Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR

Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di


institusimaupun di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik..

B. PENGERTIAN

Terapi modalitas yaitu suatu terapi yang dilakukan dengan cara


melakukan berbagai pendekatan penanganan pada klien dengan gangguan
jiwa. Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana
perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhan. Dapat juga didefinisikan terapi
modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien dengan gangguan
yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah prilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan prilaku maladaptifnya menjadi prilaku yang adaptif

C. Jenis jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapi modalitas, yaitu diantaranya :

1. Terapi individual

2. Terapi lingkungan (milleu terapi), diantaranya :

Terapi rekreasi

Terapi kreasi seni

Pettheraphy

Planttheraphy
Terapi biologis atau terapi somatic

Terapi kognitif

Terapi okupasi

Terapi keluarga

Terapi kelompok

Terapi prilaku

Terapi bermain

Dalam Kasus Kali Ini saya hanya akan membahan Tentang Terapi Kerja
(Okupasi) dan Terapi Rekreasi.

BAB III

PEMBAHASAN

A. TERAPI KERJA (OKUPASI)

1. Definisi

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih
ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan
orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).

Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui


kesibukan atau pekerjaan tertentu. Terapi okupasi adalah salah satu jenis
terapi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitas medis. Penekanan
terapi ini adalah sebagai pada sensomotorik dan proses neurologi dengan
cara memanipulasi, memfasilitasi dan mengnibisi lingkungan, sehingga
tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kamampuan anak.
Dengan memperhatikan asset (kemampuan) dan Emitasi (keterbatasan)
yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak.

Terapi okupasi adalah prilaku atau kegiatan kegiatan


individu yang akan dilakukan pada area kerja, perawatan diri dan rekreasi.

Terapi okupasi adalah suatu aktifitas aktifitas yang


secara disadari dapat dilihat, direncanakan dan menyenangkan.

Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan


partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah
ditentukan dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlian yang
dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.

Prinsip :

Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan


ini sebagai suatu kebutuhan dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan
bekal hidup.

2. Tujuan terapi okupasi


Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah:

a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.

1) Menciptakan kondisi tertentu sehingga klien dapat mengembangkan


kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.

2) Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.

3) Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.

4) Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan


terapi.

b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak,


sendi, otot dan koordinasi gerakan.

c. Mengajarkan ADL seperti makan, berpakaian, BAK, BAB dan


sebagainya.

d. Membantu klien menyesuaikan diri dengan tugas rutin di rumah.

e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan


kemampuan yang dimiliki.

f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba klien untuk


mengetahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan
bersosialisasi, bakat, minat dan potensinya.

g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah klien


kembali di lingkungan masyarakat.
3. Aktivitas

Muhaj (2009), mengungkapkan aktivitas yang digunakan dalam


terapi okupasi, sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan,
lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapi
sendiri (pengetahuan, keterampilan, minat dan kreativitasnya).

a. Jenis

Jenis kegiatan yang dapat dilakukan meliputi: latihan gerak badan,


olahraga, permainan tangan, kesehatan, kebersihan, dan kerapian pribadi,
pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti dengan
mengajarkan merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel), praktik
pre-vokasional, seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain), rekreasi
(tamasya, nonton bioskop atau drama), diskusi dengan topik tertentu
(berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan)
(Muhaj, 2009).

b. Aktivitas

Aktivitas adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan


seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan
berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

1) Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas.
Jadi, bukan hanya sekedar menyibukkan klien.

2) Mempunyai arti tertentu bagi klien, artinya dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan klien.
3) Klien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaanya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.

4) Harus dapat melibatkan klien secara aktif walaupun minimal.

5) Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi klien, bahkan


harus dapat meningkatkan atau setidaknya memelihara kondisinya.

6) Harus dapat memberi dorongan agar klien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.

7) Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.

8) Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian


dengan kemampuan klien.

4. Indikasi terapi okupasi

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi


okupasi sebagai berikut:

a. Klien dengan kelainan tingkah laku, seperti klien harga diri rendah
yang disertai dengan kesulitan berkomunikasi.

b. Ketidakmampuan menginterpretasikan rangsangan sehingga reaksi


terhadap rangsang tidak wajar.

c. Klien yang mengalami kemunduran.

d. Klien dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.

e. Orang yang mudah mengekspresikan perasaan melalui aktivitas.

f. Orang yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung daripada


membayangkan.

5. Karakteristik aktivitas terapi


Riyadi dan Purwanto, (2009), mengemukakan bahwa
karateristik dari aktivitas terapi okupasi, yaitu: mempunyai tujuan jelas,
mempunyai arti tertentu bagi klien, harus mampu melibatkan klien
walaupun minimal, dapat mencegah bertambah buruknya kondisi, dapat
memberi dorongan hidup, dapat dimodifikasi, dan dapat disesuaikan
dengan minat klien.

6. Analisa aktivitas

Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari


kegiatan terapi okupasi, meliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti
latihan gerak badan atau pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari
kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi klien, sarana atau alat atau
aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan,
persiapan terhadap sarana pendukung dan klien maupun perawat,
pelaksanaan dari kegiatan yang telah direncanakan, kontra indikasi dan
disukai klien atau tidak disukai yang disesuaikan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh klien.

7. Proses terapi okupasi

Adapun proses dari terapi okupasi, sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, meliputi data tentang identitas klien, gejala,


diagnosis, perilaku dan kepribadian klien. Misalnya klien mudah sedih, putus
asa, marah.

b. Analisa data dan identifikasi masalah dari data yang telah dikaji
ditegakkan diagnosa sementara tentang masalah klien maupun keluarga.

c. Penentuan tujuan dan sasaran dari diagnosa yang ditegakkan dapat


dibuat sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.

d. Penentuan aktivitas jenis kegiatan yang ditentukan harus disesuaikan


dengan tujuan terapi.
e. Evaluasi kemampuan klien, inisiatif, tanggungjawab, kerjasama, emosi
dan tingkah laku selama aktivitas berlangsung. Dari hasil evaluasi
rencanakan kembali kegiatan yang sesuai dan akan dilakukan. Evaluasi
dilakukan secara periodik, misalnya 1 minggu sekali dan setiap selesai
melaksanakan kegiatan.

8. Pelaksanaan Terapi

Terapi okupasi dapat dilakukan secara individu maupun


kelompok tergantung dari kondisi klien dan tujuan terapi.

a. Metode

1) Individual: dilakukan untuk klien baru masuk, klien yang belum mampu
berinteraksi dengan kelompok dan klien lain yang sedang menjalani
persiapan aktivitas.

2) Kelompok: klien dengan masalah sama, klien yang lama dan yang
memiliki tujuan kegiatan yang sama. Jumlah anggota kelompok yang
nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang
(Keliat dan Akemat, 2005). Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart
dan Laraia (2001, dalam Keliat dan Akemat, 2005) adalah 7-10 orang,
Rawlins, Williams, dan Beck (1993, dalam Keliat dan Akemat, 2005)
menyatakan jumlah anggota kelompok adalah 5-10 orang. Jika anggota
kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat
kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya.
Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi.
Johnson (dalam Yosep, 2009) menyatakan terapi kelompok sebaiknya tidak
lebih dari 8 anggota karena interaksi dan reaksi interpersonal yang terbaik
terjadi pada kelompok dengan jumlah sebanyak itu. Apabila keanggotaanya
lebih dari 10, maka akan terlalu banyak tekanan yang dirasakan oleh
anggota sehingga anggota merasa lebih terekspos, lebih cemas, dan
seringkali bertingkah laku irrasional.

b. Waktu

Terapi dilakukan 1-2 jam setiap sesi baik metode individual


maupun kelompok dengan frekuensi kegiatan per sesi 2-3 kali dalam
seminggu. Setiap kegiatan dibagi menjadi 2 bagian, pertama: -1 jam yang
terdiri dari tahap persiapan dan tahap orientasi, kedua: 1-1/2 jam yang
terdiri dari tahap kerja dan tahap terminasi (Riyadi dan Purwanto, 2009).

B. TERAPI REKREASI

1. Definisi

Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan


media reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan
sebagainnya) dengan tujuan mengurangi ketergantungan emosional dan
memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah
dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan
sertamengembangkan kemampuan hubungan social.

Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan


cara yang positif dan juga sebagai per umpan balik dari pasien dan
penelitian, orang-orang yang menggunakan terapi ini jarang depresi atau
stres karena penyakit mereka.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi selama 1-2 jam klien mampu melakukan
kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial

b. Tujuan Khusus

1) Mampu mengikuti terapi rekreasi dengan baik

2) Mampu melakukan rekreasi secara independent.

3) Mampu meningkatkan fungsi sosial.

4) Mampu meningkatkan ekspresi kreatif.

3. Manfaat Terapi Rekreasi

a. Meninggkatkan kesejahteraan fisik (berat menejemen, diabetes dan


hipertensi).

b. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan menggunakan berbagai


modalitas pengobatan.

c. Positif manajemen strategi untuk mengatasi prilaku yang tidak di


inginkan.

d. Penurunan kecemasan.

e. Meningkatkan pengetahuan sumber daya masyarakat.

f. Penurunan isolasi sosial.

g. Meningkatkan fungsi sosial.

h. Pengembangan ketrampilan rekreasi baru.

i. Meningkatkan kemandirian dalam fungsi rekreasi.

j. Perkaya rohani pembangunan.

k. Meningkatkan ekspresi kreatif.


l. Meningkatkan manajemen waktu luang.

m. Partisipasi rekreasi Independent.

4. Metode

Terapi rekreasi dapat dilakuakn baik secara individual maupun


dengan berkelompok tergantung darikeadaan pasien itu sendiri, serta
jumlah tenaga medis (theraphyst) yang ada.

Adapun tujuan darimetode ini yaitu :

a. Individu :

1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya tanpa dalam keadaan tertekan


dan dalam keadaanrileks.

2) Mendapatkan lebih banyak informasi sekaligus mempermudah dalam


melakukan evaluasi.

3) Bagi klien yang cenderung tidak berani mengungkapkan perasaannya,


dapat mengungkapkanperasaaan lebih dalam tentang apa yang dirasakan.

4) Klien mampu meningkatkan menejement waktu luang.

5) Klien memiliki pengembangan ktrampilan rekreasi baru.

b. Kelompok :

1) Klien dapat bersosialisasi dengan rekan rekan lainnya dalam kelompok


tersebut.

2) Klien dapat belajar terbuka terhadap orang lain mengenai perasaan serta
masalah yangdihadapinya.
3) Klien dapat bertukar pikiran dan saling mengisi dengan rekan rekan
satu kelompok yanglainnya serta belajar untuk menemukan problem solving
dari perasaan yang dirasakan oleh klien.

4) Klien tidak merasa mengalami penurunan isolasi sosial.

5) Klien dapat meningkatkan fungsi sosial dalam bermasyarakat

5. Waktu

Terapi rekreasi dilakukan antara 1 sampai 2 jam setiap session baik


individu maupun kelompoksetiap hari, 2 kali atau 3 kali seminggu
tergantung kesiapan pasien, tujuan terapi,tersedianya tenaga dan fasilitas
dan sebagainya. Ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1 jam untukberdiskusi
dan saling bertukar pendapat dengan therapist ataupun rekan pasien
lainnya dan 1 jamuntuk melakukan evaluasi hasil diskusi. Dalam evaluasi ini
dibicarakan mengenai pelaksanaanpelaksanaan tersebut, antara lain
kesulitan yang dihadapi oleh pasien , problem solving yangditemukan baik
untuk rekan pasien maupun dari petugas medis (therapist), perasaan yang
dirasakanoleh klien setelah dilakukan tindakan tersebut.

6. Media

Dalam pelaksanaan dari terapi rekreasi ini merupakan suatu hal yang
sangat diperhitungkan, karenakeberhasilan dari terapi ini sangat tergantung
dari media yang digunakan.

a. Tempat
Beberapa orang mengemukakan ruang yang cukup tenang dengan udara
yang sejuk, taman, alambebas seperti: pegunungan dan danau merupakan
tempat yang cukup baik untuk digunakan sebagaisarana terapi rekreasi.

Dimana dalam tempat ini pasien dapat merasa nyaman serta relaks
sehinggapasien mampu mengungkapkan perasaannya tanpa harus merasa
tertekan.

Pada keadaan tertentu pada terapi rekreasi yang dilakukan dalam


ruangan, harus ditambahkanpenggunaan media lain seperti suara music
dapat meningkatkan rasa nyaman pasien.

Bila terapi ini dilakukan didalam ruangan sifatnya berkelompok, akan lebih
efektif jika terdiri dari 4 sampai 6 orang pada pasien yang mengalami KIS.

Jumlah ini relative efektif bagi therapist sertapasien dalam pelaksanaan


terapi.

b. Music

Music merupakan salah satu media rekreasi juga dapat ditambahkan saat
melakukan terapi .keberadaan music juga dapat membuat pasien merasa
lebih tenang dan nyaman.

Pada perkembangan terapannya , terapi music juga sempat disebut


sebagai terafi alternative karenadigunakan bila penanganan medis lain
sudah dianggap sudah tidak memadai lagi.

Misalnya dalamkasus autism dan katatonia(kekakuan sekujur badan


disebabkan gangguan psikologis), ketikakemampuan verbal menjadi hilang,
terapi music diharapkan dapat memberikan sumbangan yanglebih
bemanfaat Music mampu menghadirkan rasa emosi tertentu, bahkan
respon fisik.
Untuk pasie-pasien jiwa,music dapat membantu mereka untuk berkumpul
dan bersam sebagai keluarga dan mengingatkanmereka pada saat
membahagiakan yang pernah terjadi pada diri mereka sehingga pasien
lebihtenang menghadapi masalahnya.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa efek biologis dari suara dan
music dapatmengakibatkan:

a. Energy otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimulasi


irama.

b. Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur.

c. Membuat tubuh dan pikiran terasa rileks. Tubuh dan pikiran yang rileks
akan meningkkatkankempuan penyembuhan diri secara alami. Terapi music
ini nsangat cocok untuk pasien yang sedangdalam masa penyembuhan.

d. Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah, fungsi


endokrin.

e. Berkurangnya stimulus sensori dalam berbagai tahapan.

f. Kelelahan berkurang atau tertunda, tetapi ketegangan otot meningkat.

g. Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh.

h. Perubahan pada metabolism dan biosintesis pada beberapa proses


enzimc.

Komunikasi Terapeutik Komunikasi yang terapeutik juga akan


mempengaruhi perasaan klien dan keberhasilan dari terapirekreasi.
Seorang teraphyst harus dapat menggunakan metode ini saat
berkomunikasi dengan baikuntuk menumbuhkan rasa percaya
klien.Manfaat komunikasi terapeutik pada klien adalah mendorong dan
menganjurkan kerja sama antaraperawat dan klien melalui hubungan
perawat dan klien. Mengidentifikasi, mengungkap perasaandan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.Berbicara
dengan tenang, sopan, dan sambil menatap mata klien dapat
menumbuhkan rasa percayaklien pada seorang theraphyst. Apabila klien
dan theraphyst dapat membina hubungan salingpercaya maka klien akan
dapat mengemukakan perasaannya dengan jujur tanpa harus takut
dantidak memanipulasi keadaan sehingga besar kemungkinan therapy ini
akan berhasil.

7. Terminasi

Keterlibatan seseorang klien dalam menjalani kegiatan terapi rekreasi


ini dapat diakhiri apabilakeadaan klien itu sendiri sudah menunjukkan
perkembangan kearah yang lebih baik dari sebelumnya seperti :

1) Klien mampu diajak berkomunikasi.

2) Klien mampu mencurahkan perasaan mampu menceritakan masalah


yang dialaminya.

3) Klien mampu dalam bersosialisasi dengan orang lain.

4) Klien tidak mengalami penurunan isolasi sosial.

5) Klien mampu menemukan problem solving atas permasalahan, baik yang


dirasakan maupunpermasalahan orang lain.

6) Klien tampak lebih tenang dan rilaks dari yang sebelumnya.

7) Klien mampu meningkatkan manajemen waktu luang.

8) Klien memiliki pengembangan ketrampilan rekreasi baru.


BAB IV

PENUTUP

Dalam Modalitas Terapi Kerja (Okupasi) dan Rekreasi yang penulis pelajari
bahwa Manusia mengalami resiko tinggi Gangguan kejiwaan yang tampak
sesuai dengan keadaan pasien.adapun kesimpulan dan saran yang penulis
buat adalah sebagai berikut:

A. KESIMPULAN

1. Dari pembahasan tentang materi terapi Kerja (Okupasi) diatas dapat


kami simpulkan beberapa hal sebagai berikut :

- Pengertian : terapi okapasi adalah usaha penyembuhan melalui


kesibukan atau pekerjaan tertentu.

- Sasaran : Pemulihan, pengembangan, pemeliharaan fisik, intelektual,


social, dan emosi.

- Fisik: Kecepatan bergerak dan kekuatan pemeliharaan daerah gerak


sendi kontrol otot

- Intelektual: Menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan


daya kreativitas, integrasi antara otot dan pengetahuan pasien, ekspresi
perasaan klien.

- Sosial dan Emosi : Peningkatan hubungan yang sehat di dalam


kelompok. Menjalankan aturan main dalam kelompok, memimpin dan
mengikuti kepemimpinan orang lain.

- Tujuan : terapi okupasi tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi


mencakup pengembangan intelektual, social, emosi, maupun kreatifitas.
- Diversional : Terapi okupasi dapat di gunakan untuk mengalihkan
perhatian agar tidak terjadi neorosis ( kegagalan individu memecahkan
masalah atau tuntutan dimasyarakat yang membuatnya terganggu dalam
pemeliharaan maupun penyesuaian diri )

- Pemulihan Fungsional : Membuat persediaan otot, dan kondisi


tubuh umumnya berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidup.

- Latihan dan Prefokasional. : Memberi peluang persiapan menghadapi


tugas, pekerjaan atau profesi yang sesuai dengan kondisinya.

Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat


mendasarkanpotensi yang dimiliki klien (modal-modality) sebagai titik tolak
terapi atau penyembuhan. Teerapirekreasi merupkan salah satu jenis dari
terapi modalitas dimana terapi ini menggunakan kegiatanpada waktu luang,
dengan tujuan klien dapat melakuakan kegiatan secara konstruktif
danmenyenangkan serta mmengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Terapi ini memiliki beberapatuujuan yaitu: Mampu mengikuti terapi rekreasi
dengan baik;

- Mampu melakukan rekreasi secaraindependent; Mampu


meningkatkan fungsi sosial,dan mampu meningkatkan ekspresi kreatif.

B. SARAN

1. Bagi keluarga klien Terapi Kerja (Okupasi)


- Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi kepada klien

- Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim
medis.

- Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan


medis

- Bagi perawat atau tim medis

- Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian

- Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang


tujuan dan tindakan yang akan di lakukan.

- Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan


pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

- http://wdnurhaeny.blogspot.com/2010/02/terapi-okupasi-dan-
rehabilitasi-wnes.html

- Keliat, B.A. dan Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Akitivitas


Kelompok. Jakarta: EGC.

- Muhaj, K. 2009. Terapi Okupasi dan Rehabilitasi.

- Keliat,Budi Anna. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas


Kelompok. Jakara: EGC
- Kusmawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

- Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika

- Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Graha Ilmu

- Ann. 2010. Aktivitas Fungsional dan Terapi Rekreasi. 29 Mei 2010.


Ann8110 blogspot. (Diakses 13 Juni 2011)
http://kumpulanmaterikeperawatan.blogspot.com/2011/05/laporan-terapi-
kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai