Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

SINDROM NEFROTIK

Disusun oleh :
Erwinanto K.A
(20110310003)

Pembimbing :
dr. H. M Bambang Edi S , Sp.A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ILMU KESEHATAN ANAK


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
Identitas Pasien :
Nama : An. T
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : laki-laki

Anamnesis :
Keluhan Utama :
bengkak pada kelopak mata, wajah dan tungkai bagian bawah serta sakit perut.
RPS :
Keluhan bengkak dirasakan sejak 4 hari yang lalu, bengkak awalnya pada kelopak mata,
wajah kemudian pada kaki, paha hingga betis. Sakit perut yang dirasakan juga sejak
4hari yang lalu akan tetapi sakitnya hilang timbul. Keluhan panas (-), kejang (-), batuk
(-), beringus(-), nyeri tenggorokan (-). BAB tidak cair. BAK lancar, warna kuning agak
pekat, nyeri berkemih (-). Nafsu makan baik, dan minum juga baik.

RPD :
Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya, tidak ada alergi obat (-)

RPK :

Dari keluarga tidak ada yang mengalami kejang sebelumnya

Pemeriksaan fisik & Perjalanan Penyakit :


BB :32 kg TB : 143 cm Status Gizi : Baik
KU :CM, tampak lemah Suhu : 36,5 C
RR : 19x/menit Nadi : 66x/menit

Sistemik
Kepala : C.A (-/-) S.I (-/-)
Leher : lln tidak teraba,
Thorax : simetris,retraksi (-)
J : S1-S2 reguler,Bising (-)
P: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : I : Distensi (-), sikatrik (-)
A : Bising Usus (+) normal
P : Timpani
P : NTE (-), Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
Ekstremitas :Hangat, edema +

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan Darah Rutin
RBC 5,19x 1012 /L (N)
WBC 14,3x 109/L ( )
Hb 12,7 g/dL (N)
Hct 35,6 % (N)
- Pemeriksaan Urin Analisis
Protein +++
Glukosa -
Sedimen Urin : RBC +++
WBC +++
Kristal -
Batu -

Diagnosis
Sindrom Nefrotik
Glomerulonefritis Akut

Masalah yang dikaji


1. Apa itu SN ?bagaimana mendiagnosisnya?
2. Bagaimana penatalaksanaannya?
Pembahasan
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium ditegakkan diagnosis kerja
yaitu sindroma nefrotik.

Sindroma nefrotik yang tidak disertai penyakit sistemik disebut sindrom nefrotik primer.
Penyakit ini ditemukan 90% pada kasus anak. Apabila penyakit ini timbul sebagai bagian
daripada penyakit sistemik atau berhubungan dengan obat atau toksin maka disebut sindrom
nefrotik sekunder.

Pada pasien ini menderita sindroma nefrotik yang tidak disertai dengan penyakit
sistemik atau disebut sindroma nefrotik primer.

Penderita dengan sindroma nefrotik datang dengan keluhan bengkak (edema). Edema
mulai dari yang ringan berupa pembengkakan tungkai dan kelopak mata sampai edema seluruh
badan. Perut membuncit karena terisi cairan asites yang kadang-kadang dijumpai sehingga
menimbulkan gangguan pernapasan hal ini karena adanya distensi abdomen dengan atau tanpa
efusi pleura.

Pada pasien ini ditemukan bengkak pada kelopak mata, wajah, dan kedua tungkai. Edema
pertama kali muncul pada pelpebra atau kelopak mata, kemudian wajah, diikuti kedua kaki
serta kedua tungkai. Pada pasien ini tidak tampak adanya asites hal ini dibuktikan dengan
pemeriksaan fisik yaitu undulasi dan sifting dullness, dan tidak tampak gangguan pernapasan.
Pada gastrointestinal, terdapat gangguan yaitu diare sering dialami pasien dalam keadaan
edema yang masif dan keadaan ini rupanya tidak berkaitan dengan infeksi namun diduga
penyebabnya adalah edema dimukosa usus. Pada beberapa pasien nyeri perut kadang-kadang
berat, dapat terjadi pada keadaan SN yang kambuh. Kadang nyeri dirasakan terbatas pada
daerah kuadran atas kanan abdomen.

Pada pasien ini kadang-kadang merasakan sakit perut, akan tetapi pasien ini tidak
mengalami diare.

Selain gambaran klinis , terdapat pula gambaran biokimiawi pada penyakit ini, yaitu
akibat dari protein uria masif berat (lebih dari 40 mg/m 2/jam). Keluarnya protein dalam urin
dalam jumlah besar dan terus menerus akan diikuti dengan hipoalbuminemia, menurunnya
tekanan onkotik plasma dan timbulnya edema. Hiperlipidemia dan kelainan lain seperti
meningkatnya kadar aldosteron plasma dan hormon antidiuretik merupakan keadaan yang
sering ditemukan pada penderita dengan proteinuria masif dan anasarka.

Pada pasien ini, dari hasil pemeriksaan urinalisis didapatkan protein urin (+++)
(proteinuria), dan hasil pemeriksaan darah rutin diperoleh kolesterol total meningkat
(hiperkolesterolemia), kadar albumin menurun (hipoalbuminemia).

Diagnosis penyakit sindroma nefrotik ditegakkan dari anamnesis adanya edema pada
kedua palpebra, dan kedua tungkai. Pada pemeriksaan fisik tampak edema pada palpebra dan
pada kedua tungkai. Hasil laboratorium menunjukkan hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia,
dan proteinuria.

Penanganan Sindrom nefrotik bersifat umum dan khusus. Penanganan umum mencakup
diet tinggi kalori tinggi protein sebanyak 3-4g/kgbb/hari, dengan garam yang minimal
2gr/hari. Pemberian diuretik awalnya diberikan tiazid apabila tidak berespon diberikan
furosemid peroral 1-2 mg/kgbb atau intravena 2-4 mg/kgbb. dan penanganan infeksi sekunder.
Penanganan khusus mencakup pemberian prednison, siklofosfamid dan klorambusil.
Berdasarkan International cooperative study of kidney disease in children (ISKDC) mengajukan
cara pengobatan :
- Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas permukaan
badan atau 2 mg/kgbb/hari.
- Dilanjutkan dengan prednison peroral selama 28 hari dengan dosis 40mg/hari/luas
permukaan badan. Setiap 3 hari dalam 1 minggu.

Diagnosis banding pada pasien ini adalah GNA (glomerulonefritis akut) berdasarkan
anamnesis yaitu adanya edema pada palpebra dan kedua tungkai bawah. Sidroma nefritik atau
GNA memiliki gejala hematuria, hipertensi, edema, oligouria yang terjadi secara mendadak.
Pada pasien tidak tampak adanya hematuria, dan hipertensi.

Anjuran terapi:
- Istirahat sampai edema tinggal sedikit
- Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3-4 g/kgbb/hari
- Dengan garam yang minimal 2gr/hari untuk mengurangi keseimbangan natrium
yang positif.
- Pemberian diuretik : awalnya pasien diberikan tiazid apabila tidak berespon
diberikan furosemid peroral atau intravena 25-1000mg/hari.
- Mencegah infeksi, Inj. Ceftriakson 750 gram/12 jam
- Kortikosteroid
International cooperative study of kidney disease in children (ISKDC)mengajukan
cara pengobatan :
- Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan
- Dilanjutkan dengan prednison peroral selama 28 hari dengan dosis
40mg/hari/luas permukaan badan. Setiap 3 hari dalam 1 minggu.
- IVFD ringer laktat 12 tetes/ menit.

Anda mungkin juga menyukai