Kelainan pada proses mastikasi dan proses deglutasi, antara lain :
1. Kelainan pada proses mastikasi
a. Kelainan rahang dan kedudukan rahang Perkembangan tertinggal pada rahang atas (mikrogmatia) maupun rahang bawah dapat terjadi yaitu suatu disgnatia keadaan dimana keadaan tidak serasi antara rahanga atas dan rahang bawah . Kebanyakan lebih berupa kedudukan rahang yang bergeser kebelakang (retrognatia). Pada keadaan tidak ada perthumbuhan (agnasia) pangkal rahang (prossecus kondilaris), tampak dagu bergeser kebelakang dan sudut rahang curam, keseluruhannya disebut muka burung (vogelgezicht). b. Keilognatopalatoskisis Keilognatopalatoskisis atau bibir sumbing merupakan kelainan bawaan dengan angka kejadian 150 dari 100.000 kelahiran. Ada bentuk keturunan atau hubungan keluarga dan bentuk gangguan pertumbuhan in-utero (pada 12 minggu pertama kehamilan). Celahnya hanya satu sisi atau dua sisi dan bisa pula parsial atau komplet.Biasanya mungkin hanya dijumpai hanya suatu bibir sumbing atau langit-langit bercelah saja. Kedua-duanya dapat bersamaan dengan rahang bercelah. Dua bentuk yang paling ringan adalah anak lidah terbelah (uvula bifida) dan celah langit-langit submukosa. Karena pada langit-;angit bercelah, rongga hidung dan rongga mulut tidak terpisah atau pemisahannya tidak cukup,sehingga menimbulkan gangguan makan dan bicara dan masalah telinga sekunder. . c. Status gigi Gigi susu yang komplet terdiri dari dua puluh elemen yaitu perkuadran, dua buah gigi seri (insisivus), sebuah gigi taring, dan dua buah gigi geraham. Dan gigi tetap terdiri dario 32 elemen gigi, yaitu pada setiap kuadran terdapat 2 insisisivus , 1 gigi taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi molar. Gigi yang perawatannya salah dapat terjadi karies yang berlubang dan elemen gigi avital dan sisa akar gigi yang setelah diekstraksi yang tertinggal,dan selanjutnya dapat menjadi sumber peradangan seperti granuloma periapikal dan kista radikuler maupun oeradangan sekiitar elemen seprti gingivitis , peridontitis, dan peradangan perikoroner. Kekurangan tempat gigi dapat mempengarui letak dan kedudukan gigi geraham atau berdesak-desakan,keadaan ini disebut penumpukan gigi (crowding). Menurut Angle, kelainan horizontal pada kontak statis antara elemen gigi dari lengkung gigi bagian bawah dan lengkung gigi atas (oklusi) dibagi dalam 3 kelas, yaitu: 1. Kelas I : hubungan normal yakni lengkung gigi atas sesuai dengan lengkkung gigi bawah. 2. Kelas II : lengkung gigi bawh relatif lebih kecil, sehingga terdapat gigitan lebih sagital. 3. Kelas III : lengkung gigi bawah terlampau besar , sehingga terjadi suatu gigitan lebih terbalik atau gigitan bawah. Kelaiunan ini dapat merupakan kelainan dental atau skeletal.Pada kelainan skeletal dianggap dapat menimbulkan disgnatia (rahang yang salah). Kelainan vertikal dapat berupa kelainan gigitan dalam dan gigitan terbuka. Pada kedua keadaan ini , dapat terjadi ganguan bicara.Pada keadaaan gigitan terbuka dapat juga terjadi gangguan menelan dan kebiasaan bernafas melalui mulut. 2. Kelainan pada proses deglutasi a. Laringotrakeomalasi Laringotrakeomalasi adalah penyebab terbanyak stridor inspirasi bawaan atau yang timbul sejak lama setelah lahir. Gejalanya adalah bertambah berat pada waktu makan / minum pada waktu ISPA (infeksi saluran nafas atas) .penyebabnya adalah ketidakmatangan tulang rawan laring, terutama epiglotis dan terlalu banyak selaput lendir dari plika ariepiglotika dan aritenoid. Terdapat bentuk omega yang diperkuat dari epiglotis yang pada saat inspirasi tampak terisap diatas pintu masuk laring. Juga kebanyakan aritenoid terisap kearah medial. b. Atresia laring Atresia laring / selaput laring adalah merupakan anomali pertumbuhan janin yaitu tersisia jaringan penghubung antara kedua pita suara asli yang disebabkan oleh pemisahan yang tidak sempurna. Sejak dari komisura anterior, selaput dapat memanjang kearah komisura posterior sehingga terjadi atresia laring sempurna. Keadaan ini menyebabakan bayi tidak dapat hidup. c. Stenosis subglotis Potongan melintang lumen laring merupakan potongan yang tersempit didaerah krikoid. Penyempitan kongenital dapat menyebabkan stridor herediter (sejak lahir) yang berat. Kebanyakan stenosis krikoid merupakan komplikasi dari trauma intubasi. d. Hemangioma Hemangioma merupakan kelainan herediter yang terutama terdapat didaeerah subglotik. Keluhan dari semua kelainan ini terutama tergantung pada lumen di glotis yang tersisa. Kadang-kadang terdapat stridor yang terus menerus , tetapi hanya kebanyakan hanya disebabkan oleh edema setempat akibat infeksi. e. Fisure laringo-trakeo-esofagus Merupakan suatu celah anatara belakang laring (trakea ) dan esofagus. Pada bentuk ringan celahnya hanaya terbatas sampai bagian belakang krikoid. f. Cincin pembuluh darah Merupakan kelainan herediter, letaknya tinggi di mediastinum yang menyebabkan stridor bila ada tekanan di trakea / laring.
Sember : Broek, P. Van den dan L. Feenstra. 2007. Buku ilmu kesehatan Tenggorokan, Hidung, dan Telinga. Penerbitan Buku Kedokteran Jakarta:EGC