Anda di halaman 1dari 7

Contoh Soal TAP S1 PGSD UT

Labels: kumpulan soal


Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Program Pendas (Pendidikan Dasar)
Ada yang khas untuk mahasiswa semester akhir Universitas Terbuka (UT). Mereka pada semester
akhir akan dihadapkan pada ujian TAP (Tugas Akhir Program). Umumnya soal-soal yang diberikan
pada ujian TAP ini adalah berbentuk kasus-kasus. Khusus untuk mahasiswa FKIP (Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan), seperti mahasiswa program Pendas (Pendidikan Dasar) s1 PGSD UT, maka
soal TAP yang akan dihadapi adalah soal berbentuk kasus-kasus pembelajaran. Nah, untuk
memperluas wawasan para mahasiswa Universitas Terbuka (UT) yang akan mengikuti ujian TAP
semester ini, maka blog Penelitian Tindakan Kelas mencoba memberikan contoh soal yang pernah
diberikan kepada mahasiswa S1 PGSD UT (program pendas).

TUGAS AKHIR PROGRAM (TAP)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
(KODE MATA KULIAH - PDGK 4500)

Penting!
Kerjakanlah soal ujian ini dengan jujur, jika terbukti melakukan kecurangan/contek-mencontek
selama ujian, Anda akan dikenai sanksi akademis berupa pengurangan nilai atau tidak
diluluskan (diberi nilai E).
Apabila terbukti menggunakan JOKI pada saat ujian, semua mata kuliah yang ditempuh akan
diberi nilai E.

Baca dengan cermat kasus-kasus berikut ini, kemudian jawab pertanyaan yang mengikutinya.

Kasus A
Pak Purwadi adalah seorang guru kelas 4 di sebuah SD yang terletak di daerah pegunungan. Dalam
mata pelajaran matematika tentang pecahan, Pak Purwadi menjelaskan cara menjumlahkan pecahan
dengan memberi contoh di papan tulis. Salah satu penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pak Purwadi:
"Perhatikan anak-anak, kalau kita menjumlahkan pecahan, penyebutnya harus disamakan terlebih
dahulu, kemudian pembilangnya dijumlahkan. Perhatikan contoh berikut: 1/2 + 1/4 = 2/4 + 1/4 = 3/4.
Perhatikan lagi contoh ini: 1/2 + 1/3 = 3/6 + 2/6 = 5/6. Jadi yang dijumlahnya adalah pembilangnya,
sedangkan penyebutnya tetap. Mengerti anak-anak?"

Anak-anak diam, mungkin mereka bingung.

Pak Purwadi:
Pasti sudah jelas, kan. Nah sekarang coba kerjakan soal-soal ini."
Pak Purwadi menulis 5 soal di papan tulis dan anak-anak mengeluarkan buku latihan. Secara
berangsur-angsur mereka mulai mengerjakan soal, namun sebagian besar anak ribut karena tidak
tahu bagaimana cara mengerjakannya. Hanya beberapa anak yang tampak mengerjakan soal, yang
lain hanya menulis soal, dan ada pula yang bertengkar dengan temannya. Selama anak-anak bekerja
Pak Purwadi duduk di depan kelas sambil membaca.

Setelah selesai, anak-anak diminta saling bertukar hasil pekerjaannya. Pak Purwadi meminta seorang
anak menuliskan jawabannya di papan tulis. Tetapi karena jawaban itu salah, Pak Purwadi lalu
menuliskan semua jawaban di papan tulis. Kemudian anak-anak diminta memeriksa pekerjaan
temannya, dan mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Alangkah kecewanya Pak Purwadi
ketika mengetahui bahwa dari 30 anak, hanya seorang yang benar semua, sedangkan seorang lagi
benar 3 soal, dan yang lainnya salah semua.

Pertanyaan Kasus A
1. Identifikasi 3 kelemahan pembelajaran yang dilakukan Pak Purwadi dalam kasus di
atas. Berikan alasan mengapa itu anda anggap sebagai kelemahan. (skor 6).
2. Jika anda yang menjadi Pak Purwadi, jelaskan langkah-langkah pembelajaran yang
akan anda tempuh untuk mengajarkan pecahan dengan penyebut yang berbeda. Beri alasan
mengapa langkah-langkah itu yang anda tempuh. (skor 15)
Kasus B (Contoh Soal TAP S1 PGSD UT - Universitas Terbuka Program Pendas)

Bu Lince mengajar di kelas 1 SD Sekarharum yang terletak di ibukota sebuah kecamatan. Suatu hari
Bu Lince mengajak anak-anak berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang banyak dijual di
pasar. Anak-anak diminta menyebutkan sayur yang paling disukainya dan menuliskannya di buku
masing-masing. Anak-anak kelihatan gembira dan berlomba menyebutkan dan menuliskan sayur yang
disukainya. Pada akhir perbincangan Bu Lince meminta seorang anak menuliskan nama sayur yang
sudah disebutkan, sedangkan anak-anak lain mencocokkan pekerjaannya dengan tulisan di papan.

Setelah selesai anak-anak diminta membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata yang ditulis di
papan tulis.
Bu Lince:
"Anak-anak, lihat kata-kata ini. Ini nama sayur-sayuran. Baca baik-baik, buat kalimat dengan kata-kata
itu ya."
Anak-ank menjawab serentak:
"Ya, Bu."

Kemudian Bu Lince pergi ke mejanya dan memperhatikan apa yang dilakukan anak-anak. Karena tak
seorangpun yang mulai bekerja, Bu Lince kelihatan tidak sabar.

"Cepat bekerja, dan angkat tangan jika sudah punya kalimat." kata Bu Lince dengan suara keras.
Anak-anak kelihatan bingung, namun Bu Lince diam saja dan tetap duduk di kursinya. Perhatian anak-
anak menjadi berkurang, bahkan ada yang mulai mengantuk, dan sebagian mulai bermain-main.
Mendengar suara gaduh, Bu Lince dengan keras menyuruh anak-anak diam dan menunjuk seorang
anak untuk membacakan kalimatnya. Anak yang ditunjuk diam karena tidak punya kalimat yang akan
dibacakan. Bu Lince memanggil kembali dengan suara keras agar semua anak membuat kalimat.

Pertanyaan Kasus B
1. Bandingkan suasana kelas yang diuraikan pada paragraf 1 dan paragraf selanjutnya,
ditinjau dari segi guru, murid, dan kegiatan (skor 6).
2. Pendekatan pembelajaran mana yang sebaiknya diterapkan oleh Bu Lince ketika
mengajar tentang sayur-sayuran untuk anak-anak kelas 1? Berikan alasan, mengapa
pendekatan tersebut yang anda anggap sesuai. (skor 3).
3. Kembangkan topik sayur-sayuran yang akan anda sajikan dengan pendekatan yang
anda sebut pada nomor 2 (skor 5)

Demikian salah satu contoh soal TAP S1 PGSD UT (Universitas Terbuka) untuk Program
Pendas atau pendidikan dasar dari blog penelitian tindakan kelas. Pada tulisan berikutnya
kami akan memberikan bagaimana contoh jawaban untuk kedua kasus pembelajaran di atas.
Sampai jumpa.
Contoh Jawaban Soal TAP S1 PGSD UT

Labels: kumpulan soal


Contoh Jawaban Soal TAP S1 PGSD Universitas Terbuka
Seperti janji blog penelitian tindakan kelas pada tulisan sebelumnya yang menampilkan contoh soal
TAP (Tugas Akhir Program) untuk mahasiswa FKIP UT (Universitas Terbuka) program Pendas
(Pendidikan Dasar), maka tulisan kali ini memuat contoh jawaban dari soal tersebut. Untuk
menyegarkan kembali ingatan anda: SOAL TAP S1 PGSD UT dapat anda baca di sini.

Baik berikut contoh jawaban dari soal tersebut:


==========
JAWABAN SOAL TAP S1 PGSD -UT KASUS A (Pak Purwadi)

1. Tiga (3) kelemahan pembelajaran Pak Purwadi adalah:

Pak Purwadi tidak menjelaskan bagaimana menyelesaikan soal secara bertahap, misalnya
pada kasus tersebut tampak Pak Purwadi sama sekali tidak menjelaskan bagaimana caranya untuk
menyamakan penyebut bilangan pecahan. Penjelasannya terlalu singkat sehingga tidak jelas. Padahal
penjelasan yang runtut, jelas dan logis selangkah demi selangkah diperlukan untuk membuat siswa
mudah memahami penjumlahan pecahan tersebut.
Pak Purwadi tidak mengecek pemahaman siswanya dengan baik. Ia hanya menanyakan
"Mengerti anak-anak?". Pertanyaan model ini tidak dapat mengecek pemahaman siswa. Seharusnya
ia menanyakan langkah-langkah menjumlahkan pecahan secara langsung, misalnya dengan
menanyakan, "Mengapa penyebut pada langkah penjumlahan pecahan itu diubah menjadi 4 dan 6?"
dan sebagainya. Pertanyaan langsung mengarah ke materi pelajaran, bukan menanyakan apakah
anak mengerti atau tidak saja.
Pak Purwadi tidak membimbing siswa, setelah memberikan 5 soal latihan, alih-alih berkeliling
memberikan bantuan pada siswa yang membutuhkan, ia malah duduk di depan kelas (di kursinya)
sambil membaca.
Ketika salah seorang anak diminta menuliskan jawabannya di papan tulis, Pak Purwadi tidak
meminta tanggapan dari siswa lain. Hal ini merupakan sebuah kelemahan pembelajaran, padahal
apabila Pak Purwadi memanfaatkannya menjadi bahan diskusi dan kesempatan untuk menjelaskan
kembali materi terkait soal tersebut maka pembelajaran akan dapat menjadi lebih baik.
2. Pada materi penjumlahan pecahan tersebut, jika saya menjadi Pak Purwadi maka langkah-langkah
yang akan saya lakukan adalah sebagai berikut:
KEGIATAN PENDAHULUAN
Melakukan apersepsi
Memberikan motivasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
Memberikan sebuah contoh soal tentang penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut yang
berbeda, misal 1/4 + 1/2
Menyajikan langkah-langkah demi langkah cara menyelesaikan contoh soal tersebut secara
runtut, rinci, jelas, dan logis kepada siswa.
Memberikan sebuah contoh soal lagi, misal 1/3 + 1/4
Meminta siswa untuk berpartisipasi secara bergantian untuk menyelesaikan soal tersebut
selangkah demi selangkah, sembari mengecek pemahaman setiap siswa.
Membantu siswa yang mengalami kesulitan pada langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Memberi sebuah contoh soal lagi, misalnya 1/2 + 1/5.
Kembali meminta siswa mengerjakan soal tersebut, kali ini secara berpasangan dengan teman
sebangku mereka (teman yang duduk berdekatan) masing-masing.
Meminta siswa mengecek hasil pekerjaan mereka dengan membandingkannya dengan hasil
pekerjaan pasangan lainnya.
Meminta mereka mendiskusikan apabila terdapat perbedaan jawaban, sembari guru
memberikan bimbingan bila diperlukan.
Memberikan soal latihan sebanyak 5 buah contoh soal untuk dikerjakan.
Mengecek jawaban siswa dengan meminta beberapa orang menuliskan jawaban mereka
masing-masing di papan tulis.
memfasilitasi diskusi kelas apabila terdapat perbedaan-perbedaan jawaban siswa.
PENUTUP
Mengajak siswa merefleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah diikuti.
Memberikan tugas rumah (PR) dan meminta siswa belajar untuk materi pada pertemuan
berikutnya.
==========
JAWABAN SOAL KASUS TAP S1 PGSD UT KASUS B (BU LINCE)

1. Pada Paragraf 1, tampak Bu Lince dan semua siswa sangat menikmati pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal ini terlihat dari bagaimana Bu Lince dengan bagusnya mengajak siswa-siswa
tersebut untuk berbincang-bincang mengenai sayur-sayuran yang dijual dipasar dan sayuran
mana yang paling mereka sukai. Dengan baik sekali Bu Lince melakukan pembelajaran di bagian
awal. Anak-anakpun dengan mudah mengikutinya dengan senang dan gembira. Berbeda dengan
paragraf berikutnya, ketika Bu Lince mulai meminta anak-anak kelas 1 itu untuk membuat kalimat
dari kata-kata yang telah ditulis mereka di buku catatan masing-masing. Tentu saja pelajaran
berikutnya ini lebih rumit dibanding sesi pertama yang hanya meminta mereka menuliskan
sayuran yang disukai. Lebih-lebih anak-anak tidak diberikan contoh atau cara bagaimana
membuat dan menulis kalimat yang berhubungan dengan sayur-sayuran tersebut, dan tanpa
pembimbingan sama sekali. Anak-anak menjadi bingung, ribut, dan frustasi.

2. Pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh Bu Lince untuk anak-anak kelas 1 ini adalah
pembelajaran terpadu (tematik), karena pemikiran anak-anak kelas 1 masih bersifat holistik. Selain
itu pembelajaran tematik membuat siswa lebih aktif (terlibat aktif dalam pembelajaran), fleksibel
dan sesuai dengan minat dan perkembangan siswa.
3. Apabila kita mengajarkan pembelajaran tematik di kelas 1 dengan tema sayur-sayuran, maka
tema ini dapat dikembangkan untuk membelajarkan siswa pada berbagai mata pelajaran yang
terkait dengan tema itu, misalnya: untuk mata pelajaran bahasa, siswa dapat diminta menuliskan
jenis-jenis sayuran yang biasa mereka jumpai di pasar, untuk mata pelajaran IPA siswa dapat
diajak untuk mengenal bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai sayuran seperti daun,
batang, bunga, buah, atau umbi. Pada mata pelajaran PKn misalnya, guru dapat mengajarkan
perilaku jujur dalam kegiatan jual beli di pasar, serta untuk pelajaran Penjaskes, bahwa untuk
tumbuh sehat, kita membutuhkan zat-zat bergizi berupa vitamin yang terdapat dalam sayur-
sayuran yang kita konsumsi.
Contoh Soal TAP S1 PGSD UT

Labels: kumpulan soal


Sudah semester akhir di Program Pendas (Pendidikan Dasar) PGSD Universitas Terbuka dan mau
ujian TAP? Kali ini blog penelitian tindakan kelas mencoba memberikan gambaran bagaimana soal
TAP S1 PGSD UT itu serta bagaimana contoh jawabannya. Yuk disimak.

SOAL TAP (TUGAS AKHIR PROGRAM) S1 PGSD UT - UNIVERSITAS TERBUKA

Soal TAP S1 PGSD UT

KASUS PEMBELAJARAN IBU PRATIWI

Soal:
Ibu Pratiwi mengajar di kelas 1 SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi membacakan sebuah cerita. Anak-anak
mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan cerita tersebut, Bu Pratiwi
bertanya kepada anak-anak.

Bu Pratiwi: Siapa nama anak yang pintar dalam cerita tadi?


Anak-anak menjawab serentak: Dewi.

Bu Pratiwi: Bagus sekali anak-anak, sekarang coba tulis nama Dewi di buku masing-masing.

Semua anak segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling mengamati anak-anak menulis. Setelah semua
anak kelihatan selesai menulis, Bu Pratiwi meminta seorang anak maju ke depan untuk menuliskan
kata dewi di papan tulis.

Bu Pratiwi: Siapa yang tulisannya sama dengan yang di papan tulis?

Semua anak mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan.

Bu Pratiwi: Dewi tinggal di mana anak-anak? Yang menjawab, angkat tangan

Semua anak mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang anak.

Tika: Di desa, Bu.

Dari jawaban ini, Bu Pratiwi mengajak anak-anak bercerita tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di
desa, tentang sawah, tentang penerangan yang digunakan orang-orang di desa, tentang jual beli di
pasar desa, dan tentang sungai yang airnya sangat jernih dengan ikan-ikan yang berenang hilir mudik.
Cerita itu menjadi menarik karena Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar yan menarik tentang
desa, yang dipajangnya di papan tulis.

Pertanyaan:

1. Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas, model pembelajaran
apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi? Jelaskan secara singkat 3 (tiga) karakteristik model
pembelajaran tersebut.
2. Apakah model pembelajaran tersebut sesuai untuk anak kelas I? Dukung jawaban
Anda dengan 3 (tiga) alasan yang terkait dengan perkembangan anak dan teori belajar.
Jawaban Soal TAP S1 PGSD UT
CONTOH JAWABAN:
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh Bu Pratiwi adalah model pembelajaran terpadu. 3 (tiga)
karakteristik model pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:

Berpusat pada siswa (student centered). Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan
suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa baik secara individu maupun
secara kelompok. Siswa aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari
suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.
Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan. Pembelajaran terpadu mengkaji
suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang
dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa.
Hasil nyata yang didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-
konsep lain yang dipelajari, dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dengan ini,
dapat diharapkan kemampuan siswa untuk menerapkan perolehan belajaranya pada pemecahan
masalah-masalah nyata dalam kehidupannya.
Belajar melaui proses pengalaman langsung. Pada pembelajaran terpadu siswa diprogramkan
untuk terlibat secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung, sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari
gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin
dicapai. Sedangkan siswa, berperan sebagaipencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya
Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata. Pada pembelajaran terpadu
dikembangkan pendekatan penemuan terbimbing (discovery inquiry) yang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan mempertimbangkan
minat dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa untuk terus-menerus termotivasi untuk
belajar.
Sarat dengan muatan keterkaitan. Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada
pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak
dari sudut pandangnya yang terkotak-kotak sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif
dan bijak dalam menyikapi dan menghadapi kejadian yang ada.
Bersifat fleksibel. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

2. Ya, model pembelajaran terpadu sesuai untuk anak kelas 1 SD, karena 3 alasan berikut:
Sesuai dengan cara belajar anak. Anak yang duduk di kelas awal SD dalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat penting dan
sering disebut periode emas (the golden years). Siswa pada usia seperti anak kelas 1 SD masih
melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, satu keterpaduan (berpikir holistik) dan memahami
hubungan antar konsep secara sederhana. Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki
struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut
berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikirannya) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk
menafsirkan objek). Belajar dimaknai sebagai proses interaksi anak dengan lingkungannya.
Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual anak yang berada pada tahap operasi
konkret. Anak-anak belajar dari hal-hal konkret, yakni yang dapat dilihat, dapat didengar, dapat diraba,
dapat dirasa, dan dapat dibaui. Proses pembelajaran masih bergantung pada objek-objek konkret dan
pengalaman yang dialami mereka secara langsung, di mana hal ini sesuai dengan falsafah belajar
bermakna (meaningful learning). Pembelajaran terpadu mengakomodasi kebutuhan anak untuk
belajar dari hal-hal yang konkret sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibu Pratiwi. Belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar menghasilkan pemahaman yang utuh
sehingga konsep yang telah dipelajari akan dipahami dengan baik dan tak mudah dilupakan.
Saat proses belajar melalui pembelajaran terpadu, setiap anak, termasuk anak kelas 1 SD,
tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi juga berupa kegiatan
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Ini juga sejalan
dengan falsafah konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak mengkonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak.
KASUS PEMBELAJARAN RINTO
Ketika duduk di kelas 5 SD, pelajaran matematika merupakan pelajaran yang paling dibenci oleh Rinto. Namun, setelah duduk di kelas 6 dan
diajar oleh Pak Bondan, ia mulai menyukai matematika. Pak Bondan selalu mengajak anak-anak untuk mengaitkan bentuk-bentuk bangun ruang
yang sedang dipelajari dengan benda-benda yang ada di sekitar anak-anak. Misalnya, ketika membahas kubus, kerucut dan silinder, anak-anak
diminta membawa benda-benda dari rumah seperti kotak sepatu, kaleng susu, stoples dan caping (topi petani). Di samping benda-benda
tersebut, Pak Bondan juga telah menyediakan tiruan benda-benda tersebut dari kertas. Anak-anak dibimbing menemukan rumus untuk
menghitung volume atau isi benda-benda tersebut. Prestasi belajar Rinto pun meningkat. Ia sering dipuji oleh Pak Bondan karena menyelesaikan
pekerjaannya tepat waktu dan benar.

Namun dalam pelajaran lain, yaitu Bahasa Indonesia yang diajar oleh Ibu Umi (kebetulan di SD tersebut diterapkan sistem guru bidang studi,
khusus untuk kelas 6), Rinto merasa bosan. Ia sering mengantuk, lebih-lebih ketika anak-anak diminta membaca secara bergilir. Supaya tidak
dimarahi Bu Umi, Rinto mencoba menghitung baris mana yang akan menjadi bagiannya. Baris itu diberi tanda. Selanjutnya agar tidak mengantuk,
Rinto yang memang gemar membaca, mengeluarkan komik yang dibawanya dan menaruh di atas buku pelajaran Bahasa Indonesia. Ia membaca
dalam hati komik tersebut. Ketika gilirannya tiba, dengan tangkas Rinto membaca baris yang telah diberinya tanda. Bu Umi yang duduk di depan
tidak pernah tahu kalau selama teman-temannya membaca Rinto tidak mendengarkan, tetapi membaca komik.
Soal : TAP S1 PGSD UT
Identifikasi 2 (dua) hal yang membuat Rinto menyukai matematika, dan berikan alasan masing-masing, mengapa kedua hal tersebut anda
anggap merupakan faktor yang membuat Rinto menyukai matematika.
Identifikasi 3 (tiga) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran bahasa Indonesia. Berikan masing-masing alasan mengapa
Ketiga hal tersebut membuat Rinto bosan dan mengantuk.
Jika anda yang menjadi Bu Umi, cobalah rancang kegiatan belajar Bahasa Indonesia yang mampu membuat anak-anak yang gemar membaca
seperti Rinto mengembangkan potensinya secara optimal. Uliskan 2 (dua) keunggulan rancangan tersebut, Dilihat dari hakikat pelajaran Bahasa
Indonesia di SD dan pendekatan belajar aktif.

Contoh Jawaban : Soal TAP S1 PGSD UT


1. Dua (2) hal yang membuat Rinto menyukai pelajaran matematika yang diajarkan oleh Pak Bondan adalah:
Pak Bondan menggunakan media pembelajaran yaitu alat peraga baik berupa model (yang dibuat dari kertas) maupun benda nyata (yang
diminta siswa untuk membawa dari rumah), sehingga pembelajaran menjadi lebih bersifat konkret (tidak abstrak). Pembelajaran yang tidak
abstrak (bersifat konkret) membuat pelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa (Rinto).
Pak Bondan menggunakan benda-benda yang akrab dengan keseharian siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual, seperti
kotak sepatu, kaleng susu, stoples, dan caping (topi petani). Pembelajaran yang kontekstual akan membuat siswa (Rinto) menjadi lebih
merasa terlibat, dan akan cenderung memunculkan rasa ingin berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Anak-anak dibimbing untuk menemukan rumus untuk menghitung volume atau isi benda-benda tersebut, bukan langsung diberi tahu. Hal
ini, menurut falsafah konstruktivisme, akan membuat pembelajaran lebih menarik, menggugah motivasi belajar, dan efektif.
2. Tiga (3) hal yang membuat Rinto bosan dan mengantuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia adalah:
Bu Umi selalu menggunakan strategi mengajar yang sama, tidak bervariasi. Anak-anak sering diminta membaca secara bergilir.
Alasan:
Karena seringnya guru melakukan pembelajaran dengan strategi ini, Rinto bahkan dapat menebak bagian bacaan yang akan menjadi
tugasnya. Ini membuatnya menjadi bosan. Sepertinya Bu Umi jarang atau bahkan tidak pernah menggunakan strategi pembelajaran lain
yang lebih menarik dan lebih efektif. Rasa bosan tersebut dialihkan Rinto dengan membaca komik.
Rinto sudah dapat menebak bagian bacaan yang akan menjadi gilirannya.
Alasan:Karena seringnya Bu Umi menggunakan strategi membaca bergilir, Rinto sudah dapat menebak bagian bacaan (kalimat) yang
akan menjadi tugasnya untuk membaca. Rinto, setelah menebak dan memberi tanda di bagian tertentu dari bacaan tersebut merasa aman
jika sampai tiba waktu gilirannya membaca. Pada kenyataannya Rinto memang telah berhasil menebak bagian bacaan yang menjadi
tugasnya.
Rinto adalah siswa yang cerdas sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan Bu Umi tidak memberikan tantangan belajar
yang berarti untuk Rinto.
Alasan:
Siswa-siswa cerdas seperti Rinto selalu memerlukan kegiatan belajar atau tugas-tugas yang menantang. Kecerdasan Rinto terbukti
dengan kemampuannya menebak bagian bacaan yang akan menjadi tugasnya membaca. Ia juga cerdik, karena dapat mengelabui Bu Umi
dan kawan-kawannya seakan-akan sedang memperhatikan bacaan kawannya, bukan sedang membaca komik. Cara yang dilakukan Rinto
adalah dengan meletakkan komik di atas buku Bahasa Indonesia, sehingga siapapun pasti akan menyangka ia sedang membaca buku
Bahasa Indonesia tersebut.
Bu Umi hanya duduk di depan dan tidak pernah berkeliling kelas untuk memperhatikan kegiatan setiap siswanya, termasuk Rinto.
Alasan:
Kurangnya perhatian guru terhadap setiap siswa yang berada di kelasnya sangat penting untuk menjaga agar semua siswa di kelas
tersebut tetap aktif belajar, bukan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang
dilaksanakan. Ini terbukti
3. Rancangan kegiatan belajar Bahasa Indonesia untuk anak yang gemar membaca seperti Rinto:
Rancangan pembelajaran di bawah ini dimaksudkan sebagai rancangan pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca sekilas untuk
menulis ringkasan berita.
Jenis
No. Kegiatan Belajar
Kegiatan/Waktu
A. Kegiatan Awal 10
Guru mengkondisikan kelas: apersepsi dan
K
motivasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
K
yang ingin dicapai
Guru memberikan penjelasan tentang
tugas yang akan mereka lakukan K
Guru membagikan teks berita (guntingan
I
koran)
B. Kegiatan Inti

Siswa membaca dalam hati dan menulis


I/G (10)
pokok-pokok teks
Siswa memadukan pokok teks yang telah
G (5)
ditulisnya
Siswa menulis ringkasan berita G (5)
Siswa memadukan ringkasan berita
G (5)
untuk direvisi secara tertulis
Siswa membacakan hasil ringkasan berita
yang telah direvisi dengan diwakili oleh G (10)
salah seorang anggota kelompok
Siswa memajang hasil revisi G (5)
Siswa saling mengomentari hasil
pekerjaan kawannya yang dipajang di G (10)
dinding-dinding kelas
C. Kegiatan Akhir 10
Guru mengajukan pertanyaan tentang isi
K/I
berita dan siswa menjawab secara lisan
Guru bersama-sama siswa merangkum
K
pembelajaran
Guru bersama-sama siswa merefleksi
K
pembelajaran
Guru menutup pelajaran K
Keterangan: K = Klasikal; I = Individual; G = Grup/Kelompok
3. Dua (2) keunggulan rancangan di atas adalah:
Pada rancangan di atas, siswa tidak hanya mengembangkan keterampilan membaca, tapi juga keterampilan menyimak, menulis (keterampilan
berbahasa tulis), dan berbicara (keterampilan berbahasa lisan).
Pada rancangan pembelajaran di atas, kelas menjadi lebih aktif, dan seluruh siswa termasuk siswa yang gemar membaca seperti Rinto akan
dapat mengembangkan potensinya

Anda mungkin juga menyukai