PENDAHULUAN
1
tentang terjadinya preeklamsi sehingga disebut sebagai disease of theory,
tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar
diantaranya adalah teori mengenai kelainan vaskularisasi plasenta, teori
imunologik, teori disfungsi endotel, teori adaptasi kardiovaskular, teori
defisiensi gizi dan teori inflamasi (Angsar, 2003; Sibai, 2005).
Pada satu dekade terakhir adanya disfungsi endotel diduga sebagai
penyebab terjadinya preeklamsi. Perubahan profil lipid dapat menyebabkan
disfungsi endotel sehingga menyebabkan terjadinya preeklamsi, profil lipid
ini di antaranya adalah perubahan Low density lipoprotein (LDL) dan High
density Lipoprotein (HDL). Diduga terdapat hubungan antara preeklamsi
dengan peningkatan rasio Low density lipoprotein dan High density
lipoprotein (Williams dkk, 2004). Peningkatan rasio Low density lipoprotein
dan High density lipoprotein ini menyebabkan terjadinya disfungsi endotel
dan aterosklerosis. Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi
zat zat yang bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat
oksida dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti tromboxan dan
endotelium I sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah
preeklamsi (Mauro dan Rodrigo, 2005; Cunningham dkk, 2005; Yeasmin
dkk, 2009).
Peningkatan rasio LDL dan HDL ini juga diduga meningkatkan risiko
terjadinya preeklamsi (Williams dkk, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh
Jayante dkk pada tahun 2006 menemukan bahwa terjadi penurunan HDL dan
peningkatan LDL pada preeklamsi, dan seiring dengan peningkatan derajat
preeklamsi ini dari preeklamsi ringan menjadi preeklamsi berat maka terjadi
peningkatan rasio LDL dan HDL (Jayante dkk, 2006). Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Yeasmin dkk tahun 2009 juga menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan rasio LDL dan HDL pada preeklamsi dibandingkan
dengan kehamilan normal (Yeasmin dkk, 2009). Hal ini menunjukkan
semakin berat derajat kasus preeklamsi maka semakin tinggi nilai LDL dan
semakin rendah nilai HDL, karena peningkatan rasio ini semakin
memperberat vasospasmus pada preeklamsi (Baker dkk, 2009).
2
Namun penelitian tersebut tidak didukung sepenuhnya secara luas.
Penelitian yang dilakukan Wiznitzer dkk tahun 2009 terhadap 2190 wanita
tidak menemukan peningkatan rasio LDL dan HDL ini pada kehamilan
dengan preeklamsi. Sehingga walaupun beberapa penelitian telah dilakukan
mengenai hubungan antara rasio LDL dan HDL dengan preeklamsi namun
hasil yang didapat masih merupakan perdebatan (Wiznitzer dkk, 2009).
Peningkatan rasio LDL dan HDL menarik untuk diteliti sebagai salah satu
faktor risiko preeklamsi. Sehingga hasil penelitian diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai peran rasio LDL/ HDL
dalam menjelaskan mengenai terjadinya preeklamsi pada kehamilan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian oksitosin
1.3.2 Mengetahui pengertian preeklamsi
1.3.3 Mengetahui macam-macam preeklamsi
1.3.4 Mengetahui yang dikaji dalam pemberian oksitosin pada ibu preeklamsi
1.3.5 Mengetahui yang harus diobservasi dalam pemberian oksitosin pada ibu
preeklamsi
3
BAB II
PEMBAHASAN
b. Dosis Pemberian
Induksi persalinan pada lemah uterus: infus intravena 1-4 miliunit/menit
dinaikkan dalam interval tak kurang dari 20 menit sampai dicapai pola persalinan
mirip persalinan normal (biasanya kurang dari 10 miliunit/menit untuk persalinan
aterm); dosis maksimum 20 miliunit/menit (bila dibutuhkan dosis tinggi, gunakan
larutan 10 unit/500 mL); jangan menggunakan total lebih dari 5 unit per hari
(pengulangan pada hari berikutnya mulai lagi dengan 1-4 miliunit/menit). Monitor
DJJ dan kuatnya kontraksi penting untuk menyesuaikan dosis dengan respons
klinik. Bila ada gawat janin atau hipereaksi uterus, infus harus dihentikan.
Bedah Caesar: injeksi intravena lambat 5 unit segera setelah persalinan;
Pencegahan perdarahan pasca persalinan: injeksi intravena lambat 5 unit setelah
keluar plasenta; bila memang telah diberikan infus obat, percepat infus selama
kala III dan beberapa jam berikutnya; dapat juga diberikan injeksi intramuskular
kombinasi oksitosin dan ergometrin (lihat keterangan di atas).
Perdarahan pasca persalinan: injeksi intravena lambat 5 unit, diikuti dengan infus
5-20 unit dalam 500 mL glukosa 5% dengan kecepatan yang dianjurkan untuk
4
atonia uterus Abortus inkomplit atau missed abortion: 5 unit injeksi intravena
lambat diikuti dengan infus 20-40 miliunit/menit.
Infus berkepanjangan dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kelebihan
cairan dan hiponatremia. Untuk mencegah ini, gunakan cairan elektrolit (jangan
glukosa), pekatkan larutannya, kurangi asupan cairan per oral, monitor cairan dan
elektrolit.
Gejala utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat.
Naiknya tekanan darah bisa terjadi dengan lambat, akibatnya sulit untuk
memastikan kondisi ini. Oleh karena itu, memonitor tekanan darah secara rutin
menjadi hal penting untuk dilakukan selama masa kehamilan. Jika tekanan darah
wanita hamil mencapai 140/90 mm Hg atau lebih, segeralah berkonsultasi dengan
dokter kandungan, terutama bila tekanan darah di level ini ditemukan dalam 2 kali
pemeriksaan rutin yang terpisah.
5
Berkurangnya volume urine.
Rasa nyeri pada perut bagian atas. Biasanya di bawah tulang rusuk sebelah
kanan.
Laju pertumbuhan janin yang melambat juga bisa menandakan sang ibu
mengidap preeklamsia. Kondisi ini disebabkan berkurangnya pasokan darah ke
plasenta sehingga janin mengalami kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
Preeklamsia dibagi menjadi dua jenis sesuai dengan berat dan ringannya
penyakit yang diderita.
Preeklamsia ringan
Ketika tekanan darah tetap di bawah 160 sistolik (angka yang lebih besar), atau
110 diastolik (angka yang lebih kecil), dan tidak ada gejala penyakit yang parah.
Preeklamsia berat
6
Ketika tekanan darah sistolik melebihi 160 atau 110 diastolik, dan atau disertai
dengan gejala adanya penyakit tertentu seperti dibawah ini:
- Tekanan darah
- Protein uria
- Oliguria
- Cerebral atau visual gangguan
- Edema paru atau sianosis
- Epigastrium atau kuadran kanan atas-nyeri
- Gangguan fungsi hati
- Trombositopenia
- Pertumbuhan janin pembatasan
2.5 Yang harus Diobservasi dalam Pemberian Oksitosin pada Ibu Preeklamsi
- Bagaimana Tekanan darah ibu
Apakah Ibu Meengalami:
- Mual
- Muntah
- Sakit kepala
7
- Kontraksi rahim yang berlebihan
A. Data Subjektif
1. Identitas
Klien Suami Klien
Nama : Ny. L Tn. N
Usia : 35 37
Alamat : JL Dharmawangsa,Jember
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Golongan Darah : AB Tidak tahu
Agama : Islam Islam
No. HP : 0819-1225-0957
2. Keluhan
Ibu datang ke RS Soebandi dirujuk oleh bidan di Puskesmas Kaliwates
karena tekanan darah tinggi dengan protein urin +2 jam 04.45. Ibu hamil
anak ketiga, merasa hamil 9 bulan. Mengaku keluar air-air banyak pukul
23.00 tanggal 16 November 2015, berbau anyir dan berwarna seperti air
kencing. Terasa mules serta ada keluaran berupa lendir dan sedikit darah
dari jalan lahir sejak pukul 03.30.
Ibu mengatakan tidak merasa pusing, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati
serta gerakan janin masih dirasakan.
Ibu mengaku telah mendapatkan terapi antikejang di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Soebandi, dan telah meminum obat antihipertensi.
8
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Status kehamilan : G3P2A0
b. HPHT : 25-02-2015
c. TP : 02-12-2015
d. Usia kehamilan : 37-38 minggu
e. Gerakan janin terakhir : dirasakan ibu beberapa saat lalu
f. Imunisasi TT : lengkap
g. Pemeriksaan ANC : ibu melakukan pemeriksaan sebulan sekali sejak
usia 5 bulan. Pernah melakukan USG pada bulan ke 8 dengan hasil baik
dan taksiran persalinan tanggal 6-12-2012.
Tekanan
Tidak
1 2000 Dokter Spontan Klinik darah L 2,7 Lupa Ya Suntik Hidup
ada
tinggi
Tidak Tidak
2 2006 Bidan Spontan Rumah L 2,9 Lupa Ya Suntik Hidup
ada ada
3 Kehamilan ini
9
6. Riwayat Psikososial
Ibu dan keluarga mendukung kehamilan dan persalinan anak ini. Pengambil
keputusan adalah ibu dan suami. Ibu memiliki kekhawatiran mengenai
seberapa lama lagi bayinya akan lahir, karena mulesnya tidak dirasakan
begitu sering dan kuat seperti pada saat mau melahirkan anak sebelumnya.
7. Aktivitas
a. Makan terakhir : jam 07.00, dengan porsi cukup dan ibu tidak
merasakan keluhan apapun
10
TFU : 34cm
Palpasi :
Leopold I : Teraba agak bulat, lunak dan tidak melenting
Leopold II: Teraba tahanan terbesar di kanan dan bagian kecil janin di
kiri
Leopold III : Teraba keras
Leopold IV : Konvergen
Penurunan kepala : 4/5
DJJ : 132x/menit, regular
Kontraksi : 2x/10 menit, 30 detik
TBF : 3410 gram
e. Ekstremitas
Tidak terdapat pembengkakan di kedua lengan ibu.
Pada lengan kanan ibu telah terpasang infus cairan RL dengan
maintenance MGSO4
Terdapat pembengkakan di kedua tungkai ibu, refleks patella tungkai
kanan dan kiri ibu positif.
f. Genitalia
Tidak ada lecet atau luka, massa atau benjolan dan pembesaran
abnormal pada vulva. Pun demikian dengan varises.
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar skene dan bartolin
Pengeluaran dari vagina berupa lendir dan sedikit darah
Ibu telah dipasang kateter dan terdapat urin sebanyak + 300cc
Pemeriksaan dalam
Portio : tebal kaku
Pembukaan : 3-4cm
Ketuban : tidak ada
Presentasi : kepala
Penurunan kepala : stasion -4
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil konfirmasi
11
USG : janin dalam keadaan baik
Tes darah lengkap : normal
Tes Urine
Protein urine +2
C. Analisa
G3P2A0 parturient aterm kala I fase laten janin tunggal hidup intra uterin
dalam keadaan baik dengan ibu mengalami preeklampsia berat dan
ketuban pecah dini 8 jam
Diagnosa Potensial : eklampsi dan infeksi intrapartum
Antisipasi Masalah/Tindakan segera: kolaborasi dengan dokter, melakukan
observasi intake ouput, observasi janin, ibu dan kemajuan persalinan.
D. Penatalaksanaan
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga.
E: klien dan keluarga mengetahui klien dalam keadaan preeklampsia berat
dan ketuban pecah dini dengan keadaan janin baik
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
E: dokter menganjurkan untuk memberhentikan dahulu pemberian MGSO4
dan melakukan induksi persalinan untuk terminasi kehamilan mengingat
usia kehamilan ibu 37-38 minggu.
3. Melakukan informed consent untuk melakukan induksi persalinan
E: ibu menyetujui, drip oksi 5 IU telah terpasang dengan tetesan 20gtt
4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi
E: ibu miring ke kiri
5. Meminta keluarga untuk mendampingi ibu
E: Ibu ditemani
6. Meminta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
E: ibu makan dan minum dengan baik
7. Memberitahu teknik relaksasi pada ibu dan pain relief pada keluarga
E: ibu sedikit terlihat nyaman dan tidak tegang
12
8. Melakukan observasi intake output cairan ibu
E: intake ibu kini berupa cairan RL 500cc dengan drip oksi dan output urin
+ 300cc
9. Melakukan observasi janin dan ibu serta kemajuan persalinan setiap sejam
sekali
E: janin dan ibu dalam keadaan baik serta mulai terjadi peningkatan
kekuatan kontraksi
10. Tidak melakukan pemeriksaan dalam terlalu sering pada ibu untuk
menghindari infeksi
E: Ibu tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada
trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakal
preeklamsia
3.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah saya di waktu yang
akan datang.
15