Ameliorasi Tanah Gambut PDF
Ameliorasi Tanah Gambut PDF
Ameliorasi
Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan kondisi fisik dan kimia. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut
adalah memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH
secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara
yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam organik.
Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik.
Pemberian bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral, zeolit, dolomit,
fosfat alam, pupuk kandang, kapur pertanian, abu sekam, purun tikus (Eleocharis dulcis)
dapat meningkatkan pH tanah dan basa-basa tanah (Subiksa et al., 1997; Mario, 2002;
Salampak, 1999). Penambahan bahan-bahan amelioran yang banyak mengandung
kation polivalen juga dapat mengurangi pengaruh buruk asam-asam organik beracun.
Penambahan kation Fe3+ sebagai bahan amelioran digunakan untuk menekan
emisi metana pada lahan gambut (Sulistyono, 2000; Situmorang dan Untung, 2001).
Berdasarkan percobaan Murnita (2001), pertumbuhan tanaman lebih baik dengan
Edisi 6-12 Maret 2011 No.3400 Tahun XLI Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 9
Pengamatan GRK dengan penambahan bahan Pengamatan GRK dengan menggunakan sungkup
amelioran di Kalimatan Selatan otomatis di KP Balingtan
adanya penambahan bahan amelioran Fe3+ pada tanah gambut pantai saprik hingga
dosis 2.5% erapan maksimum Fe3+ yang ditunjukkan oleh bobot kering tanaman
tertinggi 13.73 g/pot. Menurut Ali et al. (2008), penambahan pupuk silikat yang
mengandung besi, berpengaruh nyata menurunkan emisi CH4 pada lahan sawah,
yaitu 1620% dibandingkan kontrol, dan secara nyata meningkatkan pertumbuhan
dan produksi padi, yaitu 1318% pada dosis 4 mg/ha. Dari percobaan Saragih (1996)
dijelaskan bahwa kation Fe3+ mempunyai ikatan kation yang kuat dan mempunyai
kestabilan yang tinggi berdasarkan urutan kestabilan kompleks antara kation logam
dengan organik. Fe3+ dapat mengikat asam-asam organik yang merupakan sumber
energi dari bakteri penghasil metan (metanogen). Menurut Setyanto (2004), semakin
kaya kandungan oksidan dalam tanah, CH4 semakin lama dibentuk.
Pada umumnya untuk menghemat biaya, upaya petani dalam meningkatkan
kesuburan tanah dengan membakar seresah tanaman dan sebagian lapisan gambut
kering sebelum bertanam. Dengan pembakaran tersebut petani mendapatkan bahan
amelioran berupa abu yang dapat memperbaiki produktivitas gambut. Namun abu
hasil pembakaran mudah hanyut dan efektivitasnya terhadap peningkatan kesuburan
tanah tidak berlangsung lama. Akan tetapi upaya tersebut meningkatkan emisi CO2.
Berdasarkan Supriyo (2009), rehabilitasi tanah gambut bongkor perlu didekati
dengan kombinasi pengaturan air (pemanfaatan air pasang) dengan pembenahan
tanah dengan amelioran seperti pupuk organik maupun kaptan dan pupuk setara
4,850 t pupuk kandang + 5,960 t kaptan + 119 kg urea + 119 SP 36 + 80 kg KCl dapat
memperbaiki sifat kimia tanah gambut meliputi kenaikan pH tanah, P-tsd, Ca66, Mg-dd
penurunan kemasaman tertukar (H-dd + AL-dd), dan meningkatkan hasil padi IR 66
lebih tinggi dibanding padi var. Martapura. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), 2007; 2008; 2009; 2010 pemberian
amelioran mampu menurunkan emisi GRK dolomit sebesar 7-47%, zeolit sebesar 21%,
terak baja sebesar 29%, pupuk kandang sebesar 16-31% dan pupuk silikat sebesar
18%. Kenaikan hasil padi sebesar dolomit sebesar 0,3-37%, terak baja sebesar 14%,
pupuk kandang sebesar 10-31% dan pupuk silikat sebesar 10%.
H.L. Susilawati (HP 08155613898, email : helenalina_s@yahoo.com)1, M. Ariani1,
R. Kartikawati1 dan P. Setyanto2
1
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jl. Jakenan-Jaken Km 5 Pati
2
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Jl. Tentara Pelajar 1A Cimanggu Bogor
Badan Litbang Pertanian Edisi 6-2 Maret 2011 No.3400 Tahun XLI