Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung adalah salah satu dari produk pertanian yang banyak terdapat pada

Provinsi Kalimantan Timur. Pada tahun 2014 produksi jagung Kalimantan

Timur sebesar 7.580 ton (BPS Pusat, 2014), namun dengan produksi besar itu

juga menghasilkan limbah pertanian yang besar. Salah satu limbah dari

tanaman jagung adalah tongkol jagung. Dalam buah jagung terdiri dari 30%

limbah berupa tongkol jagung (Irawadi, 2003 dalam Subekti, 2006), jika

dihitung dengan angka produksi maka dapat diperkirakan limbah tongkol

jagung yang dihasilkan di Kalimantan Timur pada tahun 2014 adalah sebesar

2.274 ton.

Produksi limbah yang besar dari tongkol jagung namun sangat

memprihatinkan karena sejauh ini pemanfaatan limbah tersebut masih sangat

kurang. Tongkol jagung kebanyakan hanya dibuang di tempat sampah, dibakar

dan dianggap sebagai limbah yang tak berguna lagi. Limbah tongkol jagung

ini berdampak negatif yaitu meningkatkan produksi sampah dalam jumlah

besar dan asap hasil pembakaran menimbulkan pencemaran udara.

Tongkol jagung yang selama ini hanya menjadi limbah ternyata memiliki

kandungan yang berpotensi menjadi produk yang bernilai ekonomi. Tongkol


jagung memiliki kandungan yaitu selulosa 45%, hemiselulosa 35%, lignin

15% (Reshamwala et al. 1995, Cheung dan Anderson 1997, Boopathy 1998,

Dewes dan Hunsche 1998 dalam Sun dan Cheng, 2002). Dengan kandungan

selulosa yang besar ini tongkol jagung berpotensi menjadi produk yaitu

bioetanol. Syarat utama bahan baku penghasil bioetanol adalah adanya

kandungan selulosa pada bahan baku. Salah satu cara atau metode yang biasa

digunakan untuk mengolah bahan berselulosa menjadi bioetanol adalah

fermentasi.

Bioetanol adalah etanol (alkohol) yang berasal dari sumber hayati.

Bioetanol memiliki beberapa manfaat sehingga penggunaannya sangat luas.

Penggunaan bioetanol di antaranya adalah sebagai bahan baku industri,

minuman, farmasi, kosmetika, dan bahan bakar. Beberapa jenis etanol

berdasarkan kandungan alkohol dan penggunaannya adalah industrial crude

(90-94,9% v/v), rectified (95-96,5% v/v), jenis etanol yang netral, aman untuk

bahan minuman, dan farmasi (96-99,5% v/v), dan etanol untuk bahan bakar,

fuel grade etanol (99,5-100% v/v) (Fachry dkk., 2013).

1.2 Rumusan Masalah

Pada referensi pertama dilakukan penelitian dengan bahan baku berupa

tongkol jagung dengan proses hidrolisis dan fermentasi, serta variasi

konsentrasi HCl dan waktu fermentasi. Penelitian ini menghasilkan kondisi

operasi terbaik yaitu konsentrasi HCl 0,5 M dengan waktu fermentasi selama

7 hari dan hasil terbaik kadar etanol sebesar 1,3% (Fachry dkk., 2013).
Referensi kedua juga menggunakan bahan baku tongkol jagung dengan proses

hidrolisis dan fermentasi, serta variasi yaitu waktu delignifikasi. Penelitian ini

menghasilkan waktu delignifikasi terbaik yaitu 28 jam dengan hasil terbaik

berat selulosa terbesar 5,729 gram dan kadar etanol 6% (Fitriani dkk., 2013).

Pada referensi pertama maupun referensi kedua menghasilkan produk yang

sama yaitu bioetanol, tetapi dari dua penelitian tersebut ternyata masih

memiliki kelemahan. Produk yang dihasilkan dari dua penelitian tersebut

memiliki kadar etanol yang sangat rendah dibandingkan standar bioetanol

yang ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Minyak Dan Gas Bumi.

Berdasarkan hasil dari dua penelitian sebelumnya maka dapat dilakukan

perbaikan terhadap penelitian agar menghasilkan produk yang lebih baik.

Selanjutnya, maka dipilih variabel yang berkaitan dengan kadar etanol pada

produk yaitu waktu proses hidrolisis. Kadar etanol dari sebuah hasil

fermentasi sangat bergantung pada seberapa besar kadar glukosa yang terdapat

pada hidrolisat atau bahan yang ingin di fermentasi, maka perlu dilakukan

upaya untuk meningkatkan kadar glukosa pada hidrolisat. Salah satu faktor

yang mempengaruhi kadar glukosa adalah waktu proses hidrolisis.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis waktu proses hidrolisis

yang paling baik terhadap kadar glukosa. Diharapkan dengan mendapatkan

waktu hidrolisis terbaik yaitu kadar glukosa terbesar, maka kadar etanol yang

akan dihasilkan pun dapat maksimal atau mencapai standar dan mutu produk.
Dengan melakukan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai penurunan

produksi sampah dan pengurangan polusi udara yang diakibatkan oleh limbah

tongkol jagung. Sehingga, dampak negatif tongkol jagung dapat berkurang.

Anda mungkin juga menyukai