Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus Obstetric

Cephalopelvic Disproportion

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 37 tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Palu, 1 Juli 1979

Agama : ISLAM

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Bolano Barat

Nama Suami : Tn. H

Umur : 33 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Autoanamnesis dilakukan 18 Januari 2017 (!5:00 WITA)
Keluhan utama: Perut terasa Mulas

Riwayat penyakit sekarang:

OS datang dengan keluhan perut terasa mulas dan kencang yang hilang
timbul sejak 1 hari SMRS. Kemudian pada pukul 07.00 WIB, keluar lendir darah
dari vagina . Tidak ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 5 6 x /hari,
warna kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan
masih dirasakan. OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat
minum obat obatan atau jamu.

1|Page
LAPORAN KASUS
2 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini


merupakan kehamilan pertama, usia kehamilan 37 minggu. Tidak ada riwayat
operasi sebelumnya.

Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri

HPHT : 8 April 2016


HPL : 25 Januari 2017

Riwayat Perkawinan
Pernikahan 1 kali, usia 37 tahun, selama 2 tahun
Riwayat Kehamilan
ANC rutin di bidan dan dokter.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas

Anak Tahun Umur Jenis Penolong Tempat BB, Riw. Menetek


ke Kehamilan Persalinan Melahirkan PB Nifas sampai
Saat usia
lahir

1 2017 Hamil ini

Riwayat KB
OS tidak memiliki riwayat pemakaian KB

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis,
asma dan alergi.
OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi,
kencing manis, asma dan alergi.

B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

2
Vital sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frek. Napas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 C
BB : 74 kg
TB : 158 cm
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-


Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak
linea nigra.
Ekstremitas : Edema -/-

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
TFU : 38 cm
Taksiran berat janin : (38-11) x 155 = 4.185 gr
Leopold I : Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah
kiri
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 145 x/ menit
o His : (+) sering 2 x dalam 10 menit selama 20 detik

Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan : 4 cm
o Ketuban :+
o Portio : Tebal lunak
o Hodge :I

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 18 Januari 2017 pukul 16.37
Darah rutin
Hemoglobin 11,5 g/dL L (N: 11,7 15,5)
Leukosit 10,06 ribu (N: 3.600 11.000)
Hematokrit 34,0 % L (N: 30-43)
Trombosit 288.000 (N: 150.000-440.000)

3|Page
LAPORAN KASUS
4 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

Golongan darah/Rh O/+


Waktu perdarahan/BT 1,30 menit (N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT 5.00 menit (N: 2-6)
Imunoserologi
HbsAG Negatif Negatif

C. RINGKASAN
OS datang dengan keluhan perut terasa kencang dan mulas yang hilang
timbul sejak 1 hari SMRS. Pada pukul 07.00 WIB, keluar lendir darah dari
vagina. Tidak ada keluhan pusing, mual dan muntah. BAK (+), 5 6 x /hari,
warna kuning jernih, nyeri (-). BAB (+) pada pagi hari. Gerakan janin aktif dan
masih dirasakan. OS mengaku tidak ada riwayat trauma, tidak ada riwayat
minum obat obatan atau jamu.
OS memeriksakan kehamilannya secara teratur di bidan dan dokter. Ini
merupakan kehamilan pertama, usia 37 minggu. Tidak ada riwayat operasi
sebelumnya.

Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri
HPHT : 8 April 2016
HPL : 25 Januari 2017

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar
o Inspeksi : perut membuncit, linea nigra (+), bekas operasi (-)
o Palpasi
Leopold I : TFU 38 cm , teraba
bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah
kanan
Leopold III : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold IV : Kepala belum masuk PAP
o Auskultasi : Denyut Jantung Janin (+) 145 x/ menit
o His : (+) sering 2x dalam 10 menit selama 25 detik
Pemeriksaan Dalam :
o Pembukaan : 4 cm

4
o Portio :Tebal lunak
o Ketuban :+
o Hodge :I
o Taksiran berat janin : (38-11) x 155 = 4.185 gr

Diagnosis Kerja
GIP0A0 23 tahun hamil 37 minggu
Inpartu kala I fase aktif
Rencana Pengelolaan
- VT : Pembukaan 4 cm, portio tebal lunak, presentasi kepala U puka,
Hodge I
- Sikap : Observasi kemajuan persalinan
Evaluasi setiap 4 jam
Infus RL 20 tpm

19 Januari 2017 (06:30 WITA)

S : Perut terasa Mulas-mulas, keluar air-air, lender dan darah


O :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Frek. Napas : 20 x/menit
Suhu : 36,6 C
His : (+) sering 3-4x dalam 10 menit selama 35 detik
VT : Pembukaan 4 cm, portio tebal lunak, presentasi kepala
U puki, Hodge I,
Belum teraba
A : GIP0A0 23 tahun hamil 37 minggu
Presentasi kepala U puka
Inpartu kala I fase laten
CPD
P : Persiapan SC

D. LAPORAN PERSALINAN
19 Januari 2017 pukul 18:05 dilakukan operasi sectio caesarea
- Jam 09:10 lahir bayi laki laki, BB:4050 gram, PB: 47 cm., A/s 8/9
Instruksi pasca tindakan
- RL 2000cc/24 jam
- Ceftriaxone 1x2 gram
- As. Mefenamat 3x1
- Terlentang 24 jam

5|Page
LAPORAN KASUS
6 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

- Observasi TTV
- Cek HB post operasi 6 jam
- Hb<8 rencana transfuse

PEMBAHASAN

Pasien telah merasa mulas dan kencang pada perut yang hilang timbul dan makin
lama makin sering sejak tanggal 18 Januari 2017, selain makin mulas pasien juga
mengeluarkan lender, darah, dan air-air, setelah itu dilakukan observasi persalinan
selama lebih dari 15 jam, namun bayi tetap tidak lahir. Pada pemeriksaan 19 Januari
pukul 6:30 WITA, didapatkan His (+) sering 3-4x dalam 10 menit selama 35 detik,
pada VT ditemukan Pembukaan 4 cm, portio tebal lunak, presentasi kepala U puki,
Hodge I, ketuban dari positif menjadi negatif. Kepala bayi tetap di hodge I. Tafsiran
berat janin adalah 4185 gram, yang berarti bayi yang dikandung tersebut merupakan
bayi besar. Bayi besar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
persalinan normal, selain besarnya panggul yang ibu miliki. Pada keadaan kepala bayi
tidak kunjung turun dan dibarengi dengan besarnya bayi, maka keadaan ini disebut
Cephalopelvic disproportion.

Tatalaksana: Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.

Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan


karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan


ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar

6
melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar ataupun kombinasi keduanya.1,2

Anatomi Panggul

Bentuk Panggul

Panggul menurut morfologinya dibagi menjadi 4 jenis pokok, yaitu:3,4

1. Ginekoid : Pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa
yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan
dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Paling
ideal, panggul perempuan : 45%.
2. Android: Pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan
dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam
danarkus pubis menyempit, panggul pria, diameter transversa dekat dengan
sacrum : 15%

3. Antropid: Diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter


transversa,dan arkus pubis menyempit sedikit, agak lonjong seperti telur.

4. Platipeloid: Diameter anteroposterior yang lebih pendek daripada


diameter transversa pada pintu atas panggul dan arkus pubis yang luas,
menyempit arah muka belakang : 5%.

Pintu Atas Gambar 1. Bentuk panggul Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur

7|Page
LAPORAN KASUS
8 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis.

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang
11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata
vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.1-4

Gambar 2. Diameter pada Pintu Atas Panggul

Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi
spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan
jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.1-4

Pintu Bawah Panggul

8
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum
kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis
adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari
ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior
(7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm). 2

Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus,
janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG
dibagi menjadi tiga yaitu:5

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya


ekspulsif ibu.
a. Kelainan his: inersia uteri / kelemahan his
b. Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang,
letak dahi, hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang


mempersempit jalan lahir.

9|Page
LAPORAN KASUS
10 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

Tabel 1. Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan


Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran


pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting
pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional
artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini
digolongkan menjadi empat, yaitu:5

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,


panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

10
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,


spondilolistesis.

4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,


atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas


panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada
pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang
menyempit seluruhnya.

Penyempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior


terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal
terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering
diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih
panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya
didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm. Mengert (1948)
dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada
diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12
cm. Distosia akan lebih berat pada kesempitan kedua diameter dibandingkan sempit
hanya pada salah satu diameter.

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi
janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10
cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil,
namun juga memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362
nullipara diperoleh rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita
dengan panggul sempit dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.6

11 | P a g e
LAPORAN KASUS
12 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas
panggul, sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung
menekan bagian selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat
pecah pada pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput
ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah
rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak
sama sekali. Jadi, pembukaan yang berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk
pada wanita dengan pintu atas panggul sempit.6,7

Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk
dalam rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul
menyebabkan kepala janin megapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat
menyebabkan presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat
presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai
enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.7

Penyempitan panggul tengah

Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak


berkonvergensi, foramen isciadikum cukup luas, dan spina isciadika tidak menonjol
ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan
bagi lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering
dibandingkan pintu atas panggul.Hal ini menyebabkan terhentunya kepala janin pada
bidang transversal sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.

Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti


seperti penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah
panggul apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul
tangah adalah 13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan
secara pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum. Apabila
ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran persalinan
apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis posterior pendek. 5-7

Penyempitan Pintu Bawah Panggul

12
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar
dalam menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju
ramus iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.5-7

Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit

Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan


apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang
memegang peranan dalam prognosa persalinan.

Kesempitan pintu atas panggul berdasarkan ukuran conjugata vera (CV):7

CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir


dengan partus spontan ataudengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan
secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
CV = 6 - 8,5 cm dilakukan SC primer.
CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :

1) His atau tenaga yang mendorong anak.


2) Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
3) Bentuk panggul
4) Umur ibu dan anak berharga
5) Penyakit ibu

Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan


anamnesa. Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita
dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas

13 | P a g e
LAPORAN KASUS
14 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga
dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan
lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk


memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan
tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi
gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak
arti.

Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai


tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat
memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin
didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan
diameter antar spina iskhiadika.

Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin
sehingga jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan
radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun
biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan
keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin
yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal.

Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran


pangul yang sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya
akomodasi yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan


pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode
Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan
yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas
simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan
memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari

14
tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti
tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan
antara kepala dan simfisis.7

Janin yang besar

Normal berat neonatus pada umumnya 4000gram dan jarang ada yang
melebihi 5000gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000gram dinamakan bayi besar.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir
yang melihi 4500gram adalah 0,4%. Biasanya untuk berat janin 4000-5000 gram pada
panggul normal tidak terdapat kesulitan dalam proses melahirkan. Factor keturunan
memegang peranan penting sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya
juga dapat dijumpai pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan
pada grande multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu
hamil yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.3

Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu hal
yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila selama proses
melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses persalinan normal dan
biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat. Untuk kasus seperti ini sangat
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk mengetahui apakah terjadi sefalopelvik
disproporsi. Selain itu, penggunaan alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti
apabila terdapat bayi dengan tubuh besar dan kepala besar.3

Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan dalam


proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram. Kesulitan dalam
persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau kepala keras yang biasanya
terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu
yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada
janin yang memiliki berat badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin

15 | P a g e
LAPORAN KASUS
16 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

dapat meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia
dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi karena
lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan bagian janin yang
lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat ke bawah dapat
mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan muskulus
sternokleidomastoideus.8

Penatalaksanaan

1. Persalinan Percobaan

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala


janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan
dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes
terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut
tidak dapar diketahui sebelum persalinan.8

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa
pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin
bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi
plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.8

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar
sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral
yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam
kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut
tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul,
sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir
dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong

16
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke
diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.8,9

Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena
biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu
atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps
yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.9

2. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan


kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.10

3. Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.10

4. Kraniotomi dan Kleidotomi

17 | P a g e
LAPORAN KASUS
18 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin


dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga
janin dapat dengan mudah lahir pervaginam.

Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin pada


presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk melahirkan bahu karena
terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan
kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua klavikula.10

PROGNOSIS

Persalinan pada CPD yang dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan


tindakan yang tepat menimbulkan bahaya bagi ibu dan janin. 8

Bahaya pada ibu:8

1. Partus lama yang disertai dengan pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi dan asidosis serta infeksi intrapartum.
2. Dengan his yang kuat, sedangkan kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan pada segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologis (Bandl). Keadaan ini menimbulkan ancaman ruptur uteri jika
tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan tersebut.
3. Dengan persalinan yang tidak maju karena CPD, jalan lahir pada suatu tempat
mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal ini
dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi iskemia kemudian
nekrosis pada daerah tersebut. Beberapa hari pospartum dapat terjadi fistula
vesikoservikalis, fistula vesiukovaginalis, dan fistula rektovaginalis.

Bahaya pada janin:8

1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah


dengan infeksi intrapartum.
2. Prolapsus funikuli jika terjadi menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi
janin sehingga harus segera dilahirkan apabila janin masih hidup.
3. Dengan adanya CPD kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul
dengan melakukan mulase. Mulase dapat dialami oleh kepala janin tanpa

18
akibat negatif sampai batas-batas tertentu. Akan tetapi jika batas-batas tersebut
dilampaui dapat terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan
intrakranial.
4. Tekanan oleh promontorium atau oleh simfisis pada panggul picak
menyebabkan perlukaan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin,
bahkan dapat menimbulkan fraktur pada os parietalis.

KESIMPULAN

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan


ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. Faktor yang harus diperhatikan dalam kasus ini adalah ukuran
panggul, besar kepala bayi, serta keaadaan klinis ibu dan bayi, dimana jika dibiarkan
terlalu lama, maka ibu dan bayi memiliki risiko yang akan meningkatkan
kemungkinan kesakitan dan kematian

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.


Jakarta: BP-SP, 2008.h.61-5
2. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC, 2005.464-75
3. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.h.11-40
5. Dep kes. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi persalinan tiga
tahun terakhir di Indonesia. Bulletin Penellitian Kesehatan, Vol 32,No.2;2004.
H.83-4
6. Siswishanto Rukmono. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam: Ilmu Kebidanan.
Edisi Ketiga. Jakarta: BP-SP, 2006. H.581-598
7. Wiknjosastro, H. Distosia karena Kelainan Panggul. Dalam: Ilmu kebidanan.
Edisi Ketiga. Jakarta: BP-SP, 2006. H. 637-647.
8. Debby A, Rotmensch S, Girtler O, Sadan O, Golan A, Glezerman M. Clinical
Significance of the Floating Fetal Head in Nulliparous Women in Labor. J
Reprod Med 2003;48:p.37-40

19 | P a g e
LAPORAN KASUS
20 CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

9. Nicholson, James M. dan Lisa C. Kellar. The Active Management of


Impending Cephalopelvic Disproportion in Nulliparous Women at Term: A
Case Series. Journal of Pregnancy 2010;706815:p.1-5
10. Wijnojosastro. Ilmu bedah kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2000. H.215-9

20

Anda mungkin juga menyukai