PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis dan
kelembaban yang tinggi, salah satu penyakit yang memiliki prevalensi
tinggi di Indonesia adalah penyakit yang disebabkan parasitik. Hal ini
dikarenakan kelembapan yang tinggi menunjang organisme parasite untuk
hidup. Salah satu penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan di
Indonesia adalah skabies atau biasa dikenal kudis atau gudik. Menurut
Departemen Kesehatan RI (1987) prevalensi skabies di puskesmas di
seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95%. Sedangkan
Prevalensi skabies di Indonesia menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%-12,95%. Skabies di
Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.
(Qonita dan Abubakar)
Skabies merupakan suatu kondisi kulit yang diakibatkan oleh
parasite tungau yang infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas
hominis. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 12 hari. Wabah scabies dapat terjadi secara
lokal atau secara besar-besaran yaitu epidemik atau pandemik. Banyak
faktor yang berperan dalam terjadinya skabies. Faktor predisposisi yang
umum adalah seperti kepadatan penduduk: asrama, barak-barak tentara,
rumah tahanan, dan pesantren maupun panti asuhan, imigrasi,
kebersihan yang buruk, status gizi buruk, tunawisma, demensia, dan
kontak seksual. Kontak langsung kulit ke kulit antara 15- 20 menit yang
dibutuhkan untuk menularkan tungau dari satu orang ke orang lain.
Gejala seperti gatal yang hebat pada waktu malam di celah-celah jari,
bagian punggung dan alat kelamin. Pengobatan yang sering diberikan
pada penderita scabies adalah salep 2-4 (acid salycilicum dan sulfur ppt),
permetrin 5% (Abubakar).
1
2
C. Tujuan
Untuk memahami kandungan dan kegunaan dari asam salisilat