Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan

laboratorium yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti

kabar hamoglobin, hitung leukosit, hitung eritrosit, hitung trombosit, laju

endap darah (LED), sediaan apus, nilai hematokrit, hitung retikulosit dan

pemeriksaan hemostasis.(Wirawan dan Silman, 1988).


Sumber kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan laboratorium

terdiri dari preanalitik, analitik, dan pascaanalitik. Suatu keselamatan

pada tahap praanalitik dapat memberikan kontribusi sekitar 65% dari total

kesalahan hasil laboratorium, sedangkan pada tahap analitik dapat

memberikan kontribusi kesalahan sekitar 15%, dan pada tahap

pascaanalitik dapat memberikan kontribusi kesalahan sekitar 23%.

(Mengko, 2013). Salah satu tahap preanalitik, yaitu pengambilan sampel

darah dengan melakukan pembendungan darah vena. Pembendungan

darah vena adalah pemasangan tourniquet (tali pembendung) pada salah

satu lengan atas agar vena terlihat jelas dan mudah diambil darahnya.

(Subroto, 1982).
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah

vena, yaitu menurut Riswanto, (2013) pada pemasangan tourniquet (tali

pembendung) tidak boleh lebih dari 2 menit. Menurut Henry, (1984) pada

saat pengambilan darah vena, pembendungan tidak boleh lebih dari 1

menit. Jika pembendungan darah vena yang berkepanjangan atau terlalu

lama akan mengakibatkan hemokonsentrasi.(Riswanto, 2013).

1
2

Hemokonsentrasi adalah peningkatan sel-sel darah dan zat-zat yang

berukuran besar karena premeabilitas kapiler meningkat (cairan dan zat-

zat kecil merembas keluar dari pembuluh darah).(Sutrisno, 1996).

Sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan diantaranya terjadi

peningkatan nilai hematokrit.(Riswanto, 2013).


Pemeriksaan nilai hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan

hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang

dinyatakan dalam %. Fungsi pemeriksaan nilai hematokrit ini digunakan

untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan digunakan juga untuk

menghitung nilai eritrosit rata-rata. Biasanya sampel yang dipakai adalah

darah kapiler atau darah vena. Penetapan hematokrit dapat dilakukan

dengan cara metode mikro menggunakan tabung kapiler atau metode

makro menggunakan tabung wintrobe.(Gandasoebrata, 2007).


Berdasarkan hal tersebut, maka penulis terdorong melakukan

penelitian tentang perbedaan nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 1 menit dan 2 menit.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah,

yaitu : adakah perbedaan nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 1 menit dan 2 menit.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 1 menit dan 2 menit.


2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 1 menit.
b. Mendeskripsikan nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 2 menit.
3

c. Menganalisis perbedaan nilai hematokrit pada darah vena

dengan pembendungan 1 menit dan 2 menit.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Tenaga Analis Kesehatan
Menambah pengetahuan, ketelitian dan ketrampilan tentang

pemeriksaan nilai hematokrit terutama pada pengaruh

pembendungan darah vena.


2. Bagi Akademi
Menambahkan perbendaharaan karya tulis ilmiah diperpustakan

Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945.


3. Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan tentang pemeriksaan nilai

hematokrit dan faktor-faktor yang mempengaruhi, terutama pada

pengaruh pembendungan.
b. Menambah ketrampilan dan ketelitian kerja dalam

praktikum laboratorium.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan hasil pemeriksaan nilai hematokrit yang akurat.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1
Penelitian Sebelumnya

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


(Tahun)

1. Oki Pengaruh Variabel Terdapat perbedaan


Kurnianingty Waktu bebas: darah bermakna antara
as Pembendunga vena dengan nilai hematokrit
(2010) n Terhadap pembendunga dengan
Pemeriksaan n selama 1 pembendungan
Hematokrit menit dan 3 1 menit dan 3 menit.
menit Sig p < 0,001
Variabel dengan selisih
terikat: 3,21%.
Nilai
hematokrit

2. Rini Pengaruh Variabel Terdapat perbedaan


Hikmawati Pembendunga bebas: bermakna antara
4

(2006) n Pada Saat darah vena kadar hemoglobin


Pengambilan dengan dengan
Darah pembendunga pembendungan 2
Terhadap n selama 2 menit dan
Kadar menit dan 15 pembendungan 15
Hemoglobin detik detik.
Variabel Sig p < 0,001
terikat: dengan selisih 1,571
Kadar g/dl.
hemoglobin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DARAH
1. Definisi Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan

tubuh lain, berada dalam konsentrasi cair, beredar dalam satu sistem

tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan

fungsi transpor berbagai bahan serta fungsi homeostasis.(Sadikin,

2001).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu

bahan intraseluler adalah cairan yang disebut plasma dan

didalamnya unsur padat yaitu sel darah. Volume darah secara

keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter.

Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel

darah.(Syamsuri, 2000)
2. Komposisi Darah
Darah terdiri dari sekitar 45% komponen sel dan 55% plasma.

Komponen sel tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah

putih (leukosit), dan kepingan darah (trombosit). Sel darah merah

berjumlah 99% dari total komponen sel; sisanya 1% sel darah putih

dan platelet. Plasma terdiri dari air 90%, dan 10% sisanya dari protein
5

plasma, elektrolit, gas terlarut, berbagai produk sampah metabolisme,

nutrien, vitamin, dan kolesterol. Protein plasma terdiri dari albumin,

globulin, dan fibrinogen. Albumin merupakan protein plasma yang

paling banyak dan membantu mempertahankan tekanan osmotik

pada plasma dan volume darah. Globulin mengikat hormon yang tidak

larut dan sisa plasma lainnya agar dapat larut. Fibrinogen merupakan

komponen penting dalam proses pembekuan darah. (Corwin, 2009).


a. Plasma
Plasma adalah bagian cair dari darah yang diberi

antikoagulan (anti pembekuan darah). Jika darah ditambah

antikoagulan, maka tidak akan terjadi pembekuan darah dan

darah tetap cair. Darah yang ditambah antikoagulan tersebut

setelah didiamkan beberapa menit atau disentrifugasi akan

terpisah menjadi 3 bagian, yaitu :


1) Plasma, yang berada dilapisan atas, berupa cairan kuning.
2) Buffy coat, yang berada dilapisan tengah yang tipis,

merupakan lapisan sel eritrosit dan trombosit.


3) Eritrosit, yang berada dilapisan bawah.(Riswanto, 2013).
Peranan plasma adalah sebagai penyangga darah. Pada

saat posisi seseorang duduk suplai oksigen dalam darah lebih

tinggi dan terjadi vaso kontraksi (kerja jantung dalam memompa

darah lebih kuat), sehingga memungkinkan volume plasma dalam

darah meningkat. Pada posisi berbaring suplai oksigen dalam

darah rendah meningkat. Pada posisi berbaring suplai oksigen

dalam darah rendah dan terjadi vaso dilatasi (kerja jantung dalam

memompa darah dalam keadaan rileks), sehingga memungkinkan

volume plasma dalam darah tidak mengalami peningkatan.

(Sadikin, 2001).
b. Sel-sel darah
6

Sel-sel darah adalah elemen seluler yang terdapat dalam darah,

berupa :
1) Eritrosit (Sel Darah Merah)
a) Definisi
Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang

terbanyak di dalam darah. Karena sel ini mengandung sel

yang berwarna merah yaitu hemoglobin, maka dengan

sendirinya darah berwarna sel ini mudah dilihat dengan

bantuan mikroskop pada sediaan apusan darah.(Sadikin,

2001).
b) Fungsi
Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari

paru-paru ke jaringan. Oksigen dipakai untuk membentuk

energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa

karbondioksida, yang akan diangkut oleh sel darah merah

dari jaringan dan kembali ke paru-paru.(Subowo, 2002).


2) Leukosit (Sel Darah Putih)
a) Definisi
Leukosit adalah sel darah putih yang terdapat

dalam darah, pada umumnya dibagi menjadi granulosit,

yang mempunyai granula khas, dan agranulosit yang tidak

memiliki granula khas. Apabila terjadi peradangan jaringan

tubuh, leukosit akan berimigrasi menuju jaringan yang

mengalami radang dengan menembus dinding pembuluh

darah (kapiler).(Kiswari, 2014).


b) Fungsi
Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan

memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam

jaringan RES (system retikulo endotel). Selain itu, sebagai


7

pengangkut atau pembawa zat lemak dari dinding usus

melalui limpa terus ke pembuluh darah.(Syaifuddin, 2006).


3) Trombosit
a) Definisi
Trombosit adalah sel darah yang berperan penting

dalam hemostasis. Trombosit melekat pada lapisan

endotel pembuluh darah yang robek (luka) dengan

membentuk plug trombosit. Trombosit tidak mempunyai inti

sel, berukuran 1-4, dan sitoplasmanya berwarna biru

dengan granula ungu kemerahan.(Kiswari, 2014).


b) Fungsi
Trombosit berfungsi melindungi pembuluh darah

terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil

yang terjadi sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka

pada dinding pembuluh darah. Trombosit membentuk

sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan trombosit pada

jaringan sub endotel pada pembuluh darah yang luka) dan

agregasi (perlekatan antar sel trombosit).(Riswanto, 2013).

3. Fungsi Darah
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
a. Alat transpor makanan, yang diserap dari saluran cerna

dan diedarkan ke seluruh tubuh.


b. Alat transpor O2, yang diambil dari paru-paru atau insang

untuk dibawa ke seluruh tubuh.


c. Alat transpor bahan buangan dari ke jaringan ke alat-alat

ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal dan kulit (bahan terlarut

dalam air) dan hati untuk diteruskan ke empedu dan saluran cerna

sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air).


d. Alat transpor antar jaringan dari bahan-bahan yang

diperlukan oleh suatu jaringan dibuat oleh jaringan lain. Hal ini
8

tampak jelas, misalnya dalam transpor lipoprotein yaitu, High

Density Lipoprotein (HDL), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

hormon.
e. Mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostasis)

dalam tubuh, termasuk di dalamnya ialah mempertahankan suhu

tubuh, mengatur keseimbangan distriusi air dan mempertahankan

keseimbangan asam-basa sehingga pH darah dan cairan tubuh

tetap dalam keadaan yang seharusnya.


f. Mempertahankan tubuh dari agresi benda atau senyawa

asing yang umumnya selalu dianggap punya potensi menimbulkan

ancaman.(Sadikin, 2001).

B. HEMATOKRIT
1. Definisi Hematokrit
Pemeriksaan nilai hematokrit merupakan salah satu

pemeriksaan hematologi untuk mengetahui volume eritrosit dalam

100 ml darah, yang dinyatakan dalam %. Biasanya yang dipakai

darah kapiler atau darah vena. Penetapan hematokrit dapat dilakukan

dengan cara metode mikro menggunakan tabung kapiler atau metode

makro menggunakan tabung wintrobe.(Gandasoebrata, 2007).


2. Metode Hematokrit
a. Makro metode
Pada cara makro menggunakan tabung wintrobe yang

panjangnya kira-kira 12 cm dan diameter dalamnya 2,5 3 mm ,

dengan skala interval 1 ml. Tabung dicentrifuge dengan kecepatan

3000 rpm selama 30 menit. Volume eritrosit dan plasma dapat


9

dibaca dengan langsung pada tanda milimeter pada dinding

tabung.
b. Mikro metode
Pada cara mikro digunakan pipet kapiler yang panjangnya

75 mm dan diameter dalamnya 1,1-1,2 mm. Ada tabung yang

telah dilapisi heparin, tabung itu dapat dipakai untuk darah kapiler.

Adapula tabung kapiler tanpa heparin yang dipergunakan dengan

darah oxalat atau darah EDTA dari vena (Gandasoebrata, 2008).


Darah yang sudah dimasukkan dalam tabung kapiler

disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm,

maka eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah tabung,

tinggi kolom merupakan nilai hematokrit.


Darah yang disentrifugasi akan terpisah menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Plasma, yang berada dilapisan atas, berupa cairan kuning.
2) Buffy coat, yang berada dilapisan tengah yang tipis,

merupakan lapisan sel eritrosit dan trombosit.


3) Eritrosit, yang berada dilapisan bawah.(Riswanto, 2013).

Gambar 2.1 : Hasil Sentrifugasi pada Tabung Kapiler


Setelah tabung kapiler disentrifus selama 5 menit dengan

kecepatan 16.000 rpm. Volume eritrosit dibaca dengan

menggunakan grafik hematokrit, yang dinyatakan dalam %.


10

Gambar 2.2 : Skala Mikro untuk membaca fraksi volume eritrosit.

3. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk

mencegah pembekuan darah. Antikoagulan yang digunakan antara

lain :
a. Na2EDTA (Natrium Ethylene Diamine Tetra Acetate) atau

K2EDTA (Kalium Ethylene Diamine Tetra Acetate)


EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering

digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. Cara

kerja EDTA yaitu mengikat ion kalsium sehingga terbentuk garam

kalsium yang tidak larut. Kalsium adalah salah satu faktor

pembekuan darah sehingga tanpa kalsium tidak terjadi

pembekuan darah.(Gandasoebrata, 2007).


Takaran pemakaian antikoagulan EDTA 1 mg sampai 1,5

mg untuk setiap 1 ml darah. Bila jumlah antikoagulan kurang dari

1 mg maka darah dapat membeku dan bila jumlah antikoagulan

lebih dari 1,5 mg maka akan memberikan perubahan sel eritrosit

dan leukosit, penurunan nilai hematokrit serta kenaikan jumlah

trombosit.(Sutrisno, 1996).
b. Heparin
Heparin adalah antikoagulan yang banyak digunakan

pada pemeriksaan analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT

(Osmotic Fragility Test), karena tidak mengganggu analisa

beberapa macam ion dalam darah. Heparin tidak dianjurkan


11

untuk pemeriksaan apusan darah, karena hasil pewarnaan (cara

wright) akan menghasilkan latar belakang berwarna biru (gelap).


Heparin berfungsi seperti antitrombin, tidak berpengaruh

terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Dalam praktek sehari-hari

heparin kurang banyak dipakai karena mahal harganya. Tiap 1

mg heparin menjaga membentuknya 10 ml darah. Heparin boleh

dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk kering.

(Gandasoebrata, 2007).
4. Harga Normal Hematokrit
Nilai hematokrit disebut dengan %, harga normal hematokrit untuk

laki-laki dan perempuan, yaitu :


Laki-laki : 40 48 vol %
Perempuan : 37 43 vol %.(Gandasoebrata, 2007).

C. Bahan Untuk Pemeriksaan Hematokrit


1. Darah kapiler
a. Definisi darah kapiler
Darah kapiler adalah darah yang diperoleh dengan

pengambilan sampel dari pembuluh kapiler. Pembuluh darah

kapiler merupakan penghubung pembuluh arteri dan vena,

berukuran sangat kecil. Diameter pembuluh kapiler 4 sampai

dengan 9 mikrometer yang berlokasi diarteri terakhir, berfungsi

membawa makanan dan oksigen ke setiap sel.(walker, 2003).


b. Lokasi pengambilan darah kapiler
Pengambilan darah kapiler pada darah dewasa biasa

dilakukan diujung jari, pada anak bisa dilakukan pada daun telinga

dan untuk probandus bayi pengambilan darah kapiler pada tumit

atau ibu jari kaki. Tempat yang dipilih untuk pengambilan darah

kapiler tidak boleh yang memperlihatkan adanya gangguan

peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi

(misalnya, radang, trauma), kongesti atau sianosis (kebiruan)


12

setempat, edema (bengkak), dan bebas dari luka, bekas luka,

memar atau ruam.(Riswanto, 2013).


c. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan

darah kapiler adalah :


1) Dewasa dan anak lebih dari 1 tahun darah kapiler diambil

dari ujung jari tengah dan ujung jari manis.


2) Penusukan pada ujung jari tengah dan ujung jari manis

dilakukan sedikit kepinggir ujung jari, jangan menusuk di

bagian samping.
3) Bayi dan anak kecil kurang dari 1 tahun darah kapiler

diambil dari tumit atau ibu jari kaki.


4) Penusukan didaerah tumit harus dilakukan dengan lebih

hati-hati tidak boleh menusuk lebih dari 2 mm, karena ada

sedikit resiko menusuk tulang.


5) Jangan menusuk pada lengkung posterior tumit. Jangan

menusuk dibidang lengkung di bagian tengah karena, saraf

tendon atau tulang rawan dapat terluka.


6) Tetesan darah pertama dibuang dengan kapas kering,

karena tetesan pertama kemungkinan tercampur dengan

cairan jaringan.
7) Pengambilan darah harus diusahakan tidak terlalu lama

atau diperas-peras untuk mencegah terbentuknya jendalan

atau bercampurnya banyak cairan jaringan dalam darah.

(Riswanto, 2013).
2. Darah vena
a. Definisi darah vena
Darah vena merupakan sampel yang diambil dari

pembuluh vena. Pembuluh vena berdinding tipis dan mempunyai

ukuran lebih besar dari pada pembuluh kapiler, mampu menapung

75% dari volume darah total dalam tubuh. Vena merupakan


13

pembuluh darah yang membawa darah yang kekurangan oksigen

menuju kembali ke jantung.(Walker, 2003).


b. Lokasi pengambilan darah vena
Pengambilan sampel darah vena orang dewasa biasa

dilakukan pada salah satu vena dalam fossa cubiti, sedangkan

pada bayi pengambilan darah bisa dilakukan pada vena jugularis

superficialis atau bisa juga dari sinus sagittalis superior.

(Gandasoebrata, 2007).
c. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan

darah vena adalah :


1) Pemasangan tourniquet yang berkepanjangan atau lama

dapat menyebabkan hemokonsentrasi.


2) Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan

masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan

pembekuan.
3) Penusukan jarum yang tidak tepat masuk ke dalam vena

menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma.


4) Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol

menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh

alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada

pasien ketika dilakukan penusukan.(Riswanto, 2013).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Hematokrit


1. Variabel yang cenderung meningkatkan nilai hematokrit :
a. Dehidrasi
b. Stasis tourniquet (tali pembendung) berkepanjangan
c. Terpapar suhu dingin
d. Perokok berat
e. Luka bakar yang berat
f. Teknik pemusingan.(Waterbury, 2001).
Teknik sentrifugasi darah ditentukan oleh faktor :
1) Radius sentrifugasi.
2) Kecepatan sentrifugasi.
3) Lamanya sentrifugasi.(Gandasoebrata, 2007)
2. Variabel yang cenderung menurunkan nilai hematokrit :
a. Penderita anemia
14

b. Volume antikoagulan yang berlebihan adalah bila jumlah

antikoagulan lebih dari 1,5 ml maka akan terjadi penurunan nilai

hematokrit
c. Kebocoran tabung kapiler selama pemusingan.(Waterbury,

2001).
d. Pengaruh obat.(Riswanto, 2013).

E. Sumber Kesalahan yang terjadi pada pemeriksaan Hematokrit


1. Tahap pra analitik
a. Pemberian identitas sampel salah atau tertukar.
b. Kesalahan pada tahap pengambilan darah.
1) Darah kapiler : saat pengambilan ujung jari dan cuping

telinga terlalu ditekan sehingga cairan jaringan ikut keluar dan

akibatnya nilai hematokrit menjadi lebih rendah.


2) Darah vena : pembendungan yang berkepanjangan akan

menyebabkan hemokonsentrasi setempat sehingga darah

menjadi kental dan nilai hematokrit menjadi meningkat.


c. Perbandingan jumlah antikoagulan dengan volume darah

tidak tepat.
Takaran pemakaian antikoagulan EDTA 1 mg sampai 1,5

mg untuk setiap 1 ml darah. Bila jumlah antikoagulan kurang dari

1 mg maka darah dapat membeku dan bila jumlah antikoagulan

lebih dari 1,5 mg maka akan memberikan perubahan sel eritrosit

dan leukosit, penurunan nilai hematokrit serta kenaikan jumlah

trombosit.(Sutrisno, 1996).
d. Homogenisasi
Homogenisasi adalah proses mencampur sempel darah

sebelum dilakukan analisis supaya komponen darah sama bentuk

atau kondisinya seperti ketika beredar dalam aliran darah. Proses

ini dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sampel beberapa

kali sesaat sebelum darah diperiksa. Homogenisasi yang tidak


15

dilakukan dengan memadai dapat mengubah hasil pemeriksaan.

(Riswanto, 2013).
2. Tahap analitik
a. Teknik pemusingan harus sesuai.
Teknik sentrifugasi darah ditentukan oleh faktor :
1) Radius sentrifugasi.
2) Kecepatan sentrifugasi.
3) Lamanya sentrifugasi.
b. Metode penetapan nilai hematokrit ada 2, yaitu :
1) Mikrokapiler menggunakan tabung kapiler.
Ada dua jenis tabung kapiler, yaitu tabung kapiler

garis merah adalah tabung kapiler yang dilapisi dengan

antikoagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa

antikoagulan atau menggunakan darah kapiler, sedangkan

tabung kapiler garis biru adalah tabung kapiler yang tidak

dilapisi antikoagulan digunakan bila menggunakan darah

dengan antikoagulan atau menggunakan darah vena.


2) Makrokapiler menggunakan tabung wintrobe.
Tabung wintrobe ialah tabung yang dibuat dari kaca

tebal, panjangnya kira-kira 12 cm dan diameter dalamnya 2.5-

3 mm. Garis milimeter yang terdapat pada permukaannya

bertandakan 0 sampai 100 pada sebelah satu dan 100 sampai

0 disebelah lain.

c. Suhu dan lama penyimpanan


Bahan pemeriksaan sebaiknya segera di periksa, jika

dilakukan penundaan pemeriksaan sebaiknya sampel disimpan

pada almari es dengan suhu 4oC.(Gandasoebrata, 2007).


3. Tahap Pasca Analitik
Berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan hasil.
Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Pembacaan hematokrit dengan reading device, yaitu

pembacaan fraksi volume eritrosit.


b. Pencatatan hasil meliputi :
1) Penulisan angka
2) Satuan yang digunakan
16

c. Pelaporan hasil adalah kesesuaian antara hasil

pemeriksaan terhadap nilai normal.(Witono, 1999).

F. Pengaruh Pembendungan Terhadap Nilai Hematokrit


Pembendungan darah vena adalah pemasangan tourniquet (tali

pembendung) pada salah satu lengan atas agar vena terlihat jelas dan

mudah diambil darahnya.(Subroto, 1982). Menurut Riswanto, (2013) hal

penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena, yaitu

pada pemasangan tourniquet (tali pembendung) tidak boleh lebih dari 2

menit. Menurut Henry, (1984) pada saat pengambilan darah vena,

pembendungan tidak boleh lebih dari 1 menit. Jika pemasangan

tourniquet (tali pembendung) pada salah satu lengan atas yang

berkepanjangan atau terlalu lama akan mengakibatkan hemokonsentrasi.

(Riswanto, 2013). Hemokonsentrasi adalah peningkatan sel-sel darah

dan zat-zat yang berukuran besar karena premeabilitas kapiler meningkat

(cairan dan zat-zat kecil merembas keluar dari pembuluh darah).

(Sutrisno, 1996). Sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan

diantaranya terjadi peningkatan nilai hematokrit.(Riswanto, 2013).


17

G. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian

1. Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori
18

2. Kerangka konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 2.2
Kerangka Konsep

H. HIPOTESIS
Tidak ada perbedaan hasil nilai hematokrit pada darah vena dengan

pembendungan 1 menit dan pembendungan 2 menit.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasi analitik

dengan pendekatan cross sectional..

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


19

1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2016 sampai dengan

bulan Maret 2017.

2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di laboratorium medis 1 Hematologi

Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945 Jl. Jendral Sudirman no.

350 Semarang.

C. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian adalah darah vena dengan penambahan antikoagulan

EDTA pada mahasiswa Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945

Semarang.

D. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi adalah mahasiswa semester VI Akademi Analis Kesehatan

17 Agustus 1945 Semarang dengan jumlah sebanyak 84 mahasiswa.


2. Sampel
Sampel penelitian sejumlah 30 mahasiswa dengan menggunakan

tehnik Sample Random Sampling.

E. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL


1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas adalah pembendungan 1 menit dan 2

menit.
b. Variabel terikat adalah niali hematokrit.
2. Definisi Operasional

a. Nilai hematokrit adalah volume eritrosit dalam 100 ml

darah yang dinyatakan dalam %, yang diperiksa menggunakan

metode mikro dengan tabung mikro kapiler dan dicentrifuge

dengan kecepatan 16.000 rpm selama 5 menit.


b. Pengambilan darah vena dengan pembendungan selama

1 menit adalah pengambilan sampel darah pada salah satu vena


20

lengan atas dengan pemasangan tourniquet (tali pembendung)

selama 1 menit.
c. Pengambilan darah vena dengan pembendungan selama

2 menit adalah pengambilan sampel darah pada salah satu vena

lengan atas dengan pemasangan tourniquet (tali pembendung)

selama 2 menit.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Data yang dikumpulkan berupa data primer sejumlah 30

mahasiswa semester VI Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945

Semarang untuk sampel penelitian nilai hematokrit pada darah vena

dengan pembendungan 1 menit dan 2 menit yang diperiksa langsung

dilaboratorium hematologi Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945

Semarang.

G. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

1. Persiapan Alat, Bahan, dan Reagen

a. Alat

1) Centrifuge mikro hematokrit.


2) Tabung mikro hematokrit.
3) Dempul.
4) Spuit 3 ml.
5) Stopwatch.
6) Tourniquet (tali pembendung).
7) Kapas.
8) Botol flakon.
9) Skala pembaca hematokrit (reading device).

b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah darah vena dengan perlakuan

pembendungan 1 menit dan 2 menit dengan penambahan

antikoagulan EDTA.
21

c. Reagen
1) Alkohol 70%
2) Antikoagulan EDTA
2. Prosedur Pengambilan Darah Vena
a. Posisi lengan responden harus lurus.
b. Meminta responden mengepalkan tangan.
c. Memilih bagian vena yang akan diambil darahnya.
d. Membersihkan kulit pada bagian yang akan diambil

darahnya dengan olesan kapas alkohol 70% dan membiarkan

kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.


e. Stopwatch dinyalakan untuk mengukur lamanya

pembendungan selama 1 menit.


f. Memasang tourniquet pada salah satu lengan atas + 10

cm diatas lipat siku.


g. Tepat 1 menit tusuk bagian vena tadi dengan lubang jarum

menghadap ke atas dengan sudut kemiringan 15o, setelah darah

terlihat masuk dalam semprit, meminta responden membuka

kepalan tangan dan melepas tourniquet.


h. Meneruskan menarik piston secara perlahan-lahan sampai

mendapat darah sebanyak 1 ml.


i. Menarik atau melepaskan jarum dan segera meletakan

kapas bersih dan kering diatas bekas suntikan untuk menekan

bagian tersebut selama 3 menit. Setelah darah berhenti,

kemudian plester bagian tersebut selama 15 menit.


j. Jarum dari spuitnya dilepas dan mengalirkan darah

perlahan-lahan lewat dinding bagian dalam botol flakon yang

sudah terisi antikoagulan EDTA 1 ml.


k. Responden istirahat selama 15 menit, kemudian

responden yang sudah istirahat 15 menit dilakukan pemasangan

tourniquet kembali dengan teknik pengambilan darah vena yang

sama untuk diambil darahnya dengan melakukan

pembendungan selama 2 menit.


22

3. Pemeriksaan Hematokrit.
a. Metode
Mikrohematokrit
b. Tujuan
Mengetahui volume eritrosit dalam 100 ml darah probandus yang

dinyatakan dalam %
c. Prinsip
Sampel darah yang bercampur dengan antikoagulan

EDTA dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran

panjang 75 mm dengan diameter 1,1-1,2 mm dan disentrifugasi

dengan centrifuge mikrohematokrit selama 5 menit dengan

kecepatan 16.000 rpm. Selanjutnya, kepadatan volume eritrosit

dibaca pada skala pembaca hematokrit.


d. Prosedur Pemeriksaan Hematokrit Menggunakan Darah

Vena.
1) Tabung mikro kapiler diisi dengan darah yang

sudah tercampur dengan antikoagulan EDTA sampai

panjang tabung.
2) Salah satu dari ujung tabung mikro kapiler

disumbat dengan dempul.


3) Tabung mikro kapiler dimasukkan ke dalam alat

mikro centrifuge dengan bagian yang disumbat mengarah ke

luar, menjauhi pusat dan tabung kapiler diletakkan

seimbang.
4) Tabung mikro kapiler tersebut dipusingkan selama

5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.


5) Nilai hematokrit dibaca dengan menggunakan

grafik hematokrit (reading device).


e. Harga Normal Hematokrit
Laki-laki : 40-48 vol %
Perempuan : 37-43 vol %.(Gandasoebrata, 2007)

H. ANALISIS DATA
23

Setelah data terkumpul maka ditabulasikan dan diuji

normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Jika data yang terkumpul

berdistribusi normal maka diuji dengan Uji Paired Sample t-Test. Namun

jika data berdistribusi tidak normal maka diuji dengan Uji Wilcoxon Signed

Ranks Test.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC

Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

Henry, J.B. 1984. Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods,

Edisi 17. Terj : Nelson, D.A. and Tomar, R.H. ed. United States of America : W.B.

Saunders Company

Kahar Hartono, dkk. 2012. Modul Pelatihan Nasional Flebotomi Dasar Bagi

Analis Kesehatan, Edisi 2. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik

Indonesia
24

Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Semarang : Erlangga

Mengko, Richard. 2013. Instrumentasi Laboratorium Klinik. Bandung : ITB

Oki kurnianingtyas. 2010. Pengaruh Waktu Pembendungan Terhadap

Pemeriksaan Hematokrit. Semarang : AAK 17 AGUSTUS 1945

Rini Hikmawati. 2006. Pengaruh Pembendungan Pada Saat Pengambilan Darah

Terhadap Kadar Hemoglobin. Semarang : AAK 17 AGUSTUS 1945

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia

dan Kanal Medika

Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika

Subowo. 2002. Hematologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara

Subroto, L. 1982. Patologi Klinik 1 (Hematologi). Surabaya : Bratajaya Press

Sutrisno, Bambang. 1996. Bahan Pemeriksaan Hematologi, Cara Memperoleh

dan Mempersiapkannya. Semarang : Laboratorium Patologi Klinik Fakultas

UNDIP

Syaifuddin, H. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :

EGC

Syamsuri, I. 2000. Biologi 2000. Jakarta : Erlangga

Walker, R. 2003. Ensiklopedis Mini Tubuh Manusia. Jakarta : Erlangga

Waterbury, Larry. 2001. Buku Saku Hematologi, Edisi 3. Jakarta : EGC

Wirawan, Riadi dan Silman, Erwin. 1988. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Sederhana. Jakarta : Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM


25

Witono. 1999. Pemeriksaan Laboratorium Sederhana, Edisi ke-2. Jakarta :

Fakultas Kedokteran UI

Anda mungkin juga menyukai