Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

AGRANULOSITOSIS

KELOMPOK VIII
1. Ucu
2.Sri mulyani
3
AGRANULOSITOSIS

A. Pengertian
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil,
mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang
akan menyerang jaringan.
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai
dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrophil.
Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir
tidak terdapat leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih
rendah dari 2000/mm.

B. Etiologi
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar
gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan
(sulfonamida, kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin,
tiourasil). Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk
keganasan lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak
digunakan.

C. Patofisiologi
Lima jenis leukosit yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah
neutrofil (50- 75%), eusinofil (1 2%), basofil (0,5 1%), monosit (6%),
limfosit (25-33%).
Sel mengalami proliferasi mitotik, diikuti fase pematangan
memerlukan waktu bervariasi dari 9 hari untuk eusinofil sampai 12 hari untuk
neutrofil. Proses ini akan mengalami percepatan bila ada infeksi. Sumsum
tulang memiliki tempat penyimpanan cadangan 10 kali jumlah neutrofil yang
dihasilkan per hari. Bila infeksi cadangan ini dimobilisasi dan dilepaskan ke
dalam sirkulasi. Neutrofil merupakan sistem pertahanan priemer tubuh dengan
metode fagositosis. Eusinofil mempunyai fagositosis lemah dan berfungsi
pada reaksi antigen antibodi. Basofil membawa faktor pengaktifan histamin.
Monosit meninggalkan sikulasi menjadi makrofag jaringan. Limfosit terdiri
dari dua jenis yaitu limfosit T bergantung pada timus, berumur panjang
dibentuk dalam timus, bertanggung jawab atas respon kekebalan seluler
melalui pembentukan sel yang reaktif antigen. Limfosit B berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel ini bertanggung
jawab terhadap kekebalan humoral.

D. Gejala Klinis
1. Pasien tidak menunjukkan gejala sampai terjadi infeksi.
2. Demam dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering.
3. Rasa malaise umum ( rasa tidak enak, pusing)
4. Tukak pada membran mukosa
5. Takikardi
6. Disfagia

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hematocrit
2. Jumlah eritrosit : menurun (dibawah 5000/mm pada lekopenia dan
dibawah 2000/mm pada agranulositosis.)

F. Penatalaksanaan
Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan untuk menambah
jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus dihentikan. Apabila
granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap sumber infeksi.
Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah sangat penting.
Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas sampai
organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi
tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap
bersih dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi
adalah menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum
tulang akan kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma)
dalam 2 atau 3 minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.

G. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, penurunan semangat untuk kerja, toleransi
terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada saat bekerja, letargi, lesu
kelemahan otot dan penurunan kekuatan, ataksia, tubuh tidak bergerak,
postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan
keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, misal : perdarahan GI kronis,
menstruasi berat, palpitasi (takikardia kompensasi), demam diraba hangat,
kulit memerah.
Tanda : pada tekanan darah : terjadi peningkatan sistolik dengan diastolic
stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnrmalitas
EKG, mil : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T,
takikardi, pada ekstremitas (warna) terjadi pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Sklera :
berwarna biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi). Kuku :
mudah patah. Rambut : kering, mudah putus, menipis, hiperemia.
3. Makanan / cairan
Gejala : penurunan pemasukan diet, kesulitan menelan, mual/muntah,
dispepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan, BAB sering.
Tanda : lidah tampak merah (defisiensi asm folat, dan vitamin B12),
membran mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut,
hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis. Bibir : selitis, misal : inflamasi
bibir dengan sudut mulut pecah, faringitis, ulkus mulut.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolic
2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi
radiasi; kebersihan mukut tak efektif.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit
(respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal :
kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
5. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses
infeksi
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.

I. Intervensi
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolic
Intervensi :
a. Observasi vital sign tiap 8 jam
Rasional : vital sign adalah salah satu pengukuran untuk mengetahui
status kesehatan, salah satunya pengukuran suhu untuk mengetahui
terjadinya peningkatan suhu tubuh. Bila panas kadang nadi dan
respirasi juga mengalami perubahan sehingga perlu diukur.
b. Beri kompres dengan air hangat pada lipatan paha, ketiak, perut, dan
dahi.
Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas
melalui efek kerja konduksi.
c. Beri dan anjurkan banyak minum.
Rasional : air merupakan pengatur suhu tubuh, setiap kenaikan suhu
tubuh kebutuhan metabolisme akan air juga meningkat dari kebutuhan
biasa.
d. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan
selimut yang tebal.
Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga
mengurangi penguapan.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja
pada hipotalamus untuk rangsangan penurunan panas.

2. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan iritan kimia: terapi


radiasi; kebersihan mulut tak efektif.
Intervensi :
a. Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva
Rasional : kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi
saliva, mengakibatkan mulut kering. Penumpukan dan pengaliran
saliva dapat terjadi karena penurunan kemampuan menelan atau nyeri
tenggorok dan mulut.
b. Tunjukkan pasien bagaimana cara menyikat bagian dalam mulut,
palatum, lidah dan geligi dengan sering.
Rasional : menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan
penyembuhan jaringan dan kenyamanan
c. Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi
Rasional : mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik;
menghilangkan sifat erosif dari sekresi.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat


misal : penurunan hemoglobin leukopenia atau penurunan granulosit
(respon inflamasi tertekan); pertahanan utama tidak adekuat misal :
kerusakan kulit, penyakit kronis, malnutrisi.
Intervensi :
a. Pantau suhu. Catat adanya menggigil dengan atau tanpa demam
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan
b. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien
Rasional : mencegah kintaminasi silang/kolonisasi bakterial.
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : mungkin digunakan untuk menurunkan kolonisasi atau
untuk pengobatan proses infeksi lokal.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kegagalan mencerna atau ketidakmampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
Rasional : mengidentifikasi defisiensi.
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
komsumsi makanan.
c. Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dalam porsi hangat.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
d. Beri dan pantau higiene mulut yang baik. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan apabila mukosa oral luka
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan
infeksi.
e. Berikan obat sesuai indikasi misal : vitamin dan suplemen mineral
seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (flovite), asam
askorbat (vitamin C).
Rasional : meningkatkan efektivitas program pengobatan

5. Diare berhubungan dengan radiasi; keracunan; efek samping obat; proses


infeksi
Intervensi :
a. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji
bertanya periode.
b. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare.
Rasional : menghindarkan iritan, meningkatkan istirahat usus.
c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : mengobati infeksi supuratif lokal.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivita, catat laporan
kelelahan, keletihan dan kesulitan melakukan tugas.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi
b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi
Rasional : meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai
normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.

7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi


dan neurologis; gangguan mobilitas; defisit nutrisi.
Intervensi :
a. Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat lokal, eritema.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan
imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi
dan rusak.
b. Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis
c. Ubah posisi secara periodik bila pasien tidak bergerak atau di tempat
tidur
Rasional : meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit.

J. Implementasi
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah disusun.

K. Evaluasi
1. Suhu tubuh dalam batas nor,al (36-37C)
2. Integritas membran mukosa oral kembali normal
3. Tidak terjadi infeksi
4. Kebutuhan nutrisi adekuat
5. Frekuensi BAB kembali normal
6. ADL pasien terpenuhi
7. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai