Prosiding No. 7
Prosiding No. 7
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh penggunaan model pembelajaran
berdasarkan masalah terhadap hasil belajar kognitif siswa, dan mendeskripsikan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran biologi. Metode
penelitian menggunakan rancangan kuasi eksperimen, dan metode analisis
deskriptif untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Populasi
dalam penelitian terdiri dari 6 kelas X. Sampel penelitian adalah 29 orang siswa
kelas X PMIA 3 sebagai kelas perlakuan dan 29 orang siswa kelas X PMIA 2
sebagai kelas kontrol. Sampel ditetapkan secara purposive sampling. Teknik
analisis data menggunakan teknik analisis kovarian untuk hasil belajar kognitif
dan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Hasil penelitian menunjukkan 1) Hasil belajar kognitif produk
menunjukkan perbedaan signifikan (F = 12,38; P = 0,0001). 2) Hasil belajar
kognitif proses (F = 13,65; P = 0,0001) juga signifikan. 3) Hasil keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa dalam merumuskan masalah tergolong cukup baik,
merumuskan hipotesis tergolong cukup baik, mengumpulkan data tergolong
cukup baik, menganalisis data tergolong cukup baik, merumuskan kesimpulan
tergolong cukup baik, dan membuat produk/ karya tergolong baik.
PENDAHULUAN
Menurut Economi-Wide Measures Of Routine and Nonroutine (1969-
1998) pada kondisi saat ini, komitmen untuk meningkatkan cara berpikir tingkat
tinggi (high order thinking) di negara-negara maju itu meningkat, sedangkan
pengetahuan konseptual cenderung dikurangi (Nur, 2012). Hal ini berbeda dengan
di Indonesia yang masih menekankan pada konsep pengetahuan. Kelemahan yang
sering terjadi selama ini salah satunya adalah banyak siswa yang nilai ujiannya
sangat tinggi bahkan sempurna, tetapi ketika dalam kehidupan nyata menghadapi
suatu masalah, mereka tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Banyak orang
yang sangat pandai menjelaskan suatu konsep, ciri-cirinya, proses kejadiannya,
tetapi tidak dapat memberikan solusi ketika sesuatu tersebut mengalami masalah.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat pada konsep yang akan
diajarkan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar dan prestasi siswa
Menurut Klegeris & Hurren (2011), PBM merupakan suatu pembelajaran
berdasarkan masalah dunia nyata (otentik) yang ada di sekitar kita. Masalah-
masalah ini menuntut siswa untuk menyelidiki/mengumpulkan data dan saling
1
berdiskusi agar bisa menemukan solusi dari masalah tersebut. Redhana (2012)
menjelaskan bahwa PBM dapat didukung oleh pertanyaan-pertanyaan Socratik
(pertanyaan kritis yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritis siswa) yang membantu siswa dalam mengembangkan ide-ide dan
keterampilan berpikir kritisnya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PBM
dan pertanyaan Socratik lebih baik daripada model pembelajaran langsung dalam
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Oleh karena itu, dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif, dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dan konsep diri siswa dalam pembelajaran
sehingga ilmu yang diperoleh akan selalu melekat dalam ingatan siswa hingga
mendapatkan hasil dan pengalaman belajar yang maksimal. Penelitian ini
bertujuan untuk 1) Menentukan pengaruh model pembelajaran berdasarkan
masalah. 2) Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berdasarkan
masalah terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
METODE
Metode penelitian ini dibedakan atas 2 macam, yakni penelitian Quasi
Eksperimen dan deskriptif. Rancangan kuasi eksperimen digunakan untuk upaya
menguji signifikansi penggunaan model dan metode diskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan keterampilan berpikir.
Dalam rancangan penelitian tersebut metode kuasi eksperimen yang
digunakan adalah nonequivalent control group melibatkan kelompok kontrol dan
perlakuan yang diberikan adalah pretes dan postes, namun kedua kelompok tidak
memiliki ekuivalensi sampling pra-eksperimen. Perlakuan normal diberikan
kepada kelompok kontrol sedangkan kelompok perlakuan X (Furchan, A, 2004).
Pada pembelajaran konsep keanekaragaman hayati, pembelajaran klasikal
dilakukan pada 1 kelas kontrol siswa kelas X PMIA 2 dan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dilaksanakan pada 1
kelas perlakuan siswa kelas X PMIA 3. Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan pada masing-masing kelas.
2
diambil atas dasar kesediaan guru pengajar dalam memberikan kesempatan
melakukan inovasi pembelajaran. Sampling tersebut, maka sampel penlitian ini
adalah kelas X MIA 3 sebagai kelas perlakuan dan X MIA 2 kelas control.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes evaluasi
hasil belajar. Secara khusus instrument penelitian dibedakan berdasarkan tujuan
rumusan penelitian sebagai berikut: 1) Instrumen untuk mengukur hasil belajar
kognitif produk berupa butir-butir soal essay. 2) Instrumen untuk mengukur hasil
belajar kognitif proses berupa butir-butir soal essay. 3) Instrumen untuk
mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperoleh dari lembar
kegiatan siswa (LKS) yang memuat langkah-langkah model pembelajaran
berdasarkan masalah.
3
Tabel 4. Ringkasan Analisis Kovarians Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol
dan Kelas Perlakuan
Sumber dB/dF JK/SS RK/MS F-rasio Pr>F Keterangan
Regresi 2 1246,53 623,26 13,65 0,0001
Sangat
Residual 55 2512,08 45,67
Signifikan
Total 57 3758,62
Keterangan: R-square = 0,33; c.v =8,74
Sumbangan efektif sebesar 0,33 artinya hanya sebesar 33% dipengaruhi
oleh dipengaruhi oleh model pembelajaran. Sebagian besar (67%) tidak terlacak
dalam penelitian.
PEMBAHASAN
Hasil Belajar Kognitif Produk
Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar siswa terhadap soal-soal
yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran. Berdasarkan rumusan masalah
pertama maka dilakukan analisis kovarian untuk menguji signifikansi hasil belajar
pada kelas perlakuan dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis kovarian,
didapatkan nilai F=12,38 dengan nilai c.v.=7,33. Sedangkan nilai r-square=0,31.
4
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
perlakuan dan kelas kontrol, dikarenakan f hitung lebih rendah dari pada F dalam
tabel. Nilai c.v=7,33 menunjukkan faktor luar yang mempengaruhi selain variabel
bebas rendah yakni hanya senilai 7,33. Nilai r-square=0,31 menunjukkan
pengaruh PBM terhadap hasil belajar kognitif sebesar 31%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyatiningsih, bahwa PBM sebagai variabel independen dan sebagai
perlakuan yang memberikan pengaruh nyata untuk hasil statistik yang signifikan
dan penelitian Cinar & Bayraktar (tanpa tahun) yang menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan PBM lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
kognitif dan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional.
5
hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa. Seperti yang dikatakan
oleh Sani (2014) pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan
penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai
fasilitator atau pembimbing.
Hasil belajar kognitif proses yang didapatkan lebih rendah dibandingkan
hasil belajar kognitif produk. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran di
sekolah lebih menekankan pada konsep dibandingkan proses sehingga
pengetahuan siswa kurang berkembang. Sehingga ketika model pembelajaran
berdasarkan masalah digunakan di dalam kelas, tidak sedikit siswa kesulitan
dalam menemukan masalah dalam merumuskannya. Trianto (2009) menyatakan
bahwa sebagian siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut diaplikasikan.
6
model ini memfasilitasi siswa untuk belajar berpikir tingkat tinggi. PBM juga
dapat memberdayakan berbagai keterampilan yang terdapat pada diri siswa. Hal
ini ditunjukkan oleh berbagai penelitian. Hasil penelitian Awang & Ramly (2008)
menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan PBM dalam pembelajaran ternyata
dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa daripada jika
menggunakan pendekatan konvensional.
Hasil Karya/Produk
Berdasarkan hasil karya (produk) dalam pembelajaran ini, dikatakan
bahwa kinerja siswa tergolong sangat baik karena semua tugas kinerja yang
diamati dapat dipenuhi oleh siswa dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang harus tetap sesuai dengan sintak dan
disiplin siswa untuk terus mangikuti proses kegiatan belajar pembelajaran. Tidak
tercapainya nilai sempurna berhubungan dengan kondisi kerja kelompok yang ada
di kelas. Kondisi kerja kelompok memberikan siswa kebebasan dalam
mengerjakan tugas dari guru. Sejumlah kelompok lebih memilih untuk membagi
tugas mereka sehingga semua anggota kelompok kebagian tugas dan dapat efisien
waktu. Pembagian tugas ini belum pasti terbagi secara adil sehingga
mengakibatkan kurang munculnya tugas kinerja siswa secara maksimal.
SIMPULAN
1. Hasil belajar kognitif produk menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan
antara siswa kelas perlakuan dan siswa kelas kontrol (P = 0,0001) dengan
sumbangan efektif sebesar 31%.
2. Hasil uji kognitif proses menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P =
0,0001) pada siswa kelas perlakuan dengan sumbangan efektif sebesar 33%.
3. Hasil keseluruhan pembelajaran menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa tergolong memuaskan dalam kategori cukup baik, dengan
rata-rata skor keseluruhan didapatkan 71,45%.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Cinar, Derya & Bayraktar, Sule. Tanpa tahun. The Effect The Problem Based
Learning Approach On Higher Order Thinking Skills In Elementary
Science Education.
7
Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Pustaka Belajar,
Jakarta.
Nur, Mohamad. 2012. Focus Penelitian dan Pengembangan PSMS Unesa. Pusat
Sains dan Matematika Sekolah Unesa, kampus UNESA. Surabaya.