b. Mencegah infeksi kuman
luka secara aseptik di daerah melalui pin
pin. c. Menemukan tanda-tanda
c. Observasi vital sign dan tanda- infeksi secara dini.
tanda infeksi sistemik maupun d. Untuk mencegah atau
lokal ( demam, nyeri, mengobati infeksi.
kemerahan, keluar cairan,
pelonggaran pin )
d. Kolaboratif pemberian
antibiotika.
2) Diagnosa 2
Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang.

Rencana tindakan Rasionalisasi


a. Tutup ujung-ujung pin a. Mencegah cedera
atau fiksator yang akibat alat yang tajam
tajam b. Agar pasien
b. Beri penjelasan pada mengantisipasi gerakan
klien agar berhati untuk mencegah
hati dengan alat yang cedera.
terpasang

3) Diagnosa 3
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien
mampu memperlihatkan kemampuan mobilitas.
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Latih bagian tubuh yanga. Mencegah terjadinya atrofi
sehat dengan latihan disuse .
ROM b. Membantu meningkatkan
kekuatan
b. Bila bengkak pada daerah
c. Mempercepat kemampuan
pemasangan eksternal fiksasi
klien untuk mandiri serta
sudah berkurang, latih pasien
meningkatkan rasa percaya
untuk latihan isometrik di diri klien.
daerah tersebut.

b. Latih pasien
menggunakan alat bantu
jalan

4) Diagnosa 4
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai
gambaran diri yang positif .
Rencana Tindakan Rasionalisasi
a. Dorong individu untuk a. Dapat mengidentifikasi
mengekspresikan gambaran klien tentang
pikiran, perasaan, dirinya.
pandangan tentang
b. Membantu
dirinya.
meningkatkan rasa
b. Ungkapkan aspek
percaya diri klien.
positif dari klien.
c. Libatkan orang-orang
c. Merngurangi kecemasan,
terdekat untuk :
meningkatkan rasa percaya diri
dan adaptasi terhadap keadaan
berbagi perasaan
sekarang,serta memperoleh citra
dan ketakutan dengan klien
diri yang positif.
mengidentifikasi aspek positif
klien dan cara
mengungkapkannya
menerima perubahan fisik dan
emosional klien.

5) Diagnosa 5 :
Rencana tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat
menunjukkan prilaku yang mendukung penatalaksanaan program terapi.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Berikan pengertian a. Agar secara psikologis
bahwa OREF klien terbiasa dengan
memerlukan masa alat yang terpasang di
penyembuhan yang bagian tubuhnya
relatif lama ( 6-8 b. Klien mempunyai
bulan ). gambaran umum
b. Jelaskan tahap tahap tindakan yang akan
tindakan yang mungkin dilakukan sehingga klien
akan dilakukan pada menjadi lebih kooperatif.
klien. c. Menjamin
c. Jelaskan pada klien dan kesinambungan program
keluarga tentang pengobatan .
perawatan eksternal
fiksasi di rumah..
Dorong keluarga untuk
memantau keefektifan
program terapi.

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan pasien dengan OREF


adalah :
a. Pre operasi
1) Klien melaporkan penurunan tingkat nyeri, ekspresi wajah rileks.
2) Klien menunjukkan penurunan tingkat kecemasan dan siap
menjalani operasi.
b. Post operasi
1) Tidak ada tanda tanda infeksi sistemik maupun lokal ( vital sign
normal, tidak ada kemerahan atau cairan / pus keluar dari pin, nyeri
minimal ).
2) Tidak ada cedera karena alat.
3) Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
4. Mempergunakan alat bantu yang aman.
5. Berlatih untuk meningkatkan kekuatan
6. Mengubah posisi sesering mungkin.
7. Melakukan latihan sesuai kisaran gerak sendi ( ROM ) pada
daerah yang tidak dipasang alat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Umumnya penanganan fraktur dibagi 2 macam, yaitu; secara
konservatif (penanganan tanpa pembedahan) dan operatif meliputi operasi
ORIF dan OREF. maka dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah
infeksi dan injury pada oref (Open Reduction External Fixation) pada
fraktur dengan cara Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan
yaitu berupa mengganti balutan dan membersihkan luka baik pada luka
yang bersih maupun luka yang kotor untuk mencegah infeksi. Dan untuk
mencegah injury dalam penatalaksanaan dilakukan dengan traksi dan
latihan aktif.

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan agar dapat memahami konsep pencegahan infeksi dan injury
pada OREF maupun penatalaksanaanya baik medis maupun dari sisi
perawatannya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan
kualitas perawat di indonesia dalam menangani berbagai kasus penyakit
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga tercapainya visi
indonesia sehat 2015.
DAFTAR PUSTAKA

Dila, Desi Ratna. 2016. ORIF OREF.


https://www.academia.edu/11292648/ORIF_OREF. Di akses tanggal 18
Mei 2017.

Erickson Jose.2015. Pelaksanaan Mobiliasi Pasien Post Operasi OREF Atau


ORIF.Diakses tanggal 18 Mei 2017.

Maulana, Rezha A..2014.Oref .https://www.scribd.com/doc/246530849/oref. Di


akses tanggal 18 Mei 2017.

Sulfiana Marnia.2015.Osteomielitis dan Oref. http://dokumen.tips/documents/lp-


osteomielitis-dan-oref.html. Diakses tanggal 18 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai