Case CPD Revisi Hal 4-7
Case CPD Revisi Hal 4-7
Cephalopelvic Disproportion
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 37 tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan 18 Januari 2017 (!5:00 WITA)
Keluhan utama: Perut terasa Mulas
OS datang dengan keluhan perut terasa mulas dan kencang yang hilang
timbul sejak 1 hari SMRS. Kemudian pada pukul 07.00 WIB, keluar lendir darah
dari vagina . Tidak ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 5 6 x /hari,
warna kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan
masih dirasakan. OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat
minum obat obatan atau jamu.
1|Page
LAPORAN KASUS
2 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 37 tahun, selama 2 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan dan dokter.
Riwayat KB
OS tidak memiliki riwayat pemakaian KB
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
2
Vital sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frek. Napas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 C
BB : 74 kg
TB : 158 cm
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
TFU : 38 cm
Taksiran berat janin : (38-11) x 155 = 4.185 gr
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah
kiri
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 145 x/ menit
o His : (+) sering 2 x dalam 10 menit selama 20 detik
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan : 4 cm
o Ketuban :+
o Portio : Tebal lunak
o Hodge :I
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 18 Januari 2017 pukul 16.37
Darah rutin
Hemoglobin 11,5 g/dL L (N: 11,7 15,5)
Leukosit 10,06 ribu (N: 3.600 11.000)
Hematokrit 34,0 % L (N: 30-43)
Trombosit 288.000 (N: 150.000-440.000)
3|Page
LAPORAN KASUS
4 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
C. RINGKASAN
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang dan mulas yang hilang
timbul sejak 1 hari SMRS. Pada pukul 07.00 WIB, keluar lendir darah dari
vagina. Tidak ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 5 6 x /hari,
warna kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan
masih dirasakan. OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat
minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini
merupakan kehamilan pertama, usia 37 minggu. Tidak ada riwayat operasi
sebelumnya.
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
HPHT : 8 April 2016
HPL : 25 Januari 2017
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
Leopold I : TFU 38 cm , teraba
bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah
kanan
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 145 x/ menit
o His : (+) sering 2x dalam 10 menit selama 25 detik
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan : 4 cm
4
o Portio :Tebal lunak
o Ketuban :+
o Hodge :I
o Taksiran berat janin : (38-11) x 155 = 4.185 gr
Diagnosis Kerja
GIP0A0 23 tahun hamil 37 minggu
Inpartu kala I fase aktif
Rencana Pengelolaan
- VT : Pembukaan 4 cm, portio tebal lunak, presentasi kepala U puka,
Hodge I
- Sikap : Observasi kemajuan persalinan
Evaluasi setiap 4 jam
Infus RL 20 tpm
D. LAPORAN PERSALINAN
19 Januari 2017 pukul 18:05 dilakukan operasi sectio caesarea
- Jam 09:10 lahir bayi laki laki, BB:4050 gram, PB: 47 cm., A/s 8/9
Instruksi pasca tindakan
- RL 2000cc/24 jam
- Ceftriaxone 1x2 gram
- As. Mefenamat 3x1
- Terlentang 24 jam
5|Page
LAPORAN KASUS
6 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
- Observasi TTV
- Cek HB post operasi 6 jam
- Hb<8 rencana transfuse
PEMBAHASAN
Pasien telah merasa mulas dan kencang pada perut yang hilang timbul dan makin
lama makin sering sejak tanggal 18 Januari 2017, selain makin mulas pasien juga
mengeluarkan lender, darah, dan air-air, setelah itu dilakukan observasi persalinan
selama lebih dari 15 jam, namun bayi tetap tidak lahir. Pada pemeriksaan 19 Januari
pukul 6:30 WITA, didapatkan His (+) sering 3-4x dalam 10 menit selama 35 detik,
pada VT ditemukan Pembukaan 4 cm, portio tebal lunak, presentasi kepala U puki,
Hodge I, ketuban dari positif menjadi negatif. Kepala bayi tetap di hodge I. Tafsiran
berat janin adalah 4185 gram, yang berarti bayi yang dikandung tersebut merupakan
bayi besar. Bayi besar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
persalinan normal, selain besarnya panggul yang ibu miliki. Pada keadaan kepala bayi
tidak kunjung turun dan dibarengi dengan besarnya bayi, maka keadaan ini disebut
Cephalopelvic disproportion.
Tatalaksana: Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
6
melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar ataupun kombinasi keduanya.1,2
Anatomi Panggul
Bentuk Panggul
1. Ginekoid : Pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa
yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Paling
ideal, panggul perempuan : 45%.
2. Android: Pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan
dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam
danarkus pubis menyempit, panggul pria, diameter transversa dekat dengan
sacrum : 15%
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
7|Page
LAPORAN KASUS
8 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang
11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata
vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.1-4
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi
spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan
jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.1-4
8
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum
kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis
adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari
ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior
(7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm). 2
Panggul Sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG
dibagi menjadi tiga yaitu:5
9|Page
LAPORAN KASUS
10 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
10
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi
janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10
cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil,
namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362
nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita
dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.6
11 | P a g e
LAPORAN KASUS
12 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput
ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah
rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak
sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk
pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.6,7
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul
menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat
menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat
presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai
enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.7
12
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju
ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.5-7
13 | P a g e
LAPORAN KASUS
14 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga
dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan
lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin
sehingga jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan
radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun
biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan
keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin
yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.
14
tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti
tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan
antara kepala dan simfisis.7
Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir
yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada
panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor keturunan
memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya
juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan
pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu
hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.3
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal
yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses
melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan
biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik
disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti
apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.3
15 | P a g e
LAPORAN KASUS
16 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia
dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena
lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang
lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat
mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.8
Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.8
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut
tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir
dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
16
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.8,9
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena
biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.9
2. Seksio Sesarea
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.10
17 | P a g e
LAPORAN KASUS
18 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
PROGNOSIS
1. Partus lama yang disertai dengan pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi dan asidosis serta infeksi intrapartum.
2. Dengan his yang kuat, sedangkan kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan pada segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologis (Bandl). Keadaan ini menimbulkan ancaman ruptur uteri jika
tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan tersebut.
3. Dengan persalinan yang tidak maju karena CPD, jalan lahir pada suatu tempat
mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini
dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi iskemia kemudian
nekrosis pada daerah tersebut. Beberapa hari pospartum dapat terjadi fistula
vesikoservikalis, fistula vesiukovaginalis, dan fistula rektovaginalis.
18
akibat negatif sampai batas-batas tertentu. Akan tetapi jika batas-batas tersebut
dilampaui dapat terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan
intrakranial.
4. Tekanan oleh promontorium atau oleh simfisis pada panggul picak
menyebabkan perlukaan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin,
bahkan dapat menimbulkan fraktur pada os parietalis.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
19 | P a g e
LAPORAN KASUS
20 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION
20