Anda di halaman 1dari 15

REKONSILIASI

OBAT

OLEH:

NAMA : FAKHRUR ROZY NASUTION


NO. BP : 1741012113
NO. ABSEN : 17
KELAS :A
M. KULIAH : FARMASI RUMAH SAKIT
DOSEN : DRS. SAFITRI, M.KES, APT

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
A. Penjelasan Umum

Rekonsiliasi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik di rumah
sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yaitu proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis,
atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Rekonsiliasi Obat memang dirancang untuk mencegah kesalahan pengobatan pada
antarmuka perawatan dan terdiri dari mendapatkan daftar kemungkinan paling lengkap pra-
penerimaan obat untuk setiap pasien, termasuk wawancara pasien, dan membandingkannya
dengan obat resep setelah transfer, perubahan medis penanggung jawab atau diatas perintah
debit, mengidentifikasi kesenjangan yang tidak diinginkan dan memastikan kesadaran resep
penggunaan obat saat ini dan sebelum memberi keputusan resep.
Bukti dari tingginya jumlah kesalahan obat yang dihasilkan dalam transfer antara situs
perawatan telah diterbitkan dalam karya-karya yang berbeda. Kesalahan obat adalah salah
satu penyebab kerusakan yang lebih penting dari pada pasien yang dirawat, sekitar 2% dari
rumah sakit mengalami kesalahan pengobatan. Keselamatan Pasien adalah masalah kesehatan
utama bagi organisasi perawatan kesehatan dan masyarakat umum. Pelaksanaan program-
program untuk meningkatkan keamanan dalam penggunaan obat-obatan lebih dan lebih
umum di rumah sakit. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2007, The National Institute for
Health and Care Excellence (NICE) telah menerbitkan panduan solusi bagi rekonsiliasi
penerimaan obat di rumah sakit.
Rekonsiliasi obat merupakan suatu proses yang menjamin informasi terkait
penggunaan obat yang akurat dan komprehensif dikomunikasikan secara konsisten setiap kali
terjadi perpindahan pemberian layanan kesehatan seorang pasien. Pengertian rekonsiliasi obat
tersebut menyiratkan beberapa elemen penting yang mendasari keberhasilan implementasi
program tersebut, yaitu:
1) Proses rekonsiliasi obat merupakan proses formal;
2) Proses rekonsiliasi obat merupakan proses dengan pendekatan multisiplin;
3) Penyedia layanan kesehatan harus dapat bekerja sama dengan pasien dan keluarga
pasien/penjaga pasien.
Proses perpindahan pemberian layanan kesehatan dapat terjadi pada setting berikut:
1) Saat pasien masuk rumah sakit (MRS);
2) Pasien mengalami perpindahan antar bangsal atau unit layanan dalam suatu instansi
rumah sakit yang sama (misalnya dari bangsal rawat inap menuju intensive care
unit);
3) Perpindahan dari suatu instansi rumah sakit menuju: rumah, layanan kesehatan
primer (antara lain: puskesmas, praktek pribadi dokter yang bekerja sama dengan
apotek, atau klinik), atau rumah sakit lain

Apoteker memiliki peranan penting dalam implementasi rekonsiliasi obat. Sebagai


bagian dari tenaga kesehatan professional yang berada dalam garda depan pemberian layanan
kesehatan, apoteker memiliki kesempatan yang besar untuk berinteraksi dengan pasien dan
menggali informasi terkait riwayat penggunaan obat. Peran tersebut semakin strategis bagi
apoteker yang bekerja di komunitas, dalam hal ini adalah apotek, mengingat kecenderungan
masyarakat di Indonesia ketika mengalami gangguan kesehatan, khususnya gangguan
kesehatan yang minor (antara lain: batuk dan pilek), akan datang meminta saran kepada
apoteker di apotek terkait jalan keluar untuk masalah kesehatan yang dialaminya. Pemberian
layanan kesehatan oleh apoteker semakin kuat dengan diterbitkannya beberapa dokumen
legalitas oleh pemerintah. Lebih lanjut, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 35 tahun 2014 menyatakan salah satu peran dan fungsi apoteker di apotek adalah
melakukan rekonsiliasi obat. Peran dan fungsi tersebut dikejawantahkan secara implisit
dalam langkah dan kegiatan pelayanan kefarmasian klinik.

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat yaitu:
1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
4. Menyelaraskan rejimen obat yang sedang atau akan digunakan pasien dengan
instruksi pengobatan sebelumnya (sebelum masuk rumah sakit atau transfer
antar ruang perawatan dalam rumah sakit) untuk mengidentifikasi adanya
perbedaan
C. Proses
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:

1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping
obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat
yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang
terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar
obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart.
Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.

2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada
rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak disengaja (unintentional)
dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.

3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian


dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.
Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja;
mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti;
dan
memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi obat.

4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi obat yang diberikan.
Petunjuk teknis mengenai rekonsiliasi obat akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.

D. Aktivitas
Aktivitas saat melakukan rekonsiliasi obat adalah:
1. Menggunakan alat yang terstandarisasi untuk memperoleh semua informasi
medis termasuk resep obat, pola makan, dan suplemen herbal
2. Mendapatkan riwayat pengobatan lengkap dengan verifikasi daftar pengobatan
dengan pasien dan keluarga dan komunikasi dengan dokter dan petugas
farmasi
3. Mendokumentasikan nama obat, dosis, frekuensi pemberian, dan daftar obat
4. Menentukan kapan obat harus diberikan
5. Membandingkan daftar obat dengan indikasi dan riwayat pengobatan untuk
memastikan kelengkapan dan keakuratan
6. Menyesuaikan pengobatan dengan semua poin termasuk penerimaan,
pengiriman, dan pemulangan
7. Menyesuaikan pengobatan dengan perubahan pada kondisi pasien
8. Mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan diantara praktisi-praktisi lain
sesuai kebutuhan
9. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk memperbaharui rencana
pengobatan dengan dokter pada setiap pertemuan
10. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk mendapatkan semua pengobatan
dari satu farmasi untuk menurunkan resiko terjadinya kesalahan
11. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam manajemen
pengobatan
E. Prosedur
Prosedur agar tercapainya pengisian formulir Rekonsliasi Obat yang benar adalah:
1. Menyiapkan formulir Rekonsiliasi Obat
2. Wawancara pasien atau keluarganya saat pasien masuk ke ruang perawatan
dari rumah, sarana kesehatan lain, poliklinik rawat jalan, IGD, atau ruang
perawatan sebelumnya terkait obat-obat yang dibawa, masih digunakan, atau
tidak digunakan lagi dalam jangka waktu 1 bulan.
3. Menuliskan hasil wawancara di formulir Rekonsiliasi Obat
4. Mengkonfirmasi ulang tentang obat-obat yang sudah dituliskan kepada pasien
atau keluarganya
5. Menyimpan obat yang dibawa pasien di kotak obat pasien bila pasien
membawa obat dari luar rumah sakit
6. Mengevaluasi hasil rekonsiliasi obat untuk mengidentifikasi adanya perbedaan
7. Mendiskusikan perbedaan yang terindentifikasi dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya untuk klarifikasi tindak lanjut
8. Memberikan edukasi dan konseling farmasi kepada pasien yang akan pulang
9. Menyerahkan kembali obat kepada pasien saat pasien keluar ruang perawatan
atau keluar rumah sakit yang telah disimpan di kotak obat pasien

F. Aplikasi Pengisian Rekonsiliasi Obat Saat Admisi di Rekam Medik


1. Pengisian tanggal wawancara; jam wawancara; tanggal dan jam pengiriman
pasien ke farmasi
2. Menanyakan pasien atau keluarga pasien atau pendamping pasien yang
membawanya ke rumah sakit tentang apakah pasien menggunakan obat
sebelum dirawat di rumah sakit atau tidak, kemudian mencentang box tidak
jika pasien tidak menggunakan obat sebelum masuk rumah sakit atau centang
box ya jika pasien menggunakan obat sebelum masuk rumah sakit
3. Pada beberapa rumah sakit, terdapat kolom alergi obat, manifestasi alergi, dan
dampaknya. Jika pasien mengalami alergi obat, tuliskan alergi apa-apa saja
yang pernah dialami pasien. Kemudian, bagaimana manifestasi alergi yang
dialami, dan kemudian mencentangkan dampak dari alergi pasien dengan isian
box ringan, sedang, atau berat. Pengisian ini harus benar-benar lengkap.
Karena sebagai pertimbangan untuk pemilihan obat selanjutnya terutama pada
pasien yang mengalami alergi obat dengan manifestasi yang khas kemudian
dampak terhadap alerginya berat.
4. Lengkapi tabel rincian obat yang digunakan pasien sebelum masuk rumah
sakit Jika pasien menggunakan obat sebelum masuk rumah sakit semua tabel
harus diisi, jika pasien tidak menggunakan obat sebelum masuk rumah sakit
maka pengisian tidak dilakukan
5. Pengisian dimulai dari nomor kemudian lengkapi jenis obat yang dipakai
pasien (nama dagang/generik obat/herbal/fitofarmaka). Tulis secara jelas,
lengkap, dan tidak keliru agar petugas kesehatan lain dapat membacanya juga.
Misal: Amox sebaiknya diisi lengkap Amoxicillin, hindari penggunaan
singkatan seperti MTX atau MTU karena dapat menyebabkan kekeliruan.
6. Pengisian kekuatan dosis obat
Tulis kekuatan dosis obat apakah dalam satuan mg, mL, mikrogram, atau unit.
Seperti 20 mg, 100 mL, 1000 mikrogram, atau 12 UI. Kolom ini harus diisi.
7. Pengisian frekuensi obat
Tulis frekuensi obat yang diberikan (berapa kali obat digunakan dalam sehari),
seperti 2x1, atau 2x, atau penggunaan singkatan ilmiah bdd yang artinya obat
diberikan dua kali sehari. Kolom ini harus diisi.
8. Pengisian cara pemberian obat
Tulis cara pemberian dari obat yang digunakan, seperti PO (peroral) jika
pasien memakai sediaan tablet, sirup, suspensi, eliksir. Oral jika pasien
memakai sediaan tablet bukal atau sublingual. Topikal jika pasien memakai
krim, salep, gel. Inhaler jika pasien memakai inhaler. Rektal jika pasien
memakai suppositoriadll. Kolom ini harus diisi.
9. Pengisian waktu pemberian terakhir
Tulis kapan pemberian terakhir dari obat-obat yang digunakan pasien dengan
isian tanggal, seperti 10/08/2017 berarti obat terakhir dipakai pada tanggal 10
Agustus 2107. Jika pasien mengatakan sudah 5 hari yang lalu (pasien masuk
ke RS tanggal 6 Agustus 2017) maka diisi dengan 01/08/17 (untuk 1 Agustus
2017). Kolom ini harus diisi.
10. Pengisian tindak lanjut
Lengkapi tindak lanjut dari obat-obat yang telah digunakan. Bila pasien dapat
melanjutkan obat dengan aturan pakai yang sama, centang pada box lanjut
aturan pakai sama. Bila pasien dapat melanjutkan obat dengan aturan pakai
yang berbeda, centang pada box lanjut aturan pakai berubah. Bila pasien
tidak melanjutkan atau memberhentikan obat yang telah diberikan, centang
pada box stop. Pada formulir rekonstitusi obat di beberapa rumah sakit juga
melampirkan kolom obat digunakan saat dirawat dengan mencentang box
ya jika pasien menggunakan obat selama rawatan atau mencentang box
tidak jika pasien tidak menggunakan obat selama dirawat.. Terdapat pula
kolom obat diteruskan ketika keluar rumah sakit dengan mencentang box
ya bila pasien membawa pulang setelah dirawat di rumah sakit dan
meneruskan obat yang diterimanya atau mencentang box tidak bila pasien
tidak meneruskan obat yang diterima setelah dirawat di rumah sakit. Kolom
ini harus diisi.
11. Pengisian Perubahan Aturan Pakai
Bagi pasien yang melanjutkan obat yang telah digunakannya namun aturan
pakai berbeda, maka kolom ini harus diisi. Misalnya obat yang sebelumnya
diberikan tiga kali sehari, kemudian diubah menjadi 2 kali sehari maka diisi
2x1 atau 2x.
12. Pengisian kolom nama dan tandatangan profesional kesehatan yang
melakukan rekonsiliasi obat
Seperti nama dan tandatangan dari dokter dan perawat (bila ada kolom ini),
atau pada kolom diketahui oleh farmasi, tuliskan nama, tandatangan dari
farmasi. Tuliskan nama farmasi secara jelas.
13. Pengisian tanggal dan jam akhir pengisian formulir rekonsiliasi obat
Bila pasien telah mengakhiri masa perawatannya, maka tuliskan tanggal dan
jam akhir masa perawatan. Misal pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal
10 Juli 2017 dan pasien telah dirawat selama 5 hari dan siap pulang pada
malam hari, maka dapat dilengkapi pengisian tanggal yaitu 15 Juli 2017 jam
21.00 (untuk jam 9 malam jika pasien boleh pulang pada jam ini).

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengisian Formulir Rekonsiliasi Obat


1. Farmasi, dokter, dokter gigi, atau perawat masih belum paham cara mengisi
formulir rekonsiliasi obat seperti mencentang tidak menggunakan obat
sebelum admisi tapi tabel rekonsiliasi tetap diisi atau mengisi daftar obat
yang diresepkan (yang seharusnya dimasukkan ke dalam daftar terapi
obat/kardeks)
2. Farmasi, dokter, dokter gigi, atau perawat masih menuliskan instruksi obat
baru pada kolom rekonsiliasi penggunaan obat sebelum admisi
3. Pengisian formulir rekonsiliasi belum lengkap
4. Sebagian rekam medik pasien masih menggunakan formulir pengkajian awal
medis pasien rawat inap yang lama, belum ada tabel rekonsiliasi obat di
halaman akhir.
5. Pengisian formulir rekonsiliasi obat belum tersosialisasi dengan baik ke
dokter, dokter gigi, atau perawat
6. Rekonsiliasi obat tidak diisi dalam 1x24 jam setelah pasien dinyatakan rawat
inap

H. Saran-Saran dalam Melakukan Pengisian Formulir Rekonsiliasi Obat


1. Reedukasi profesional kesehatan (farmasi, dokter, dokter gigi, perawat)
tentang cara pengisian formulir rekonsiliasi obat saat admisi
2. Sosialiasi ke unit kerja/departemen rekam medik akan adanya tabel
rekonsiliasi obat yang harus diisi oleh profesional kesehatan menggunakan
formulir pengkajian awal medis pasien rawat inap yang baru (pada halaman
terakhir)
3. Reedukasi profesional kesehatan tentang cara pengisian formulir obat yang
benar
4. Rekonsiliasi obat harus diisi profesional kesehatan dalam waktu 1x24 jam
setelah pasien dinyatakan rawat inap.
5. Sambil proses sosialisasi/edukasi ke para profesional kesehatan, maka farmasi
akan membantu mengingatkan dengan post-it yang diselipkan di rekam medik.
Post-it ini akan dihentikan setelah sosialisasi/edukasi berhasil.
Lampiran
1. Contoh Formulir Rekonsiliasi Obat Umum
2. Contoh Formulir Rekonsiliasi Obat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
3. Contoh Pengisian Formulir Rekonsiliasi Obat yang Benar
4. Contoh Pengisian Formulir Rekonsiliasi Obat yang Tidak Benar

Kesalahan :

1. Tidak mencentang box ya menggunakan obat sebelum admisi/ya dengan rincian


berikut padahal ada obat yang digunakan
2. Tidak mengisi kolom waktu pemberian terakhir
3. Tidak mengisi kolom tindak lanjut
4. Tidak mengisi kolom diketahui oleh farmasi dengan nama dan tandatangan farmasi
5. Post-It dan Peletakannya di Rekam Medik
6. Formulir Rekonsiliasi Obat vs Formulir Kardeks Obat

Keterangan: Form Rekonsiliasi obat (kiri) dan Form Kardeks Obat (kanan)

Terjadi kesalahan pada pengisian formulir rekonsiliasi obat, yaitu mengisi daftar obat yang
akan diresepkan, yang seharusnya ditulis di daftar terapi obat/kardeks.

Anda mungkin juga menyukai