Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

TERAPI CAIRAN

Oleh :

M. LEFI PERDANA

NIM. 11101033

Pembimbing :

dr. BENNY CHAIRUDDIN, Sp.An., M.Kes

KKS BAGIAN ILMU ANESTESI RSUD TENGKU RAFIAN SIAK


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji syukur penulis panjatkan atas rahmat dan nikmat
Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul TERAPI
CAIRAN. Referat ini diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS Ilmu
Anestesi di RSUD Tengku Rafian.

Dalam menyelesaikan referat ini penulis banyak mendapat bantuan bimbingan


dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya referat ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
dokter pembimbing dan segenap Staff Bagian Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian
atas bimbingan dan pertolongannya selama menjalani kepaniteraan klinik bagian
Anestesi dan dapat menyelesaikan penulisan dan pembahasan referat ini.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis mohon maaf atas segala kesalahan, sehingga kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan
penulisan referat berikutnya.

Siak, 14 Juli 2016

Penulis

M. Lefi Perdana

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi cairan tubuh. 6
II.2. Fisiologi cairan tubuh 6
II.2.1. Distribusi cairan tubuh 6
II.2.2. Komponen cairan tubuh 8
II.2.3. Proses pergerakan cairan tubuh 11
II.2.4. Asupan, ekskresi cairan dan elektrolit fisiologis 12
II.2.5. Perubahan cairan tubuh 13
II.2.6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pembedahan 18
II.3. Terapi cairan 20
II.3.1. Jenis-jenis cairan 21
II.3.2. Terapi cairan preoperatif 25
II.3.3. Terapi cairan intraoperatif 25
II.3.4. Terapi cairan postoperatif 26
II.3.5. Prognosis terapi cairan 27
BAB III PENUTUP
III. Kesimpulan 28
DAFTAR PUSTAKA 29

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan yang jumlahnya berbeda-
beda tergantung usia dan jenis kelamin serta banyaknya lemak didalam tubuh.
Dengan makan dan minum tubuh mendapatkan air, elektrolit serta nutrien-nutrien
yang lain. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk setara dengan
jumlah yang keluar. Pengeluaran cairan dan elektrolit dari tubuh dapat berupa urin,
tinja, keringat dan uap air pada saat bernapas. Cairan berfungsi sebagai pengangkut
zat makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil
metabolisme sel untuk menunjang berlangsungnya kehidupan.1
Pada bayi prematur jumlah cairannya sebesar 80% dari berat badan, bayi
normal sebesar 70-75% dari berat badan, sebelum pubertas 65-70% dari berat badan,
orang dewasa normal sekitar 50-60% dari berat badan. Kandungan air didalam sel
lemak lebih rendah dari pada kandungan air didalam sel otot, sehingga cairan total
pada orang gemuk lebih rendah dari pada mereka yang tidak gemuk.1
Cairan didalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
ekstrasel dan intrasel. Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solute
berupa kation dan anion (elektrolit) yang penting dalam mengatur keseimbangan
cairan dan fungsi sel.2
Gangguan keseimbangan cairan adalah adanya ketidakseimbangan antara air
yang masuk dan keluar dari tubuh, ketidakseimbangan antara cairan intrasel dan
ekstrasel serta ketidakseimbangan antara cairan interstitial dan intravaskular.2,4
Terapi cairan dibutuhkan bila tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit
serta zat-zat makanan ke dalam tubuh secara oral misalnya pada saat pasien harus
berpuasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok
hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah dan lain-lain. Dengan terapi cairan
kebutuhan akan air dan elektrolit akan terpenuhi.3

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 4


Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk mengganti defisit pra
bedah, selama pembedahan dan pasca bedah diamana saluran pencernaan belum
berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan normal harian.
Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-tanda
hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa edema paru
dan gagal nafas.3
Pada saat melakukan terapi cairan, perlu diperhatikan pula jenis cairan yang
digunakan untuk penggantinya. Cairan tersebut dapat berupa kristaloid atau koloid
yang masing-masing mempunyai keuntungan tersendiri yang diberikan sesuai dengan
kondisi pasien. Dalam keadaan tertentu adanya terapi cairan dapat pula digunakan
sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat
juga untuk menjaga keseimbangan asam basa.1

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi cairan tubuh


Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiseluler
seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.2

II.2. Fisiologi cairan tubuh


II.2.1. Distribusi cairan tubuh1,3,4
Air adalah pelarut (solven) terpenting dalam komposisi cairan makhluk hidup.
Persentase air tubuh total atau Total Body Water (TBW) terhadap berat badan berubah
sesuai umur, menurun cepat pada awal kehidupan. Pada saat lahir, TBW 78% berat
badan. Pada beberapa bulan pertama kehidupan, TBW turun cepat mendekati kadar
dewasa 55-60 % berat badan pada saat usia 1 tahun. Pada masa pubertas, terjadi
perubahan TBW selanjutnya. Karena lemak mempunyai kadar air yang lebih rendah,
persentase TBW terhadap berat badan lebih rendah pada wanita dewasa yang
mempunyai lebih banyak lemak tubuh (55%) daripada laki-laki, yang mempunyai
sedikit lemak. Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen
intraselular dan kompartemen ekstraselular.

Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang
dewasa, sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan
cairan intraselular. Cairan intraseluler terlibat dalam proses metabolik yang
menghasilkan energi yang berasal dari nutrien-nutrien dalam cairan tubuh.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 6


Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Cairan
ekstraseluler berperan dalam mempertahankan sistem sirkulasi, mensuplai nutrient ke
dalam sel, dan membuang zat sisa yang bersifat toksik. Jumlah relatif cairan
ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah
dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular.
Cairan ekstraselular dibagi menjadi:
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar
11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstitial.
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter
dimana 3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel
darah putih dan platelet.
Cairan transeluler
Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
seperti: serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler
adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan
keluar dari ruang transeluler.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 7


Intraselular
(40%)
Cairan tubuh Interstitial
(60%) (15%)
Ekstraselular
(20%)
Intravaskuler
(5%)

Skema 1. Distribusi cairan tubuh

Cairan intravaskuler (5% BB) bila ditambah eritrosit (3% BB) menjadi darah.
Jadi volume darah sekitar 8% dari berat badan. Jumlah darah bila dihitung
berdasarkan estimated blood volume (EBV) adalah:
Neonatus = 90 ml/kg BB
Bayi = 80 ml/kg BB
Anak dan dewasa = 70 ml/kg BB

II.2.2. Komponen cairan tubuh3,5


Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non
elektrolit.

Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.
Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam
miliekuivalen/mEq).

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 8


Kation : Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+).
Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar
sodium dan potassium ini.

Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling
berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma:
135-145mEq/liter.12 Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana +
70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine
100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter. Kebutuhan
setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan
natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi
keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium
dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial.
Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel
dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah
kegagalan sirkulasi.

Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler
berperan penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Jumlah kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat
berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang
terikat dengan protein didalam sel.
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3
mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 9


H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72
mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter.

Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%
dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini
tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme
kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,
ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan +
1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.

Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk
pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.

Anion : Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah
ion fosfat (PO43-).
Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah
satu hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal.
Sedikit sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat
dikontrol oleh paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan
asam basa.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 10


Tabel 1. Komposisi Elektrolit pada Cairan Tubuh
Cairan Cairan
Plasma
Elektrolit Interstitial Intracellular
(mEq/L)
(mEq/L) (mEq/L)

Na+ 142 145 10

K+ 4 4 159

Mg2+ 2 2 40

Ca2+ 5 3 1

Cl- 103 117 10

HCO3- 25 27 7
Adapted from Campbell I: Physiology of fluid balance.Anaesth Intensive Care Med 7:462-465
2006.

Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.

II.2.3. Proses pergerakan cairan tubuh1,5


Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan
mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan
energy sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan
osmosis adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif
berhubungan dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP.
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:
a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 11


kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh
kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui
air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+5 mOsm/L. Larutan dengan
tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,
Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.

b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan
hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-
pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.

c. Pompa Natrium Kalium


Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion
natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.

II.2.4. Asupan, ekskresi cairan dan elektrolit fisiologis1,3


Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah
oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera
pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal.
Pada keadaan normal, seseorang mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000-
2500 ml per hari, dalam bentuk cairan maupun makanan padat dengan kehilangan
cairan rata rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml
kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 12


II.2.5. Perubahan cairan tubuh6,8
Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
a. Defisit volume
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang
paling umum. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan di gastrointestinal
akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab lainnya
dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi
jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangan
cairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat
dan jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai
defisi volume cairan ekstraselular yang berat terjadi.

Dehidrasi
Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari
natrium menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau
hipernatremik (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling
sering terjadi (80%), sedangkan dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar
5-10% dari kasus.

Dehidrasi isotonis (isonatremik): terjadi ketika kehilangan cairan hampir


sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan
natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun
kompartemen ekstravaskular.

Dehidrasi hipotonis (hiponatremik): terjadi ketika kehilangan cairan


dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan
hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih
banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah,

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 13


air di kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen
ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular.

Dehidrasi hipertonis (hipernatremik): terjadi ketika kehilangan cairan


dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan
hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak
dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.

b. Kelebihan volume
Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat
iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan
kelebihan air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosayang
menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal
(gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan
intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap
atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi
a. Hiponatremia
Kadar natrium normal 135-145 mEq/L, bila kurang dari 135 mEq/ L, sudah
dapat dibilang hiponatremia. Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala
disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan,
sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma.
Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi
psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space
losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi
dengan restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl 3% ssebanyak (140-
X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 14


Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara
perlahanlahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk
menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus :

Na= Na1 Na0 x TBW

Keterangan:
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang aktual
TBW = Total Body Water = 0,6 x BB (kg)

b. Hipernatremia
Bila kadar natrium lebih dari 145 mEq/L disebut dengan hiperkalemia. Jika
kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,
letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan
cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan
air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian
cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.

c. Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut
kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis
kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa. Terapi
hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis, hipomagnesemia,
obat-obatan), infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild
hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 15


monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan
EKG, kelemahan otot yang hebat).13 Rumus untuk menghitung defisit kalium :

K = K1 K0 x 0,25 x BB

Keterangan:
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)

d. Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal
atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin,
diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat
(parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik, perubahan
EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium klorida 10%
dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10 menit, atau diuretik,
hemodialisis.

3. Perubahan komposisi
a. Asidosis Respiratorik (pH < 3,75 dan PaCO2 > 45 mmHg)
Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk
menurunkan ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat
dari ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis,
pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen atas, distensi abdomen dan
penggunaan narkose yang berlebihan. Manajemennya melibatkan koreksi yang
adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila perlu.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 16


Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat post operatif adalah sangat
penting.

b. Alkalosis Respiratorik (pH > 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)


Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi
yang dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis
terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk
mengkoreksi masalah yang mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia,
penggunaan yang tepat dari ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yang
terjadi.

c. Asidosis Metabolik (pH < 7,35 dan bikarbonat < 21 mEq/L)


Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan
bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus
kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang terjadi adalah
peningkatan ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok,
diabetik ketoasidosis, kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol.
Terapi sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi
bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanya setelah
kompensasi alkalosis respirasi digunakan.

d. Alkalosis metabolik (pH > 7,45 dan bikarbonat > 27 mEq/L)


Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan
bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien
bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular. Terapi
yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan
potasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran
pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang sering.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 17


II.2.6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pembedahan9
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
intraoperatif dan postoperatif.

A. Faktor-faktor preoperatif
1. Kondisi yang telah ada
Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat diperburuk
oleh stres akibat operasi.
2. Prosedur diagnostik
Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker intravena
dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal
karena efek diuresis osmotik.
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi eksresi air
dan elektrolit.
4. Preparasi bedah
Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air dan
elekrolit dari traktus gastrointestinal.
5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada.
6. Restriksi cairan preoperatif
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan
cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien
menderita demam atau adanya kehilangan abnormal cairan.
7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya
Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari anestesi.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 18


B. Faktor-faktor intraoperatif
1. Induksi anestesi
Dapat menyebabkan terjadinya hipotensi pada pasien dengan hipovolemia
preoperatif karena hilangnya mekanisme kompensasi seperti takikardia dan
vasokonstriksi.
2. Kehilangan darah yang abnormal.
3. Kehilangan abnormal cairan ekstraselular ke third space (contohnya
kehilangan cairan ekstraselular ke dinding dan lumen usus saat operasi).
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka
operasi yang besar dan prosedur operasi yang berkepanjangan).

C. Faktor-faktor postoperatif
1. Stres akibat operasi dan nyeri pasca operasi
2. Peningkatan katabolisme jaringan
3. Penurunan volume sirkulasi yang efektif
4. Risiko atau adanya ileus postoperatif

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 19


II.3. Terapi cairan1,6,8
Terapi cairan merupakan tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid
(plasma ekspander) secara intravena.
Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti
perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.
Terapi cairan resusitasi
Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut
cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki
perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan
resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer
Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-60 menit.
Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam 10 menit.
Terapi rumatan
Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan
elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari.
Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat
pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan
pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu :
Tabel 2. Rumus Holiday Segar

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan


karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 20


elektrolit yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran +
saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang
mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa
elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga
dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena
seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan
efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak
mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat
mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke
ruang peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar
kecilnya pembedahan, yaitu :
6-8 ml/kg untuk bedah besar
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil

II.3.1. Jenis-jenis cairan7,9


1. Cairan Kristaloid
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata
sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume
intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30
menit.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir
menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan
mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang
sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 21


mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan
menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan
lebih banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka
kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitial.
Pada suatu penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah sedikit
larutan kristaloid akan masuk ruang interstitial sehingga timbul edema perifer dan
paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan luka,
apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%. Selain itu, pemberian cairan
kristaloid berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan
intrakranial.

2. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang
mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan
ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.
Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama
pada syok hipovolemik/hemorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia
berat dan kehilangan protein yang banyak (misalnya luka bakar).

Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:


a. Koloid alami:
Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia (5 dan 2,5%).
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60 C selama 10 jam
untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma
selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta
globulin.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 22


b. Koloid sintetis:
1. Dextran:
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan
Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh
bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa.
Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik
dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki
aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan
(viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang
dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII,
meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran
melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan
memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit)
terlebih dahulu.
2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000-1.000.000,
rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg.
Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat
urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid
ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar
serum amilase ( walau jarang). Low molecullar weight Hydroxylethyl starch
(Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma
hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam.
Karena potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan
toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch
dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.
3. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 23


Ada 3 macam gelatin, yaitu:
- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
- Urea linked gelatin
- Oxypoly gelatin

Tabel 3. Keuntungan dan kerugian cairan kristaloid dan koloid


Kristaloid Koloid
Keuntungan - Tidak mahal - Mempertahankan cairan
- Aliran urin lancar intravaskular lebih baik (1/3
(meningkatkan volume cairan bertahan selama 24 jam)
intravaskular) - Meningkatkan tekanan onkotik
- Pilihan cairan pertama u/ plasma
resusitasi perdarahan dan - Membutuhkan volume yang
trauma lebih sedikit
- Mengembalikan kehilangan - Mengurangi kejadian edema
pada ruang cairan ke-3 perifer
- Dapat menurunkan tekanan
intrakranial
Kerugian - Mengencerkan tekanan - Mahal
osmotik koloid - Menginduksi koagulopati
- Menginduksi edema perifer (dextran & helastarch)
- Insidensi terjadinya edema - Jika tdpt kerusakan kapiler, dpt
pulmonal lebih tinggi berpotensi tjd perpindhn cairan
- Membutuhkan volume yg ke interstitial
lebih besar - Mengencerkan faktor
- Efeknya sementara pembekuan dan trombosit
- Berpotensi menghambat
tubulus renalis dan sel
retikuloendotelial di hepar

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 24


- Kemungkinan adanya reaksi
anafilaksis (dextran)

II.3.2. Terapi cairan preoperatif9


Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat dipuasakannya
penderita terutama pada penderita bedah elektif (sekitar 6-12 jam), kehilangan cairan
abnormal yang seringkali menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare,
diuresis berlebihan, translokasi cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan
meningkatnya insesible water loss akibat hiperventilasi, demam, dan berkeringat
banyak. Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti dengan
rumus cairan rumatan sebelum dilakukan pembedahan.

II.3.3. Terapi cairan intraoperatif9


Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan
kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan (perdarahan,
translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis cairan yang diberikan
tergantung kepada prosedur pembedahannya dan jumlah darah yang hilang.
- Pembedahan tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya bedah mata
(ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja selama
pembedahan.
- Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendiktomi dapat diberikan
cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4
ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan. Total yang
diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang seperti Ringer
Laktat.
- Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam
untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk pembedahannya. Total
10 ml/kgBB/jam.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 25


II.3.4. Terapi cairan postoperatif9
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi
Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal
sekitar 50 ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan
pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang
rusak, proses katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan,
akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi
air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu
pemberian natrium. Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma
pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan
protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%.
Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu
larutan garamisotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat
minum dan makan.
2. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:
Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 12% setiap kenaikan
1C suhu tubuh.
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
3. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan
yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya
diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.
4. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan
tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi
tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil,
jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 26


II.3.5. Prognosis terapi cairan6,9
Pada umumnya baik, terutama jika pendapat penanganan cepat dan
adekuat.Kematian terjadi jika mempunyai penyakit dasar yang berat dan penanganan
yang tidak adekuat.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 27


BAB III

KESIMPULAN

Tubuh mengandung 60% air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh
didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam
metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Gangguan dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien
bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.
Terapi cairan merupakan tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid
(plasma ekspander) secara intravena. Dalam terapi cairan harus diperhatikan
kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus itu sendiri. Jenis
cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan kristaloid dan cairan
koloid.

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 28


DAFTAR PUSTAKA

1. Adelmen, R.D., Solhaug, M.J., 2000. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi
Cairan. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan
Anak Nelson ed 15, jilid 2. Jakarta: EGC; 258-266
2. Hartanto, W.W., 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian
Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran
3. Hasan F. Terapi Cairan. 2008. Di unduh pada tanggal 13 juli 2016 dari:
http://drfhasan.blogspot.com/2008/01/referat-terapi-cairan.html .
4. Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada
pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
5. Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th Edition. Mc Graw-
Hill Companies, Inc. United State.
6. Ario, I., Dewangga, R., 2011. Kebutuhan Optimal Cairan Ringer Laktat untuk
Resusitasi Terbatas (Permissive Hypotension) pada Syok Perdarahan Berat
yang Menimbulkan Kenaikan Laktat Darah Paling Minimal. Journal of
Emergency Vol.1. No.1. Departmen/SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlanga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya
7. Mulyono, I., 2009. Jenis-jenis Cairan, dalam Symposium of fluid and
Nutrition Therapy in Traumatic Patients, Bagian Anetesiologi FK UI/RSCM :
Jakarta
8. WHO, 2013. The clinical use of blood in general medicine obstetric
pediatrics surgery & anesthesia trauma and Bums
9. Leksana, E., 2004 Terapi cairan dan elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan
Terapi Intensif FK Undip: Semarang: 1-60

KKS Ilmu Anestesi RSUD Tengku Rafian Siak Page 29

Anda mungkin juga menyukai