Anda di halaman 1dari 10

Fenomena Bahaya Lisan

a) Alkalaamu fimaa laa yanihi (Ungkapan yang tidak berguna)


Nabi Muhammad Saw. telah bersabda: Barang siapa mampu menjaga apa yang terdapat
antara dua janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk
surga. ( Muttafaq alaih, dari Sahl bin Saad)
Kita hendaknya hanya mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, karena ucapan yang mubah
dapat mengarah kapada hal yang makruh atau haram. Rasulullah saw bersabda:
???? ????? ???????? ??????? ??????????? ??????? ??????????? ??????? ???? ??????????
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang
baik atau diam. (Muttafaq alaih, dari Abu Hurairah)
Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab dan dibalas atas segala ucapan
lidahnya, maka dia akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan dia pun
akan mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya dipergunakan. Allah berfirman:
???? ???????? ??? ?????? ?????? ???????? ??????? ??????? ????
Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib
dan Atid. (QS. Qoof: 18)

b) Fudhulul Kalaam (Berbicara yang berlebihan)


Lidah memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan berdzikir
kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan berbicara
berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lidah untuk berdzikir dan taat
kepada Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara
tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah
Azza wa Jalla.
Menuju surga cepat dengan lisan, menuju nerakapun cepat dengan lisan. Lisan bagai
jaring kalau menjaringnya baik akan mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya jika
tidak hasilnya akan sedikit dan melelahkan. Kata orang lidah tidak bertulang, maka
lebih senang mengatakan apa-apa tanpa berpikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar
sekali. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, Tiada akan lurus keimanan seorang
hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus
pula lidahnya. dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya
belum aman dari kejahatannya.

Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaran kita
bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya:
???? ?????? ??? ??????? ???? ???????????? ?????? ???? ?????? ?????????? ???? ??????
??? ???? ????????? ?????? ???????? ? ????? ???????? ??????? ?????????? ????????? ??
????? ???????? ????????? ??????? ???????? ?????
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat maruf atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar. (Annisa: 114)

c) Al-khoudh fil baathil (Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat)


Orang-orang sufi lebih tekun menggunakan mulutnya untuk berdzikir dari pada
berbincang-bincang, memperingatkan dengan prihatin; Manusia paling sering tertimpa
bahaya dan paling banyak mendapatkan kesusahan adalah lidahnya terlepas dan hatinya
tertutup. Ia tidak dapat berdiam diri, dan kalau berkata tidak bisa mengungkapkan
yang baik-baik.

Hasan Al Bashri semasa mudanya pernah merayu seorang wanita cantik di tempat sepi,
perempuan itu menegur, Apakah engkau tidak malu? Hasan Al Bashri menoleh ke kanan
dan ke kiri, lalu mengawasi pula sekelilingnya, setelah ia yakin di tempat itu
hanya ada mereka berdua, dan tidak terlihat siapapun, Hasan Al Bashri bertanya,
Malu kepada siapa? Di sini tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatan kita.
Wanita itu menjawab, Malu kepada Dzat yang mengetahui khianatnya mata dan apa
yang disembunyikan di dalam hati
Lemas sekujur tubuh Hasan Al Bashri. Ia menggigil ketakutan hanya karena jawaban
sederhana itu, sehingga ia bertobat tidak ingin mengulangi perbuatan jeleknya lagi.
Karena itulah Rasulullah saw. mengingatkan, Barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari kiamat, ucapkanlah yang bermanfaat, atau lebih baik diam saja.

d) Al-Miraa wal-jidaal (Berbantahan, bertengkar dan debat kusir).


Jidaal adalah menentang ucapan orang lain guna menyalahkan secara lafadz dan makna.
Perdebatan dalam isu-isu agama dan ibadah tidak banyak faedah yang didapat kecuali
jika dilangsungkan dengan etika debat yang benar, saling menghormati antar peserta
dan dengan kekuatan ilmiah yang meyakinkan. Biasanya debat yang tidak dikawal oleh
akhlak lebih banyak mengundang kepada pertengkaran dan permusuhan yang merugikan.

Tidak dinafikan debat merupakan salah satu uslub (cara) yang sangat efektif dan
berkesan dalam menyebarkan Islam, dakwah dan kebenaran, tetapi ia adalah langkah
ketiga dan terakhir, yaitu setelah terjadi kebuntuan dimana pendekatan dengan
hikmah dan nasihat/pengajaran yang baik tidak berhasil. Itupun dilangsungkan dengan
akhlak dan adab yang tinggi.
Allah berfirman:
????? ?????? ??????? ??????? ????????????? ??????????????? ??????????? ? ??????????
?? ????????? ???? ???????? ? ????? ??????? ???? ???????? ????? ????? ??? ?????????
? ?????? ???????? ???????????????? ?????
Serulah ke jalan Tuhanmu wahai Muhammad dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat
pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih baik
(Al-Nahl: 125).

Ayat di atas meletakkan debat pada tempat terakhir, yaitu selepas pendekatan hikmah
dan nasihat yang baik. Debat menjadi langkah terakhir, bukan karena kurang berkesan
atau tidak ada faedahnya, tetapi karena kesukaran mematuhi aturan, akhlak, adab-
adabnya.
Debat selalu dirusak oleh tidak adanya ikhlas antara dua kubu yang terkait.
Pendebat selalu menginginkan kemenangan sekalipun ia tidak mempunyai hujjah.
Pendebat tidak bersedia mengalah, sekalipun ternyata ia berada pada pihak yang
salah. Pendebat akan memilih untuk berkata ya apabila lawan berkata tidak dan
berkata tidak apabila lawan berkata ya.
Debat selalu dikuasai oleh pihak yang handal bercakap, sekalipun tidak berisi.
Keadaannya bagaikan dua pasukan pemain sepak bola yang masing-masing mempunyai
suporter yang tidak pernah mengaku kalah sekalipun tidak pernah bermain. Kalaupun
ada yang mengaku, tetapi hanya dalam gelanggang, di luar belum tentu. Begitulah
debat yang tidak berakhlak dan biasa kita saksikan.

Etika debat yang perlu dipatuhi untuk menghasilkan natijah yang baik bahkan
sekaligus debat disifatkan sebagai terbaik ialah:
Hindari penggunaan bahasa yang rendah, tindakan yang kasar dan tidak menghormati
pemikiran lawan. Jika perlu, adakan penengah untuk menengahi perjalanan debat.
Penengah perlu diberi hak memberi kartu kuning atau merah, bahkan menskor
pendebat yang melanggar disiplin debat dan aturan.

Hendaklah lebih banyak mencari titik persamaan antara kedua belah pihak. Kurangi
usaha mencari titik perbedaan. Lebih banyak persamaan yang ditemui, lebih banyak
hasil yang diperoleh. Arahkan sepenuhnya kepada titik-titik persamaan.

Debat Alquran yang berlangsung antara Nabi Muhammad s.a.w. dengan Yahudi dan
Nashara bahkan dengan kaum musyrikin menjadi contoh untuk dipelajari, disiplin,
akhlak dan etikanya. Dikemukakan di sini debat antara Nabi dengan musyrikin dalam
ayat 24-26 surah Saba yang bermaksud; Allah berfirman:
???? ??? ??????????? ????? ????????????? ??????????? ? ???? ??????? ? ???????? ????
?????????? ???????? ????? ???? ??? ??????? ???????? ???? ??? ???? ??????????? ?????
? ??????????? ????? ???????? ?????? ??????????? ???? ???? ???????? ????????? ??????
?? ????? ???????? ????????? ?????????? ?????? ??????????? ?????????? ????
Bertanyalah wahai Muhammad, siapa yang memberi rezeki kepada kamu dari langit dan
bumi? Terangkanlah jawabnya ialah Allah. Sesungguhnya tiap-tiap satu golongan, sama
ada kami atau kamu tetap di atas hidayat atau tenggelam dalam kesesatan.
Katakanlah: Tuhan akan menghimpunkan kita semua pada hari kiamat, kemudian akan
menyelesaikan krisis di antara kita dengan penyelesaian yang benar.
Debat nabi-nabi jelas beretika dan halus budi bahasanya. Setiap patah kata dalam
ungkapannya dapat menjadi contoh bagi para dai yang mencintai kebenaran. Tetapi
sayang, sebagian pendebat sekarang banyak menyimpang jauh dari panduan nabi-nabi,
mereka berdebat seolah-olah berperang. Segala isu yang muncul dalam dakwah, besar
kemungkinan ada persamaannya dalam politik.
e)Al-Khushumah istifa-ulhaq (Banyak omong yang berlebih-lebihan ingin mendapatkan
haknya).
Mulutmu harimaumu. Pepatah ini mengingatkan kita agar lebih hati-hati dalam berucap
dan mengeluarkan pernyataan. Bahwa sumber dari segala bencana di dunia ini bukan
pada bencana alam, letusan gunung berapi, banjir, ataupun gempa bumi, melainkan
bersumber pada mulut kita sendiri.
Rasulullah saw bersabda: Orang yang amat dibenci di sisi Allah adalah orang yang
banyak omong. (al hadits)
Menurut ilmu kedokteran, dalam tubuh manusia terdapat banyak lubang, tetapi di
antara lubang-lubang itu, hanya lubang mulut yang paling banyak mengandung virus.
Ada lubang telinga, lubang hidung, bahkan lubang saluran pembuangan kotoran, tetapi
semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan lubang mulut. Mulut manusia
memang berbisa.
Secara lahiriyah mulut manusia itu mengandung banyak virus, terlebih secara
batiniah. Itulah sebabnya, ketika Rasulullah didatangi seseorang yang hendak
menanyakan tentang Islam dengan satu pertanyaan yang tidak perlu dan disusul dengan
pertanyaan lainnya, maka Rasulullah memberi jawaban singkat:
???? ??????? ??????? ????? ?????????
Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah. Sahabat tersebut
bertanya, dengan cara apa kami memeliharanya? Rasulullah memberi isyarat kepada
lisannya.
f)Al Mizaah (Bercanda dan senda gurau)
Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw. Bersabda:
?????? ??????? ?????????? ????? ???????? ?????? ??????
Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka bersendagurau dan saya tidak akan
mengatakan kecuali yang benar-benar.
Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia
(nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja
penghuni syurga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa
biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.
Rasullullah saw. Bersabda: Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi berupa
seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk syurga). Karena Allah Taala
berfirman: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan
langsung . Maksudnya: tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. Dan
Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan
Pada hadits tersebut dan hadits-hadits yang lain, banyak menceritakan bagaimana
Rasullullah saw. bercanda, dan sesungguhnya bercanda yang benar saja yang
diperbolehkan. Beberapa dai banyak yang menggunakan banyolan-banyolan dalam
penyampaian dakwahnya, terkadang sudah keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang
serius, bukan dijadikan bahan tertawaan. Masyarakat yang mendengar dai-dai ini
berbanyol, hanya mendapatkan ketawanya saja, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak
tawanya. Dan sesungguhnya Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk
tertawa. Padahal dalam suatu hadits yang menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda
itu menyempitkan hati. Di hadist tsb, menerangkan bahwa Rasullulllah tak pernah
terlihat palate (langit-langit tenggorokan)-nya bila beliau sedang ketawa, hanya
senyuman-lah yang selalu menghiasi pribadi beliau saw.
g) Bidzaatul lisan wal qoulul faahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan
/nyelekit)
Secara sadar atau tidak banyak kita jumpai perkataan yang menjurus kepada mencaci,
menghina, merendahkan, mengejek dan mempermainkan nama Allah, sifat-sifat-Nya,
rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ayat-ayat-Nya dan hukum-hukum-Nya serta hukum-
hukum yang diterangkan oleh rasul-Nya. Dan juga perkataan yang menolak, menafikan
dan mengingkari segala perkara dari alim ulama dimana semua orang tahu bahwa
perkara itu dari agama.
Mislanya seperti katanya mengenai mana-mana hukum Islam:
Hukum apa ini?
Hukum ini sudah usang.
Zaman sekarang tidak pantas diharamkan riba karena menghalangi kemajuan.
Dalam zaman yang serba maju ini kaum wanita tak perlu dibungkus-bungkus.
Berzina jikalau suka sama suka apalah haramnya?
Minum arak kalau dengan tujuan hendak menyehatkan badan untuk beribadat apalah
salahnya?
Berjudi kalau masing-masing sudah rela menerima untung ruginya apa salahnya?
Kalau diberlakukan hukum-hukum Islam sampai kiamat kita tak maju-maju.
Ini perbuatan tidak beradab diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. setelah makan:
menjilat sisa makanan di jarinya.
Untuk itu Imam Al Bashri mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak di
belakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dahulu. Kalau
perkataan itu kira-kira bakal bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya,. Kalau
dirasakannya akan membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sedangkan hati orang dungu
terletak di belakang lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya.
Apalagi mengatakan yang tidak pernah dikerjakan, dan membungkus keburukan hati dan
keculasan perangai dengan ucapan indah yang berbunga-bunga. Barangkali manusia
dapat dikelabui, tetapi apakah Allah swt. dapat ditipu?
h)Al Lanu (Melaknat, walaupun binatang atau benda, apatah lagi manusia)
Akhir-akhir ini kebiasaan melaknat (mengutuk) banyak merebak di tengah-tengah
masyarakat, baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun wanita, dewasa maupun
anak-anak, sehingga didapati seseorang melaknat anaknya, saudaranya, tetangganya,
bahkan melaknat kedua orang tuanya dengan mengatakan, Terlaknatlah kedua orang
tuaku atau terlaknatlah ibuku, aku akan melakukan ini dan ini (seperti terkutuk
bapakku jika aku tidak melakukan ini dan ini). Biasanya dipakai untuk mengancam
atau menantang.
Tidak diragukan lagi ucapan seperti itu adalah ucapan keji dan mungkar yang tidak
mendatangkan ridha Allah , seperti dalam firman-Nya:
????? ??????? ???????????????? ????
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (al-Fajr: 14)
Dan firman Allah:
????? ??????????? ????????? ??????? ???? ???????? ? ????? ???????????? ??????? ????
?????? ?
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik, sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. (Al-
Isra: 53)
Dan beberapa hadits Nabi yang melarang hal tersebut di antaranya: Hadits Abu Dawud
Tsabit bin ad-Dhahak berbunyi: Melaknat seorang mukmin adalah seperti
membunuhnya. (Mutafaqun alaihi)
Hadits dari Abu Hurairah berbunyi: Tidak pantas bagi seorang shiddiq (orang yang
mengikuti kebenaran) menjadi tukang laknat. (HR Muslim)
Dan Hadits dari Abu Darda berbunyi: Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi
pemberi syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat. (HR Muslim)
Hadits Abdullah bin Masud berbunyi: Seorang mukmin bukanlah tukang cela dan
tukang laknat dan bukanlah orang yang suka berkata keji lagi kotor. (HR
Tirmidzi) ; Hadits ini dicantumkan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab beliau
Shahih Jami Tirmidzi no 610 dan Silsilah Hadits Shahih no 320
Di dalam Silsilah Hadits Shahih tercantum sebuah hadits yang berbunyi: Apabila
sebuah laknat terucap dari mulut seseorang, maka ia (laknat itu) akan mencari
sasarannya. Jika ia tidak menemukan jalan menuju sasarannya, maka ia akan kembali
kepada orang yang mengucapkannya.
Hakikat laknat adalah menjauhkan sesuatu dari rahmat Allah. Seseorang yang melaknat
berarti telah menyatakan bahwa sesuatu telah dijauhkan dari rahmat Allah, padahal
itu termasuk perkara gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Maka
perbuatan seperti ini termasuk berdusta dan mengada-ada atas nama Allah Dalam
sebuah hadits dari Abu Hurairah ia berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,
Dahulu kala ada dua orang Bani Israil yang bersaudara. Salah seorang di antara
keduanya sering berbuat dosa, sedangkan yang lain tekun beribadah. Yang tekun
beribadah selalu mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata, Tahanlah dirimu
dari perbuatan dosa! Pada suatu hari, ia melihat hal serupa, ia berkata, Tahanlah
dirimu. Saudaranya berkata, Biarkan aku bersama Rabbku! Apakah engkau diutus
sebagai pengawasku? Maka ia pun berkata kepada saudaranya tersebut, Demi Allah,
Allah tidak akan mengampunimu atau demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke
dalam surga. Kemudian ruh keduanya dicabut, lalu bertemu kembali di hadapan Allah
Rabbul Alamin. Allah berkata kepada yang tekun beribadah, Apakah engkau
mengetahui tentang Aku? Atau apakah engkau berkuasa atas apa yang ada ditangan-Ku?
Kemudian Allah berkata kepada saudaranya, Masuklah ke dalam surga dengan rahmat-
Ku. Dan Allah berkata kepadanya, Seret ia ke neraka!'
Abu Hurairah berkata, Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, orang tersebut
telah mengatakan sebuah kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya. (HR Abu
Dawud dengan sanad hasan) Cobalah perhatikan kalimat yang diucapkan oleh seorang
ahli ibadah tadi ternyata lebih besar daripada dosa yang dilakukan saudaranya,
karena ia berani bersumpah atas nama Allah. Hanya Allah sajalah yang dimintai
pertolongan-Nya. Merupakan musibah besar jika seseorang berani melaknat ibunya.
Para sahabat sempat menganggap mustahil perbuatan seperti itu, lalu Rasulullah
menjelaskan maksudnya kepada mereka, yaitu dengan mencela ayah ibu orang lain
hingga orang tersebut mencaci ayah ibunya.(Muttafaqun alaihi)
i)Al Ghina wasy-syir (Bernyanyi dan bersyair)
Allah berfirman:
?????? ???????? ??? ????????? ?????? ?????????? ????????? ??? ??????? ??????? ?????
??? ?????? ?????????????? ??????? ?
Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan
olok-olokan. (Luqman: 6)
Mengenai ayat ini Ibnu Abbas ra berkata bahwa Lahwal hadist dalam ayat ini berarti
Nyanyian. Ibnu Masud r.a menerangkan bahwa Lahwal hadist itu adalah al-Ghina
(nyanyian).
Allah berfirman:
???????? ?????? ?????????? ??????????? ???? ????????????? ????? ????????? ????
Maka apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu mentertawakan dan
tidak menangis sedang kamu bernyanyi-nyanyi. (An-Najm: 59-60)
Kata Ikrimah r.a dari Ibnu Abbas r.a bahwa kata As-Sumud dalam akhir ayat ini
berarti Al-Ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar
Alquran dibacakan, mereka bernyanyi-nyanyi, maka turunlah ayat ini.
Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari sahabat Abi Amir dan Abi
Malik Al Asyari Rasulullah saw bersabda: Akan muncul dari kalangan ummatku
sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamar dan alat-alat
musik. (lihat Fatul Bari, 10/51).
Nyanyian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati dan
jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
Diantara tipu daya setan musuh Allah dan diantara jerat yang dipasangnya untuk
orang yang sedikit ilmu, akal dan agamanya, sehingga orang yang bersangkutan
tersebut terjebak kedalamnya untuk mendengarkan kidung dan nyanyian yang diiringi
musik yang diharamkan. Satu hal yang mengherankan adalah sebagian manusia yang
mengaku memiliki konsentrasi untuk ibadah justru telah menjadikan nyanyian, tarian
dan lagu-lagu lain sebagai wahana untuk beribadah sehingga mereka meninggalkan
Alquran.

Ibnu Qayyim dalam kitabnya Ighatsatul-Lahfan min Mashayidisy-Syaithan menamai


nyanyian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu: lahwun (main-main), laghwun
(pekerjaan sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan),
ruqyatuz-zina (jimat dalam perzinahan), pedomannya setan, penumbuh nifak didalam
hati, suara kedunguan, suara yang penuh dosa, suara setan atau seruling setan.
Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu: Menyanyi pada hari raya. Hal itu
berdasarkan hadits Aisyah: Suatu ketika Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam masuk
ke bilik Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-
masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: dan di sisi saya terdapat
dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi.), lalu Abu Bakar mencegah keduanya.
Tetapi Rasulullah malah bersabda: Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-
masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini.
(HR. Bukhari)
Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk menyemarakkan
suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda: Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan
suara (lagu) pada saat pernikahan. (Hadits shahih riwayat Ahmad). Yang dimaksud di
sini adalah khusus untuk kaum wanita. Nasyid Islami (nyanyian Islami tanpa diiringi
dengan musik) yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan
semangat, terutama jika di dalamnya terdapat doa.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyenandungkan syair Ibnu Rawahah dan
menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung: Ya Allah tiada
kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.
Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain: Kita telah
membaiat Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad. Ketika menggali tanah
bersama para sahabatnya, Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersenandung
dengan syair Ibnu Rawahah yang lain: Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu
kita tidak mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan
shalat. Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian
kami jika bertemu (musuh) Orang-orang musyrik telah mendurhakai kami, jika mereka
mengingin-kan fitnah maka kami menolaknya. Dengan suara koor dan tinggi mereka
balas bersenandung Kami menolaknya, kami menolaknya. (Muttafaq Alaih)
j)Attaqour fil kalaam (Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian)
Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin hubungan dengan orang lain
adalah menarik perhatian. Untuk itu kerap kali orang berakting untuk mendapatkan
perhatian orang lain. Namun kadang orang sering kebablasan dalam akting yang
dimainkan, sehingga sering dijuluki over acting, sok gagah, sok fasih. Misalnya
saja ada orang yang sering menggunakan action Inggris untuk menunjukkan bahwa dia
dapat berbahasa Inggris. Atau dengan action Arab untuk menunjukkan dia dapat
berbahasa Arab, walaupun pada kenyataannya tidak. Pernah dalam kampanye Pemilu
seorang jurkam sebuah parpol besar (dengan penuh semangat berpidato di hadapan
massanya) berkata, Saudara-saudara parpol kami sangat berempati dan antonius
dengan nasib rakyat jelata (Maksudnya mungkin antusias).
k) Ifsyaaussirri (Membocorkan rahasia)
Mudrik bin Aun Al-Ahmas berkata: Ketika aku berada di sisi Umar radhiyallahu
anhu, datanglah utusan An-Numan. Umar radhiyallahu anhu pun menanyakannya
tentang keadaan pasukan. Utusan itu menyebutkan orang-orang yang terluka dan
terbunuh di Nahawand, ia berkata: Si Fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan dan lain-
lain yang tidak engkau kenal. Umar radhiyallahu anhu berkata: Akan tetapi Allah
Subhanahu wa Taala mengetahui mereka. Dalam riwayat lain disebutkan: Akan tetapi
Dzat Yang telah mengkaruniakan mereka syahadah (mati syahid) mengetahui wajah dan
nasab mereka.
Hubungan istri adalah hubungan yang khas, di mana keduanya bisa saling meleburkan
diri menjadi satu kesatuan. Di sana ada cinta, juga kasih dan sayang. Karenanya,
dalam kehidupan suami istri pasti terjadi hubungan intim yang tidak ada orang lain
yang mengetahuinya, kecuali mereka berdua. Saat-saat itu suami mencurahkan segala
kasih sayangnya kepada istri, demikian juga sebaliknya.
Hubungan yang demikian, sekalipun berbaur antara cinta dan nafsu tapi Allah telah
mensakralkannya. Hubungan itu suci dan berpahala. Hunbungan itu baru ternoda jika
ada salah seorang di antaranya, baik suami atau istri yang membuka rahasia mereka
berdua kepada orang lain. Baik karena ingin mengungkapkan rasa bahagianya maupun
karena rasa kecewa.
Membuka rahasia rumah tangga kepada pihak lain sama sekali tidak mendatangkan
keuntungan, justru bencana dan malapetaka. Rumah tangga bisa berantakan karena
salah satu pihak merasa tersinggung dan terhina karenanya. Kehidupan rumah tangga
terganggu, bahkan tidak tertutup kemungkinan jika kemudian masalahnya berkembang
sampai akhirnya terjadi perceraian.
Jika anggota badan yang terluka bisa dijahit dan diperban. Akan tetapi jika hati
yang terluka bisa dibawa sampai mati. Hari ini bisa ditekan, tapi besok bisa muncul
kembali. Itulah sebabnya kenapa kita harus menjaga rahasia istri atau suami.
Dari Abu Said Al-Khudri ra beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya
sejelek-jelek orang di sisi Allah pada hari qiamat kelak adalah suami yang sudah
mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya dan istrinya pun sudah
menyerahkan segala kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan
rahasia istrinya (dan istrinya membuka rahasia suaminya). (HR. Muslim)
l) Alkadzibu (Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah)
Allah SWT berfirman
????????????? ?????? ????????
Hendaklah kita menjauhi perkataan-perkataan dusta. (Al-Hajj: 30)
Dalam peribahasa mengatakan, kerana lidah (mulut) badan binasa ini mengingatkan
kita untuk hidup dalam suasana yang tenteram, aman dan damai, hendaklah diawasi
lidah kerana melalui tutur kata akan menjadi lebih benar, beradab dan bahasanya
lebih santun.
Suka berbohong bukan saja menimbulkan kemarahan orang yang mendengarnya, malah
menimbulkan implikasi buruk kepada si pembohong itu sendiri. Dari Abu Hurairah r.a.
katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: Tidak beriman seseorang dengan sempurna
sehingga ditinggalkan pembohongan walaupun senda gurau, bersengketa atau
perbalahan.
Tabiat suka berbohong termasuk dalam kategori dosa besar setelah syirik
(menyekutukan Allah) dan durhaka terhadap kedua orang tua. Ini ditegaskan dalam
sabda Rasulullah saw: Maukah aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab:
Ya, tentu mau wahai Rasulullah. Rasulullah menjelaskan: Menyektukan Allah, durhaka
kepada kedua orang tua. Oh ya, (ada lagi) yaitu perkataan dusta. (Riwayat Muttafaq
Alaih)
Berkata Imam Nawawi di kitabnya Al-Adzkar (halaman 326): Ketahuilah! Sesungguhnya
menurut madzhab Ahlus Sunnah bahwa dusta itu ialah: Mengkabarkan tentang sesuatu
yang berlainan (berbeda/menyalahi) keadaannya. Baik dilakukan dengan sengaja atau
karena kebodohan (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau karena kebodohan
(tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja.
m)Al Ghiibah (Menceritakan keburukan orang lain)
Dalam sebuah perjalanan ke suatu daerah, para sahabat diatur agar setiap dua orang
yang mampu, membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum). Kebetulan Salman
Al Farisi diikutkan pada dua orang, tetapi ketika itu ia lupa tidak melayani
keperluan keduanya. Ia disuruh minta lauk pauk kepada Rasulullah saw. Dan setelah
ia berangkat, keduanya berkata, Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah
sumurnya.
Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda, Sampaikan kepada kedua temanmu bahwa
kalian sudah makan lauk pauknya. Setelah ia menyampaikan kepada mereka berdua,
lalu keduanya menghadap kepada Nabi saw dan katanya, Kami tidak makan lauk pauk
dan seharian kami tidak makan daging. Kemudian Rasulullah bersabda, Kalian telah
mengatakan saudaramu (Salman) begini-begitu. Maukah kalian memakan daging orang
mati? Mereka menjawab, Tidak! Jika kalian tidak mau makan daging orang mati,
maka janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan orang lain, sebab yang demikian
itu berarti memakan daging saudaranya sendiri.
Menurut Ibnu Abbas, kisah tersebut yang melatarbelakangi diturunkannya surat Al-
Hujarat: 12
??? ???????? ????????? ??????? ??????????? ???????? ????? ???????? ????? ?????? ???
????? ?????? ? ????? ??????????? ????? ??????? ?????????? ??????? ? ????????? ?????
????? ??? ???????? ?????? ??????? ??????? ??????????????? ? ?????????? ??????? ? ??
??? ??????? ???????? ???????? ????
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena
setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan orang lain, dan jangan
pula setengah kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lainnya. Maukah
seseorang di antara kamu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak
mau). Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang.
Dari Ali bin Ibrahim, dari ayahnya, dari An-Naufal, dari Al-Sakkuni, dari Abu
Abdillah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Kerusakan yang dilakukan oleh ghibah
(mengumpat/memfitnah) pada iman seorang mukmin lebih cepat daripada kerusakan yang
disebabkan oleh penyakit aklah (penyakit yang memakan daging di tubuh manusia) pada
tubuhnya.
Diriwayatkan dari Abu Dzar berkata: Ya Rasulullah, apakah ghibah itu? Rasul
menjawab: Menyebutkan tentang saudaramu akan sesuatu yang membuat dia merasa
jijik. Aku berkata: Ya Rasulullah, bagaimana jika hal tersebut memang ada pada
dirinya? Rasul menjawab: Ketahuilah, bahwa menyebut tentang sesuatu yang memang ada
pada dirinya, berarti kamu telah mengumpatnya. Abu Dzar berkata: Nabi SAW bersabda:
Ghibah merupakan suatu dosa yang lebih besar daripada berzina. Kataku: Bagaimana
itu, ya Rasulullah? Rasul menjawab: Itu karena orang yang berzina, jika dia
bertobat kepada Allah, Allah menerima tobatnya. Namun ghibah tidak diampuni oleh
Allah, hingga korban daripada ghibah mengampuninya.
n)Al-madhu (Sanjungan yang menjerumuskan)
Imam Ats-Tsauri menuturkan: Apabila engkau bukan termasuk orang yang takjub
terhadap diri sendiri, hal lain yang perlu diingat ialah; hindarilah sifat senang
disanjung orang. Maksudnya bukan orang lain tidak boleh memuji perbuatanmu itu,
tetapi janganlah kamu meminta pujian dari orang lain. Hendaknya engkau selalu
berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Taala (dengan selalu mengingatnya).
Dalam sebuah hadits disebutkan: Barangsiapa yang mencari ridha Allah Subhanahu wa
Taala, meskipun menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Allah Subhanahu wa Taala
akan meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya. Dan barangsiapa yang
mencari kesenangan manusia, hingga membuat Allah murka maka Allah murka kepadanya
dan membuat manusia murka terhadapnya. (HR. At-Tirmidzi).
Jenis pujian lain adalah memuji diri sendiri atas kekurangan yang ada padanya. Ini
termasuk rekomendasi terhadap diri sendiri. Sebagian orang sengaja memuji diri
sendiri di hadapan orang banyak. Padahal Allah SWT telah berfirman:
????? ????????? ??????????? ?
Janganlah kamu menganggap diri kamu suci (An-Najm: 32).
Dan perbuatan tadi termasuk menganggap suci diri sendiri. Rabbah Al-Qaisi pernah
ditanya: Apakah yang dapat merusak amalan seseorang? Beliau menjawab: Sanjungan
orang dan lupa terhadap Allah Subhanahu wa Taala yang telah memberi nikmat
Seorang penyair berkata:
Sungguh aneh orang yang memuji dirinya sendiri
Namun tidak menyadari bahwa pujiannya itu sendiri adalah kekurangan dirinya
Seorang pemuda memuji diri atas kekurangan yang ada padanya,
Menyebut-nyebut aibnya sendiri hingga diketahui kejelekannya
Pujian sesekali perlu diberikan. Hal ini membuat orang lain berusaha untuk bekerja
lebih baik lagi. Karena, pada dasarnya semua orang mendambakan penghargaan walaupun
hanya berupa kata-kata pujian.
Rasulullah saw. memberikan reward kepada para sahabatnya selalu disertai doa.
Misalnya Saad Bin Abi Waqash pernah didoakan Rasulullah tentang dua hal yaitu kalau
berdoa pasti dikabulkan Allah dan kalau memanah pasti kena sasaran. Inilah
sanjungan yang dilandasi persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah.
Biasanya kita dapati pada masyarakat yang budaya paternalistiknya sangat kuat;
budaya Asal Bapak Senang; budaya Yes Man dan sebagainya. Berbagai gelar, acap
kali disematkan sebagai tanda loyalnya bawahan terhadap atasan, misalnya Bapak
Revolusi, Wali ul Amri, Bapak Pembangunan dan banyak bentuk-bentuk sanjungan yang
pada akhirnya justru akan menghancurkan orang tersebut. Seperti Firaun yang selalu
disanjung, dipuja oleh rakyatnya dan pada gilirannya Firaun mendeklarasikan dirinya
sebagai tuhan. Dan kita tahu bagaimana akhir dari kehidupan Firaun itu sangat
tragis dan mengenaskan. Dan hanya Allah yang pantas mendapat segala jenis sanjungan
dan pujian.
o) Assukhriyah wal istihza (Menyebutkan hal yang bikin malu kejelekan
diceritakan untuk ditertawakan)
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa as, Nabi Khidir as, memberi nasihat, Hai
Musa, janganlah terlalu banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu, dan jangan
banyak tertawa, juga jangan mentertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah
dosa-dosa yang telah kamu perbuat, hai putra Ali Imran. (Tanbighul Ghafilin: 192-
193).
Tertawa, tentu saja, bukanlah sesuatu yang dilarang. Siapa saja boleh tertawa
selagi ingin. Dengan tertawa menunjukkan, bahwa seseorang sedang dalam keadaan
senang.
Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk membuat sebuah buku.
Akan tetapi, tertawa dalam pengertian mengeluarkan suara meledak-ledak oleh sebab
rasa suka, geli apalagi mengandung unsur menghina seseorang, ini akan lain
ceritanya.
Tidak didapati dalam ajaran di luar Islam yang mengatur tata hidup sedemikian rupa,
hingga masalah tertawa.
Allah swt berfirman:
?????????????? ???????? ???????????? ???????? ??????? ????? ??????? ??????????? ???
?
Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai pembalasan dari
apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. At-Taubah: 82).
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw bersabda: Seandainya kamu mengetahui apa
yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa, . (HR.Abu Dzar ra) .
Rasulullah saw tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, tidak menoleh kecuali
dengan wajah penuh (maksudnya: tidak melirik). (Jafar Auf, Masud dari Auf
Abdillah)
Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa tersenyum itu hukumnya
sunah, sedang tertawa terbahak-bahak makruh. Maka bagi mereka yang tetap ingin
sehat akalnya, seyogyanya menjauhi tertawa dengan cara demikian (terbahak-bahak
atau meledak-ledak), kata Al-Faqih Abu Laits Samarqandi. Dengan kata lain, orang
yang tidak bisa mengendalikan diri dan gemar tertawa, akan membuat fungsi akalnya
terganggu, lengah dan lupa diri, yang berarti membuka pintu bagi syetan untuk
masuknya godaan. Dalam surat An-Najm (53): 59-61 Allah memperingatkan,
???????? ?????? ?????????? ??????????? ???? ????????????? ????? ????????? ???? ????
????? ?????????? ????
Apakah dengan ajaran ini, kalian taajub (heran)? Kamu tertawa dan tidak menangis.
Sedangkan kalian lengah. (An-Najm: 59-61)
Ibnu Abbas ra berkata, Barangsiapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan
bercucuran tangis di neraka. Tertawa yang berlebihan, termasuk di antara 3 perkara
yang menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedang dua penyebab yang
lainnya yaitu: belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong (bicara ke sana
kemari yang tak berguna). Terkadang kita mendapati seseorang yang kesibukannya
membuat orang tertawa-tawa, sehingga bukan semata menjadi hiburan hati, tapi sudah
mengarah pada membuat orang menjadi lengah dan lupa.
Kepada yang berbuat seperti ini Rasulullah saw memberi peringatan: Celakalah orang
yang berdusta supaya ditertawakan orang lain. Celakalah dia, celakalah dia! (HR.
Tirmidzi)
p) An-namiimah (Adu domba atau menghasut)
Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara manusia, ini
merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk ini tidak
boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan
baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan
teman-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.
Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara dua kabilah.
Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan betapa besar
akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai sikap yang
pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syariat tentang adu domba,
bahwa nabi perbah bersabda:
??? ???????? ?????????? ????????
Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba. (muttafaq alaihi).
q) Al khotho fi daqo-iqul kalaam (Bertanya yang bukan-bukan, hingga memberatkan
orang yang menjawab)
Abu Hurairah radhiallahu anhu, menceritakan bahwasanya di mendengar Rasulullah
Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
??? ???????????? ??????????????? ????? ???????????? ???? ?????????? ?????? ??? ????
????????? ???????? ???????? ???? ????? ?????????? ???????? ??????????? ????????????
???? ????? ???????????????
Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa yang
aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan
kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum
kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka ajukan)
dan perselisihan mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka.
(H.R.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits tersebut kita diperintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarang
oleh beliau. Larangan tersebut dimaksudkan agar kita tidak terjebak dengan apa yang
telah menimpa umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa gara-gara terlalu banyak
bertanya kepada Nabi-Nabi mereka tentang sesuatu yang tidak ada faedahnya begitu
juga seringnya mereka berselisih dan membantah Nabi-Nabi mereka tersebut.
Secara global, barangsiapa yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi saw dan
menjauhi apa yang dilarang oleh beliau dan memfokuskan diri pada apa yang
diperintahkan kepadanya, terlepas dari yang lainnya maka dia akan mendapakan
keselamatan di dunia dan akhirat sedangkan orang yang berbuat sebaliknya dengan
menyibukkan dirinya berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan semata, maka dia
telah terjerumus kedalam apa yang dilarang oleh Nabi saw sama seperti halnya Ahlul
Kitab yang binasa lantaran terlalu banyak bertanya dan berselisih dengan para Nabi
mereka dan ketidaktundukan serta ketidaktaatan mereka kepada para Rasul yang
diutus kepada mereka.
4) Menjauhi Bahaya Lidah
Menjaga mulutnya agar tidak kemasukan barang haram.
Menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya dikatakan.
Masuk keluarnya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga, sebab letak
keselamatan manusia, dunia dan akhiratnya itu terletak pada kemampuannya untuk
menjaga hal tersebut di atas.
Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti Rasulullah pernah meletakkan
tongkat di mulutnya untuk menjaga ucapannya. Lalu ia menunjuk lisannya seraya
berkata: Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat tempat keluar (maksudnya:
keluar dari batas-batas kebenaran).
Sebagai khalifah, Abu Bakar dikenal orang yang paling hemat dalam berbicara. Ketika
ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya berpidato sebentar.
Meskipun pidatonya sebentar, tapi kata-katanya dihafal oleh para sahabat, juga kaum
muslimin hingga sekarang. Singkat tapi padat. Penuh arti dan konsisten. Apa yang
dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Antara ucapan dan
tindakannya tidak terdapat perbedaan. Antara ucapannya hari ini dan besok tidak
saling bertentangan.
Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam tempo yang amat singkat, tapi
banyak hal yang bisa diselesaikan. Ancaman disintegrasi (pemurtadan), kerusuhan
rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam negeri segera dapat
diatasi, bukan dengan kata-kata, tapi tindakan. Bukan dengan lelucon, humor,
apalagi gaya ketoprakan.
Pemimpin model Abu Bakar inilah yang kita nantikan saat ini untuk memimpin bangsa
Indonesia menuju gerbang masa depan.
Semua pemimpin seharusnya dapat menahan diri dari perkataan yang tidak benar,
mengandung fitnah, dan adu domba. Mereka harus menahan diri dari ucapan yang dapat
menyakiti atau melukai perasaan orang lain, walaupun mengandung substansi yang
benar. Pemimpin adalah orang yang hemat berbicara, sedikit berkata-kata, dan
berbicara seperlunya saja.

Anda mungkin juga menyukai