Uveitis
Uveitis
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB III Sistem
penglihatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Uveitis adalah peradangan pada uvea yang terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar,
karoid. (www.medicastore.com, 2008)
Uveitis adalah invlamasi salah satu struktur traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid). karena
uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada mata maka jika
terjadi peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan. (Brunner dan
Suddarth, 2001)
2.2 Klasifikasi
Ada empat tipe-tipe dari uveitis:
1. Iritis adalah bentuk uveitis yang paling umum. Ia mempengaruhi iris dan seringkali
dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun seperti rheumatoid arthritis. Iritis mungkin
berkembang tiba-tiba dan mungkin berlangsung sampai delapan minggu, bahkan dengan
perawatan.
2. Cyclitis adalah suatu peradangan dari bagian tengah mata dan mungkin mempengaruhi otot
yang mengfokuskan lensa. Ini juga dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung beberapa
bulan.
3. Retinitis mempengaruhi belakang mata. Ia mungkin maju secara cepat, membuatnya sulit
untuk dirawat. Retinitis mungkin disebabkan oleh viris-virus seperti shingles atau herpes dan
infeksi-infeksi bakteri seperti syphilis atau toxoplasmosis.
4. Choroiditis adalah suatu peradangan dari lapisan dibawah retina. Ia mungkin juga
disebabkan oleh suatu infeksi seperti tuberculosis.
2.3 Etiologi
1)Alergen
2)Bakteri
3)Jamur
4)Virus
5)Bahan kimia
6)Trauma
7)Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa, spondilitis, ankilosis, sindroma
reiter, pars planitis, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, nekrosis retina akut,
toksokariasis, histoplamosis, tuberkulosis, sifilis, sindroma behcel, oflamia simpatetik,
sindroma vogt-hoyanagi-harada, sarkoma/limfoma.
(www.medicastore.com)
2.4 Patofisiologi
Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah
yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi perikorneal atau pericorneal
vascular injection). Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam
akuos humor, sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada
pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu
partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndal). Kedua gejala tersebut menunjukkan
proses keradangan akut. Pada proses keradangan yang lebih akut, dapat dijumpai
penumpukan sel-sel radang di dalam BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit
ke dalam BMD, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan
berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic
precipitate (KP). Ada dua jenis keratic precipitate,yaitu:
1. mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-
pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis
granulomatosa.
2. punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat
pada jenis non granulomatosa.
Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses keradangan akan berjalan terus dan
menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan
perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior,
ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan
pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel
radang, disebut oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya
trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang
ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan
mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola
mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga
terjadi gangguan metabolisme lensa, yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi
katarak komplikata. Apabila keradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis
(peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan abses di
dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan
kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses).
Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani, dapat
pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini
sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang
mengenai badan silier.
Secara garis besar, patofisiologi dan komplikasi dari uvitis anterior dapat digambarkan
dengan bagan berikut:
Dilatasi pembuluh darah kecil
hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection)
Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD BMD keruh, sel dan flare (+), efek
tyndal (+)
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Uveitis
1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus diberikan segera untuk
mencegah pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal dipergunakan
untuk mengurangi peradangan dan kaca mata hitam
2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis), diberikan steroid topikal atau injeksi
untuk kasus yang berat
3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid/retina) biasanya berhubungan
dengan berbagai macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik
diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan
sistemik yang mendasarinya.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) denganberbagai
penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalamiinflamasi biasanya
juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang irisdan badan siliar bagian
depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara
hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksialergi mata. Uveitis anterior
dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dandikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6
minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan gunamendapat sedikit gambaran mengenai
penyebab uveitis. Penatalaksanan yang utamauntuk uveitis tergantung pada keparahannnya
dan bagian organ yang terkena danprognosis kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik
jika dapat didiagnosis secara awal
3.2 Saran
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif,
FKUGM, Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
3. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th.
2006:1-2
4. www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2
5. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127