OBAT
OLEH:
Rekonsiliasi obat merupakan salah satu bentuk pelayanan farmasi klinik di rumah
sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yaitu proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis,
atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang
keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Rekonsiliasi Obat memang dirancang untuk mencegah kesalahan pengobatan pada
antarmuka perawatan dan terdiri dari mendapatkan daftar kemungkinan paling lengkap pra-
penerimaan obat untuk setiap pasien, termasuk wawancara pasien, dan membandingkannya
dengan obat resep setelah transfer, perubahan medis penanggung jawab atau diatas perintah
debit, mengidentifikasi kesenjangan yang tidak diinginkan dan memastikan kesadaran resep
penggunaan obat saat ini dan sebelum memberi keputusan resep.
Bukti dari tingginya jumlah kesalahan obat yang dihasilkan dalam transfer antara situs
perawatan telah diterbitkan dalam karya-karya yang berbeda. Kesalahan obat adalah salah
satu penyebab kerusakan yang lebih penting dari pada pasien yang dirawat, sekitar 2% dari
rumah sakit mengalami kesalahan pengobatan. Keselamatan Pasien adalah masalah kesehatan
utama bagi organisasi perawatan kesehatan dan masyarakat umum. Pelaksanaan program-
program untuk meningkatkan keamanan dalam penggunaan obat-obatan lebih dan lebih
umum di rumah sakit. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2007, The National Institute for
Health and Care Excellence (NICE) telah menerbitkan panduan solusi bagi rekonsiliasi
penerimaan obat di rumah sakit.
Rekonsiliasi obat merupakan suatu proses yang menjamin informasi terkait
penggunaan obat yang akurat dan komprehensif dikomunikasikan secara konsisten setiap kali
terjadi perpindahan pemberian layanan kesehatan seorang pasien. Pengertian rekonsiliasi obat
tersebut menyiratkan beberapa elemen penting yang mendasari keberhasilan implementasi
program tersebut, yaitu:
1) Proses rekonsiliasi obat merupakan proses formal;
2) Proses rekonsiliasi obat merupakan proses dengan pendekatan multisiplin;
3) Penyedia layanan kesehatan harus dapat bekerja sama dengan pasien dan keluarga
pasien/penjaga pasien.
Proses perpindahan pemberian layanan kesehatan dapat terjadi pada setting berikut:
1) Saat pasien masuk rumah sakit (MRS);
2) Pasien mengalami perpindahan antar bangsal atau unit layanan dalam suatu instansi
rumah sakit yang sama (misalnya dari bangsal rawat inap menuju intensive care
unit);
3) Perpindahan dari suatu instansi rumah sakit menuju: rumah, layanan kesehatan
primer (antara lain: puskesmas, praktek pribadi dokter yang bekerja sama dengan
apotek, atau klinik), atau rumah sakit lain
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat yaitu:
1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
4. Menyelaraskan rejimen obat yang sedang atau akan digunakan pasien dengan
instruksi pengobatan sebelumnya (sebelum masuk rumah sakit atau transfer
antar ruang perawatan dalam rumah sakit) untuk mengidentifikasi adanya
perbedaan
C. Proses
Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping
obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat
yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek yang
terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar
obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart.
Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun obat bebas
termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan akan
digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada
rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak disengaja (unintentional)
dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat
mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab
terhadap informasi obat yang diberikan.
Petunjuk teknis mengenai rekonsiliasi obat akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
D. Aktivitas
Aktivitas saat melakukan rekonsiliasi obat adalah:
1. Menggunakan alat yang terstandarisasi untuk memperoleh semua informasi
medis termasuk resep obat, pola makan, dan suplemen herbal
2. Mendapatkan riwayat pengobatan lengkap dengan verifikasi daftar pengobatan
dengan pasien dan keluarga dan komunikasi dengan dokter dan petugas
farmasi
3. Mendokumentasikan nama obat, dosis, frekuensi pemberian, dan daftar obat
4. Menentukan kapan obat harus diberikan
5. Membandingkan daftar obat dengan indikasi dan riwayat pengobatan untuk
memastikan kelengkapan dan keakuratan
6. Menyesuaikan pengobatan dengan semua poin termasuk penerimaan,
pengiriman, dan pemulangan
7. Menyesuaikan pengobatan dengan perubahan pada kondisi pasien
8. Mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan diantara praktisi-praktisi lain
sesuai kebutuhan
9. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk memperbaharui rencana
pengobatan dengan dokter pada setiap pertemuan
10. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk mendapatkan semua pengobatan
dari satu farmasi untuk menurunkan resiko terjadinya kesalahan
11. Mengintruksikan pasien dan keluarga untuk berperan aktif dalam manajemen
pengobatan
E. Prosedur
Prosedur agar tercapainya pengisian formulir Rekonsliasi Obat yang benar adalah:
1. Menyiapkan formulir Rekonsiliasi Obat
2. Wawancara pasien atau keluarganya saat pasien masuk ke ruang perawatan
dari rumah, sarana kesehatan lain, poliklinik rawat jalan, IGD, atau ruang
perawatan sebelumnya terkait obat-obat yang dibawa, masih digunakan, atau
tidak digunakan lagi dalam jangka waktu 1 bulan.
3. Menuliskan hasil wawancara di formulir Rekonsiliasi Obat
4. Mengkonfirmasi ulang tentang obat-obat yang sudah dituliskan kepada pasien
atau keluarganya
5. Menyimpan obat yang dibawa pasien di kotak obat pasien bila pasien
membawa obat dari luar rumah sakit
6. Mengevaluasi hasil rekonsiliasi obat untuk mengidentifikasi adanya perbedaan
7. Mendiskusikan perbedaan yang terindentifikasi dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya untuk klarifikasi tindak lanjut
8. Memberikan edukasi dan konseling farmasi kepada pasien yang akan pulang
9. Menyerahkan kembali obat kepada pasien saat pasien keluar ruang perawatan
atau keluar rumah sakit yang telah disimpan di kotak obat pasien
Kesalahan :
Keterangan: Form Rekonsiliasi obat (kiri) dan Form Kardeks Obat (kanan)
Terjadi kesalahan pada pengisian formulir rekonsiliasi obat, yaitu mengisi daftar obat yang
akan diresepkan, yang seharusnya ditulis di daftar terapi obat/kardeks.