PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hari kita selalu berhubungan dengan fluida, hampir tanpa
sadar banyak gejala alam yang indah dan menakjubkan, seperti bukit-
bukit pasir dan ngarai-ngarai yang dalam, terjadi akibat gaya-gaya
yang ditimbulkan oleh aliran udara atau air serta perilaku aliran fluida
itu ketika menjumpai halangan. Fluida adalah suatu zat yang terus
menerus berubah bentuk apabila mengalami tekanan geser, dengan
kata lain yang dikategorikan sebagai fluida adalah suatu zat yang
tidak mampu menahan tekanan geser tanpa berubah bentuk.
Pipa air, baik yang dialiri air bersih maupun air limbah sama sekali
bukan barang yang aneh. Boleh jadi kita sadar bahwa pipa air minum,
misalnya, harus mempunyai diameter yang lebih besar dari suatu
harga minimum agar aliran air di kran-kran dapat mencukupi
kebutuhan. Kita mungkin terbiasa dengan benturan antara air dan
pipa ketika kran air ditutup secara tiba-tiba. Putaran air yang kita lihat
ketika air dalam bak mandi dikeluarkan melalui lubang
pembuangannya, pada dasarnya sama dengan pusaran tornado atau
pusaran air di balik jembatan. Radiator air atau uap panas untuk
memanaskan rumah dan radiator pendingin dalam sebuah mobil
bergantung pada aliran fluida agar dapat memindahkan pans secara
efektif. Hambatan aerodinamik bilamana kita sedang berjalan atau
berkendara menentang angin yang cukup kencang. Kalau kita sedang
mengayuh perahu terasa bahwa kita harus mengayuh lebih keras lagi
agar melaju lebih cepat, bukan hanya untuk mempercepat laju perahu
tapi juga untuk mempertahankan kecepatan yang tinggi.
Pakar fisiologipun berkepentingan dengan konsep-konsep
mekanika fluida. Jantung adalah sebuah pompa yang mendorong
sebuah fluida ( darah ) melalui sebuah system pipa ( pembuluh
pembuluh darah ). Pendek kata kita selalu berurusan dengan fluida
baik yang diam maupun yang bergerak.
Kemajuan yang dicapai selama abad ini meliputi studistudi baik
secara analitik, numeric (computer), maupun eksperimen tentang
aliran dan pengendalian lapisan batas, struktur turbelensi,
kemantapan aliran, aliran multiphase, pemindahan panas dari fluida
yang mengalir serta banyak masalah dan penerapannya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Praktikan dapat melengkapi teori-teori yang telah diberikan pada
saat kuliah maupun membaca buku-buku yang berkaitan dengan
Fluida sehingga dapat mengerti dengan jelas dan lebih
mengetahui tentang sifat-sifat aliran fluida, terutama antara
perubahan tekanan dan debit aliran dalam pipa. Hal tersebut
terjadi karena perubahan tekanan aliran air yang terjadi
berhubungan erat dengan perubahan tekanan masuk pipa,
kecepatan aliran dan hambatan dalam pipa. Umumnya fluida yang
mengalir dalam pipa akan mengalami penurunan tekanan,
penurunan tekanan ini disebut juga kerugian tekanan.
2. Sebagai syarat menempuh mata kuliah Praktikum Fenomena
Dasar Mesin yang sesuai dengan kurikulum yang ada di Jurusan
Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
BAB II
LANDASAN TEORI
= =
dimana :
F = gaya geser
A = luas bidang geser
v = kecepatan relative antara plat 1 dan 3
d = tebal lapisan fluida
= viskositas absolut
Bila sifat-sifat fisik fluida mengalami perubahan, maka
kandungan energi fluida tersebut akan mengalami perubahan juga.
Sebagai contoh bila tekanan atau temperatur atau keduanya naik
maka kandungan energinya juga akan naik. Bila tekanan dan
temperatur turun, misalnya: dalam kasus pembentukan kerja fluida,
maka kandungan energi yang dapat dikonversi menjadi kerja akan
turun. Energi dapat dibedakan :
a. Energi potensial : merupakan energi yang dimiliki fluida
yang besarnya tergantung pada tinggi fluida terhadap daerah
acuan yang telah ditentukan.
b. Energi kinetik : merupakan energi dinamik yang
dihasilkan fluida karena adanya gerakan fluida tersebut.
c. Energi tekanan : merupakan energi yang timbul karena
adanya tekanan statik.
3. Pertimbangan Spesifik Aliran Fluida Tak Mampu Mampat Melalui
Saluran Terbuka, Pipa-pipa dan Fittings.
. .
=
dimana :
R = bilangan Reynolds
D = diameter dalam pipa
v = kecepatan aliran rata-rata
= kerapatan fluida
= viskositas absolut
Setiap aliran fluida melalui pipa, atau saluran terbuka melalui
sekeliling suatu obyek, akan senantiasa menimbulkan hambatan
disebabkan gesekan antara fluida dan permukaan dalam pipa, alat
saluran terbuka atau obyek yang besentuhan dengan aliran fluida.
Gesekan ini menimbulkan kerugian energi mekanis yang
menyebabkan penurunan tekanan sepanjang aliran fluida. Gesekan
dan kerugian tekanan merupakan resultante dari hambatan viskos
(viscous drag) dan turbulensi aliran. Bila aliran laminar, kerugian
energi disebabkan hambatan viskos, tetapi bila aliran turbulen
kerugian energi disebabkan adanya turbulensi aliran. Ada suatu
daerah aliran antara lairan laminar dan turbulen yang disebut aliran
transisi.
Kerugian energi pada daerah aliran laminar dan turbulen
merupakan fungsi bilangan Reynold. Diagram berikut ( gambar 3
DiagramMoody ), memperlihatkan hubungan bilangan Reynolds
dengan faktor gesekan.
Persamaan aliran Darcy-Weisbach :
2
L
h f V ...................................................................... (1)
D 2g
f
dimana :
hf = kerugian tekanan karena aliran
f = factor gesekan
L = panjang pipa
D = diameter dalam pipa
V = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
Dari diagram dapat dilihat, pada daerah aliran laminar, bilangan
Reynolds sangat berpengaruh terhadap faktor gesekan. Hubungan
eksak antara koefisien gesekan dengan bilangan Reynold untuk
aliran laminar di dalam pipa dapat dikembangkan dari persamaan
Hagen-Foisseulle sebagai berikut :
32LV
h ........................................................................... (2)
f
D 2 g
Dengan substitusi persamaan ( 2 ) ke persamaan ( 1 ), akan
diperoleh :
32 2 LV
2
h =
f
D V 2 Dg
2
64 L V
= .............................................. (3a)
DV D 2 g
64 L V 2
= ...................................................... (3b)
R D 2g
Katup-katup 10 s/d 19, fitting 20 dan 21 serta tangki air dapat diatur
sedemikian rupa agar air mengalir lewat pipa tertentu ( yang diinginkan ).
Ada kurang lebih 22 kemungkinan rangkaian aliran (seri, paralel, seri
paralel ) yang dapat dibuat dengan alat di atas. Rangkaian tersebut dapat
berupa rangkaian tertutup atau terbuka.
a. Rangkaian Tertutup
Air dari tangki 6b dialirkan lewat rangkaina pipa dengan bantuan sebuah
pompa, lalu air tersebuat dimasukan kembali ke dalam tangki air 6b.
Dalam hal ini volume air dalam tangki air 6b hampir konstan. Untuk
melakukan ini katup 45 dan 53 tertutup.
b. Rangkaian Terbuka
Air dari tangki air 6b dialirkan lewat rangkaian pipa dengan bantuan
sebuah pompa, kemudian air tersebut tidak dimasukan kembali ke tangki
6b, melainkan dialirkan ke tangki air 6a. Jadi dalam hal ini volume air di
dalam tangki air 6b berangsur-angsur berkurang. Untuk melakukan ini
katup 44, 48, 50, 52 dan 53 tertutup ( katup bypass 48 boleh dibuka untuk
mengurangi aliran lewat orifice dan venturi ).
Alat pengukur debit aliran dapat berupa :
- Orifice ujungnya tajam ( sharp edge orifice ), 7
- Venturi, 8
- Sight Gauge, 9a dan 9b
Untuk mengukur tekanan pipa-pipa maupun fitting dilengkapi dengan tap
tekanan dan dua buah manometer diferensial yang dipasang dalam satu
wadah 42 dan 43. Tap-tap tekanan terdapat pada ke empat pipa, 22-30,
23-31, 24-32, dan 25-33. Ada juga tap tekanan dipasang pada
pertengahan masing-masing pipa, 26-29. Katup 15, 16, T20, dan Elbow
21 juga dilengkapi dengan tap-tap tekanan sebagai sensor penurunan
tekanan pada fitting-fitting terebut.
Penurunan tekanan pada orifice 7 diamati dengan menggunakan
tap 40 dan 41, dan dengan cara yang sama penurunan teklanan venturi 8
diamati dengan menggunakan tap 38 dan 39 yang dihubungkan dengan
selang karet ke manometer diferensial.
Katup 44 dan 45 digunakan untuk mengatur rangkaian aliran.
Apakah aliran tertutup atau aliran terbuka sesuai keinginan. Tangki
silinder 47 di buat dari bahan transparan.
5. Persiapan Percobaan.
a. Ventilasi
Sebuah lubang ventilasi ditempatkan pada bagian atas tangki air,
agar udara yang terdapat didalam tangki air dapat keluar lewat
lubang ventilasi tersebut. Udara didalam tangki juga dapat keluar
lewat lubang sekeliling pipa yang terdapat pada bagian atas tangki
air tersebut.
b. Manometer Diferensial Vertikal
Pada alat percobaan ini terdapat dua buah manometer diferensial
vertikal. Bagian bawah masing-masing manometer dihubungkan
dengan tap-tap tekanan yang akan diukur dengan menggunakan
selang karet. Pada bagian atas manometer terdapat sekrup
ventilasi untuk mengatur agar bagian atas kolom air manometer
dapat berhubungan dengan tekanan atmosfer.
c. Effisiensi Manometer
Bila sistem model MF 101 Fluid Friction Apparatus ini tidak
diopersikan untuk beberapa saat, ada kalanya udara luar akan
masuk ke dalam pipa dan kolom air manometer. Apabila sistem
hendak dioperasikan, terlebih dahulu udara tersebut harus
dikeluarkan dari sistem agar tidak menggangu hasil pengamatan.
6. Petunjuk Pelaksanaan Percobaan
1. Katup 44 dan 52 sebaiknya dalam keadan tertutup sebelum
pompa dimatikan. Katup 44 dan 52 juga sebaiknya tertutup
sebelum pompa dihidupkan. Hal ini dimaksudkan agar udara
tidak masuk lagi ke rangkaian di atas.
2. Pompa harus dalam posisi off saat selang karet dihubungkan
antara bagian bawah manometer dengan tap tekanan. Pada
alat ini semua tap tekanan sudah terhubunga dengan selang,
pengaturan dilakukan dengan cara membuka katup kecil sesuai
keinginan. Dan sebaliknya pompa dalam keadaan on saat
mengatur variasi tinggi kolom air pada manometer.
3. Saat operasi normal akan terlihat gelombang kecil pada
permukaan kolom air manometer. Diharapkan deviasi
gelombang tersebut tidak lebih dari 0,25. Gelombang ini
disebabkan vibrasi atau turbulensi aliran dalam sistem. Cara
pembacaan tinggi air pada kolom air manometer dianggap
benar apabila pembacaan terletak ditengah posisi tertinggi dan
terendah gelombang air terjadi.
4. Penurunan tekanan yang cukup besar pada orifice
menyebabkan air dalam satu sisi manometer menjadi
berlebihan. Dalam kaitan ini dibutuhkan latihan dalam
penggunaaan alat agar tinggi permukaaan air dalam kolom air
manometer tidak melampaui skala yang tersedia sehingga tidak
terjadi aliran yang berlebihan. Untuk pengukuran tekanan
kapasitas yang lebih besar dapat digunakan venturimeter.
5. Bila semua katup pada rangkaian sistem dalam keadan terbuka
dan motor pompa dalam keadan on, gelombang air dapat
terjadi yang menyebabkan aliran pada manometer berlebihan.
Untuk mengatasi haltersebut, ditempuh dengan cara menutup
sebagian katup 44 dan atau 52 sebelum motor dihidupkan.
Setelah motor dihidupkan, katup 44 dan 52 dapat dibuka lebih
besar sesuai keinginan.
6. Untuk mengatur laju aliran air di dalam sistem, dilakukan
dengan mengatur pembukaan/ penutupan katup 44 dan atau
52.
7. Setelah itu dapat dibuat grafik hubungan antara debit aliran vs
penurunan tekanan untuk orifice maupun venturi. Grafik ini
dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan debit aliran
pada sistem rangkaian tertutup.
7. Informasi Spesifikasi Dan Data Tambahan
Tangki air tidak boleh diisi melampaui kapasitas seperti yang ditunjukkan
ada skala tangki, dan juga kapasitas tidak boleh kurang dari skala nol
yang terdapat pada tangki. Ketika pompa dihidupkan, sebagian air dari
tangki akan mengisi pipa-pipa yang terdapat pada sistem.
Pompa:
Kapasitas : 42 liter/menit
Head : 34 9 meter
Motor pompa : 220 V, 50 Hz, 2900 rpm, 1 phase
Tangki air :
Ada dua buah tangki air 6a dan 6b, Masing-masing mempunyai volume
kira-kira : 70 liter, dimana setiap ketinggian 10 cm mempunyai volume
7,14 liter, tagki ini dilengkapi dengan ventilasi dan lubang pembuangan.
Tangki 6a sebagai tangki penampung buangan pada aliran terbuka,
sedangkan tangki 6b sebagai tangki penampung pada sirkulasi aliran
tertutup.
8. Pecobaan-Percobaan
a. Pecobaan 1 : Sight Gauge
1. Sight gage terbuat dari pipa transparan dan ditempatkan
berdiri di samping tangki air. Sihgt Gauge dilengkapi
dengan pembagian skala yang menunjukkan volume air
yang ada didalam tangki air.
2. Sight Gauge ini perlu dikalibrasi sebelum digunakan untuk
mengukur tangki air.
3. Dapat dibuat grafik yang menyatakan hubungan kapasitas
vswaktu.
b. Percobaan 2 : Karakteristik Orifce Flow Meter.
1. Setelah tangki air diisi air (air dari tangki 6a) dan
manometer siap digunakan, tutuplah katup-katup 44, 45,
48, 50, dan 53. katup-katup lain terbuka. Gunakan katup
45 sebagai pengontrol debit aliran ke tangki 6a (aliran
terbuka).
2. Bukalah katup pada tap tekanan yang terhubung ke
orificemeter (katup 40 dan 41). Hal ini untuk mengukur
perbedaaan tekanan antara kedua tempat tersebut.
3. Hidupkan motor penggerak pompa dan buka katup 45
perlahan-lahan.
4. Catat penurunan debit aliran yan keluar dari tangki air 6b
dalam interval waktu tertentu. Pada saat yang bersamaan
catat perbedaan tinggi permukaan air pada manometer.
5. Ulangi cara-cara pengukuran di atas untuk beberapa
posisi pengaturan katup 45. isi kembali tangki air 6b dari
tangki 6a sebelum pengamatan/ pencatatan data lainnya
dilanjutkan (atau jika air tangki 6b hampir habis).
6. Buat grafik yang mengambarkan hubungan penurunan
tekanan antara tap 40 dan 41 (penurunan pada orifice) vs
debit aliran.
7. grafik ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan debit aliran lewat orifice apabila penurunan
tekasnan pada orifice pada percobaan selanjutnya
diketahui.
8. Hitung dan buat grafik yang menggambarkan hubungan
antara debit nyata vs kerugian tekanan.
c. Percobaan 3 : Karakteristik Venturi Flow Meter
Ulangi prosedur seperti percobaan 2, kecuali pada percobaan
ini, selang yang terhubung dengan salah satu manometer
dipasang pada tap 38 dan 39 (Venture Flow Meter).Pemasangan
ini dimaksudkan untuk mengukur perbedaan tekanan antara tap
38 dan 39. Dari grafik yang diperoleh dapat dilihat perbedaan
karakteristik orifice dan venturi.
d. Percobaan 4 : Fitting Pipa
1. Dari kerugian energi pada suatu fitting, tentukan panjang
eqivalen pipa untuk diameter pipa yang sama. Gunakan
venturi atau orifice sebagai alat ukur kapasitas aliran dan
catat hasil pengamatan pada beberapa harga kapasitas
aliran berbeda.
2. Lakukan perhitungan paling sedikit untuk tiga fitting dan
katup-katup terbuka penuh.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan dan
dari perhitungan, terangkan dasar asumsi pengambilan
panjang aqivalen pipa.
e. Percobaan 5 : Faktor Gesekan
1. Tentukan gesekan f (tanpa satuan) untuk tiap pipa
persamaan untu gesekan adalah :
2
=
2
dimana :
hf = kerugian gesekan
v = kecepatan aliran
L = panjang pipa
D = diameter pipa
g = percepatan gravitasi
2. Cek kembali harga f yang diperoleh dari rumus di atas
dengan grafik standar (diagram moody), yang
menggunakan bilangan, Reynolds, kekasaran relatif dan
diameter dalam pipa.
f. Percobaan 6 : Gate Galve
1. Ukur kerugian tekanan lewat gate valve yang terpasang
pada pipa 1 atau 1 untuk variasi kapasitas aliran yang
berbeda, dengan mengatur pembukaan gate valve.
2. Susunlah data tersebut dalam bentuk tabel dan buatlah
grafik yang memperlihatkan hubungan kerugian tekanan
vs kapasitas aliran untuk 5 varisai kapasitas aliran yang
berbeda.
3. Bandingkan grafik-grafik diatas satu sama lain dan
terangkan mengapa terjasi perbedaan satu sama lain.
6. Debit teoritis :
Az
2
A P P
1- 2 2 g Z1 1 Z 2 2
Q th = A1 y y
Dengan asumsi:
Steady flow, incompresssible flow, inviscid flow dan uniform pressure pada
seksi/ bagian 1 dan 2.
A2 P P
2 g Z1 1 Z1 2
A 2
1 2
A1
Qth =
Dengan asumsi:
Steady flow, incrompressible flow, inviscid flow dan uniform pressure pada
seksi/ bagian 1 dan 2.
Gambar 9 : penampang pada venture
Koefisien Kecepatan
Q
Cv = Qth . (2)
Q = debit nyata (terukur)
c. Faktor Gesekan
1. Manometer pertama tetap terhubung pada orifice
sedang manometer kedua dihubungkan pada :
a. Katup 25 dan 33 untuk pipa 1
b. Katup 24 dan 32 untuk pipa 1
c. Katup 23 dan 31 untuk pipa
d. Katup 22 dan 30 untuk pipa
2. Tentukan harga faktor geseran (f) untuk masing-
masing pipa. Harga f tiap pipa dihitung dengan dua
harga debit yang berbeda-beda. Sebagai pengatur
debit dipakai katup 52 atau 44.Jika adebit air yang
melewati orificemeter dan venturimeter terlalu besar,
bukalah dan aturlah katup bypass (48).
3. Persamaan rugi-rugi geseran menurut DARCY :
L V2
f
hf = D 2 g
Dengan, L = panjang pipa
D = Diameter dalam pipa
V = Kecepatan aliran
f = koefisien geseran
g = Percepatan grafitasi
4. Untuk mencari kecepatan aliran pergunakan grafik
orifice.
d. Gate Valve
1. Untuk mengukur head loss pada gate valve 1 maka
manometer pertama tetap terhubung pada orifice
sedang manometer kedua dihubungkan pada katup
32 dan 35.
2. Kita atur pembukaan gate valve 15 yaitu : 1 putaran ;
2 putaran ; 3 putaran ; 4 putaran ; dan 6 putaran.
3. Untuk setiap posisi pembukaan gate valve dibaca lima
macam debit. Sebagai pengatur debit dipakai katup
52 atau 44.
Jika debit yang melewati pipa terlalu besar, bukalah dan aturlah katup
bypass (48).
e. Sambungan Tee (T20)
Manometer pertama teap terhubung pada orifice sedang manometer
kedua dihubungkan dengan katup 34 dan 36.
f. Sambungan Elbow 900 ( Elbow 21)
Seperti pada percobaan Tee (T20) tetapi manometer kedua dihubungkan
pada katup 36 dan 37.
BAB III
PERHITUNGAN HASIL PERCOBAAN
A. Perhitungan Percobaan I
Pada percobaan ini dilakukan sebanyak sepuluh kali percobaan,
berdasarkan data pengukuran percobaan maka didapatkan:
Orifice Venturi
Waktu (t) detik
h1 h2 h1 h2
t1 = 42,5 detik 135 134 132 125
t2 = 43,5 detik 135 134 132 125
t3 = 41,5 detik 135 134,5 133 126
t4 = 40,5 detik 136 135 132 127
t5 = 40 detik 136,5 134 133 126
t6 = 40 detik 134,5 133,5 131,3 125
t7 = 40,5 detik 136 134,5 132 126
t8 = 39,5 detik 142,5 141 133 132
t9 = 38 detik 135 133 132 123,8
t10 = 38 detik 136 135 132 126
Orifice Venturi
1 420 7 336
1 410,34 7 328,28
0,5 430,12 7 344,10
1 440,74 5 352,59
2,5 446,25 7 357,00
1 446,25 6,3 357,00
1,5 440,74 6 352,59
1,5 451,90 1 361,52
2 469,74 8,2 375,79
1 469,74 6 375,79
9
8
7
6 Grafik Orifice
5
Grafik
4
Venturi
3 Poly. (Grafik
2 Orifice)
1 Poly. (Grafik
Venturi)
0
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
Maka:
2,52 2
= 2 980 2 7,3
2,52 2
1 ( )2
10,75 2
2,52 2 112,872
=
0,97
= 2,59 112,872
3
= 310,072
d. Koefisien Kecepatan (Cv)
3
457,692
= = 3 = 1,476
310,072
e. Koefisien Orifice
=
2 2
1 2 (
1 )
1,476 0,65
=
2,52 2 2
1 (0,65)2 ( )
10,75 2
0,9594 0,9594
= =
1 0,4225 0,05 0,9893
= 0,97079
f. Debit Nyata ( Q )
= 1 2
= 10,436 119,62
3
= 1248,31
Grafik Orifice
4.5
4
3.5
3
2.5
2 Grafik Orifice
1.5
1 Poly. (Grafik
0.5 Orifice)
0
2. Perhitungan Venturi
Pada percobaan ini dilakukan sebanyak sepuluh kali percobaan,
berdasarkan data pengukuran percobaan maka didapatkan:
a. - Luas penampang pada venturi (A2)
2 = ()2
4
= 37 = 3,7
= 22,2 = 2,22
3,14
2 = (2,22 )2
4
= 3,87 2
- Luas penampang pada seksi 1 (A1)
1 = 4 ()2
1 = (3,7)2 = 10,75 2
4
b. Koefisien Vena Contracta ( Cc ) :
2
=
1
2
= 0,6 + 0,4 ( )
1
2,52 2
= 0,6 + 0,4 ( )
10,75
2,522 2
= 0,6 + 0,4 ( )
10,75 2
= 0,65
c. Luas penampang pada vena contracta ( A2)
2 =
2 = 0,65 3,87 2
2 = 2,52 2
Maka:
2,52 2
= 2 980 2 . 3,0
2,52 2 2
1 ( )
10,75 2
2,52 2
= 76
0,97
= 2,59 76
3
= 198,775
f. Koefisien Kecepatan (Cv)
3
457,6923
= = 3 = 2,3026
198,7752
g. Koefisien Orifice
=
2 2
1 2 (
1 )
6,1347 0,65
=
2,522 2
1 (0,65)2 ( )
10,75 2
1,53959 1,53959
= =
1 0,4225 0,1296 0,972236
= 1,5143
h. Debit Nyata ( Q )
= 1 2
Grafik Venturi
9
8
7
6
5
4 Grafik
3 Venturi
2 Poly. (Grafik
1 Venturi)
0
B. PERHITUNGAN PERCOBAAN II
Pada percobaan ini menggunakan empat jenis ukuran pipa yaitu 1, 1,
dan . Pada masing masing ukuran pipa dilakukan 10 kali
percobaan sehingga bisa didapatkan :
1. Perhitungan Pipa 1
Diameter dalam (D) pipa 1 = 3,7 cm
Panjang pipa, L = 5 ft = 12 2,54 5= 152,4 cm
a. Luas penampang pipa ( A)
2
=
4
3,14
= (3,7 )2
4
= 10,75 2
b. Beda tekanan pada orifice (h)
= 1 2
= 143 142
= 1
c. Mencari debit nyata (Q) dari grafik orifice
maka dari Q bisa didapatkan dari h, sehingga
3
= 1508,4464
d. Kecepatan aliran (v)
3
1508,4464
= =
10,75 2
= 140,32 c/
e. Beda tekanan pada pipa (hf)
hf = h3 h4
hf = 139 cm 133 cm
hf = 6 cm
Dengan cara dan rumus yang sama bisa didapatkan faktor gesekan pada
pipa pada pengukuran ke 2 (F2) sampai pengukuran ke 10 (F10)
g. Tabel perhitungan faktor gesekan pada pipa 1
orifice pipa
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) F (cm3/s)
143 142 1 139 133 6 7,361 0,0215 79,126
135 134 1 134 129 5 6,554 0,0187 70,453
136 135 1 132 125 7 14,103 0,0197 151,605
135 134 1 133 126 7 13,617 0,0187 146,381
132 131 1 132 125 7 13,673 0,0174 146,989
133 131 2 130 123 7 13,761 0,0202 147,931
133 132 1 132 125 7 10,244 0,0200 110,124
134 132 2 130 123 7 13,327 0,0200 143,262
134 131 3 130 123 7 13,628 0,0220 146,503
133 131 2 130 123 7 18,837 0,0211 202,494
1,5 134,487
2. Perhitungan pipa 1
Diameter dalam (D), pipa 1 = 2,72 cm
Panjang pipa, L = 5 ft = 12 2,54 5 = 152,4 cm
a. Luas penampang pipa ( A)
2
=
4
3,14
= (2,72 )2
4
= 5,81 2
b. Beda tekanan pada orifice (h)
h = h1 h2
= 144 141
= 3
c. Mencari Debit nyata (Q) dari grafik orifice
maka dari Q bisa didapatkan dari h, sehingga
3
= 855,055
3. Perhitungan pipa
Diameter dalam ,(D) pipa = 2,28 cm
Panjang pipa, L = 5 ft = 12 2,54 5 = 152,4 cm
a. Luas penampang pipa ( A)
2
=
4
3,14
= (2,28)2
4
= 4,08 2
b. Beda tekanan pada orifice (h)
hf = h1 h2
= 145 142
= 3
c. Mencari Debit nyata (Q) dari grafik orifice
maka dari Q bisa didapatkan dari h, sehingga
3
= 512,0667
Dengan cara dan rumus yang sama bisa didapatkan faktor gesekan pada
pipa pada pengukyran ke 2 (F2) sampai pengukuran ke 10 (F10)
4. Perhitungan pipa
Diameter dalam (D) pipa = 1,69 cm
Panjang pipa, L = 5 ft = 12 2,54 5 = 152,4 cm
Dengan cara dan rumus yang sama bisa didapatkan faktor gesekan pada
pipa pada pengukyran ke 2 (F2) sampai pengukuran ke 10 (F10)
= 0,92
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
Grafik Valve 45
15
14.5
14
13.5
13 Grafik Valve
12.5 45
12 Poly. (Grafik
Valve 45)
11.5
= 0,92
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10)
g. Tabel Ball valve pada pembukaan 50
Orifice Valve
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
147 143 4 144,5 132 12,5 162,79 0,92 1749,95
145 141 4 143 132,5 10,5 142,02 1,02 1526,74
145 141 4 143,5 133 10,5 149,20 0,92 1603,85
146 141,5 4,5 146,5 132 14,5 175,33 0,92 1884,75
146,5 142 4,5 146 134 12 159,50 0,92 1714,59
146 142 4 146,5 133 13,5 169,17 0,92 1818,60
145 141 4 146 132 14 172,28 0,92 1851,97
145 141 4 145,5 132 13,5 279,78 0,34 3007,68
146,5 141,5 5 140 133 7 115,96 1,02 1246,58
145,6 141 4,5 146,5 134 12,5 162,79 0,92 1749,95
Grafik Valve 50
16
14
12
10
8
6 Grafik Valve
50
4
2 Poly. (Grafik
Valve 50)
0
= 0,94 /
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel Ball valve pada pembukaan 55
orifice Valve
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
148 142 6 145 132 13 164,41 0,94 1767,44
145 141 4 145 133 12 151,83 1,02 1632,16
145 141 4 145,5 132 13,5 169,17 0,92 1818,60
144 143 1 145 135 10 145,60 0,92 1565,20
145 142 3 145 133 12 157,96 0,94 1698,10
148 142 6 146 134 12 157,96 0,94 1698,10
145 141 4 145 133 12 159,50 0,92 1714,59
146 142 4 145 132 13 166,01 0,92 1784,60
146 145 1 145 133 12 151,83 1,02 1632,16
145 141 4 146 132 14 172,28 0,92 1851,97
Grafik Valve 55
16
14
12
10
8
6 Grafik Valve
55
4
2 Poly. (Grafik
Valve 55)
0
= 1,00 /
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel Ball valve pada pembukaan 60
orifice Valve
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
145 132 13 145 133 12 153,36 1,00 1648,64
144 130 14 145,5 132 13,5 157,79 1,06 1696,19
140 134 6 144,5 131 13,5 169,17 0,92 1818,60
142 131 11 145 133 12 159,50 0,92 1714,59
138 135 3 144 131 13 166,01 0,92 1784,60
141 132 9 145,5 133 12,5 162,79 0,92 1749,95
143 136 7 145 132,5 12,5 162,79 0,92 1749,95
142 133 9 144,5 132 12,5 162,79 0,92 1749,95
145 141 4 145 133 12 151,83 1,02 1632,16
144 141 3 145 132,5 12,5 162,79 0,92 1749,95
7,9 12,6
Grafik Valve 60
14
13.5
13
12.5
Grafik Valve
12 60
11.5 Poly. (Grafik
Valve 60)
11
= 0,96 /
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
Grafik Valve 65
13.5
13
12.5
12
11.5 Grafik Valve
11 65
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel Ball valve pada pembukaan 70
Orifice Valve
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
144 142 2 144,5 132,5 12 159,50 0,92 1714,59
144,6 141,4 3,2 143,5 133 10,5 142,02 1,02 1526,74
143 140,7 2,3 143,5 132 11,5 156,14 0,92 1678,49
143 141 2 144 133 11 152,71 0,92 1641,60
134 132 2 144,5 132,5 12 159,50 0,92 1714,59
133,5 131,9 1,6 143 131,5 11,5 156,14 0,92 1678,49
144 141,5 2,5 144 132 12 159,50 0,92 1714,59
141 133,5 7,5 142,5 133,5 9 138,13 0,92 1484,88
141 133 8 144 133,5 10,5 142,02 1,02 1526,74
143 140 3 143 132 11 152,71 0,92 1641,60
3,41 11,1
Grafik Valve 70
14
12
10
8
6 Grafik Valve
70
4
Poly. (Grafik
2
Valve 70)
0
Grafik Valve 75
11.8
11.6
11.4
11.2
11
10.8
10.6 Grafik Valve
10.4 75
10.2 Poly. (Grafik
10 Valve 75)
9.8
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel Ball valve pada pembukaan 80
orifice Valve
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
144 141,5 2,5 144 132 12 157,96 0,94 1698,10
143,5 141 2,5 143,5 132,5 11 145,36 1,02 1562,67
143 140,5 2,5 143 133 10 144,20 0,94 1550,15
144 141 3 144 133,5 10,5 147,76 0,94 1588,43
143 140 3 143 132 11 95,44 2,37 1026,00
143,5 141,5 2 143,5 133 10,5 146,33 0,96 1573,01
143 141 2 143 132 11 149,77 0,96 1610,03
142 140,5 1,5 144 133 11 151,24 0,94 1625,81
144,5 142 2,5 143,5 132,5 11 142,43 1,06 1531,10
143 142 1 143 132 11 152,71 0,92 1641,60
2,25 10,9
Grafik Valve 80
12.5
12
11.5
11
10.5 Grafik Valve
80
10
Poly. (Grafik
9.5
Valve 80)
9
10. Ball valve pada pembukaan 85
Diameter dalam (D) pipa 1 = 3,7 cm
h. Luas penampang pipa ( A)
= 2
4
3,14
= (3,7 )2
4
= 10,75 2
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
Grafik Valve 85
14
12
10
8
6 Grafik Valve
85
4
Poly. (Grafik
2
Valve 85)
0
D. PERHITUNGAN PERCOBAAN KE IV
1. Percobaan dilakukan pada T20
Pada percobaan ini dilakukan sebanyak 10 kali pengukuran dengan
menggunakan diameter pipa 1.
Diameter dalam (D) pipa 1 = 2,72 cm
a. Luas penampang pipa ( A)
2
=
4
3,14
= (2,72 )2
4
= 5,807 2
b. Beda tekanan pada orifice (h)
h = h1 h2
= 143,5 cm 143
= 0,5
= 0,96
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel T20.
T20
orifice Pipa 1"
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
143,5 143 0,5 134,5 133 1,5 55,31 0,96 321,16
143,5 142 1,5 133,5 132 1,5 53,14 1,04 308,57
143 142,5 0,5 139,5 133 6,5 73,37 2,37 426,04
144 143 1 139 132,5 6,5 116,26 0,94 675,11
142,5 142 0,5 138,5 132 6,5 117,39 0,92 681,66
143,5 143 0,5 139,5 132,5 7 121,82 0,92 707,40
142,5 142 0,5 139 133 6 112,78 0,92 654,92
142 141 1 138,5 132 6,5 117,39 0,92 681,66
143 142,5 0,5 139 133 6 107,36 1,02 623,43
143,5 143 0,5 139 132,5 6,5 116,26 0,94 675,11
0,7 5,45
=0,94
Dengan cara dan rumus yang sama dapat dicari faktor keruguan pada
pengukuran ke 2 (k2) sampai pada pengukuran ke 10 (k10).
g. Tabel elbow 90
Elbow
orifice 90
h1 h2 h h3 h4 hf V Q
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm/s) K (cm3/s)
143 140,5 2,5 139,5 133 6,5 116,26 0,94 1249,77
142 140,5 1,5 139 132,5 6,5 111,74 1,02 1201,24
142 140 2 138,5 132 6,5 116,26 0,94 1249,77
143 142,5 0,5 139,5 133 6,5 116,26 0,94 1249,77
143 142 1 139 132 7 120,65 0,94 1296,95
132,5 132 0,5 130 129,5 0,5 32,24 0,94 346,62
133 130 3 130 124 6 112,78 0,92 1212,40
135 134,5 0,5 130,5 124 6,5 116,26 0,94 1249,77
133 131,5 1,5 129 123,5 5,5 99,67 1,09 1071,49
134 133 1 130 124 6 111,70 0,94 1200,74
1,4 5,75
Elbow 90
8
7
6
5
4
Elbow 90
3
2
Poly. (Elbow
1 90)
0
1. Harga Cv
( 3 )
3
1201,262
= =
3
149,299
= 8,05
- Harga C Grafik
= 2,606
3. Kurva
R = 0.1614 Orifice
10
8 Venturi
6 Expon. (Orifice)
4
R = 0.371 Expon. (Venturi)
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Q( cm3/s )
4. Harga Cv
.( 2 )
3
1201,262
= =
3
149,299
= 8,05