Pendahuluan
Public Speaking, Table Manner, dan Beauty Class sendiri telah menjadi
partikel penting dalam dunia kehumasan. Dianggap sebagai sendi-sendi yang
perlu diperhatikan seorang praktisi humas dalam menjalankan keprofesian
mereka. Karena itu program ini sangatlah berkaitan dengan kehumasan dan
kemudian menjadi lebih mudah bagi seorang humas untuk membuat evaluasi
atau audit humasnya.
1
Kembali pada keterkaitan awal kita perlu melihat sejauh mana
keberhasilan program yang telah terlaksana selama tiga tahun berturut-turut
ini. Untuk membuktikannya tentu kita memerlukan audit humas dimana
program akan dianalisis sesuai dengan prosedur yang menentukan. Audit
humas bagi program sebesar ini tentunya kemudian menjadi begitu penting
sebagai sebuah bukti evaluasi suatu program dan penting untuk disimpan
sebagai data review dan referensi bagi program-program sejenis yang
selanjutnya akan direncanakan.
Apa yang kita pikirkan, berkaitan dengan seseuatu yang ideal yang
ingin dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga. Maksud ideal di sini
adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan atau lembaga, baik
secara umum maupun khusus.
Sesuatu yang ideal secara umum biasanya akan terlihat pada tujuan
suatu perusahaan atau lembaga. Sementara itu, yang ideal secara khusus
akan tergambar lebih konkret atau operasional pada tujuan suatu bagian
atau divisi humas dari perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Untuk
mengetahui apa yang dipikirkan (ideal) oleh suatu perusahaan atau lembaga,
sebetulnya cukup mengacu pada tujuan dari bagian atau divisi humasnya.
Jika tujuan tersebut sudah tergambar secara jelas dalam arsip atau
dokumen (data sekunder), tujuan yang dimaksud sudah dapat dijadikan
dasar acuan. Sebaliknya, bila tujuan kegiatan humas internal publik dan
2
eksternal publik belum ada yang didokumentasikan, untuk mendapatkan
tujuan yang dimaksud mau tidak mau peneliti melakukan wawancara kepada
pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu oleh suatu perusahaan
atau lembaga.
Tujuan umum, khusus, dan subkhusus yang dapat diteliti melalui audit
humas hanyalah yang berkaitan dengan pandangan internal dan eksternal
publik pada suatu perusahaan atau lembaga. Pandangan di sini bisa berupa
citra, persepsi, atau sikap internal dan eksternal publik. Ini berarti, tujuan
humas yang tidak berkaitan dengan citra, persepsi, dan sikap bukanlah kajian
audit humas dalam arti studi citra.
3
Maksud pikirkan di sini adalah pandangan atau penilaian dari
internal dan eksternal publik terhadap perusahaan atau lembaga. Dalam
terminology penelitian, hal itu disebut das Sein atau kenyataannya. Dalam
terminology audit humas, hal itu disebut company actual. Ini diperoleh
melalui penelitian, yang umunya menggunakan daftar pertanyaan.
4
akan sangat membantu dalam membuat rekomendasi perbaikan kegiatan
humas di masa mendatang.
5
1.2 Rumusan dan Identifkasi Masalah
6
2. Untuk mengetahui pelaksanaan acara EYES Empowering Your
Elegant Soul
3. Untuk mengetahui hasil evaluasi aspek-aspek keberhasilan EYES
Empowering Your Elegant Soul
7
Bab II
Kajian Pustaka
8
2.2 Kerangka Pemikiran
Perencanaan dan
Pemrograman
Evaluasi Program
menggunakan
menghasilkan
Deskripsi Acara E.Y.E.S Evaluasi Indikator Keberhasilan
(Apa yang dipikirkan oleh E.Y.E.S
Penyelenggara)
9
2.3 Kerangka Teoritis
10
(1989), audit humas adalah suatu studi yang tersusun secara longgar,
berskala luas, yang menyelidiki hubungan masyarakat perusahaan, baik
secara internal maupun eksternal. Pendapat Moore tersebut setidaknya
mengandung hal penting yang perlu untuk dibahas atau diuraikan lebih jauh.
11
penelitian evaluasi. Konsekuensi penggunaan penelitian evaluasi adalah
dalam audit humas mau tidak mau harus memperhatikan pula tuntutan
pendekatan kuantitatif walaupun harus diakui bahwa penelitian evaluasi
dapat pula mengacu pada pendekatan kualitatif atau menggabungkan kedua
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Namun, penggabungan yang dimaksud
tentulah sebatas pada penggunaan data.
Pendekatan kuantitatif yang relevan digunakan, idealnya sample
penelitian seyogianya diambil secara random (probability sampling). Dalam
menyusun instrument juga harus memperhatikan skala yang akan
digunakan, apakah nominal, ordinal, interval, atau rasio. Jika kedua hal itu
menjadi fokus perhatian, mau tidak mau hasil penelitiannya juga harus
dianalisis dengan bantuan uji statistik. Keruntunan berpikir seperti itu, tentu
melemahkan pendapat Moore yang mengatakan audit humas merupakan
studi yang longgar.
Audit humas merupakan studi berskala luas. Karena Moore ini
memang ada benarnya dan masuk akal. Karena audit humas memang
bertujuan untuk mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan oleh humas,
baik yang ditujukan pada internal publik maupun eksternal publik. Internal
publik mencakup semua karyawan suatu lembaga atau perusahaan mulai
dari level tertinggi hingga level terendah, termasuk pula keluarga dari para
karyawan itu sendiri. Sementara itu, eksternal publik adalah semua
kelompok manusia atau ogranisasi yang berada di luar internal publik,
seperti pers, pemerintah, pelanggan, dan masyarakat sekitar.
Kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada internal publik banyak
ragamnya. Di antaranya adalah pertandingan olahraga, wisata, pengumuman,
menerbitkan majalah, bulletin, dan bentuk publikasi atau kegiatan lainnya.
Sementara itu, kegiatan atau aktivitas yang ditujukan kepada eksternal
publik juga beragam. Di antaranya adalah konferensi pers, siaran pers, press
tour, anjangsana, open house, pameran, bakti sosial, dan berbagai bentuk
publikasi lainnya. Kegiatan evaluasi semua kegiatan humas, diharapkan akan
12
diketahui kegiatan mana saja yang mencapai hasil dan kegiatan mana pula
yang mengalami kegagalan. Dalam konteks ini, persyaratan komprehensif
memang terpenuhi. Jadi, makna berskala luas yang dimaksudkan Moore
sangatlah ideal.
Pada dunia empiris, ideal yang diharapkan Moore memang ada.
Namun, tidak semua lembaga atau perusahaan menekankan kegiatan
internal dan eksternal dalam porsi yang sama. Ada lembaga atau perusahaan
yang hanya menekankan pada kegiatan eksternal saja, tetapi ada pula yang
lebih memprioritaskan pada kegiatan internal. Mana yang menjadi skala
prioritas, sebetulnya bergantung pada tujuan yang hendak dicapai dari
masing-masing perusahaan atau lembaga.
Humas suatu lembaga terkadang memprioritaskan kegiatan internal
dan eksternal publik, namun bukan berarti semua kegiatan yang
dilakukannnya itu penting bagi suatu perusahaan atau lembaga. Dari
banyaknya kegiatan internal yang dilakukan suatu perusahaan atau lembaga,
tentu ada yang penting dan ada pula yang tidak penting. Begitu pula halnya
dengan kegiatan eksternal publik. Dengan realitas demikian, audit humas
sebetulnya boleh membatasi penelitian pada beberapa kegiatan internal
ataupun eksternal publik selama hal itu dinilai penting oleh humas yang
bersangkutan.
Penentuan kegiatan humas internal dan eksternal mana saja yang
akan diaudit, seyogianya diadasarkan paa pertimbangan tertentu. Misalnya,
peneliti bisa membatasi pada kegiatan-kegiatan yang dianggap penting saja.
Pengertian penting di sini bukan berdasarkan kriteria si peneliti, melainkan
bertolak pada pendapat pejabat humas atau orang yang diberi wewenang
untuk itu oleh perusahaan atau lembaga yang hendak diaudit. Dari
keterangan pejabat humas atau orang yang ditunjuk untuk itu, akan
diketahui kegiatan internal dan eksternal mana saja yang dianggap penting.
Untuk mendapatkan kegiatan apa saja yang penting, mau tidak mau peneliti
13
harus melakukan wawancara mendalam (depth interview) kepada pejabat
humas atau orang yang ditunjuk untuk itu.
Penting tidaknya suatu kegiatan, sebetulnya dapat juga digunakan
pertimbangan lain, seperti hanya membatasi pada kegiatan yang
dilaksanakan secara rutin saja. Untuk mengetahui hal itu, tentu pejabat
humas atau yang diberi wewenang untuk itu yang paling mengetahuinya.
Karena itu, wawancara kepada pejabat humas atau yang diberi wewenang
untuk tidak dapat dihindarkan. Jadi, mana saja dari kegiatan humas yang
hendak diaudit bergantung pada tujuan penelitian dan prioritas dari kegiatan
humas di suatu perusahaan atau lembaga tertentu.
Simon (Wimmer dan Dominick, 1983) berpendapat, audit humas
adalah penelitian yang khusus digunakan untuk menggambarkan, mengukur,
dan menaksir kegiatan-kegiatan humas suatu perusahaan dan memberikan
petunjuk untuk penyusunan program-program selanjutnya. Jadi, yang
hendak diukur dalam audit humas adalah semua kegiatan humas, baik yang
ditujukan kepada internal publik maupun eksternal publik. Bila dalam
perusahaan atau lembaga yang akan diaudit hanya kegiatan yang ditujukan
kepada eksternal publik saja misalnya, yang akan diaudit sebatas kegiatan
eksternal saja. Akan tetapi, memang tidak menutup kemungkinan-humas di
Indonesia banyak melakukannya- kedua kegiatan (internal dan eksternal)
dilaksanakan secara berimbang oleh suatu perusahaan atau lembaga. Dalam
hal demikian, yang diaudit harus kedua kegiatan tersebut.
14
public relations. Manajemen memberi kontribusi sangat besar bagi
penerapan konsepsi public relations dalam kehidupan manusia (Kasali, 2006,
hal 32)
Manajemen public realtions merupakan fungsi manajemen yang
melakukan evaluasi terhadap sikap-sikap publik, mengidentifikasi kebijakan
dan prosedur seseorang/organisasi terhadap publiknya, menyusun rencana
serta menjalankan program-program komunikasi untuk memperoleh
pemahan dan penerimaan publik (Kasali, 2006, hal 7). Dari pengertian
tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi pokok atau tahapan
dalam manajemen, sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh Scott M Cutlip,
Allen H Center dan Glen M Broom dalam bukunya Effective Public Relations
(2007, hal 321) yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian
3. Pelaksanaan program
15
Pelaksanaan program merupakan tahap dimana rencana program
yang telah ditetapkan dilaksanakan atau diimplementasikan ke dalam suatu
bentuk program aksi sebagai langkah nyata pemecahan masalah PR yang
dihadapi. Pelaksanaan Program ini dapat berupa program tindakan maupun
program komunikasi yang kesemuanya merupakan cara atau proses untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Evaluasi
Pengertian citra itu sendiri abstrak , tetapi wujudnya dapat dirasakan dari
penilaian baik semacam tanda respek dan hormat dari publik terhadap
perusahaan dilihat sebagai sebuah badan usaha yang baik, dipercaya,
profesional dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik.
16
Bab III
Subjek, Objek dan Metode Penelitian
Subjek dari suatu penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena
pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan
amati, subjek penelitian juga memberikan tanggapan dan informasi terkait
data yang dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada
peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini,
subjek penelitian yang kami teliti adalah peserta yang mengikuti EYES dan
panitia yang terlibat dalam kegiatan EYES.
17
(place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis (Sugiyono, 2007: 49)
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau
metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau mele!ati), dan
hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di
lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.
18
memerlukan jawaban. Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan,
kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara
atau metode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
2. Observasi
3. Dokumentasi
19
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Nama E.Y.E.S berasal dari kata bahasa inggris yang berarti mata. Mata
adalah sumber dari segala penilaian bagi setiap manusia. Karena baik dan
buruk penilaian seseorang itu berawal dari sebuah penglihatan. Mata
merupakan salah satu indra penglihatan yang dimiliki setiap makhluk hidup
yang dapat memancarkan sisi kepribadian kita. Salah satu bentuk
kepribadian adalah elegan. Setiap orang pasti mempunyai jiwa ke-
eleganannya masing-masing, terlebih para wanita. Melalui acara ini kami
berharap para peserta dapat memperoleh manfaat yang dapat mengasah jiwa
ke-eleganan mereka sehingga dapat menunjang keseluruhan tampilan diri
seseorang menjadi lebih baik.
20
Tema One Step Closer To Become Professional PR
Kami mengangkat tagline ini selain kita harus memiliki rasa dan sikap
elegan sebagai PR Profesional, tagline ini juga untuk mempersuasi khalayak
yang hadir agar memiliki rasa dan sikap untuk menjadi seorang PR yang
profesional dengan diawali dari mencari dan menemukan ke-eleganan pada
diri sendiri.
Tujuan
Melanjutkan event yang telah mendulang sukses pada tahun tahun
sebelumnya.
Memfasilitasi peserta untuk dapat mempersiapkan diri dalam dunia
kerja
Membekali peserta dengan pengetahuan mengenai personal
appearance
Menjalin, menjaga, dan mengembangkan networking.
Memenuhi permintaan dan kebutuhan mahasiswa dalam hal
pengembangan soft skill bidang komunikasi dan kepribadian.
Memenuhi permintaan dan kebutuhan mahasiswa dalam hal
pengembangan soft skill bidang komunikasi dan kepribadian.
21
4.1.2 Deskripsi Public Relations Lembaga
1. Beauty class
Perencanaan
Beauty class adalah acara pertama dari kegiatan E.Y.E.S pada tanggal
2 November. Beauty class tahun ini kita memakai produk revlon sebagai
sponsorship kita dalam melaksanakan training kepada para peserta. Dimana
nantinya revlon akan mengarahkan beberapa mentor untuk membimbing
para peserta dalam pelaksanaan beauty class. Setelah itu, para peserta beauty
class akan diberikan goodie bag dari revlon.
22
Pelaksanaan
Acara pun dilanjutkan oleh seorang mentor dari revlon yang bernama
Mba Yunianti, dimana beliau mulai mempersiapkan dengan memperkenalkan
model beauty class. Mba Yunianti mulai menjelaskan step by step dari cara
bermake up. Setiap langkahnya dijelaskan dengan cara mempraktekkan
terlebih dahulu kepada model. Disini para peserta pun ikut dibimbing oleh
mentor-mentor dari revlon yang ada di setiap meja peserta.
23
lainnya. Dua peserta tersebut dipilih secara random kemudian diberikan
gody bag dari revlon.
Pada akhir acara beauty class, kami panitia yang diwakili oleh Mas Tyo
selaku penanggungjawab E.Y.E.S untuk memberikan plakat kepada revlon.
Setelah itu peserta dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan dan panitia
membagikan gody bag dari revlon kepada setiap peserta beauty class.
Evaluasi
Acara beauty class yang telah berlangsung dengan cukup baik ternyata
masih terdapat kekurangan yang menjadi bahan evaluasi panitia khususnya
PO Beauty Class sendiri. Beberapa kekurangan tersebut adalah masih kurang
lengkapnya alat-alat make up yang digunakan para peserta, karena peserta
masih harus gantian alat make up dengan peserta lainnya. Selain itu mentor-
mentor yang ada disetiap meja peserta kurang banyak sehingga mentor
sendiri pun mengalami sedikit kesulitan dalam mengajari para peserta.
Namun secara keseluruhan, peserta dapat memahami materi beauty class
dengan sangat baik karena selain mentor menggunakan model untuk
mempraktikkan langsung, ada dua infocus yang memberikan gambar lengkap
mengenai oraktik-praktik bermake up. Sehingga para peserta semakin tahun
dan semakin paham mengenai cara-cara bermake up yang baik dan benar.
2. Public Speaking
Perencanaan
Acara kedua dari kegiatan E.Y.E.S adalah public speaking, disini kami
panitia memakai Bona Dea sebagai pemateri public speaking. Alasan kami
memakai Bona Dea karena beliau memiliki track record yang baik dalam
dunia public speaking, selain itu beliau juga adalah seorang model terkenal
dari Indonesia yang pernah mengikuti beberapa ajang model besar salah
satunya, yaitu Asian Next Top Model 2. Kegiatan public speaking ini akan
24
dilaksanakan di tempat yang sama, yaitu di ballroom Hotel Holiday Inn
Bandung pada tanggal 2 November 2014.
Pelaksanaan
Meteri yang diberikan oleh Bona Dea adalah materi seputar public
speaking yang harus dimiliki seseorang dalam berkomunikasi kepada setiap
orang, khususnya kemampuan public speaking bagi orang-orang yang bekerja
si sebuah perusahaan bergengsi. Karena menurut beliau kecantikan
seseornag bukan hanya terlihat dari bagian luar saja, melainkan ketika orang
tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang baik itu merupakan satu
point penting yang dapat mencerminkan seseorang tersebut.
Evaluasi
25
Evaluasi acara public speaking adalah posisi tempat duduk yang tidak
mengalami perubahan dengan acara sebelumnya yaitu beauty class, dimana
keadaan tempat duduk masih pada posisi melingkar. Posisi tersebut
membuat beberapa peserta merasa tidak nyaman karena harus memutar
badannya untuk melihat pembicara. Disini seharusnya panitia lebih
memperhatikan dan mengkonfirmasi kepada pihak hotel perihal posisi
tempat duduk peserta. Tempat duduk peserta dapat disusun dengan posisi
berbanjar saja.
3. Table manner
Perencanaan
Pelaksanaan
26
tersedia. MC mempersilahkan PO Table Manner untuk memeberikan kata
sambutan dan tujuan utama dari kegiatan table manner ini.
Pada akhir kegiatan tidak lupa kami memberikan plakat kepada pihak
hotel yang kembali diwakili oleh Mas Tyo sebagai penanggungjawab acar
E.Y.E.S 2014 ini.
Evaluasi
27
4.2 Pembahasan keberhasilan untuk aspek- aspek penyelenggaraan
EYES
dalam kegiatan EYES, yaitu beauty class, public speaking, dan table manner.
EYES menyediakan dua paket bagi peserta yang ingin mengikuti rangkaian
beauty class
table manner
public speaking
table manner
keberhasilan untuk full package adalah 100 peserta dan half package 50
peserta.
Peserta yang hadir dalam full package mencapai 104 peserta, ini
berarti indikator dalam paket full package telah terpenuhi dan half package
28
Secara keseluruhan, indikator yang telah ditetapkan tidak tercapai.
29
BAB V
Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
2. Peserta yang hadir dalam full package mencapai 104 peserta, ini
berarti indikator dalam paket full package telah terpenuhi dan half package
14 orang, yang berarti target dalam half package tidak terpenuhi. Secara
keseluruhan, indikator yang telah ditetapkan tidak tercapai. Namun, dengan
hadirnya peserta sebanyak 104 orang sudah menutupi semua biaya yang
dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan EYES ini. Dalam tiga rangkaian
acara EYES ini melatih soft skill peserta dalam bidang komunikasi serta
kepribadian. Rangkaian acara ini dinilai dapat melatih keahlian peserta
dalam bidang tersebut. Namun dalam acara ini tetap terdapat kekurangan
diberbagai banyak sisi. Untuk itu audit ini dibuat untuk mengatasi kesalahan
pada program sebelumnya.
30
5.2 Saran
31
Daftar Pustaka
Buku
Cutlip, Scott M. Center, Allen H dan Broom, Glen M. 2007, Effective Public
Relations, Jakarta: Kencana
Harjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi Teori dan Praktek, Jakarta: Grasindo
Skripsi
32