Oleh:
Devita Luthfia Fitrianasari 122011101081
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
Oleh:
Devita Luthfia Fitrianasari 122011101081
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS) .....4
v
BAB 1. PENDAHULUAN
b. Propagasi
R + O2 ROO
ROO + RH -> ROOH + R
c. Terminasi
ROO + ROO ROOR + O2
ROO + R ROOR
R + R RR
Dalam kimia organik, peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah
molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-oksigen (R-O-O-R'). Jika
salah satu dari R atau R' merupakan atom hidrogen, maka senyawa itu disebut
hidroperoksida (R-O-O-H). Karena prekursor molekuler dari proses inisiasi adalah
produk hidroksiperoksida (ROOH), peroksidasi lipid merupakan reaksi berantai yang
sangat berpotensi memiliki efek menghancurkan. Untuk mengontrol dan mengurangi
peroksidasi lipid, digunakan senyawa yang bersifat antioksidan.9
2.1.3 Manfaat
Radikal bebas memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Membentuk ATP yang berasal dari ADP mitokondria melalui fosforilasi
oksidatif
b. Detoksifikasi xenobiotik oleh sitokrom P450 (enzim oksidasi)
c. Apoptosis sel
d. Membunuh mikroorganisme dan sel kanker oleh makrofag dan limfosit
sitotoksik
e. Oksigenase (contoh: cyclo-oxygenase (COX), lipoxgenase (LOX)) bagi
terbentuknya prostaglandin dan leukotrien yang memiliki fungsi regulasi
ROS termasuk superoksida, hidroksiperoksil, hidroksil, alkilperoksil, alkoksil,
karbonat dan radikal karbondioksida sedangkan hidrogen peroksidan dan ozon
merupakan spesies non-radikal. Berbagai studi telah membuktikan peran ROS dalam
berbagai penyakit degeneratif seperti aterosklerosis, kanker, stroke, trauma asma,
kerusakan retina dan lain sebagainya. Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dibagi
menjadi radikal dan non-radikal. Hal ini dijelaskan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
4
Tabel 2.1 Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen Species (RNS)
(Sumber: Salman, 2013)
Reactive Oxygen Species (ROS)
Radikal Non-radikal
Superoksida: O2- Hidrogen peroksida
Hidroksil Asam hipoklorus
Peroksil Asam hipobromus
Alkoksil Ozon
Hidroperoksil Singlet oksigen
proses fisiologis dan patologis termasuk kerusakan DNA, proliferasi dan adhesi sel.
ROS merupakan spesies kimia reaktif yang mengandung oksigen. 1-3% yang
dihirup masuk ke dalam paru-paru manusia akan diubah menjadi ROS. Pada kondisi
normal, ROS dan RNS diproduksi dalam jumlah yang seimbang untuk
mempertahankan homeostasis sel dan sinyak molekul. Sebagian besar sel
memproduksi superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2) dan nitrit oksida ketika
dibutuhkan.14
sehingga dapat diubah oleh ROS, menghasilkan agregasi dan merubah fungsi enzim.
Ikatan peptide juga mudah untuk diserang oleh ROS. Ikatan ini dapat dimodifikasi
dengan oksidasi residu prolin. Produk akhir dapat memperparah kerusakan awal.3
2.3 Antioksidan
2.3.1 Definisi
Antioksidan adalah molekul yang dapat menangkap radikal bebas dan
mencegah kerusakan jaringan sehingga dapat mempertahankan homeostasis fisiologis.
Mekanisme pertahanan antioksidan terdapat pada tubuh untuk melawan efek dari
oksidan. Termasuk di dalamnya senyawa non-enzimatik, dan memiliki berat molekul
rendah seperti ferritin, askorbat, dan alfa tokoferol. Selain itu, terdapat pula senyawa
enzimatik seperti katalase, glukosa 6 fosfat, glutation peroksidase dan superoksida
dismutase (SOD). Antioksidan memiliki fungsi terapeutik yang signifikan untuk
berbagai proses degeneratif. Tanaman memiliki banyak beberapa antioksidan seperti
askorbat dan alfa tokoferol yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk melindungi
tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.21
memiliki afinitas yang lebih tinggi ketika H2O2 terdapat pada konsentrasi yang
tinggi. Katalase terdapat pada kornea (epitel dan endotel), epitel lensa, aqueous
humor, badan siliar, iris, dan retina.3
b. Antioksidan noenzimatik
Antioksidan ini merupakan kelompok heterogen, bekerja dengan cara
mendonasikan elektron bagi radikal bebas dengan tujuan untuk menstabilkan dan
membentuk spesies kimia yang tidak berbahaya bagi integritas sel. Antioksidan
nonenzimatik utama yang terdapat di bumi adalah asam askorbat, vitamin E, vitamin
A, dan GSH.3
1) Vitamin C (Asam Askorbat)
Merupakan antioksidan yang larut dalam pH fisiologis pada sebagian
besar jaringan sebagai anion askorbat. Perannya sebagai antioksidan adalah
untuk mereduksi O2, OH dan lipid hidroperoksida menjadi bentuk yang lebih
stabil. Fungsi lain dari askorbat adalah berhubungan dengan daur ulang alfa
tokoferil radikal menjadi alfa tokoferol. Namun, proses ini merubah anion
askorbat menjadi radikal anion dehidroaskorbat yang dapat direduksi oleh
dehidroaskorbat reduktase dan GSD kembali menjadi bentuk aslinya. Selain
itu, askorbat dapat berperan sebagai pro-oksidan dengan adanya konsentrasi
Fe3+ dan Cu2+ yang tinggi. Askorbat terdeteksi pada kornea, aqueous humor,
lensa, vitreous humor dan retina.3
Vitamin C dibutuhkan bagi sintesis kolagen dan melindungi molekul
penting di dalam tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, DNA dan RNA dari
kerusakan oleh radikal bebas yang dihasilkan melalui proses metabolisme
normal serta paparan racun dan polutan seperti asap rokok. Konsentrasi vitamin
C dalam plasma berkaitan dengan kadarnya pada jaringan mata. Recommended
Dietary Allowance (RDA) untuk vitamin C adalah 75 mg/hari bagi perempuan
dan 90 mg/hari bagi pria.15
2) Vitamin E
Vitamin E merupakan nama generik bagi famili dari 8 senyawa, 4
tokoferol dan 4 tokotrienol, dimana alfa tokoferol adalah antioksidan yang
paling aktif dan merupakan antioksidan larut lemak yang berfungsi sebagai
9
pertahanan primer pada membrane. Alfa tokoferol merubah O2, OH dan LOO
menjadi molekul yang kurang reaktif. Hidroksil fenol pada cincin chroman
memiliki fungsi sebagai antioksidan. Alfa tokoferol juga dapat menghentikan
reaksi rantai ROS saat menyerang membran sel. Untuk menstabilkan ROS, alfa
tokoferol diubah menjadi radikal alfa tokoferil yang berbentuk stabil dan tidak
beraksi dengan biomolekul. Radikal alfa tokoferil dapat diregenrasi menjadi
bentuk aslinya melalui reaksi yang dimediasi oleh vitamin C, GSH, dan asam
lipoat. Kemampuan alfa tokoferol sebagai antioksidan bergantung kepada
konsentrasi senyawa, yang mempertahankan alfa tokoferol tetap pada bentuk
tereduksi. Pembentukan ROS yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan
yang signifikan konsentrasi vitamin E pada jaringan. Alfa tokoferol terdeteksi
pada lensa, aqueous humor, dan retina. Recommended Dietary Allowance
(RDA) untuk vitamin E adalah 15 mg/hari alfa-tokoferol bagi pria dan
wanita.15
3) Vitamin A
Prekursor utama vitamin A adalah beta karoten, yang merupakan
senyawa penertralisir O2 yang paling efesien. Aktivitas antioksidan vitamin A
didapat dari struktur kimianya yang tersusun atas rantai panjang ikatan rangkap
yang terkonjugasi sehingga dapat merubah O2 dan LOO menjadi zat yang
kurang reaktif. Karotenoid merupakan antioksidan yang efektif akan tetapi
memiliki konsentrasi yang berbeda pada jaringan mata. Karotenoid yang lain,
kecuali lutein/zeaxanthin hanya dapat ditemukan dalam jumlah sedikit pada
jaringan mata kecuali badan siliar, dimana aqueous humor diproduksi.
Sebaliknya, lutein dan zeaxanthin ditemukan pada konsentrasi yang tinggi di
beberapa jaringan mata seperti makula, retina, dan lensa.15
4) Glutation (GSH)
Merupakan bentuk tereduksi tripeptida (gamma glutamil-sisteinil-glisin)
dengan kelompok sulfhidril (-SH) pada sisi aktifnya. GSH dapat memindahkan
elektron menjadi spesies yang teroksidasi seperti radikal hidroksil dan karbonil
menjadi produk teroksidasi (GSSG). Selama reaksi berlangsung, GSH
mendonaskan sepasang H sehingga 2 molekul GSH teroksidasi untuk
10
3) Lensa
Lensa merupakan bagian dari mata yang paling terpengaruh oleh
adanya kerusakan oksidatif karena merupakan struktur yang avaskular dan
memproduksi protein lensa secara konstan. Lensa sering terpapar oleh radiasi
UV dan menunjukkan adanya penurunan kadar antioksidan pada nukleus lensa.
Perubahan pada komposisi aqueous humor dapat mempengaruhi terjadinya
inflamasi pada struktur yang dekat dan penyakit metabolik seperti diabetes
mellitus. Metabolisme lensa berkaitan dengan produksi energi untuk sintesis
protein dan mempertahankan keseimbangan osmotik. Jalur pentosa fosfat,
melalui aktivitas glukosa 6 fosfat dehidrogenase memberikan penurunan pada
NADPH dalam memelihara lensa pada kondisi normal. Mekanisme untuk
menjelaskan opasitas lensa adalah adanya oksidasi kristalina (alfa, beta, dan
gamma kristalina), protein lensa untama. Fotooksidasi kelompok thiol pada
lensa kristalina memproduksi aduk disulfide dan molekul yang menyebabkan
terjadinya agregasi protein hingga mulai terjadi kekeruhan pada lensa (katarak).
Selain protein agregasi, terdapat perubahan Na+/K+ ATPase. Adanya
peningkatan kadar sistin (kelompok disulfida) dan penurunan koonsentrasi
sistein (kelompok sulfhidril) selama pembentukan katarak telah dibuktikan.
Peningkatan disulfida-sulfhidril rasio dari protein yang larut dan tidak larut dari
lensa katarak lebih besar ketika opasifikasi lensa meningkat. Asam askorbat
dan GSH merupakan mekanisme pertahanan utama melawan fotooksidasi pada
lensa dan aqueous humor. Konsentrasi GSH pada epitel lensa setara dengan
hepar dan konsentrasinya menurun oleh paparan radiasi sinar UV dan kasus
katarak.
13
langsung, namun hal ini hanya terjadi pada epitel lensa. Pada sel epitel lensa
manusia, pengambilan asam askorbat dimediasi oleh sodium dependent vitamin
C transporter 2 (SVCT2), yang juga diregulasi dalam menanggapi stres
oksidatif.23
Aqueous humor diekskresikan oleh trabecular meshwork. Trabecular
meshwork merupakan jaringan berbentuk anyaman yang tersusun atas jaringan
kolagen dan elastik. Pada trabecular meshwork, kadar asam askorbat secara
fisiologis mempengaruhi pertumbuhan sel, produksi glikosaminoglikan,
menstimulasi produksi fibronektin, laminin, dan kolagen tipe I yang penting
pada basal lamina.23
5) Peran Gluthatione sebagai antioksidan pada segmen anterior
Gluthatione dapat diperoleh dari makanan, namun lebih banyak
diperoleh dari sintesis asam amino sistein, glutamate, dan glisin melalui reaksi
y-glutamyl synthetase dan GSH synthetase. GSH memiliki fungsi antioksidan
yang sangat besar pada mata. Dimana GSH melindungi protein thiol dari
ancaman reactive oxygen species (ROS) dengan cara menetralisir reactive
oxygen species (ROS). Selain itu, gluthatione berperan dalam detoksifikasi obat
dan berperan dalam mengembalikan fungsi dari asam askorbat sehingga
meningkatkan kerja dari antioksidan pada mata.23
Glutation (L-y-glutamil-L-sistein lisin) dijumpai dalam konsentrasi yang
besar di lensa, terutama di lapisan epitelial. Lensa dapat mengalami kerusakan
akibat radikal bebas seperti spesies oksigen reaktif. Mekanisme kerusakan yang
diakibatkan oleh spesies oksigen reaktif adalah peroksidasi lipid membran
membentuk malondialdehida, yang akan membentuk ikatan silang antara
protein dan lipid membran sehingga sel menjadi rusak. Polimerisasi dan ikatan
silang protein tersebut menyebabkan aggregasi kristalin dan inaktivasi enzim-
enzim yang berperan dalam mekanisme antioksidan seperti katalase dan
glutation reduktase. Lensa memiliki beberapa enzim yang berfungsi untuk
melindungi dari radikal bebas seperti glutation peroksidase, katalase dan
superoksida dismutase. Mekanisme antioksidan pada lensa adalah dengan cara
dismutasi radikal bebas superoksida menjadi hidrogen peroksida dengan
18
Pada segmen posterior sering terjadi penyakit seperti age macula degeneration
ataupun penyakit lainnya. Pada bayi dengan BBLR, akan dirawat di dalam di inkubator
yang diberi Oksigen. Namun, pemajanan oksigen yang berlebihan bersifat sebagai
radikal bebas pada bayi sehingga menimbulkan efek yang merugikan pada mata seperti
akan terbentuk massa putih di balik lensa yang disebut fibroplasia retrorental
(Retinopathy of prematurity). Pada segmen posterior antioksidan yang berperan dalam
melawan radikal bebas adalah antioksidan lutein dan zeaxanthin.19,26
Karotenoid dapat dibagi menjadi dua kelas utama: karotin dan xanthophylls.
Karotin adalah molekul non-polar, yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen,
sementara xanthophylls merupakan karotenoid polar, yang terdiri satu atom oksigen.
Selain itu, xanthophylls memiliki sub divisi yaitu hydroxycarotenoids yang terdiri dari
satu atau dua hidroksil dan ketokarotenoid yang terdiri dari kelompok-kelompok keton.
Lebih dari 600 jenis karotenoid ditemukan di alam dan 30-50 jenis merupakan diet
pada manusia. Namun, hanya 10-15 terdeteksi dalam serum manusia, termasuk lutein
(L), zeaxanthin (Z) dan metabolitnya.26
Untuk memenuhi kebutuhan dapat melalui asupan makanan karena tubuh tidak
dapat mensintesis lutein dan zeaxanthin. Lutein (L) dan zeaxanthin (Z) dapat diperoleh
dari sayuran berdaun hijau gelap, jeruk, buah-buahan kuning. Lutein (L) dan
zeaxanthin (Z) dalam tubuh terakumulasi di makula retina dan bertanggung jawab
21
Gambar 2.6 Struktur molekul lutein dan zeaxanthin (Roberts, Joan E and Dennison,
Jessica. 2015)
22
Gambar 2.7 Trabecular meshwork pada kondisi normal (Ito YA dan Walter MA, 2013)
24
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pembentukan ROS yang utama terjadi pada kornea karena paparan tinggi terhadap
radiasi ultraviolet sehingga pertahanan antioksidan primer terletak pada kornea
yaitu asam askorbat (konsentrasi tinggi pada bagian tengah kornea, sejajar dengan
pupil) dan aktivitas SOD (superoksida dismutase).
2. Yang berperan sebagai antioksidan pada segmen anterior mata adalah asam
askorbat dan glutation. Sedangkan pada segmen posterior adalah lutein dan
zeaxanthin.
3. Apabila mata terkena oleh radikal bebas maka dapat meyebabkan suatu kelainan
pada mata, seperti pada bayi prematur (BBLR) yang terkena pajanan oksigen yang
berlebihan saat di inkubator dapat terjadi fibroplasia retrorental (Retinopathy of
prematurity). Sedangkan akibat dari radikal bebas pada dewasa adalah timbulnya
penyakit seperti kekeruhan lensa yang dapat menyebabkan katarak dan dapat pula
terjadi AMD.
25
DAFTAR PUSTAKA
25. Vranka, Janice A, Mary J. Kelley, Ted S. Acott, and Kate E. 2015.
Extracellular matrix in the trabecular meshwork: Intraocular pressure
regulation and dysregulation in glaucoma.
26. Yu-Ping Jia, Lei Sun, He-Shui Yu, Li-Peng Liang , Wei Li , Hui Ding , Xin-Bo
Song, Li-Juan Zhang. 2017. The Pharmacological Effects of Lutein and
Zeaxanthin on Visual Disorders and Cognition Diseases. College of
Pharmaceutical Engineering of Traditional Chinese Medicine, Tianjin
University of Traditional Chinese Medicine, Tianjin 300193, China