Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi

Mycobacterium Leprae (M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi,

selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas,

sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat

(Amirudin, Hakim & Darwis, 2003). Penyakit kusta merupakan salah satu

penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks.

Masalah tersebut meliputi segi medis, sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan

ketahanan nasional. Sampai saat ini, penyakit kusta masih ditakuti oleh

masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan

masih kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap

kusta dan cacat yang ditimbulkannya (Regan dan Keja, 2012).


Menurut WHO (2009) kecacatan adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan segala kerusakan, pembatasan aktivitas atau berkurangnya

partisipasi seseorang dalam aktivitas sosial. Batasan istilah dalam kecacatan

kusta Menurut WHO (1980) yaitu impairment, disability, handicap, deformity,

dehabilitation dan destitution (Wisnu dan Hadilukito, 2003). WHO membagi

cacat kusta pada tiga tingkat, yaitu 0, 1, 2 sesuai dengan pemeriksaan saraf

motorik dan sensorik, mata tangan dan kaki saat pasien didiagnosis (Regan dan

Keja, 2012).

1
2

Deteksi dan pengobatan MDT dini adalah cara terbaik untuk mencegah

kecacatan (Saunderson, 2012). Pada tahun 2011 proporsi cacat tingkat 2 di

Indonesia sebesar 10,11%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan proporsi

cacat tingkat 2 dalam kurun waktu 2004 - 2011 (Regan dan Keja, 2012). Sampai

saat ini Indonesia masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor tiga terbanyak

di dunia dengan jumlah 20.023 kasus baru kusta pada tahun 2011. Penemuan

penderita baru di Jawa Timur sebanyak 5.284 kasus pada tahun 2011 yang

merupakan 1/3 dari jumlah penderita kusta di Indonesia. (Rahaju, 2012). Di kota

kediri terdapat rumah sakit kusta yang menjadi tempat rujukan bagi penderita

kusta.
Dari data di atas penulis merasa perlu mengangkat masalah ini dan melakukan

penyuluhan. Sebagai tempat penyuluhan adalah Puskesmas Pesantren I kota

Kediri.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta bagaimana cara

penularan dan mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif

pada penderita kusta.


1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menyebutkan pengertian Kusta
2. Menyebutkan tanda dan gejala Kusta
3. Menyebutkan cara penularan Kusta
4. Mengidentifikasi cara mencegah penularan kusta

Anda mungkin juga menyukai