Anda di halaman 1dari 32

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Eyes (Empowering Your Elegant Soul) merupakan sebuah program


yang dilaksanakan oleh Divisi Sumber Daya Manusia Hima Humas Fikom
Unpad, dengan konten acara antara lain: Beauty Class, Table Manner, dan
Public Speaking Workshop. Program ini diadakan mengingat dalam profesi
Public Relations sangatlah dibutuhkan kemampuan-kemampuan Beauty Class
hingga Table Manner untuk menunjang kemampuan Praktisi PR tersebut.
Program ini dilaksanakan di hotel Holiday Inn Bandung dan merupakan
program yang ketiga setelah dua program serupa sebelumnya sukses
dilaksanakan selama dua tahun terakhir. Program ini menyediakan 150
bangku peserta yang dan selalu penuh setiap tahunnya.

Dewasa ini organisasi-organisasi banyak membuat program-program


kerja yang sesuai dengan visi misi yang di usung oleh organisasinya. Namun,
sering kali program-program ini terlaksananya tanpa adanya standar
pengukuran keberhasilan atau evaluasi. Untuk itu program audit sangat
dibutuhkan dalam sebuah program. Program audit ini dilaksanakan oleh
bagian public relations atau pada organisasi sering disebut divisi humas.
Program ini disebut dengan audit humas.

Public Speaking, Table Manner, dan Beauty Class sendiri telah menjadi
partikel penting dalam dunia kehumasan. Dianggap sebagai sendi-sendi yang
perlu diperhatikan seorang praktisi humas dalam menjalankan keprofesian
mereka. Karena itu program ini sangatlah berkaitan dengan kehumasan dan
kemudian menjadi lebih mudah bagi seorang humas untuk membuat evaluasi
atau audit humasnya.

1
Kembali pada keterkaitan awal kita perlu melihat sejauh mana
keberhasilan program yang telah terlaksana selama tiga tahun berturut-turut
ini. Untuk membuktikannya tentu kita memerlukan audit humas dimana
program akan dianalisis sesuai dengan prosedur yang menentukan. Audit
humas bagi program sebesar ini tentunya kemudian menjadi begitu penting
sebagai sebuah bukti evaluasi suatu program dan penting untuk disimpan
sebagai data review dan referensi bagi program-program sejenis yang
selanjutnya akan direncanakan.

Seperti penggunaan metode penelitian lainnya, metode audit humas


juga memiliki prosedur tersendiri yang harus dilalui peneliti sehingga
persyaratan ilmiah dapat dipenuhi. Prosedur yang dimaksud dalam bahasan
ini disebut tahapan yang perlu diuraikan dan dilakukan dalam audit humas.
Berkaitan dengan tahap-tahap penelitian audit humas, Moore (1989)
dan Jones (Pavlik, 1987) membaginya menjadi empat tahap :

1. Pertama menyelidiki apa yang kita pikirkan;

Apa yang kita pikirkan, berkaitan dengan seseuatu yang ideal yang
ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini
adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik
secara umum maupun khusus.

Sesuatu yang ideal secara umum biasanya akan terlihat pada tujuan
suatu perusahaan atau lembaga. Sementara itu, yang ideal secara khusus
akan tergambar lebih konkret atau operasional pada tujuan suatu bagian
atau divisi humas dari perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Untuk
mengetahui apa yang dipikirkan (ideal) oleh suatu perusahaan atau lembaga,
sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari bagian atau divisi humasnya.

Jika tujuan tersebut sudah tergambar secara jelas dalam arsip atau
dokumen (data sekunder), tujuan yang dimaksud sudah dapat dijadikan
dasar acuan. Sebaliknya, bila tujuan kegiatan humas internal publik dan

2
eksternal publik belum ada yang didokumentasikan, untuk mendapatkan
tujuan yang dimaksud mau tidak mau peneliti melakukan wawancara kepada
pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu oleh suatu perusahaan
atau lembaga.

Tujuan yang dimaksud dapat dipilah-pilah menjadi tujuan umum dan


tujuan khusus. Tujuan diadakannya humas suatu perusahaan atau lembaga
dapat dimasukkan ke dalam tujuan umum. Sementara tujuan khusus
berkaitan dengan tujuan dari kegiatan internal dan eksternal publik. Bisa
pula, tujuan khusus ini dibagi-bagi menjadi berbagai subtujuan khusus. Kalau
ini dilakukan, perlu diketahui secara spesifik subtujuan khusus dari masing-
masing kegiatan internal publik dan eksternal publik.

Tujuan umum, khusus, dan subkhusus yang dapat diteliti melalui audit
humas hanyalah yang berkaitan dengan pandangan internal dan eksternal
publik pada suatu perusahaan atau lembaga. Pandangan di sini bisa berupa
citra, persepsi, atau sikap internal dan eksternal publik. Ini berarti, tujuan
humas yang tidak berkaitan dengan citra, persepsi, dan sikap bukanlah kajian
audit humas dalam arti studi citra.

2. Kedua, menyelidiki apa yang mereka pikirkan;

Menyelidiki apa yang mereka pikirkan. Maksud mereka di sini adalah


semua internal publik dan eksternal publik dari suatu perusahaan atau
lembaga yang akan diaudit. Masing-masing publik (internal dan eksternal)
diidentifiaksi, kemudian diurutkan mulai dari yang paling penting hingga
paling tidak penting. Untuk menentukan publik mana yang paling penting
hingga paling tidak penting dapat diperoleh melalui wawancara kepada
pejabat humas atau wakil perusahaan atau lembaga yang diberi wewenang
untuk itu. Bisa juga menggunakan data sekunder (kalau tersedia), seperti
buku panduan yang berisi uraian publik dan skala prioritas.

3
Maksud pikirkan di sini adalah pandangan atau penilaian dari
internal dan eksternal publik terhadap perusahaan atau lembaga. Dalam
terminology penelitian, hal itu disebut das Sein atau kenyataannya. Dalam
terminology audit humas, hal itu disebut company actual. Ini diperoleh
melalui penelitian, yang umunya menggunakan daftar pertanyaan.

3. Mengevaluasi perbedaan antaa dua sudut pandang;

Ketiga, mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang


dimaksudkan untuk melihat keberhasilan kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Caranya dengan membandingkan apa yang kita pikirkan (company ideal)
dengan apa yang mereka pikirkan (company actual). Bila nilai company
ideal sama dengan nilai company actual, kegiatan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan atau lembaga dapat dikatakan berhasil. Artinya, pandangan
internal publik dan eksternal publik dapat dikatakan baik atau positif
terhadap suatu perusahaan atau lembaga. Sebaliknya, bila nilaicompany
actual tidak mencapai nilai company ideal, kegiatan yang dilakukan oleh
suatu perusahaan atau lembaga dapat dikatakan belum berhasil. Dengan kata
lain, pandangan internal publik dan eksternal publik pada suatu perusahaan
atau lembaga belum baik atau belum positif.

Evaluasi perbedaan seperti itu terlihat terlalu umum. Artinya, dalam


menilai berhasil tidaknya kegiatan yang dilakukan oleh humas suatu
perusahaan atau lembaga masih belum spesifik. Untuk mengetahui hasil yang
lebih spesifik, mau tidak mau evaluasi juga dilakukan terhadap masing-
masing kegiatan dari kegiatan internal dan eksternal. Melalui evaluasi per-
kegiatan, akan diketahui setidaknya dua hal. Pertama, berhasil tidaknya
masing-masing kegiatan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan
(company ideal). Kedua, dari masing-masing kegiatan akan diketahui tahap-
tahap atau unsure-unsur mana atau apa saja yang berhasil dan yang mana
atau apa pula yang mengalami kegagalan. Spesifikasi hasil evaluasi tersebut

4
akan sangat membantu dalam membuat rekomendasi perbaikan kegiatan
humas di masa mendatang.

4. Menganjurkan atau merekomendasikan program komunikasi yang


komprehensif

Menganjurkan program komunikasi yang komprehensif, yang


bertujuan untuk mengakhiri kesenjangan tersebut. Pada tahap ini, biasanya
dikemukan rekomendasi yang mengacu pada hasil evaluasi (lihat tahap
ketiga). Rekomendasi di sini dalam upaya memperbaiki kegiatan humas di
masa dating agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan, bahkan kalau
dimungkinkan untuk lebih ditingkatkan.

Ada dua bentuk rekomendasi yang dapat dikemukakan. Pertama,


secara umum, dengan memeprhatikan hasil evaluasi terhadap kegiatan
internal publik dan eksternal publik. Di sini, rekomendasi perbaikan
diarahkan pada semua kegiatan yang belum mencapai hasil dan upaya apa
saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegiatan yang sudah
mencapai hasil. Kedua, secara spesifik, di mana rekomendasi diarahkan pada
masing-masing tahap atau unsure dari setiap kegiatan. Rekomendasi tahap
kedua ini akan sangat berharga dalam memperbaiki tahap-tahap atau unsur-
unsur dari suatu kegiatan yang belum mencapai tujuan. Termasuk pula
dalam upaya untuk meningkatkan pencapaian dari setiap tahap atau unsure
yang sudah mencapai tujuan.

5
1.2 Rumusan dan Identifkasi Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan


masalah dalam penelitian ini yaitu: Mengevaluasi sejauhmana
keberhasilan Penyelengaaraan E.Y.E.S 2014

1.2.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah yang muncul


dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan dari acara EYES Empowering Your Elegant
Soul ?
2. Bagaimana pelaksanaan dari acara EYES Empowering Your Elegant
Soul ?
3. Bagaimana hasil evaluasi aspek-aspek keberhasilan EYES
Empowering Your Elegant Soul ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap hasil dari audit humas


program EYES yang diselenggarakan oleh Divisi SDM Hima Humas Unpad.
Bagaimana program ini terlaksana dan seperti apa hasilnya. Apakah telah
mencapai indikator keberhasilan atau tidak bersadarkan sampel-sampel
terhadap pihak-pihak terkait yang terlibat di dalamnya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perencanaan acara EYES Empowering Your


Elegant Soul

6
2. Untuk mengetahui pelaksanaan acara EYES Empowering Your
Elegant Soul
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi aspek-aspek keberhasilan EYES
Empowering Your Elegant Soul

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pihak


EYES dalam melanjutkan programnya dimasa yang akan datang agar kelak
program ini terlaksana lebih efektif dan mengurangi kekurangan yang ada
pada program ini.

1.4.2 Kegunaan Keilmuan

Kegunaan teoritis dalam penelitian ini bagi Humas adalah untuk


memberikan evaluasi-evaluasi tertulis dan dapat menjadi referensi bagi
acara-acara serupa yang akan datang.

7
Bab II
Kajian Pustaka

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu


Skripsi Karya M. Fikri AR, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul
skripsi Audit Kehumasan Program Quality Assurance. Bahasan dari skripsi
ini untuk melihat sejauh mana implementasi program Quality Assurance
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta dengan menggunakan audit humas evaluatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari mengenai Program Quality
Assurance itu sendiri, khususnya melihat keefektivannya berdasarkan teori
Scott M Cutlip, Allen H Center dan Glen M Broom. Tahap pertama penelitian
ini adalah mendefinisikan masalah public relations. Tahap kedua, yaitu
merencanakan dan menyusun program. Tahap ketiga, mengambil tindakan
dan mengkomunikasikannya. Dan tahap keempat, mengevaluasi program.

Tahap keempat tersebutlah yang kemudian berkaitan dengan metode


audit humas sebagai tolak ukur. Dengan alasan ini, yang menjadi fokus audit
humas adalah manajemen komunikasi, pengorganisasian komunikasi,
komunikasi itu sendiri dan feedbacknya. Karakter dari penelitian ini adalah
kualitatif dengan cara deskripsi evaluasi, bercita-cita untuk memberikan
penjelasan dari kondisi saat ini, untuk mengantisipasi masalah yang akan
muncul dimasa mendatang dan mendorong kesempatan.

Penelitian ini menemukan bahwa permasalahan dari implementasi


program quality assurance adalah koordinasi dan komunikasi diantara
stakeholder. Dengan alasan tersebut, untuk membuat proses yang efektif dan
solusinya, maka komitmen dan kesadaran diantara manajemen, stakeholders
dan quality system control (PSM) adalah kunci utama dari faktor tersebut.

8
2.2 Kerangka Pemikiran

Perencanaan dan
Pemrograman

Penyelenggaraan Empowering Your Bertindak dan


Definisi Masalah
Elegant Soul (E.Y.E.S) 2014 Berkomunikasi
PR

Evaluasi Program

menggunakan

Audit Humas Evaluatif

menghasilkan
Deskripsi Acara E.Y.E.S Evaluasi Indikator Keberhasilan
(Apa yang dipikirkan oleh E.Y.E.S
Penyelenggara)

Hasil dan Solusi Penyelenggaraan


E.Y.E.S 2014

9
2.3 Kerangka Teoritis

2.3.1 Teori Audit Humas Evaluatif

Menurut Ferencic (1991), penelitian evaluasi adalah suatu metode dan


teknik penelitian sistematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan
ataupun penilaian tentang suatu program kegiatan. Sementara tujuannya,
kata Ferencic, untuk mengetahui apakah suatu kegiatan berlangsung sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan penelitian evaluatif, Ferencic (1991) membaginya
menjadi tiga jenis, yaitu evaluatif formatif, proses, dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada awal suatu kegiatan atau
aktivitas dilaksanakan. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan pada
saat suatu kegiatan atau aktivitas yang sedang dilaksanakan atau
berlangsung. Sementara itu, evaluasi sumatif ialah evaluasi yang dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan telah berakhir.
Audit humas dimungkinkan menerapkan ketiga jenis penelitian
evaluasi tersebut. Dikatakan demikian, karena pada masing-masing jenis
evaluasi tersebut akan dilalui dalam setiap kegiatan humas suatu perusahaan
atau lembaga. Apalagi jika humas dari suatu perusahaan atau lembaga sudah
jelas program kerjanya, tuntutan audit humas pada masing-masing tahap
evaluasi menjadi sulit ditawar atau semakin penting. Jadi, humas yang
bersangkutan secara betul dan konsisten memang menerapkan fungsi
manajemen sebagaimana yang diharapkan Terry.

2.4 Kerangka Konseptual


2.4.1 Audit Humas

Menurut Pavlik (1987), audit humas adalah kategori penelitian yang


paling luas digunakan. Audit humas, dirancang untuk mengevaluasi
kedudukan suatu organisasi dengan publiknya yang relevan. Publik yang
dimaksud di sini meliputi internal dan eksternal publik. Menurut Moore

10
(1989), audit humas adalah suatu studi yang tersusun secara longgar,
berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat perusahaan, baik
secara internal maupun eksternal. Pendapat Moore tersebut setidaknya
mengandung hal penting yang perlu untuk dibahas atau diuraikan lebih jauh.

Pertama, studi audit humas dilakukan secara longgar. Maksud longgar


di sini adalah dalam penelitian tidak harus mengacu pada satu pendekatan
metode penelitian saja. Meskipun audit humas dapat digolongkan dalam
penelitian evaluasi, bukan berarti dalam studi ini hanya menerapkan prinsip-
prinsip atau prosedur penelitian tersebut secara kaku. Peneliti boleh saja
menggabungkan beberapa prinsip metode penelitian. Misalnya, selain
menggunakan prinsip metode evaluasi, juga menggunakan prinsip metode
survey.
Meskipun dalam praktiknya, audit humas dibolehkan menggunakan
berbagai prinsip atau prosedur penelitian, bukan berarti dalam pelaksanaan
penelitian dapat seenaknya mengabaikan begitu saja prinsip objektivitas.
Prinsip ini tetap harus menjadi skala prioritas utama. Tanpa memperhatikan
prinsip objektivitas, hasil penelitian melalui audit humas dengan sendirinya
akan kehilangan nilai ilmiahnya. Jadi, kalaupun prinsip metode penelitian
lain digunakan dalam audit humas, tetap saja fungsinya hanya sebagai
pendukung atau pelengkap. Titik tolaknya atau acuan utamanya tetap pada
prinsip-prinsip penelitian evaluasi.
Agar syarat objektivitas tetap terjaga, mau tidak mau peneliti dengan
menggunakan audit humas seyogyianya tetap berpikir berdasarkan fakta,
menafsirkan berdasarkan fakta, dan membuat kesimpulan berdasarkan fakta.
Fakta yang dijadikan acuan tersebut baru dapat digunakan bila alat ukur atau
instrumen yang digunakan memenuhi syarat valid dan reliabel.
Berdasarkan hal tersebut, agaknya beralasan bila Moore beranggapan
bahwa audit humas termasuk studi yang dapat dilakukan secara longgar.
Namun, bila dikaji lebih jauh, pendapat Moore tersebut tentu masih terbuka
untuk diperdebatkan. Setidaknya bila audit humas diakitkan dengan tipe

11
penelitian evaluasi. Konsekuensi penggunaan penelitian evaluasi adalah
dalam audit humas mau tidak mau harus memperhatikan pula tuntutan
pendekatan kuantitatif walaupun harus diakui bahwa penelitian evaluasi
dapat pula mengacu pada pendekatan kualitatif atau menggabungkan kedua
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Namun, penggabungan yang dimaksud
tentulah sebatas pada penggunaan data.
Pendekatan kuantitatif yang relevan digunakan, idealnya sample
penelitian seyogianya diambil secara random (probability sampling). Dalam
menyusun instrument juga harus memperhatikan skala yang akan
digunakan, apakah nominal, ordinal, interval, atau rasio. Jika kedua hal itu
menjadi fokus perhatian, mau tidak mau hasil penelitiannya juga harus
dianalisis dengan bantuan uji statistik. Keruntunan berpikir seperti itu, tentu
melemahkan pendapat Moore yang mengatakan audit humas merupakan
studi yang longgar.
Audit humas merupakan studi berskala luas. Karena Moore ini
memang ada benarnya dan masuk akal. Karena audit humas memang
bertujuan untuk mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan oleh humas,
baik yang ditujukan pada internal publik maupun eksternal publik. Internal
publik mencakup semua karyawan suatu lembaga atau perusahaan mulai
dari level tertinggi hingga level terendah, termasuk pula keluarga dari para
karyawan itu sendiri. Sementara itu, eksternal publik adalah semua
kelompok manusia atau ogranisasi yang berada di luar internal publik,
seperti pers, pemerintah, pelanggan, dan masyarakat sekitar.
Kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada internal publik banyak
ragamnya. Di antaranya adalah pertandingan olahraga, wisata, pengumuman,
menerbitkan majalah, bulletin, dan bentuk publikasi atau kegiatan lainnya.
Sementara itu, kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada eksternal
publik juga beragam. Di antaranya adalah konferensi pers, siaran pers, press
tour, anjangsana, open house, pameran, bakti sosial, dan berbagai bentuk
publikasi lainnya. Kegiatan evaluasi semua kegiatan humas, diharapkan akan

12
diketahui kegiatan mana saja yang mencapai hasil dan kegiatan mana pula
yang mengalami kegagalan. Dalam konteks ini, persyaratan komprehensif
memang terpenuhi. Jadi, makna berskala luas yang dimaksudkan Moore
sangatlah ideal.
Pada dunia empiris, ideal yang diharapkan Moore memang ada.
Namun, tidak semua lembaga atau perusahaan menekankan kegiatan
internal dan eksternal dalam porsi yang sama. Ada lembaga atau perusahaan
yang hanya menekankan pada kegiatan eksternal saja, tetapi ada pula yang
lebih memprioritaskan pada kegiatan internal. Mana yang menjadi skala
prioritas, sebetulnya bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dari
masing-masing perusahaan atau lembaga.
Humas suatu lembaga terkadang memprioritaskan kegiatan internal
dan eksternal publik, namun bukan berarti semua kegiatan yang
dilakukannnya itu penting bagi suatu perusahaan atau lembaga. Dari
banyaknya kegiatan internal yang dilakukan suatu perusahaan atau lembaga,
tentu ada yang penting dan ada pula yang tidak penting. Begitu pula halnya
dengan kegiatan eksternal publik. Dengan realitas demikian, audit humas
sebetulnya boleh membatasi penelitian pada beberapa kegiatan internal
ataupun eksternal publik selama hal itu dinilai penting oleh humas yang
bersangkutan.
Penentuan kegiatan humas internal dan eksternal mana saja yang
akan diaudit, seyogianya diadasarkan paa pertimbangan tertentu. Misalnya,
peneliti bisa membatasi pada kegiatan-kegiatan yang dianggap penting saja.
Pengertian penting di sini bukan berdasarkan kriteria si peneliti, melainkan
bertolak pada pendapat pejabat humas atau orang yang diberi wewenang
untuk itu oleh perusahaan atau lembaga yang hendak diaudit. Dari
keterangan pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu, akan
diketahui kegiatan internal dan eksternal mana saja yang dianggap penting.
Untuk mendapatkan kegiatan apa saja yang penting, mau tidak mau peneliti

13
harus melakukan wawancara mendalam (depth interview) kepada pejabat
humas atau orang yang ditunjuk untuk itu.
Penting tidaknya suatu kegiatan, sebetulnya dapat juga digunakan
pertimbangan lain, seperti hanya membatasi pada kegiatan yang
dilaksanakan secara rutin saja. Untuk mengetahui hal itu, tentu pejabat
humas atau yang diberi wewenang untuk itu yang paling mengetahuinya.
Karena itu, wawancara kepada pejabat humas atau yang diberi wewenang
untuk tidak dapat dihindarkan. Jadi, mana saja dari kegiatan humas yang
hendak diaudit bergantung pada tujuan penelitian dan prioritas dari kegiatan
humas di suatu perusahaan atau lembaga tertentu.
Simon (Wimmer dan Dominick, 1983) berpendapat, audit humas
adalah penelitian yang khusus digunakan untuk menggambarkan, mengukur,
dan menaksir kegiatan-kegiatan humas suatu perusahaan dan memberikan
petunjuk untuk penyusunan program-program selanjutnya. Jadi, yang
hendak diukur dalam audit humas adalah semua kegiatan humas, baik yang
ditujukan kepada internal publik maupun eksternal publik. Bila dalam
perusahaan atau lembaga yang akan diaudit hanya kegiatan yang ditujukan
kepada eksternal publik saja misalnya, yang akan diaudit sebatas kegiatan
eksternal saja. Akan tetapi, memang tidak menutup kemungkinan-humas di
Indonesia banyak melakukannya- kedua kegiatan (internal dan eksternal)
dilaksanakan secara berimbang oleh suatu perusahaan atau lembaga. Dalam
hal demikian, yang diaudit harus kedua kegiatan tersebut.

2.4.2 Manajemen Public Relations


Bidang manajemen dan bidang public relations bisa dikatakan adalah
dua bidang ilmu yang berkembang secara terpisah, namun seiring berjalnnya
waktu dalam perkembangannya, manajemen akhirnya meningkatkan
peranannya pada setiap bidang kehidupan, begitu pula ilmu komunikasi telah
berkembang pesat membuahkan salah satu bidang komunikasi yaitu public
relations. Maka manajemen pun selanjutnya bertemu dan bersinergi dengan

14
public relations. Manajemen memberi kontribusi sangat besar bagi
penerapan konsepsi public relations dalam kehidupan manusia (Kasali, 2006,
hal 32)
Manajemen public realtions merupakan fungsi manajemen yang
melakukan evaluasi terhadap sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan
dan prosedur seseorang/organisasi terhadap publiknya, menyusun rencana
serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh
pemahan dan penerimaan publik (Kasali, 2006, hal 7). Dari pengertian
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan
dalam manajemen, sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh Scott M Cutlip,
Allen H Center dan Glen M Broom dalam bukunya Effective Public Relations
(2007, hal 321) yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian

Pada dasarnya, penelitian merupakan cara yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari publik baik internal maupun eksternal untuk
memahami masalah yang dihadapi dengan akurat dan metode ilmiah.

2. Perencanaan dan pemrograman

Perencanaan dan pemograman merupakan segala informasi atau data


masukan atau input yang diperoleh berkaitan dengan hal atau permasalahan
yang dihadapi ke dalam bentuk rencana tindakan untuk pemecahannya.
Perencanaan Public Relations merupakan suatu proses berkesinambungan
dan selalu memerlukan peninjauan agar tindakan yang diambil sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Sejumlah prinsip yang harus diperhatikan
dalam perencanaan program antara lain: sifat, waktu dan lingkungan.
Perencanaan juga harus memperhatikan situasi di dalam maupun di luar
organisasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan tersebut.

3. Pelaksanaan program

15
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program
yang telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu
bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR yang
dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program tindakan maupun
program komunikasi yang kesemuanya merupakan cara atau proses untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu tahapan yang dilaksanakan untuk


menentukan atau memperlihatkan nilai suatu program termasuk
pengelolaan maupun hasil atau dampak pelaksanaannya. Melalui evaluasi, PR
akan mengetahui faktor-faktor yang menjadi kegagalan ataupun keberhasilan
suatu program, sehingga dapat ditentukan langkah-langkah selanjutnya yang
seharusnya dilakukan. Pada dasarnya tujuan sentral PR adalah untuk
menunjang manajemen yang berupaya mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Meskipun tujuan setiap organisasi berbeda tergantung dari sifat
organisasi tersebut, tetapi dalam kegiatan humas terdapat kesamaan yakni
membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dalam
membentuk citra positif. Hubungan yang baik atau harmonis dalam PR
mengandung arti luas, yakni sikap yang menyenangkan (favorable), itikad
baik (goodwill), toleransi (tolerance), saling pengertian (mutual
understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai
(mutual appreciation), dan citra baik (good image). Penampilan dan sikap
seorang PR dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara menciptakan
kesan yang baik akhirnya dapat melekat dan mempengaruhi citra dari
perusahaan yang diwakilinya.

Pengertian citra itu sendiri abstrak , tetapi wujudnya dapat dirasakan dari
penilaian baik semacam tanda respek dan hormat dari publik terhadap
perusahaan dilihat sebagai sebuah badan usaha yang baik, dipercaya,
profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik.

16
Bab III
Subjek, Objek dan Metode Penelitian

3.1 Subjek Penelitian

Menurut Amirin (1986) subjek penelitian merupakan seseorang atau


sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian
sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat,
dan yang dipermasalahkan.

Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan


sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah
responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang
diberikan kepadanya.

Subjek dari suatu penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena
pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan
amati, subjek penelitian juga memberikan tanggapan dan informasi terkait
data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada
peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini,
subjek penelitian yang kami teliti adalah peserta yang mengikuti EYES dan
panitia yang terlibat dalam kegiatan EYES.

3.2 Objek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian.


Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 12), obyek adalah keseluruhan gejala
yang ada di sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya,
obyek dalam penelitian kualitatif menurut Spradley disebut social
situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat

17
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis (Sugiyono, 2007: 49)

Menurut Sugiono menyatakan bahwa, definisi objek penelitian


adalah sebagai berikut: Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (2009:38). Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal yang akan diteliti
dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik
kesimpulan.

Menurut Suharsini Arikunto (1998: 15) objek penelitian adalah


sebagai berikut:Objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian, sedangkan subjek penelitian merupakan tempat
dimana variabel melekat.

Penelitian kali ini, penulis mengangkat objek penelitian yaitu, tingkat


keberhasilan program kerja Hima Humas bagian Sumber Daya Manusia divisi
Pengembangan.

3.3 Metode Penelitian

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau
metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau mele!ati), dan
hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di
lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.

Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk


meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang
sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang

18
memerlukan jawaban. Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan,
kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara
atau metode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Penulis melakukan wawancara langsung dengan salah satu peserta


guna mendapatkan data yang dibutuhkan.

2. Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk


mendapatkan data yang diperlukan agar dapat digali sesuai dengan
kenyataan.

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menggali data gambaran umum tentang


penelitian.

19
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lembaga yang diteliti

EYES merupakan acara tahunan dari divisi pengembangan Hima


Humas Fikom Unpad yang sudah diselenggarakan dua tahun berturut-turut
dengan peserta masyarakat kota Bandung dan sekitarnya. Di tahun ini
konten acara EYES terdiri dari dua paket dalam tiga sesi, yaitu full package
yang terdiri dari ; Beauty Class, Table Manner, dan Public Speaking Workshop
dana half package yang terdiri dari Table Manner, dan Public Speaking
Workshop. Tujuan kegiatan E.Y.E.S ini adalah semata-mata karena Himpunan
Mahasiswa prodi Humas menyadari bahwa ketiga pelatihan tersebut sangat
berguna dalam profesi PR dalam mencitrakan kepribadian sekaligus
perusahaannya dan juga ketika seorang PR berhadapan langsung dengan
klien- klien penting.

Sejarah Nama E.Y.E.S Empowering Your Elegant Soul

Nama E.Y.E.S berasal dari kata bahasa inggris yang berarti mata. Mata
adalah sumber dari segala penilaian bagi setiap manusia. Karena baik dan
buruk penilaian seseorang itu berawal dari sebuah penglihatan. Mata
merupakan salah satu indra penglihatan yang dimiliki setiap makhluk hidup
yang dapat memancarkan sisi kepribadian kita. Salah satu bentuk
kepribadian adalah elegan. Setiap orang pasti mempunyai jiwa ke-
eleganannya masing-masing, terlebih para wanita. Melalui acara ini kami
berharap para peserta dapat memperoleh manfaat yang dapat mengasah jiwa
ke-eleganan mereka sehingga dapat menunjang keseluruhan tampilan diri
seseorang menjadi lebih baik.

20
Tema One Step Closer To Become Professional PR

Public Relations sebagaimana yang kita tahu bertujuan untuk


memberikan informasi, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan
ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti
dan menerima sebuah situasi. Oleh karena itu, kami mengangkat tema One
Step Closer To Become Professional PR untuk menggambarkan acara yang
akan kami ,yaitu mempelajari bagaiman etika, sikap, dan penampilan seperti
apa yang harus dimiliki seorang Public Relations terlebih lagi menjadi PR
professional.

Tagline Be Professional and Find The Elegance in You

Kami mengangkat tagline ini selain kita harus memiliki rasa dan sikap
elegan sebagai PR Profesional, tagline ini juga untuk mempersuasi khalayak
yang hadir agar memiliki rasa dan sikap untuk menjadi seorang PR yang
profesional dengan diawali dari mencari dan menemukan ke-eleganan pada
diri sendiri.

Tujuan
Melanjutkan event yang telah mendulang sukses pada tahun tahun
sebelumnya.
Memfasilitasi peserta untuk dapat mempersiapkan diri dalam dunia
kerja
Membekali peserta dengan pengetahuan mengenai personal
appearance
Menjalin, menjaga, dan mengembangkan networking.
Memenuhi permintaan dan kebutuhan mahasiswa dalam hal
pengembangan soft skill bidang komunikasi dan kepribadian.
Memenuhi permintaan dan kebutuhan mahasiswa dalam hal
pengembangan soft skill bidang komunikasi dan kepribadian.

21
4.1.2 Deskripsi Public Relations Lembaga

Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai


target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas
dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga
mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.

Didalam melaksanakan setiap tuganya seorang PR selalu melakukan


kegiatan komunikasi dua arah antara lembaga/instansi kepada publiknya
dengan maksud adanya saling pengertian. Komunikasi ini harus di
rencanakan karena menyangkut tujuan-tujuan lembaga. Praktisi public
relations dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk
menjalin komunikas iantara organisasi dan pihak luar organisasi (Coulsin-
Thomas, 2002)

Tujuan utama dari public relations adalah mempengaruhi perilaku


orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui
dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting
terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan (Davis, 2003).

4.1.3 Hasil Evaluasi aspek-aspek dalam pelaksanaan E.Y.E.S

1. Beauty class

Perencanaan

Beauty class adalah acara pertama dari kegiatan E.Y.E.S pada tanggal
2 November. Beauty class tahun ini kita memakai produk revlon sebagai
sponsorship kita dalam melaksanakan training kepada para peserta. Dimana
nantinya revlon akan mengarahkan beberapa mentor untuk membimbing
para peserta dalam pelaksanaan beauty class. Setelah itu, para peserta beauty
class akan diberikan goodie bag dari revlon.

22
Pelaksanaan

Dari sebuah perencanaan yang telah dikonsep secara matang, panitia


dan pihak revlon sepakat bahwa untuk hari H revlon dapat meloading
barang-barang yang dibutuhkan untuk hari H pada pagi hari sekitar pukul
06.00. D i hari pelaksanaannya kami panita berkumpul pada 05.30 di Hotel
Holiday Inn Bandung dengan memakai dress code office look.

Peserta mulai registrasi pada pukul 07.10, lalu peserta dipersilahkan


masuk ke ballroom hotel. Sebagai pembukaan para peserta disambut oleh
penampilan dari maroon accoustic dengan beberapa lagu yang telah populer.
Setelah para peserta memenuhi semua meja yang telah dilengkapi peralatan
make up dari revlon, acara beauty class pun dimulai dengan diawali sebuah
kata sambutan dari penanggungjawab kegiatan E.Y.E.S, lalu dilanjutkan kata
sambutan dari Project Officer (PO) E.Y.E.S, dan yang terakhir kata sambutan
dari PO Beauty Class sendiri.

Acara pun dilanjutkan oleh seorang mentor dari revlon yang bernama
Mba Yunianti, dimana beliau mulai mempersiapkan dengan memperkenalkan
model beauty class. Mba Yunianti mulai menjelaskan step by step dari cara
bermake up. Setiap langkahnya dijelaskan dengan cara mempraktekkan
terlebih dahulu kepada model. Disini para peserta pun ikut dibimbing oleh
mentor-mentor dari revlon yang ada di setiap meja peserta.

Di akhir pemberian materi bermake up Mba Yunianti pun memberikan


sedikit games dan kesempatan kepada seluruh peserta untuk bertanya
seputar cara-cara bermake up. Di sini terlihat sekali antusiasme dari para
peserta dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta kepada Mba
Yunianti. Berbagai tips dan trik ber make up pun diberikan oleh Mba
Yuanianti kepada peserta. Lalu revlon sendiri memilih dua peserta sebagai
bentuk apresiasi dari hasil bermake up yang paling bagus diantara peserta

23
lainnya. Dua peserta tersebut dipilih secara random kemudian diberikan
gody bag dari revlon.

Pada akhir acara beauty class, kami panitia yang diwakili oleh Mas Tyo
selaku penanggungjawab E.Y.E.S untuk memberikan plakat kepada revlon.
Setelah itu peserta dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan dan panitia
membagikan gody bag dari revlon kepada setiap peserta beauty class.

Evaluasi

Acara beauty class yang telah berlangsung dengan cukup baik ternyata
masih terdapat kekurangan yang menjadi bahan evaluasi panitia khususnya
PO Beauty Class sendiri. Beberapa kekurangan tersebut adalah masih kurang
lengkapnya alat-alat make up yang digunakan para peserta, karena peserta
masih harus gantian alat make up dengan peserta lainnya. Selain itu mentor-
mentor yang ada disetiap meja peserta kurang banyak sehingga mentor
sendiri pun mengalami sedikit kesulitan dalam mengajari para peserta.
Namun secara keseluruhan, peserta dapat memahami materi beauty class
dengan sangat baik karena selain mentor menggunakan model untuk
mempraktikkan langsung, ada dua infocus yang memberikan gambar lengkap
mengenai oraktik-praktik bermake up. Sehingga para peserta semakin tahun
dan semakin paham mengenai cara-cara bermake up yang baik dan benar.

2. Public Speaking

Perencanaan

Acara kedua dari kegiatan E.Y.E.S adalah public speaking, disini kami
panitia memakai Bona Dea sebagai pemateri public speaking. Alasan kami
memakai Bona Dea karena beliau memiliki track record yang baik dalam
dunia public speaking, selain itu beliau juga adalah seorang model terkenal
dari Indonesia yang pernah mengikuti beberapa ajang model besar salah
satunya, yaitu Asian Next Top Model 2. Kegiatan public speaking ini akan

24
dilaksanakan di tempat yang sama, yaitu di ballroom Hotel Holiday Inn
Bandung pada tanggal 2 November 2014.

Pelaksanaan

Seluruh peserta melakukan registrasi acara public speaking ini pada


pukul 10.35. Setelah semua peserta memasuki ballroom, acara public
speaking ini dimulai dengan kata sambutan dari MC, lalu dilanjutkan oleh PO
Public Speaking. Kemudian MC pun memanggil Bona Dea untuk memasuki
ballroom dan memberikan materi public speaking kepada peserta

Meteri yang diberikan oleh Bona Dea adalah materi seputar public
speaking yang harus dimiliki seseorang dalam berkomunikasi kepada setiap
orang, khususnya kemampuan public speaking bagi orang-orang yang bekerja
si sebuah perusahaan bergengsi. Karena menurut beliau kecantikan
seseornag bukan hanya terlihat dari bagian luar saja, melainkan ketika orang
tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik itu merupakan satu
point penting yang dapat mencerminkan seseorang tersebut.

Bona Dea bukan hanya memberikan materi, beiau pun mengajak


semua peserta untuk berpartisipasi dalam games kecil. Dimana setiap meja
diminta untuk membuat sebuah yel-yel dari satu kata dimana setiap
hurufnya memiliki arti yang dapat memotivasi atau mencerminkan sesuatu
yang baik. Dalam games ini seluruh peserta sangat antusias. Untuk
pemenangnya Bona Dea pun memeberikan sebuah hadiah kecil kepada
kelompok yang berhasil memenagkan games tersebut.

Acara selanjutnya adalah pemberian plakat Mas Tyo selaku


penanggungjawab kegiatan E.Y.E.S. sebelum peserta dipersilahkan keluar
ruangan, Bona Dea meminta seluruh peserta dan juga panitia untuk
melakukan sesi foto.

Evaluasi

25
Evaluasi acara public speaking adalah posisi tempat duduk yang tidak
mengalami perubahan dengan acara sebelumnya yaitu beauty class, dimana
keadaan tempat duduk masih pada posisi melingkar. Posisi tersebut
membuat beberapa peserta merasa tidak nyaman karena harus memutar
badannya untuk melihat pembicara. Disini seharusnya panitia lebih
memperhatikan dan mengkonfirmasi kepada pihak hotel perihal posisi
tempat duduk peserta. Tempat duduk peserta dapat disusun dengan posisi
berbanjar saja.

Sebagaian besar sudah berjalan dengan baik, khusunya materi yang


diberika Bona Dea, karena beliau memberikan materi dengan sangat
komunikatif disertai beberapa pengalaman beliau di dunia public speaking.
Sehingga membuat semakin paham tentang pentignya public speaking dalam
dunia komunikasi.

3. Table manner

Perencanaan

Kegiatan terakhir dari sleuruh rangkaian acara EYES adalah table


manner. Table manner ini sendiri akan diselenggarakan oleh pihak hotel
Holiday Inn. Pihak hotel akan memandu para peserta dengan materi-materi
menganai tata cara makan ala negeri eropa. Nantinya para peserta akan di
hidangan mulai dari menu pembuuka, menu utama, sampai menu penutup
dengan cara yang berbeda-beda untuk setiap menunya. Dalam kegiatan table
manner sendiir akan dilaksanankan di ruangan yang sama, dimana nanti
setiap peserta akan dilayanai oleh beberapa pihak hotel yang terlibat.

Pelaksanaan

Open registration table manne sendiri dilaksanakan pada pukul 15.50,


peserta pun dipersilahkan masuk dan menempati meja- meja yang telah

26
tersedia. MC mempersilahkan PO Table Manner untuk memeberikan kata
sambutan dan tujuan utama dari kegiatan table manner ini.

Sebelum praktek table manner dilaksanakan, mentor dari Hotel yang


akan memandu kegiatan ini, yaitu Bapak Toteng dipersilahkan untuk
memberikan materi mengenai tata cara makan yang baik dan benar, berikut
dengan alat-alat yang digunakan untuk setiap menu yang akan disajikan.
Setelah pemberian materi dianggap cukup, para peserta pun dipersilahkan
untuk mempraktekkan materi yang telah diberikan ke dalam menu hidangan
yang disediakan pihak hotel.

Pada akhir kegiatan tidak lupa kami memberikan plakat kepada pihak
hotel yang kembali diwakili oleh Mas Tyo sebagai penanggungjawab acar
E.Y.E.S 2014 ini.

Evaluasi

Dari kegiatan table manner, banyak sekali kekurangan yang dirasakan


panitia yang berdampak ada kekecewaan para peserta. Diantaranya
ketidaksinambungan waktu antara materi yang diberikan dengan praktik
yang dilakukan para peserta, hal ini menyebabkan para peserta terlanjur
jenuh dengan materi dan kebingungan karena disaat pemberian materi menu
hidangan tidak ada di meja masing-masing peserta. Sehingga praktik table
manner ini dianggap tidak berhasil. Selain itu menu yang dihidangkan jauh
dari bayangan para peserta. Karena menu yang dihidangkan adalah menu
tradisional bukan menu western.

27
4.2 Pembahasan keberhasilan untuk aspek- aspek penyelenggaraan

EYES

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Hima Humas Fikom Unpad divisi

Sumber Daya Manusia bagian Pengembangan ini menyelenggarakan tiga sesi

dalam kegiatan EYES, yaitu beauty class, public speaking, dan table manner.

EYES menyediakan dua paket bagi peserta yang ingin mengikuti rangkaian

acara, sebagai berikut :

1. Full package, yang terdiri dari dari :

beauty class

public speaking, dan

table manner

2. Half package, terdiri dari :

public speaking

table manner

Dalam setiap paket yang disediakan, indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan adalah 150 peserta mendaftar dalam kegiatan EYES. Indikator

keberhasilan untuk full package adalah 100 peserta dan half package 50

peserta.

Peserta yang hadir dalam full package mencapai 104 peserta, ini

berarti indikator dalam paket full package telah terpenuhi dan half package

14 orang, yang berarti target dalam half package tidak terpenuhi.

28
Secara keseluruhan, indikator yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Namun, dengan hadirnya peserta sebanyak 104 orang sudah menutupi

semua biaya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan EYES ini.

29
BAB V
Simpulan dan Saran

5.1 Simpulan

1. EYES merupakan acara tahunan dari divisi pengembangan Hima


Humas Fikom Unpad yang sudah diselenggarakan 2 tahun berturut-turut
dengan peserta masyarakat kota Bandung dan sekitarnya. Di tahun ini
konten acara EYES terdiri dari dua paket dalam tiga sesi, yaitu fuul package
yang terdiri dari ; Beauty Class, Table Manner, dan Public Speaking Workshop
dana half package yang terdiri dari Table Manner, dan Public Speaking
Workshop. Tujuan kegiatan E.Y.E.S ini adalah semata-mata karena Himpuna
Mahasiswa prodi Humas menyadari bahwa ketiga pelatihan tersebut sangat
berguna dalam profesi PR dalam mencitrakan kepribadian sekaligus
perusahaannya dan juga ketika seorang PR berhadapan langsung dengan
clien- clien penting.

2. Peserta yang hadir dalam full package mencapai 104 peserta, ini
berarti indikator dalam paket full package telah terpenuhi dan half package
14 orang, yang berarti target dalam half package tidak terpenuhi. Secara
keseluruhan, indikator yang telah ditetapkan tidak tercapai. Namun, dengan
hadirnya peserta sebanyak 104 orang sudah menutupi semua biaya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan EYES ini. Dalam tiga rangkaian
acara EYES ini melatih soft skill peserta dalam bidang komunikasi serta
kepribadian. Rangkaian acara ini dinilai dapat melatih keahlian peserta
dalam bidang tersebut. Namun dalam acara ini tetap terdapat kekurangan
diberbagai banyak sisi. Untuk itu audit ini dibuat untuk mengatasi kesalahan
pada program sebelumnya.

30
5.2 Saran

1. Strategi komunikasi dan pemasaran yang dilaksanakan pada program


ini harus lebih di tingkatkan. Terutama untuk half package yang
memiliki segmentasi lebih kepada pria. Promosi dan publikasi yang
dilakukan lebih gencar serta acara dikemas lebih menarik
2. Pada rangkaian beauty class, panitia lebih banyak menyiapkan alat
make up serta trainer yang lebih banyak. Pada rangkaian public
speaking, panitia diharapkan lebih menyiapkan materi yang lebih
bagus serta cara penyampaian yang menarik agar peserta yang bisa
lebih efektif dalam mendengarkan materi Pada rangkaian table
manner, diharapkan panitia lebih mengemas acara acara dengan epic
agar peserta dapat benar-benar paham dalam table manner yang
sesungguhnya. Target peserta lebih luas agar networking bertambah
karena peserta yang lebih heterogen.

31
Daftar Pustaka

Buku

Cutlip, Scott M. Center, Allen H dan Broom, Glen M. 2007, Effective Public
Relations, Jakarta: Kencana

Kasali, Rhenald. 2006. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di


Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Harjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosda

Skripsi

M Fikri AR. 2009. Audit Kehumasan Program Quality Assurance. Skripsi.


Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

32

Anda mungkin juga menyukai