Anda di halaman 1dari 8

MERAMU DAYUNG EFEKTIF, LAMPAUI PULAU OBESITAS DAN

INFERTILITAS

You are what you eat!


Pertama kali melihat kalimat ini dalam sebuah poster yang tertempel di majalah
dinding kampus, saya kembali teringat pada percakapan bibi saya dan tetangganya
kemarin. Kala itu sang tetangga datang berkunjung ke rumah bibi untuk
menjenguk bibi yang baru saja melahirkan. Saya yang saat itu juga berada di
rumah bibi pun ikut terlarut mendengarkan obrolan mereka.
Wah, dengar-dengar mbok juga ada rencana mau punya anak lagi ya? selidik
Bibi
Iya, tapi sepertinya nggak sesuai rencana, keluh si tetangga. Tidak seperti
kamu yang begitu lepas alat kontrasepsi langsung bisa berisi. Lah saya, sudah
tidak minum pil kontrasepsi selama satu tahun, tanda-tanda akan hamil saja
sepertinya tidak ada.
Duuh, kok bisa begitu ya? Sudah coba periksakan ke Dokter, mbok? tanya bibi
prihatin
Sudah. Kata dokter sih disuruh menurunkan berat badan dan kurangi makanan
yang berlemak, memangnya apa hubungannya ya? Padahal saya suka banget
makan betutu asli Gilimanuk itu lho,
Bibi hanya bisa mengangkat bahu tanda tak mengerti.
Saya mengetuk-ngetukan jemari saya ke dagu. Berpikir. Ikut penasaran. Rasa
penasaran yang ternyata tidak kunjung hilang sepanjang hari dan alhasil agak
mengganggu. Bahkan hingga tiba di kampus esoknya, pikiran saya masih terusik
oleh rasa ingin tahu. Terlebih ketika melihat poster you are what you eat di
kampus sore ini. Otak saya secara otomatis terus memutar percakapan bibi dan
tetangganya berulang-ulang.
Memang sih, si ibu tetangga yang kemarin curhat pada bibi itu tampak mengalami
kelebihan berat badan alias obesitas. Tapi yang saya masih belum mengerti,
sebenarnya apa sih hubungan kegemukan dengan kondisi susah hamil yang
dialami si ibu? Apa hubungan makanan si ibu dengan kesulitannya untuk hamil
lagi? Apakah lemak bisa memengaruhi kesuburan seseorang?
Karena sudah tidak tahan lagi membendung berbagai pertanyaan yang
berseliweran di pikiran, begitu tiba di rumah, saya langsung mengurung diri di
kamar demi mengungkap misteri ini. Duduk manis di depan laptop kesayangan
dan menyapa kakek google yang tahu segalanya.

Misteri Benang Merah antara Obesitas dan Peningkatan Risiko Infertilitas


Obesitas bukan lagi merupakan kata asing yang datang dari planet lain. Tercatat
10% pria dewasa dan 14 % wanita dewasa di dunia mengalami obesitas pada
tahun 2008.1 Menurut WHO, obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai
akumulasi lemak abnormal dan berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan.1
Namun, di masyarakat obesitas mungkin lebih dikenal sebagai perusak
penampilan, khususnya bagi kaum wanita. Begitu banyak wanita, utamanya yang
masih muda, rela melakukan diet mati-matian untuk tetap berpenampilan cantik
dan terhindar dari obesitas. Namun rupanya risiko yang bisa menyerang wanita
penderita obesitas tidak hanya sekadar masalah sepele seperti kerepotan dalam
memilih baju yang muat untuk digunakan. Ada bahaya lain yang mengintai dan
mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya. Infertilitas.
Benar, Anda tidak salah membaca satu kata yang terselip di akhir paragraf diatas.
Kelihatannya keberadaan kata infertilitas di ujung paragraf yang full membahas
obesitas memang kurang nyambung. Namun kita akan segera mengetahui benang
merah yang menghubungkan keduanya. Ya, obesitas memang dapat
meningkatkan risiko infertilitas dan gangguan kehamilan pada wanita. Kok bisa?
Penasaran? Yuk ikut mengungkap misteri benang merahnya bersama-sama.
Infertilitas pada wanita atau yang lebih dikenal sebagai kemandulan didefinisikan
sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih
setelah dengan rutin melakukan hubungan seksual tanpa kondom.2 Dengan kata
yang lebih sederhana, infertilitas pada wanita artinya susah hamil atau bahkan
tidak bisa hamil sama sekali.
Sebuah penelitian membuktikan bahwa wanita yang mengalami kelebihan berat
badan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk berovulasi dan bahkan ketika
telah terjadi konsepsi, mereka akan mengalami peningkatan risiko keguguran
yang signifikan. Obesitas dapat memicu perubahan lingkungan cairan folikular,
ooplasma dari oosit3 yang mengarah pada penurunan kesuburan serta
mengganggu perkembangan embrio.4 Bukti ini ditemukan melalui percobaan pada
tikus yang menunjukkan bahwa obesitas akan menyebabkan pertumbuhan yang
lambat dan penundaan pematangan oosit, peningkatan kematian sel granulosa, dan
disfungsi mitokondria oosit.4-5
Bukti-bukti tersebut tidak hanya berasal dari percobaan terhadap hewan, sebuah
percobaan pada manusia juga telah menunjukkan hasil tentang perbedaan fenotipe
pada morfologi oosit dimana oosit menjadi lebih kecil, perbedaan metabolisme
embrio dimana embrio lebih sedikit menkonsumsi gula, dan perkembangan
perkembangan embrio dimana embrio memiliki lebih sedikit sel pada embrio dari
wanita yang kelebihan berat badan dibanding dengan wanita yang tidak kelebihan
berat badan.6
Ada beberapa studi epidemiologi yang menunjukkan bahwa perubahan berat
badan atau komposisi tubuh merupakan faktor penting yang mengatur
perkembangan pubertas pada wanita.7 Bagi wanita remaja dan wanita usia muda,
obesitas dan ketidakteraturan menstruasi berkorelasi secara signifikan.7 Kita
ketahui bersama bahwa menstruasi yang tidak teratur akan berdampak pada
kesulitan dalam perhitungan masa subur bagi wanita.
Pola distribusi lemak perut dapat memiliki dampak tertentu pada ovulasi dan
kesuburan. Dalam satu studi meneliti sekelompok besar wanita sehat yang belum
pernah hamil, penelitian membuktikan bahwa lemak perut lebih berpeluang dalam
menurunkan konsepsi lebih dibandingkan dengan lemak tubuh total.7 Oleh sebab
itulah wanita dengan perut buncit dan penuh gelambir lemak akan lebih susah
hamil jika dibandingkan wanita berberat badan besar namun perutnya tidak
berlemak.
Obesitas juga dikaitkan dengan risiko tinggi pada kematian.8 wanita gemuk
mengalami peningkatan komplikasi kehamilan, terutama pada trimester ketiga.
Komplikasi tersebut muncul sebagai tekanan darah tinggi, persalinan prematur,
kematian bayi dalam kandungan, dan infeksi luka pasca operasi.9

Sekali Dayung, Dua Pulau Terlampaui : Turunkan Berat Badanmu,


Tingkatkan Kesuburanmu!
Obesitas bisa sangat mengerikan, apalagi jika melihat dampaknya yang
meningkatkan infertilitas. Kedua hal ini, obesitas dan infertilitas dapat
diumpamakan sebagai pulau penuh ranjau yang membahayakan. Namun jangan
khawatir, ada beberapa strategi yang dapat memperkuat dayungan Anda untuk
menjauhi kedua pulau beranjau tersebut. Berikut beberapa tips yang dapat
diterapkan :
1) You are what you eat, pilih makananmu dengan bijak!
Anda adalah apa yang Anda makan. Kalimat itu bisa jadi sangat benar. Kondisi
tubuh seseorang memang bergantung pada apa yang ia makan. Begitu pula berat
badan dan kesuburannya. Pengaturan makanan yang sesuai dapat menghindarkan
Anda dari peningkatan risiko obesitas. Bahkan dengan sedikit strategi yang tepat,
Anda dapat menurunkan berat badan sekaligus meningkatkan kesuburan melalui
pilihan makanan Anda.
Misalnya saja, Anda dapat mengganti snack Anda dengan buah beri. Langkah
sederhana ini bisa berdampak luas karena penelitian terbaru telah membuktikan
bahwa buah beri dapat menurunkan risiko terkena obesitas.10 Selain itu menurut
pendapat Caroline Kaufman, seorang ahli nutrisi di Los-Angeles, kandungan zat
besi pada buah beri memiliki khasiat untuk meningkatkan kesuburan.11

2) Atur porsi makan dengan konsumsi air putih?


Katanya atur porsi makan? Kok malah disuruh minum air putih sih? Eitss, ini
bukan saran tak berdasar lho. Karena ternyata ada keterkaitan antara konsumsi air
putih dengan pembatasan porsi makan seseorang. Tidak percaya? Coba simak
penelitian Davy dan rekan-rekannya berikut ini.
Dalam risetnya, Brenda Davy, profesor di Department of Human Nutrition, Foods
and Exercise in the College of Agriculture and Life Sciences di Virginia, serta
rekan-rekannya berusaha mencari tahu tentang pengaruh konsumsi air putih
sebelum makan dengan penurunan berat badan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mengkonsumsi air putih sebelum makan dapat menyebabkan sensasi
kenyang yang lebih awal, sehingga makanan yang dikonsumsi pun menjadi lebih
sedikit.12
Strategi ini akan sangat baik diterapkan pada Anda yang ingin menurunkan berat
badan karena selain dapat membatasi porsi makanan yang dimakan, Anda juga
bisa menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik.

3) Yoga, si paket lengkap!


Olah raga yang cukup adalah saran klasik dalam upaya untuk menurunkan berat
badan. Tidaklah mengherankan, karena pada kenyataannya, olah raga memang
dapat mempercepat pembakaran lemak yang akan berujung pada penurunan berat
badan. Namun, untuk melampaui dua pulau dalam sekali dayung, yaitu
menurunkan berat badan sekaligus menurunkan risiko infertilitas, jenis olah raga
yang tepat harus dipilih dengan cermat.
Yoga si paket lengkap akan membantu Anda. Kenapa paket lengkap? Karena
dengan melakukan yoga, selain dapat menyebabkan tubuh Anda berkeringat
hingga beujung pada penurunan berat badan dan pencegahan obesitas, yoga juga
dapat meningkatkan infertilitas baik pada pria maupun wanita dengan cara
menurunkan stress.13 Penurunan stress akan membantu memperbaiki
keseimbangan hormon sehingga tercapai peningkatan kesehatan tubuh dan
mental.

4) Beri cinta pada tubuh, cukupi kebutuhan tidurmu!


Siapa yang tidak suka tidur? Kalau saya sih suka banget! Apalagi setelah
beraktifitas seharian, tidur bisa menjadi pengobat lelah yang paling mujarab.
Namun siapa sangka? Ternyata durasi dan kebiasaan tidur dapat memengaruhi
baik berat badan maupun infertilitas seseorang.
Dalam kaitannya dengan peningkatan berat badan, tidur yang merupakan
modulator penting dari fungsi neuroendokrin dapat menghasilkan perubahan pada
fungsi endokrin apabila durasinya kurang dari semestinya. Salah satu perubahan
tersebut adalah peningkatan kadar ghrelin si hormon lapar yang akan
menyebabkan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan.14 Tidur yang cukup
membantu seseorang untuk menjaga kadar hormon laparnya tetap dalam batasan
normal, sehingga obesitas pun akan lebih mudah dicegah.
Sementara itu, penelitian tentang hubungan antara tidur dan infertilitas telah
membuktikan bahwa mereka yang kurang tidur akan menyebabkan penurunan
kesempatan untuk hamil. Berangkat dari sana, beredar kepercayaan di masyarakat
bahwa kurang tidurlah yang merupakan penyebab dari peningkatan risiko
infertilitas. Namun faktanya, kelebihan tidur pada wanita juga memiliki dampak
yang cukup signifikan terhadap kesuburannya.
Menurut dr Hyan Shim, seorang dokter klinik reproduksi di Hwasung, Korea
Selatan, wanita yang terlalu sedikit tidur cenderung memiliki peningkatan tingkat
hormon stres seperti kortisol. Peningkatan hormon ini akan memberikan efek
negatif terhadap kesuburan, sedangkan wanita yang terlalu banyak tidur akan
mengalami peningkatan kadar hormon prolactin berlebih yang kemudian
diketahui juga dapat merusak kesuburan.15
Rutinitas tidur juga berperan dalam memengaruhi tingkat kesuburan seorang
wanita, orang yang tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari akan lebih
mudah memiliki anak ketimbang yang jam tidurnya berantakan.15
Lantas berapakah durasi tidur yang ideal itu? wanita yang sedang mencoba untuk
memiliki bayi disarankan untuk tidur selama tujuh atau delapan jam perhari.15
Nah, sudah tahu kan apa pengaruh pola tidur terhadap kesuburan. Jangan lebih
atau kurang lagi tidurnya ya! Cintai tubuh Anda dengan mengatur pola tidur
Anda.

Dengan menerapkan hal-hal diatas, Anda mungkin dapat melampaui dua pulau
dalam sekali dayung. Artinya Anda dapat mengatasi tidak hanya obesitas sebagai
pemicu infertilitas, namun juga infertilitas itu sendiri. Langah-langkah diatas
sangatlah sederhana untuk diterapkan karena memang selalu ada dalam
keseharian Anda. Tinggal bagaimana gaya Anda dalam meramu polanya sehingga
dapat menjadi dayung yang efektif. Dayung yang dalam sekali kayuhannya dapat
langsung melewati pulau-pulau menyeramkan yang kita kenal sebagai obesitas
dan infertilitas.

Sumber :
1. WHO : Obesity and overweight. WHO. January 2015. Retrieved 2
February 2016.
2. WHO-ICMART revised glossary Revised glossary on Assisted Reproductive
Terminology (ART)
3. Aune D, Saugstad OD, Henriksen T, Tonstad S. Maternal body mass index
and the risk of fetal death, still birth, and infant death : a systematic review
and meta-analysis. JAMA 311: 15361546, 2014.
4. Dumesic DA, Meldrum DR, Katz-Jaffe MG, Krisher RL, Schoolcraft WB.
Oocyte environment : follicular uid and cumulus cell sarecritical for
oocyte health. Fertil Steril 103: 303316, 2015
5. Steegers-Theunissen RP, Twigt J, Pestinger V, Sinclair KD. The
periconceptional period,reproductionandlong-
termhealthofoffspring:theimportanceofone-carbon metabolism. Hum
Reprod Update 19: 640655, 2013.
6. Leary C, Leese HJ, Sturmey RG. Human embryos from over weight and
obese women display phenotypic and metabolic abnormalities. Hum
Reprod 30: 122132, 2015.
7. Pasquali R, Patton L, Gambineri A. Obesity and infertility. Curr Opin
Endocrinol Diabetes Obes. 2007;14(6):4827.
8. Ramsay JE, Greer I, Sattar N. Obesity and reproduction. Br Med J 2006;
333:11591162.
9. Public Affairs Committee of the Teratology Society. Teratology Public
Affairs Committee position paper: maternal obesity and pregnancy. Birth
Defect Res 2006; 76:7377.
10. Tsuda T. Recent Progress in Anti-Obesity and Anti-Diabetes Effect of
Berries. Klimis-Zacas D, ed. Antioxidants. 2016;5(2):13.
11. Carolina Kaufman. Fertility Foods. June 28, 2016.
http://www.eatright.org/resource/health/pregnancy/fertility-and-
reproduction/fertility-foods
12. Van Walleghen EL, Orr JS, Gentile CL, Davy BM. Pre-meal water
consumption reduces meal energy intake in older but not younger subjects.
Obesity (Silver Spring) [Internet]. 2007;15(1):939. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17228036
13. Sengupta P. Challenge of infertility: How protective the yoga therapy
is? Ancient Science of Life. 2012;32(1):61-62. doi:10.4103/0257-
7941.113796.
14. Beccuti G, Pannain S. Sleep and obesity. Current opinion in clinical
nutrition and metabolic care. 2011;14(4):402-412.
15. Sopphie Borland. 16 October 2013. Trying for a baby? Get seven hours
sleep every night and go to bed and get up at the same time each day.
http://www.dailymail.co.uk/health/article-2462117/Trying-baby-Get-
seven-hours-sleep-night.html

Anda mungkin juga menyukai