Anda di halaman 1dari 58

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH urgensi

URGENSI PENGUASAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKANDI SATUAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHLUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepala sekolah adalah tokoh sentral dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Berhasil atau
tidaknya sebuah lembaga pendidikan khususnya pada satuan pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh
kompetensi yang dimiliki kepala sekolah tersebut,
PeraturanMenteriPendidikanNasionalNomor13Tahun2007tentangStandar Kepala
sekolah/madrasahmenegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah
harusmemilikilimadimensikompetensiminimalyaitu: kompetensikepribadian,manajerial,kewirausahaan,
supervisi,dansosial.Kepalasekolah/madrasahadalahguruyangdiberitugastambahansebagaikepalasekolah/
madrasah sehinggaiapunharusmemilikikompetensiyangdisyaratkan
memilikikompetensiguruyaitu:kompetensipaedagogik, kepribadian,sosial,danprofesional.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka menjadi sangat penting bagi kepala sekolah menguasai
Kompetensi Kepala Sekolah Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Satuan Pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Pengertian Kompetensi Kepala Sekolah


2. Bagaimana Pengertian Urgensi Kompetensi Kepala Sekolah

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Memahami Pengertian Kompetensi Kepala Sekolah


2. Mengetahui Pengertian Urgensi Kompetensi Kepala Sekolah

BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH


Kompetensi memainkan peran kunci dalam mempengaruhi keberhasilan kerja, terutama dalam
pekerjaan pekerjaan yang menuntut sungguh-sungguh inisiatif dan inovasi. Kompetensi dipahami
berkaitan dengan pentingnya hasrat untuk menguasai orang lain, dan secara lebih luas berkaitan dengan
menciptakan peristiwa dan bukan sekedar menanti secara pasif, hasrat ini disebut motif kompetensi.
Dalam diri orang dewasa motif kompetensi ini sangat mungkin muncul sebagai suatu keinginan untuk
menguasai pekerjaan dan jenjang profesional.
Pengertian sederhana yang mendasar dari kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan
(Syah,2000:229). Kemampuan atau kecakapan yang dimaksudkan dalam kompetensi itu menunjuk
kepada satu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan atau
kecakapan kualitatif maupun kuantitatif.
Ranupandoyo dan Husnan (1995:155) mengidentikan kemampuan dengan ketrampilan kerja yang
berbentuk dari pendidikan dan latihan serta pengalaman kerja. Keith Davis (dalam Anwar, 2000:67)
membedakan kemampuan dengan ketrampilan.
Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak pada sebuah tugas/pekerjaan. Kompetensi juga
merujuk pada kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung-jawab yang diamanatkan
kepadanya dengan hasil baik dan piawai/mumpuni (Margono,2003).
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 disebutkan bahwa kompetensi sebagai
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan
pekerjaan tertentu
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi kepala sekolah adalah
seperangkat kemampuan yang harus ada dalam diri kepala sekolah, agar dapat mewujudkan
penampilan unjuk kerja sebagai kepala sekolah .
Adapun Kompetensi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi Kepribadian
Definisi yang paling sering digunakan dari kepribadian dikemukakan oleh Gordon Allport hampir 60
tahun yang lalu. Ia mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis pada masing-masing
sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian unik terhadap lingkungannya .
Dalam menjalankan tugas menejerial kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi kepribadian,
kompetensi ini menuntut kepala sekolah memiliki (1) integritas kepribadian yang kuat, yang dalam hal
ini ditandai dengan konsisten dalam berfikir, berkomitmen, tegas, disiplin dalam menjalankan tugas,
(2) memiliki keinginan yang kuat dalam mengembangkan diri sebagai kepala sekolah, dalam hal ini
meliputi memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik baru, mampu secara
mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan rasa ingin tahu (3) bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas, meliputi berkecenderungan selalu ingin menginformasikan secara transparan dan
proporsional kepada orang lain mengenai rencana, proses pelaksanaan dan efektifitas program. (4)
mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan (5) memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dalam yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
integritas pribadi yang kuat, berkeinginan mengembangkan diri, terbuka dan minat dalam menjalankan
jabatan sebagai kepala sekolah.

2. Kompetensi Manajerial
Manajemen atau pengelolaan dapat berarti macam-macam tergantung kepada siapa yang
membicarakannya. Istilah manajemen sendiri berasal dari manage yang padanan dalam bahasa
Indoensia adalah kelola. Pengertian umum dari manajemen adalah proses mencapai hasil dengan
mendayagunakan sumber daya yang tersedia secara produktif (Depdiknas,2007:126).
Dalam kontek manajerial sekolah maka seorang kepala sekolah dituntut untuk dapat menjalankan
kompetensi sebagai berikut : (1) menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan.
perencanaan (2) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai kebutuhan (3) memimpin
sekolah/madrasah dalam rangka pendayaagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal, (4)
mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang
efektif (5) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran anak didik (6) mengelola guru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumberdaya
manusia secara optimal (7) mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optima (8) mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan, ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah (9) mengelola peserta didik
dalam rangka penerimaan peserta didik barn dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta
didik. (10) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai arah dan tujuan
pendidikan nasional (11) mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien (12) mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah (13) mengelola unit layanan khusus
sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah (14) mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan (15) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah (16) melakukan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya.
Manajer adalah seorang yang berusaha untuk mencapai maksud-maksud yang dapat dihitung, dan
administrator sebagai orang yang berikhtiar untuk maksud-maksud yang tidak dapat dihitung tanpa
mengindahkan akibat akibat akhir dari pencapaiannya (Oteng Sutrisno, 1985:15).
Berdasar uraian diatas maka dalam yang dimaksud dengan kompetensi manajerial adalah kemampuan
kepala sekolah dalam mengorganisasi dan mengembangkan sumber saya sekolah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, efisien.

3. Kompetensi Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan atau sering disebut wiraswasta, merupakan terjemahan dari istilah
entrepreneurship. Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh Ricard Cantillon, orang Irlandia yang
berdiam di Perancis, dalam bukunya yang berjudul Essai Bar la Nature du Commercen,tahun 1755
(Depdiknas 2004). Dilihat dari segi etimologis, wiraswasta, merupakan suatu istilah yang berasal dari
kata-kata wira dan swasta. Wira berarti berani, utama, atau perkasa. Swasta merupakan paduan
dari kata swa dan sta. Swa artinya sendiri, sedangkan sta berarti berdiri. Dengan demikian
maknanya menjadi berdiri menurut kekuatan sendiri. Jadi yang dimaksud dengan wiraswasta adalah
mewujudkan aspirasi kehidupan mandiri dengan landasan keyakinan dan watak yang luhur.
Dari beberapa definisi diatas maka kompetensi kewirausahaan dalam adalah kemampuan kepala
sekolah dalam mewujudkan aspirasi kehidupan mandiri yang dicirikan dengan kepribadian kuat,
bermental wirausaha. Sedangkan jika ingin sukses dalam mengembangkan program kewirausahaan di
sekolah, maka kepala sekolah, tenaga kependidikan baik guru maupun non guru dan peserta didik harus
bisa secara bersama memahami dan mengembangkan sikap kewirausahaan sesuai dengan tugas
masing-masing.

4. Kompetensi Supervisi
Sekolah melaksanakan tanggung jawab paling produktif jika terdapat konsensus tentang tujuan sekolah
dan semua pihak bersama-sama berusaha mencapainya. Posisi kepala sekolah dalam hal ini adalah
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan sekolah secara produktif. Persoalannya adalah bahwa
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut kepala sekolah tidak mungkin melaksanakan seluruh
kegiatan sendiri, oleh karena itu ada pendelegasian kepada guru maupun staff, untuk memastikan
bahwa pendelegasian tugas itu dilaksanakan secara tepat waktu dengan cara yang tepat atau tidak maka
diperlukanlah supervisi yaitu menyelia pekerjaan orang lain (Depdikbud, 2007:227).
Bentuk supervisi yang paling efektif terjadi jika staff,peserta didik, dan orang tua memandang kepala
sekolah sebagai orang yang tahu persis tentang hal-hal yang terjadi disekolahnya. Dalam kontek ini,
dengan melakukan supervisi maka akan dilakukan tindakan kunjungan kelas, berbicara dngan guru,
peserta didik, dan orang tua, mengikuti perkembangan masyarakat sekolah, orang-orang dan peristiwa
yang terjadi dalam rangka memenuhi tanggungjawab ini (Peter F.Olivia,1992).
Kompetensi supervisi ini setidaknya mencakup (1) merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan tehnik supervisi yang tepat (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademis
terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru (Depdiknas, 2007:228).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka yang dimaksud dengan kompetensi supervisi adalah
pengetahuan dan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti
supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah

5. Kompetensi Sosial
Pada hakekatnya manusia adalah makluk individu sekaligus sosial, dari sejak lahir hingga meninggal
manusia perlu dibantu atau kerjasama dengan manusia lain, segala kebahagiaan yang dirasakan
manusia pada dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama dengan manusia lain, manusia sadar
bahwa dirinya harus merasa terpanggil hatinya untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat
(Retno Sriningsih,1999).
Kompetensi sosial menurut Sumardi (2006) adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi,
bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang lain. Sejalan dengan pemikiran ini Komara (2007)
mendefinisikan kompetensi sosial sebagai (1) kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional (2) kemampuan
untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan (3) kemampuan
untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun kelompok.
Berdasarkan batasan-batasan diatas maka yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
seorang kepala sekolah dalam bekerjasama dengan orang lain, peduli sosial dan memiliki kepekaan
sosial .

B. URGENSI PENGUASAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH.

Keunggulan dan mutu sebuah sekolah dipengaruhi oleh berbagai variabel, variabel manajerial kepala
sekolah memiliki posisi yang sangat penting, kualitas kepemimpinan kepala sekolah akan
mempengaruhi efektifitas sekolah, dengan manajemen yang tepat sekolah akan mampu menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif, yaitu lingkungan belajar yang memotivasi para anggota sekolah
untuk mengembangkan potensi, kreatifitas, dan inovasi. Hanya kepala sekolah yang memiliki
kompetensi tinggi yang akan memiliki kinerja yang memberi tauladan, menginspirasi dan
memberdayakan, kondisi ini akan mendorong perubahan yang bermasyarakat, relevan, efektif biaya
serta diterima oleh staf, murid dan masyarakat (Agus Darma, 2007 : 6).
Untuk memenuhi standar kompetensi seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang standar kepala sekolah maka sangatlah
penting bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah menguasai Kompetensi Kepala Sekolah,
menguasai bukan hanya dalam artian menghafal urutan-urutan peraturan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri tersebut namun lebih menitikberatkan implementasi dari lima dimensi kompetensi
kepala sekolah.
Kompeteni dapat dipilah menjadi 3 aspek. Ketiga aspek yang dimaksud adalah: (1) Kemampuan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi penciri
karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas, (2) Penciri karakteristik kompetensi yang
digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk
kerjanya, dan (3) Hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu.
Aspek pertama sebuah kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran substansi materi ideal
yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh seseorang dalam menjalankan
pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud meliputi: kemampuan, pengetahuan,
kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri karakter dalam
menjalankan tugas. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai
kompetensi tertentu sebelum ia bekerja.
Aspek kedua kompetensi merujuk kepada gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola
pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaan secara mumpuni. Seseorang dapat
berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang diajarkannya dan
dipersyaratkan, namun begitu jika dalam praktek sebagai tindakan nyata saat menjalankan tugas atau
pekerjaan tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkan maka ia tidak dapat dikatakan
sebagai orang yang berkompeten, tidak mumpuni atau tidak piawai.
Aspek ketiga merujuk pada kompetensi sebagai hasil ( output dan atau outcome) dari unjuk kerja
berpiawaian. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan, berlaku serta mahir dalam menjalankan suatu
tugas untuk menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien. Hasil tindakan yang efektif dan
efisien merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
Kefektifan ini utamanya dinilai dari pihak luar dirinya. Sehingga ditinjau dari unjuk hasil kerjanya ,
pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya apakah
berkompeten, efektif dan terkesan profesional atau tidak.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pemaparan diatas maka sangatlah penting bagi kepala sekolah ataupun calon kepala
sekolah menguasai Kompetensi Kepala Sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di satuan
pendidikan.
Kompetensi Kepala Sekolah antara lain: kompetensikepribadian,manajerial,kewirausahaan,
supervisi,dansosial.

DAFTAR RUJUKAN
Darma, A. 2007. Manajemen Sekolah. Depdiknas: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Informasi Kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan. 2008. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah.
Hidayat, Taufik. 2009. Kompetensi Sosial Guru. http/taufik hidayat71.Wordpress.
Kusdiyah, Ike. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :Penerbit Andi
Mulyasa, H.E. 2008. Implementasi KTSP: Bumi Aksara: Jakarta.
Mulyasa, H.E.2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Bandung : Rosda

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 Tentang Standart Kepala


Sekolah/Madrasah.

Olifia F. Peter.1992. Supervision For To Days Scools. Longman, New York.


Sarjilah. Kompetensi Kepala Sekolah. http://lpmpjogja.diknas.go.id ( 26 Januari 2009)
Slamet, Achmad. Manajemen Sumber Daya manusia :UNNES PRESS : Semarang
Sriningsih, Retno. 2000. Landasan Kependidikan ( Pengantar ke arah Ilmu Pendidikan Pancasila ) :
Semarang : Ikip Semarang Press.
Wj, Admin. Upaya-Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah Di Era
Implementasi KTSP.http/lpmpjogja.diknas.go.id (28 April 2008).
Widyorini, Endang.2008. Kompetensi sosial. Semarang : Dinas Pendidikan Prop.Jateng.

KOMPETENSI SUPERVISI Kepala Sekolah


1. Kompetensi Supervisi

Sekolah melaksanakan tanggung jawab paling produktif jika terdapat konsensus tentang tujuan sekolah
dan semua pihak bersama-sama berusaha mencapainya. Posisi kepala sekolah dalam hal ini adalah
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan sekolah secara produktif. Persoalannya adalah bahwa
dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut kepala sekolah tidak mungkin melaksanakan seluruh
kegiatan sendiri, oleh karena itu ada pendelegasian kepada guru maupun staff, untuk memastikan
bahwa pendelegasian tugas itu dilaksanakan secara tepat waktu dengan cara yang tepat atau tidak maka
diperlukanlah supervisi yaitu menyelia pekerjaan orang lain (Depdikbud, 2007:227).

Bentuk supervisi yang paling efektif terjadi jika staff, peserta didik, dan orang tua memandang kepala
sekolah sebagai orang yang tahu persis tentang hal-hal yang terjadi disekolahnya. Dalam kontek ini,
dengan melakukan supervisi maka akan dilakukan tindakan kunjungan kelas, berbicara dngan guru,
peserta didik, dan orang tua, mengikuti perkembangan masyarakat sekolah, orang-orang dan peristiwa
yang terjadi dalam rangka memenuhi tanggungjawab ini (Peter F.Olivia,1992).

Kompetensi supervisi ini setidaknya mencakup (1) merencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan tehnik supervisi yang tepat (3) menindaklanjuti hasil supervisi akademis
terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru (Depdiknas, 2007:228).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi
supervisi adalah pengetahuan dan kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan
menindaklanjuti supervisi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah

Di tingkat persekolahan, peran strategis guru dan staff dalam meningkatkan kualitas layanan hanya
mungkin dapat dikembangkan dengan pembinaan dan pengembangan. Salah satu bentuk supervisi
adalah supervisi pengajaran, yang perlu diarahkan pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang secara profesional (Djaman Satori, 1989).
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya supervisi pengajaran adalah : (1) bertujuan meningkatkan
kualitas pembelajaran di kelas, (2) memadukan perbaikan pengajaran secara relatif menjadi lebih
sempurna dan mantap yang berarti memberi dukungan langsung kepada guru dalam rangka mencapai
tingkat kompetensi yang disyaratkan, (3) upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan guru.

Situasi dalam suatu instansi selalu berubah, tuntutan institusi semakin lama semakin meningkat sejajar
dengan perkembangan iilmu pengetahuan dan tehnologi dan tantangan global. Oleh karena itu suatu
institusi akan selalu berupaya memiliki sumber daya manusia yang lebih berkualitas, termasuk dalam
hal ini institusi sekolah.

Institusi pendidikan salah satunya adalah sekolah perlu memiliki guru yang berkualitas, yaitu guru yang
profesional, guru yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi , demikian dituntut kreatifitas dan inovasi. Dalam kenyataan di sekolah guru ternyata sangat
bervariatif, antara lain : (1) ada guru yang memiliki abstraksi tinggi dan komitmen tinggi, (2) ada guru
yang memiliki komitmen tinggi dan abstraksi rendah, (3) ada guru yang memiliki komitmen rendah
tetapi abstraksi tinggi, dan (4) guru yang memiliki abstraksi rendah dan komitmen rendah (Glikman,
1981:48). Oleh karena terdapat perbedaan yang demikian maka diperlukan pendekatan supervisi yaang
berbeda-beda. Pendekatan supervisi berturut-turut adalah pertama, pendekatan non-direktif, kedua,
pendekatan direktif, pendekatan kolaboratif.

Ketidaktepatan pendekatan supervisi yang digunakandapat meningkatkan kemandekan kinerja guru,


sebaliknya ketepatan pelaksanaan supervisi yang bersifat teknis akan meningkatkan kinerja guru.
Sedangkan tingkat kinerja guru dalam hubungannya dengan supervisi ditentukan oleh situasi proses
belajar mengajar yang lebih baik, meningkatnya kemampuan mengatasi permasalahan tugas dilapangan
secara profesional, pelaksanaan supervisi yang demokratis, sistematis, konstruktif, kreatif, kooperatif
dan terus menerus (Sutisna, 1983:29). Peter F.Olivia menambahkan bahwa supervisi yang baik yang
meliputi aspek teknologi pengajaran, ko-kurikuler, proses belajar mengajar (1987 :13).

Dalam konsep supervisi pengajaran tercakup dua konsep yang berbeda, walaupun pada pelaksanaannya
saling terkait, yaitu supervisi kelas dan supervisi klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kelas dan menyusun alternatif
pemecahannya. Supervisi klinis merupakan layanan profesional dari kepala sekolah dan pengawas
karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi kelas. Sergiovanni dan
Starrat (1983) menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan pengajaran
ditentukan oleh supervisor, sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-up, yaitu kebutuhan program
ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami guru.

Dalam praktik pengawasan di lingkungan sistem persekolahan selama ini, masih sering terdapat
kekeliruan yaitu : (1) pengawasan persekolahan masih mengutamakan aspek teknis administratif
daripada aspek akademis dan pembelajaran ; (2) pengawasan lebih ke segi fisik pendukung
pembelajaran, seperti pengelolaan dana, pegawai, bangunan, alat dan fasilitas lainnya. Padahal aspek
yang harus mendapat perhatian adalah berkaitan dengan penyelenggaraan proses pembelajaran di
sekolah atau di sekolahan. Penampilan fisik sekolah dan bukti fisik kegiatan guru (berupa catatan dan
laporan tertulis) adalah penting, akan tetapi yang lebih penting adalah kualitas proses pembelajaran
yang dialami para peserta didik. Dokumen, catatan, dan laporan administrasi guru dapat digunakan
untuk memperoleh gambaran tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran peserta didik.

Pengawasan pendidikan adalah kedudukan yang strategis dan penting dalam peningkatan mutu proses
belajar mengajar. Dengan demikian para supervisor pendidikan (dalam hal ini kepala sekolah dan
pengawas) harus memiliki kemampuan profesional yang handal dalam pelaksanaan supervisi
pembelajaran (instructional supervision), kemampuan profesional pengawas diperlukan untuk
meningkatkan kualitas pembinaan guru di sekolah. Masalah peningkatan kualitas pembinaan guru di
sekolah pada hakekatnya berkaitan dengan peranan superevisor dalam memberikan bantuan dan
pelayanan profesional bagi guru-guru agar mereka lebih mampu melaksanakan tugas pokoknya.
Kualitas kinerja supervisor sekolah perlu dilandasi dengan peningkatan kemampuan supervisi para
pengawas dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggungjawab.

Dalam organisasi pendidikan (sistem sekolah) istilah supervisi sudah lama dikenal dan dibicarakan.
Istilah supervisi kelas mengacu kepada misi utama pembelajaran, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan prestasi akademik. Dengan kata lain, supervisi kelas
adalah kegiatan yang berurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran di
sekolah ( Depdikbud , 2004).

Dalam konteks profesi pendidikan, khususnya profesi mengajar, mutu pembelajaran merupakan
refleksi dari kemampuan profesional guru. Karena itu supervisi kelas berkepentingan dengan upaya
peningkatan kemampuan profesional guru yang berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran. Dengan demikian fungsi supervisi kelas adalah salah satu mekanisme untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik
yang lebih baik melalui cara mengajar yang lebih baik pula. Dalam analisis terakhir, keefektifan
supervisi kelas indikatornya adalah peningkatan hasil belajar peserta didik. Hubungan antara perilaku
supervisi, perilaku mengajar, perilaku belajar, dan hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut :

Rencana Pengembangan Sekolah

RENCANA
PENGEMBANGAN SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN 2009 2010

SDN KETINTANG I / 409


JL. KETINTANG MADYA NO. 146
KECAMATAN GAYUNGAN
KOTA SURABAYA

_______________________________________________________

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah ini dapat terselesaikan.

Harapan kami semoga Rencana Pengembangan Sekolah ini dapat menjadi acuan bagi jalannya proses
pendidikan di SDN Ketintang I/409 selama tahun pelajaran 2009-2010.

Rencana Pengembangan Sekolah adalah penjabaran Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Oleh karena itu dengan adanya pedoman kerja yang jelas, maka perjalanan roda pendidikan akan lebih lancar,
berdaya guna dan berhasil guna.

Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan Rencana
Pengembangan Sekolah ini. Sebab kami menyadari masih banyak kekurangan dalam proses penyusunannya.
Akhirnya kami mohon doa restu agar Rencana Pengembangan Sekolah ini dapat berjalan sesuai dengan
rencana yang kita susun bersama.

Surabaya, 20 Juli 2009

Kepala Sekolah,

SUNYOTO, S.Pd

NIP. 19630102 198504 1 006

___________________________________________________

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. LANDASAN

C. TUJUAN

D. PENGERTIAN

BAB II. RENCANA STRATEGIS (5 TAHUN)

A. ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN

1. Kondisi Sosial Masyarakat

2. Kondisi Ekonomi

3. Geografis
B. ANALISI KONDISI PENDIDIKAN SEKOLAH SAAT INI

1. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Isi

2. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Proses

3. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Kompetensi Lulusan

4. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

5. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Kompetensi Sarana dan Prasarana

6. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Pengelolaan

7. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Pembiayaan

8. Kondisi Sekolah Ditinjau Dari Standar Penilaian Pendidikan

C. KONDISI PENDIDIKAN 5 TAHUN KE DEPAN

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA ANTARA PENDIDIKAN 5 TAHUN KE DEPAN DENGAN PENDIDIKAN SAAT INI

E. VISI SEKOLAH

F. MISI SEKOLAH

G. TUJUAN SEKOLAH 5 TAHUN KE DEPAN

H. STRATEGI PENCAPAIAN

I. HASIL YANG DIHARAPKAN

J. TONGGAK-TONGGAK KUNCI KEBERHASILAN

K. MONITORING DAN EVALUASI

BAB III. RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TAHUN 2009-2010

A. ANALISIS LINGKUNGAN OPERASIONAL

B. ANALISIS PENDIDIKAN SAAT INI

C. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN 1 TAHUN KE DEPAN

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA 1 TAHUN KE DEPAN

E. TUJUAN SITUASIONAL / SASARAN

F. IDENTIFIKASI FUNGSI

G. ANALISIS SWOT
H. ALTERNATIF LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

I. PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN

J. RAPBS (Uraian Kegiatan dan Pembiayaan / Rencana Anggaran Pengembangan Sekolah)

K. RENCANA KEGIATAN (Action Plan)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia tanpa memandang status
sosial, ras, etnis, agama, dan gender berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan
bakat yang dimilikinya. Pendidikan yang bermutu merupakan prasyarat adanya Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas, yaitu warga negara yang unggul secara intelektual, anggun dalam moral, kompeten dalam
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Senii (IPTEKS), produktif dalam karya dan memiliki komitmen yang tinggi
untuk berbagai peran sosial, serta berdaya saing terhadap bangsa lain di era global.

Dengan demikian, pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada peningkatan martabat manusia
secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang
secara optimal. Oleh karena itu, lembaga pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya
pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan bagi
peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kerangka Negawa Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia
seutuhnya dapat tercapai.

Sekolah sebagai pemegang peran penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, sekolah
dituntut membuat perencanaan, pengelolaan program, implementasi, monitoring dan evaluasi yang baik,
terstruktur, dan terukur. Dengan perencanaan yang matang, diharapkan pengelolaan program dapat
diimplementasikan secara efektif dan efisien. Agar implementasi perencanaan dan pengelolaan program
senantiasa berlangsung secara transparan dan akuntabel, maka perlu adanya monitoring dan evaluasi secara
berkala dan konsisten.

Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) pada satuan pendidikan diharapkan mampu
mengakomodir semua harapan warga sekolah dan seluruh stakeholder untuk masa sekarang dan yang akan
datang. Di dalam Rencana Pengembangan Sekolah seluruh warga sekolah dan stakeholder dapat mengetahui
arah kebijakan sekolah untuk masa 1 sampai 5 tahun ke depan. Pada Rencana Pengembangan Sekolah pula
masyarakat dapat mengetahui secara jelas tentang Visi, Misi, Indikator, Tujuan, Tantangan Nyata, Sasaran
Pengembangan, serta Identifikasi fungsi-fungsi yang penting bagi sekolah, sehingga gambaran sekolah ideal
seperti harapan pemerintah dapat diketahui secara eksplisit.

Dengan disusunnya Rencana Pengembangan Sekolah SDN Ketintang I/409 Kecamatan Gayungan Kota Surabaya
akan memandu semua warga sekolah bagaimana mengembangkan sekolah, ke mana sekolah akan
dikembangkan dan langkah apa yang harus ditempuh untuk melaksanakannya. Keterlibatan semua pihak dalam
penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah mendorong masyarakat untuk merasa memiliki sekolah.

B. LANDASAN / DASAR HUKUM

1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

5. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Tugas dan Wewenang Pemerintah Pusat dan
Daerah.

6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

7. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004-2009.

8. Keputusan Mendiknas RI No. 44/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

9. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

10. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

11. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Kepmendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006.

12. Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas No. 24 Tahun 2006.
13. Peraturan Mendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

14. Peraturan Mendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Guru.

15. Peraturan Mendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.

16. Peraturan Mendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

17. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk SD/MI.

18. Rencana Strategis Depdiknas Tahun 2005-2009.

19. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Tahun 2005-
2009.

C. TUJUAN PENYUSUNAN

1. Menjamin agar tujuan sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang
tinggi dan resiko yang kecil.
2. Mendukung koordinasi antar stakeholder sekolah.
3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi yang baik antar pelaku sekolah, antar sekolah
dan pembina pendidikan, dan antar waktu.
4. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan.
5. Mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
6. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
7. Agar sekolah membelanjakan anggaran secara bijaksana.
8. Merespon seluruh tuntutan partisipasi masyarakat.
9. Meningkatkan keterbukaan dan akuntabilitas.
10. Sebagai acuan untuk mencapai target peningkatan mutu pendidikan.
11. Sebagai tolak ukur bagi keberhasilan implementasi program peningkatan mutu pendidikan.

D. PENGERTIAN

Rencana Pengembangan Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan
segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa
datang. Rencana Pengembangan Sekolah harus berorientasi ke depan dan secara jelas bagaimana
menjembatani antara kondisi saat ini dan harapan yang ingin dicapai di masa depan.
Rencana Pengembangan Sekolah merupakan rencana yang secara komprehensif memperhatikan peluang dan
ancaman dari lingkungan eksternal, memperhatikan kekuatan dan kelemhana internal, dan kemudian mencari
dan menemukan strategi dan program-program untuk memanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki,
mengatasi tantangan dan kelemahan yang ada, guna mencapai visi yang diinginkan.

___________________________________________

BAB II

RENCANA STRATEGIS

A. ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN

1. KONDISI SOSIAL MASYARAKAT

SDN Ketintang I/409 berada di kawasan perkuliahan dan perumahan di Surabaya Selatan. Sudah menjadi
karakteristik masyarakat yang berdomisili di kawasan tersebut adalah penduduk musiman yang tingkat
mutasinya sangat tinggi. Kondisi sosial masyarakatnya sangat beragam antara budaya masyarakat asli dan
masyarakat pendatang sering kali menimbulkan permasalahan sosial. Disparitas sangat tinggi, baik dari segi
kepedulian lingkungan, pendidikan, kesehatan, maupun kultur/budaya.

Dari segi keamanan dan kerawanan sosial sangat tidak kondusif bagi perkembangan mental dan moral anak-
anak. Mereka juga tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang tidak stabil antara budaya tradisional dan
modern, antara gaya hidup masyarakat pedesaan dan gaya hidup metropolis. Tingkat polusi yang tinggi
mengakibatkan rentannya anak-anak terhadap suatu penyakit.

2. KONDISI EKONOMI

Pekerjaan orang tua / wali murid SDN Ketintang I/409 terdiri dari :

PNS : 20%

TNI/POLRI : 5%

Swasta : 30%

Wiraswasta : 25%

Buruh Pabrik : 20%

Beragamnya pekerjaan orang tua / wali murid menyebabkan kendala dalam partisipasi masyarakat terhadap
kemajuan pendidikan. Terbatasnya penghasilan orang tua / wali murid menyebabkan mereka harus memenuhi
kebutuhan hidup meski harus meninggalkan anak-anak tanpa asuhan dan bimbingan sesuai kebutuhan.
3. GEOGRAFIS

SDN Ketintang I/409 termasuk wilayah Kecamatan Gayungan. Secara geografis berada di kawasan Surabaya
Selatan. Lokasi SDN Ketintang I/409 yang berada di Kelurahan Ketintang berbatasan dengan Kecamatan
Wonokromo dan Karang Pilang. Wilayah Kecamatan Gayungan juga berada di perbatasan antara Kota Surabaya
dan Kabupaten Sidoarjo. Wilayah Ketintang terdiri dari tanah pertanian dan areal pabrik.

B. ANALISIS KONDISI PENDIDIKAN SEKOLAH SAAT INI

KONDISI SEKOLAH DITINJAU DARI :

1. Standar Isi

Standar isi pendidikan adalah mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik.

a. Kelompok Mata Pelajaran dan Kedalaman Isi

Standar isi pendidikan mengatur kerangka dasar kurikulum, beban belajar, kalender akademik, dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Standar isi mencakup lingkup dan kedalaman materi pembelajaran untuk memenuhi
standar kompetensi lulusan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN Ketintang I/409 terdiri dari:
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika;
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran sebagian
masih dilaksanakan secara terpisah kecuali untuk kelas 1, 2 dan 3 karena telah menggunakan pendekatan
tematik. Sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran belum mewarnai pemahaman dan
penghayatan peserta didik.

b. Beban Belajar

Beban belajar SDN Ketintang I/409 belum diperhitungkan secara maksimal dan terinci dengan menggunakan
jam pembelajaran per minggu per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan dan ciri khas masing-masing.

c. Kurikulum Kecakapan Hidup

Kurikulum di SDN Ketintang I/409 telah memasukkan pendidikan kecakapan hidup, namun pendidikan
kecakapan hidup yang telah dijalankan baru mencakup kecakapan pribadi dan kecapakan sosial sedangkan
kecakapan akademik dan kecakapan vokasional belum dikembangkan. Seharusnya pendidikan kecakapan hidup
dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok kewarganegaraan, keimanan dan ketakwaan, pendidikan
akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika, atau
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

d. Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum untuk SDN Ketintang I/409 seharusnya dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal,
namun dengan terbatasnya kemampuan sumber daya manusia sehingga kurikulum muatan lokal hanya
mengacu pada keputusan hasil rapat kerja kepala sekolah. Akibat dari penyeragaman tersebut maka
keunggulan lokal menjadi tidak tereksplorasi. Kurikulum muatan lokal mengacu pada referensi Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Timur yang terdiri dari Bahasa Jawa, Bahasa Inggris dan Komputer.

e. Kalender Pendidikan

Waktu pembelajaran yang dituangkan dalam kalender pendidikan atau kalender akademik mencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Untuk setiap
satuan pendidikan harus mengacu pada peraturan meteri, khususnya sekolah dasar negeri.

2. Standar Proses

Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien seharusnya setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan yang baik.
Perencanaan di SDN Ketintang I/409 telah dibuat secara rutin dan konsisten namun sebenarnya harus didukung
oleh sekurang-kurangnya dokumen kurikulum, silabus untuk setiap mata pelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran, buku teks pelajaran, pedoman penilaian, dan alat/media pembelajaran. Melalui KKG, silabus dan
RPP dibuat secara kelompok dalam satuan gugus sekolah karena terbatasnya kemampuan guru. Pelaksanaan
proses pembelajaran sementara ini belum memungkinkan memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per
kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik karena faktor kebutuhan ruang yang tidak memenuhi syarat.
Rasio maksimal buku teks pelajaran per peserta didik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik per pendidik
juga belum terealisasi.

Penilaian proses pembelajaran di SDN Ketintang I/409 untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi seharusnya menggunakan berbagia teknik penilaian, termasuk ulangan dan atau penugasan, sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam satu tahun. Penilaian proses pembelajaran untuk
kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi belum mencakup observasi dan evaluasi
harian secara individual terhadap peserta didik, serta observasi dan evaluasi harian secara individual yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester. Penilaian proses pembelajaran baru dalam
tahap mencakup aspek kognitif sedangkan aspek psikomotorik, dan afektif sering diabaikan. Pengawasan baru
mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, sedangkan pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
diperlukan belum secara konsisten dilakukan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan seharusnya meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan menulis. Kompetensi lulusan juga mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Namun jika standar
kompetensi lulusan di SDN Ketintang I/409 mengacu pada standar ketuntasan belajar yang tinggi, maka angka
mengulang di kelas VI akan melebihi 5% disebabkan input siswa kelas I yang beragam (tidak semua melalui TK).
Oleh karena itu Standar Kompetensi Lulusan di SDN Ketintang I/409 diarahkan secara bertahap untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik di SDN Ketintang I/409 ditinjau dari :

agogik : dalam hal perencangan dan pelaksanaan pembelajaran para pendidik masih konvensional. Pengembangan
peserta didik dalam mengaktualisasikan diri belum maksimal.

pribadian : rendahnya konsep diri dan pencitraan diri seorang pendidik menyebabkan para pendidik memiliki
kepribadian yang labil.

al : rasa humanisme yang terbangun kadangkala mengurangi derajat profesionalisme sehingga para pendidik cenderung
bersifat subyektif.

5. Standar Prasarana dan Sarana

SDN Ketintang I/409 dalam hal standar prasarana pendidikan yang mencakup persyaratan minimal dan wajib
dimiliki oleh setiap satuan pendidikan telah memenuhi syarat yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang kepala
sekolah, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang kantin, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, dan tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan. Standar sarana pendidikan mencakup persyaratan minimal tentang perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
pengadaannya telah dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas.

6. Standar Pengelolaan
SDN Ketintang I/409 dikelola atas dasar Rencana Pengembangan Sekolah dan Rencana Kerja Tahunan
meskipun masih sangat jauh dari sempurna. Selama ini rencana kerja tahunan merupakan penjabaran rinci dari
RPS ang merupakan rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang melipuri masa 4 (empat) tahun.
Rencana kerja meliputi sekurang-kurangnya jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler dan
hari libur; mata pelajaran yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, penugasan pendidik pada
mata pelajaran dan kegiatan lainnya; buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran;
jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelajaran, pengadaan, penggunaan, dan
persediaan minimal bahan habis pakai; program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang
meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta dan penyelenggara program, jadwal rapat Dewan pendidik,
rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali murid, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah; rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; jadwal
penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir. Rencana kerja juga
harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah.

7. Standar Pembiayaan

Biaya penyelenggaraan pendidikan di SDN Ketintang I/409 selama ini hanya mengandalkan bantuan dari
Pemerintah Pusat ( BOSNA ) dan Pemerintah Kota Surabaya ( BOPDA ), Untuk kegiatan yang bersifat insidental
sekolah menggalang sumbangan sukarela.

8. Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan di SDN Ketintang I/409 telah sesuai dengan standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar peserta didik dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri No. 20 tahun 2007.

C. KONDISI PENDIDIKAN LIMA TAHUN KE DEPAN

1. Standar Isi
Standar isi pendidikan adalah mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi
lulusan dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik.

a. Kelompok Mata Pelajaran dan Kedalaman Isi

Standar isi pendidikan mengatur kerangka dasar kurikulum, beban belajar, kalender akademik, dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Standar isi mencakup lingkup dan kedalaman materi pembelajaran untuk memenuhi
standar kompetensi lulusan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN Ketintang I/409 terdiri dari:
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika;
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan
secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran ikut mewarnai pemahaman
dan penghayatan peserta didik. Semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Pelaksanaan semua kelompok mata pelajaran disesuaikan dengan perkembangan fisik
dan psikis peserta didik.

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia di SDN Ketintang I/409 dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan spiritual dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian di
SDN Ketintang I/409 dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak
dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi di SDN Ketintang I/409
dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri. Kelompok mata
pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan
kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan di SDN Ketintang I/409 dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan
sportivitas dan kesadaran hidup sehat. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan budi pekerti/kepribadian di SDN Ketintang I/409 diamalkan
sehari-hari oleh peserta didik di dalam dan di luar sekolah, dengan contoh pengalaman yang diberikan oleh
setiap pendidik dalam interaksi sosialnya di dalam dan di luar sekolah, dengan contoh pengalaman yang
diberikan oleh setiap pendidik dalam interaksi sosialnya di dalam dan di luar sekolah, serta dikembangkan
menjadi bagian dari budaya sekolah. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan budi pekerti/kepribadian
di SDN Ketintang I/409 dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan kewarganegaraan, agama, akhlak
mulia, budi pekerti, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani. Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi di SDN Ketintang I/409 dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam keterampilan/kejujuran, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi,
serta muatan lokal yang relevan. Kelompok mata pelajaran estetika di SDN Ketintang I/409 dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, dan muatan lokal yang relevan. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan di SDN Ketintang I/409 dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan pendidikan jasmani, olah raga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam,, dan muatan lokal yang
relevan.

b. Beban Belajar

Beban belajar untuk SDN Ketintang I/409 diperhitungkan dengan menggunakan jam pembelajaran per minggu
per semester dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur sesuai
dengan kebutuhan dan ciri khas masing-masing.
c. Kurikulum Kecakapan Hidup

Kurikulum untuk SDN Ketintang I/409 dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan kecakapan
hidup mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan kecakapan vokasional.
Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok kewarganegaraan, keimanan
dan ketakwaan, pendidikan akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pendidikan estetika, atau pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Pendidikan kecakapan hidup dapat
diperoleh peserta didik dari sekolah melalui tugas pembiasaan atau terintegrasi di dalam seluruh kelompok
mata pelajaran.

d. Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum untuk SDN Ketintang I/409 dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Pendidikan
berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok keimanan dan ketakwaan,
pendidikan akhlak mulia dan kepribadian, pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan estetika,
atau pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh
peserta didik melalui kegiatan ko kurikuler, dan penguatan pada ekstra kurikuler.

e. Kalender Pendidikan

Waktu pembelajaran yang dituangkan dalam kalender pendidikan atau kalender akademik mencakup
permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Untuk setiap
satuan pendidikan harus mengacu pada peraturan menteri.

2. Standar Proses

Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam proses
pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, memotivasi, menyenangkan, menantang,
mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologinya. Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan yang baik. Perencanaan harus
didukung oleh sekurang-kurangnya dokumen kurikulum, silabus untuk setiap mata pelajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan
beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran per peserta didik, dan rasio
maksimal jumlah peserta didik per pendidik.
Penilaian proses pembelajaran di SDN Ketintang I/409 untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi harus menggunakan berbagai teknik penilaian, termasuk ulangan dan atau penugasan, sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam satu tahun. Penilaian proses pembelajaran untuk kelompok mata
pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi harus mencakup observasi dan evaluasi harian secara
individual terhadap peserta didik, serta observasi dan evaluasi akhir secara individual yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester. Penilaian proses pembelajaran harus mencakup aspek
kognitif, psikomotorik, dan efektif. Pengawasan mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Standar kompetensi lulusan pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, termasuk kompetensi membaca dan menulis.
Kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Standar kompetensi lulusan di SDN Ketintang I/409 diarahkan untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan pra jabatan dan kelayakan fisik maupun
mental serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku. Kompetensi adalah tingkat kemampuan minimal yang harus dimiliki dan dipenuhi
seorang pendidik untuk dapat berperan sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran di SDN Ketintang I/409 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial sesuai Standar Nasional Pendidikan, yang dibuktikan dengan sertifikat
profesi pendidik, yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar. Seseorang yang tidak memiliki ijazah
dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik pendidikan minimum untuk
pendidik SDN Ketintang I/409 adalah S1.

Tenaga kependidikan di SDN Ketintang I/409 sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah. Persyaratan untuk
menjadi kepala SDN Ketintang I/409 meliputi: berstatus guru SD, memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku; memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SD; dan memiliki kemampuan kepemimpinan dan
kewirausahaan di bidang pendidikan.

5. Standar Prasarana dan Sarana

Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan
persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan
sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.

Standar prasarana pendidikan mencakup persyaratan minimal dan wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan
lahan, ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana pendidikan mencakup
persyaratan minimal tentang perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Lahan satuan pendidikan meliputi sekurang-kurangnya lahan untuk bangunan sekolah, lahan praktek, lahan
untuk sarana penunjang, dan lahan pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang
secara ekologis nyaman dan sehat. Standar letak lahan satuan pendidikan sejenis dan sejenjang serta letak
lahan satuan pendidikan di dalam klaster satuan pendidikan yang menjadi pengumpan masukan peserta didik.
Standar letak lahan satuan pendidikan mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh
peserta didik untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut. Standar letak lahan satuan pendidikan
mempertimbangkan keamanan, kenyamanan, dan kesehatan lingkungan. Standar rasio luas ruang kelas per
peserta didik dirumuskan dengan mengacu pada standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh
BSNP. Standar kualitas bangunan minimal di SDN Ketintang I/409 adalah kelas B. Standar keragaman buku
perpustakaan dinyatakan dalam jumlah minal judul buku di perpustakaan satuan pendidikan. Standar jumlah
buku tekspelajaran untuk masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan per peserta didik.
Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah.

6. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, atau
nasional agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan
menjadi tanggung jawab kepala satuan pendidikan. Pengelolaan sekolah di SDN Ketintang I/409 menuju
penerapan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan dan akuntabilitas dalam perencanaan program, penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kegiatan pembelajara, pendayagunaan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan,
penilaian kemajuan hasil belajar, dan pengawasan.

SDN Ketintang I/409 dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sebagai penanggung jawab pengelolaan
pendidikan. Keputusan akademis pada satuan pendidikan ditetapkan oleh rapat dewan pendidik/guru
dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada mutu, dan apabila keputusan
dengan prinsip musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan ditetapkan atas dasar suara
terbanyak. SDN Ketintang I/409 senantiasa melibatkan komite sekolah. Komite sekolah kurang-kurangnya
beranggotakan masyarakat yang mewakili orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, praktisi pendidikan,
dan pendidik, yang memiliki wawasan, kepedulian, komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan.

SDN Ketintang I/409 memiliki pedoman atau aturan yang sekurang-kurangnya mengatur tentang; Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan silabus; kalender pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan dan mingguan; struktur organisasi satuan pendidikan; peraturan akademik; pembagian
tugas diantara tenaga pendidik dan kependidikan dan peserta didik; serta penggunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana; kode etik hubungan antara sesama warga di antara lingkungan satuan pendidikan dan
hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat.
SDN Ketintang I/409 dikelola atas dasar Rencana Pengembangan Sekolah dan Rencana Kerja Tahunan
meskipun masih sangat jauh dari sempurna. Selama ini rencana kerja tahunan merupakan penjabaran rinci dari
RPS ang merupakan rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang melipuri masa 4 (empat) tahun.
Rencana kerja meliputi sekurang-kurangnya jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler dan
hari libur; mata pelajaran yang ditawarkan pada semester gasal, semester genap, penugasan pendidik pada
mata pelajaran dan kegiatan lainnya; buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran;
jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pelajaran, pengadaan, penggunaan, dan
persediaan minimal bahan habis pakai; program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang
meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta dan penyelenggara program, jadwal rapat Dewan pendidik,
rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali murid, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah; rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun; jadwal
penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir. Rencana kerja juga
harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah.

Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan berpedoman kepada rencana kerja tahunan dan rencana jangka
panjang dan menengah. Pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien,
mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah. Pelaksanaan kegiatan yang perlu atau
mendesak tapi tidak diprogramkan di dalam rencana kerja tahunan dilaksanakan secara ad-hoc dan
pelaksanaan kegiatan tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari rapat dewan pendidik dan
komite sekolah.

Pengawasan di SDN Ketintang I/409 meliputi pemantauan supervisi, evaluasi, pelaporan, pemeriksaan dan
tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh kepala
sekolah dan komite sekolah atau pihak lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pemantauan dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan.

Supervisi dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan
kepala sekolah. Supervisi meliputi supervisi manajerial dan akademik. Supervisi mengacu pada standar yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan,
kepala sekolah, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan. Laporan oleh pendidik SDN Ketintang I/409
ditujukan kepada sekolah dan orang tua/wali peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian dan dilakukan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan kepada kepala
sekolah, berisi pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir
semester. Laporan kepala sekolah SDN Ketintang I/409 ditujukan kepada komite sekolah atau bentuk lain dari
lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan, dan Dinas Pendidikan Kota, berisi hasil evaluasi dan
dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester. Setiap pihak yang menerima laporan wajib
menindaklanjuti laporan tersebut untuk meningkatkan mutu dan layanan pendidikan, termasuk memberikan
sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.

7. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan mengatur komponen dan besarnya biaya operasional satuan pendidikan. Pembiayaan di
SDN Ketintang I/409 mencakup biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal satuan pendidikan.

Biaya investasi di SDN Ketintang I/409 mencakup pembiayaan penyediaan sarana prasarana, pengembangan
SDM. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasional satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar
nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung seperti daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Biaya operasional dalam bentuk donatur di SDN Ketintang I/409 meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler secara
teratur dan berkelanjutan.

8. Standar Penilaian

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur
dan instrumen penilaian prestasi belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2007.

Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran dan
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan prilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afektif dan kepribadian peserta didik; serta ujian, ulangan dan/atau penugasan untuk
mengukur aspek kognitif peserta didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ujian, ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik
materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan
terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik, dan ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur
aspek kognitif peserta didik. Untuk mengikuti ujian akhir satuan pendidikan, peserta didik harus mendapatkan
nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika serta
kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

SDN Ketintang I/409 melakukan penilaian akhir pada untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik dari penilaian akhir mempertimbangkan hasil
penilaian akhir satuan pendidikan. Penilaian akhir mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik sejak awal
hingga akhir masa studi. Ujian sekolah dilakukan untuk semua mata pelajaran kelompok ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak diujikan secara nasional untuk menentukan kelulusan peserta didik.

Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) merupakan penilaian bersifat nasional atas pencapaian
standar kompetensi lulusan oleh peserta didik hasilnya dapat dibandingkan baik antar satuan pendidikan, antar
daerah, maupun antar waktu. BSNP menyelenggarakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang diikuti peserta
didik untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional pendidikan oleh peserta didik, satuan
pendidikan, dan/atau program pendidikan, rata-rata tahunan hasil Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang
diperoleh dalam program pendidikan dan/atau satuan pendidikan dipertimbangkan dalam akreditasi satuan
pendidikan dan/atau program pendidikan; salah satu dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; bahan
pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik dari program pendidikan dan/atau satuan
pendidikan; dan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada
satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Penilaian kompetensi peserta didik
pada Ujian Sekolah Berstandar Nasional dilakukan dengan mengacu pada prinsip-prinsip penilaian

D. IDENTIFIKASI TANTANGAN NYATA ANTARA PENDIDIKAN 5 TAHUN KE DEPAN DENGAN PENDIDIKAN SAAT INI

BESARNYA
KONDISI YANG DIHARAPKAN (5 TAHUN
NO KONDISI SAAT INI TANTANGAN
KE DEPAN)
NYATA

1 Standar Isi

a. Kelompok Mata Pelajaran Setiap kelompok mata pelajaran 25%


dan Kedalaman Isi dilaksanakan secara holistik sehingga
masing-masing kelompok mata
pelajaran ikut mewarnai pemahaman
dan penghayatan peserta didik.
Pelaksanaan semua kelompok mata
pelajaran disesuaikan dengan
perkembangan fisik dan psikis.

b. Beban Belajar Beban belajar diperhitungkan secara 10%


rinci yang meliputi jam pembelajaran
per minggu dan per semester melalui
sistem tatap muka, penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur.

c. Kurikulum Kecakapan Hidup Kurikulum kecakapan hidup disusun 25%


dengan mengacu pada pengembangan
karakter peserta didik (karakter
building) yang mencakup kecakapan;
pribadi, sosial, akademik dan
vokasional.

d. Kurikulum Muatan Lokal Kurikulum muatan lokal lebih 25%


ditekankan pada keunggulan lokal
dengan tidak mengabaikan keunggulan
regional.

e. Kalender Pendidikan Waktu pembelajaran dalam kalender 5%


pendidikan meliputi permulaan tahun
ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif, evaluasi dan hari
libur.

2 Standar Proses Proses pembelajaran diselenggarakan 25%


secara interaktif, inspiratif, memotivasi,
menantang, mendorong peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai
bakat dan minat.

3 Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan diarahkan 35%


untuk meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanju.

4 Standar Pendidik dan Memiliki kualifikasi akademik S1 untuk 5%


Tenaga Kependidikan tenaga pendidik dan S2 untuk kepala
sekolah serta S1 atau SLTA untuk
tenaga tata usaha dan penjaga sekolah.
Para pendidik memenuhi kualifikasi
kompetensi pedagogik, kepribadian,
dan sosial sesuai yang ditetapkan oleh
BSNP.

5 Standar Sarana dan Terpenuhinya standar prasarana yang 25%


Prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang
kepala sekolah, tempat ibadah,
perpustakaan, ruang pendidik, kantin,
ruang tata usaha, tempat olah raga,
tempat bermain serta ruang lain yang
diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur, serta
terpenuhinya standar sarana yang
meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.

6 Standar Pengelolaan Penerapan manajemen berbasis 25%


sekolah dengan indikator keberhasilan
meliputi kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan dan
akuntabilitas dalam perencanaan
program, penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kegiatan
pembelajaran, pendayagunaan tenaga
kependidikan, pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan, penilaian
kemajuan hasil belajar dan
pengawasan.
7 Standar Pembiayaan Standar pembiayaan mencakup 50%
pembiayaan penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber
daya manusia, serta biaya operasional
sehingga kegiatan pendidikan dapat
memenuhi standar nasional
pendidikan.

8 Standar Penilaian Standar penilaian hasil belajar peserta 25%


didik mengacu pada peraturan menteri
nomor 20 tahun 2007, yakni meliputi:
mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian prestasi belajar peserta didik.

E. VISI SEKOLAH

- Terdepan Dalam Segala Kegiatan

- Santun Terhadap Pergaulan

- Cerdas Dan Berkwalitas Yang Di Dambakan

F. MISI SEKOLAH

1. Meningkatkan kualitas kerja kepala sekolah sebagai Leader,Maneger,Administrator , Supervikator dan


Fasilitatator.

2. Meningkatkan kualitas Guru dan kinerja guru dalam berbudaya saing tinggi dan berdaya guna dalam kegiatan
Belajar Mengajar.

3. Meningkatkan kualitas siswa dan kecerdasan siswa dengan :

a. Menambah jam Extra Kurikuler dan menambah jam mata pelajaran.

b. Meningkatkan Extra Kurikuler : Kepramukaan, Drum Band , Samproht

Olah raga : Senam Artistik, Bola Voly, Takraw, Renang Serta Tari.

c. Melaksanakan program belajar Mulok : Bahasa Inggris , Komputer dan

Bahasa Jawa.

d. Mengikutsertakan siswa dalam :Lomba Mapel, Siswa Teladan, PORSD,

Pentas Seni, Olimpiade Olahraga.


e. Melaksanakan kegiatan Pondok Romadhon, Praktek sholat, praktek Wudhu, baca tulis Al-Quran, Sholat
Berjamaah dan Kegiatan agama lain serta mengadakan perayaan hari besar Agama dan Nasional.

f. Membiasakan mengucapkan salam dan berjabat tangan bila berjumpa teman atau bapak / ibu guru dimana
saja.

g. Membiasakan berpakaian rapi, bersih, dan sopan dimanapun berada.

h. Membiasakan hudup sehat dan mencantai lingkungan yang bersih

i. Menumbuhkan rasa ikut handarbeni terhadap sekolah.

G. TUJUAN SEKOLAH 5 TAHUN KE DEPAN

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya,

4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai,

5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam segala bidang serta komponen-komponen yang dimiliki oleh siswa,

6. Meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh dari siswa, guru, pengelola sekolah, sarana prasarana
untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran,

7. Berupaya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

TUJUAN SEKOLAH 5 TAHUN KE DEPAN

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.

3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya,

4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai,

5. Meningkatkan kemampuan siswa dalam segala bidang serta komponen-komponen yang dimiliki oleh siswa,
6. Meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh dari siswa, guru, pengelola sekolah, sarana prasarana
untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran,

7. Berupaya untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

H. STRATEGI PENCAPAIAN

1. Persiapan

a. Merumuskan dan menetapkan panduan penyelenggaraan pendidikan di SDN Ketintang I/409.

b. Menyusun instrumen evaluasi dan supervisi sebagai bahan penilaian kelayakan proses belajar mengajar dan
layanan publik.

c. Melakukan penilaian kelayakan guru kelas, guru mata pelajaran dan pembimbing kegiatan ekstra kurikuler,

d. Menetapkan kelayakan sesuai standar pelayanan minimal,

e. Menyusun program pembinaan.

2. Sosialisasi Program

Kegiatan sosialisasi SDN Ketintang I/409 bertujuan memberikan informasi pemahaman dan penjelasan dan
harapan keberadaan SDN Ketintang I/409. Materi sosialisasi antara lain :

a. Dasar/landasan yuridis.

b. Program sekolah.

c. Target dan indikator keberhasilan sekolah.

d. Peran serta masyarakat.

e. Sumber pembiayaan.

Pelaksanaan sosialisasi sedini mungkin agar menjadi perhatian dan pemahaman sejak awal. Sosialisasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara.

3. Penandatanganan MOU

Penandatanganan naskah kesepahaman dilaksanakan oleh pihak terkait dengan tujuan:

a. Sebagai ikatan moral dan pernyataan komitmen bersama untuk mewujudkan kesepahaman,

b. Menetapkan kejelasan tujuan yang akan dilaksanakan,


c. Menentukan tentang ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan,

d. Mempertegas tugas dan tanggung jawab masing-masing yang bersepakat,

e. Menentukan masa pemberlakuan MOU.

4. Penyusunan RPS

Program sekolah, baik jangka panjang, menengah, pendek, disusun dengan tujuan: (1) menjamin agar tujuan
sekolah yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; (2)
mendukung kordinasi antar stoke holder sekolah; (3) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
baik antar pelaku sekolah, antar sekolah dan pembina pendidikan, dan antar waktu; (4) menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (5) mengoptimalkan
partisipasi warga sekolah dan masyarakat; dan (6) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Dari sisi ketercakupan RPS harus mencakup tiga tema/pilar pembangunan pendidikan nasional, yaitu:

a. Pemerataan kesempatan: persamaan kesempatan, akses, dan keadilan atau kewajaran. Contoh-contoh
perencanaan pemerataan kesempatan misalnya: bea siswa untuk siswa miskin, peningkatan angka
melanjutkan, pengurangan angka putus sekolah, penarikan kembali anak putus sekolah.

b. Peningkatan mutu. Mutu pendidikan sekolah meliputi input, proses, dan output, dengan catatan bahwa output
sangat ditentukan oleh proses, dan proses sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input. Contoh-contoh
perencanaan mutu misalnya, pengembangan input siswa, pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan
(guru, kepala sekolah, pustakawan, tenaga administrasi), pengembangan sarana dan pengembangan
perpustakaan, pengembangan laboratorium, fasilitas sekolah, seperti: pengembangan media pembelajaran,
pengembangan ruang/kantor, rasio (siswa/guru, siswa/kelas, siswa/sekolah), pengembangan bahan ajar,
pengembangan model pembelajaran PAKEM, pembelajaran yang kondusif, pengembangan komite sekolah,
peningkatan kualitas siswa (UAS, ketrampilan kejuruan, kesenian, olah raga, karya ilmiah, keagamaan,
kedisiplinan, karakter, budi pekerti, dsb).

c. Peningkatan relevansi. Relevansi merujuk kepada kesesuaian hasil pendidikan dengan kebutuhan (need), baik
kebutuhan peserta didik, kebutuhan keluarga, dan kebutuhan pembangunan yang meliputi berbagai sektor dan
sub sektor. Contoh-contoh perencanaan relevansi misalnya: program pendidikan kecakapan hidup yang
meliputi kertakes, pendidikan karakter, calistung dan pendidikan teknologi dasar (PTD).

5. Penyusunan RAPBS

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) menjadi salah satu bagian Rencana Pengembangan
Sekolah yang cukup penting dan strategis dalam pengembangan sekolah pada umumnya. RAPBS menjadi salah
satu indikator utama pengembangan sekolah di masa yang akan datang. Besar kecilnya RAPBS sangat
ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dan menggali dana selain dana dari
pemerintah. RAPBS disusun dengan tujuan untuk: (1) memberikan arah yang jelas program sekolah; (2)
merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah di masa yang akan datang; (3) menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi pendanaan pada kegiatan-kegiatan sekolah; (4) menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; (5) mengoptimalkan partisipasi warga
sekolah dan masyarakat dalam hal dukungan finansial; dan (6) menjamin tercapainya penggunaan sumber
dana secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

6. Pembentukan Tim Pengembang di Sekolah

SDN Ketintang I/409 melakukan langkah-langkah strategis sebagai persiapan menuju sekolah yang benar-benar
memenuhi Standar nasional Pendidikan. Sekolah dapat melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi
kekuatan dan mengetahui kelemahan yang ada, serta untuk mengetahui ancaman dari dalam dan dari luar, dan
untuk mengetahui peluang yang ada bagi sekolah. Dari hasil analisis ini sekolah dapat melakukan langkah-
langkah untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman yang timbul, sehingga sekolah mampu
menjalankan keseluruhan programnya secara baik dan profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-
masing.

Pada tahap pertama, sekolah melakukan pengembangan berikut: (1) manajemen; (2) kurikulum; (3) proses
belajar mengajar; (4) lingkungan sekolah menuju komunitas belajar; (5) kinerja profesional guru; (6) sarana
prasarana seolah; (7) penggalangan partisipasi masyarakat.

a. Pengembangan Manajemen

Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa pengelolaan
satuan pendidikan dilakukan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. Dengan demikian SDN Ketintang
I/409 menerapkan MBS dengan beberapa aspek yang dikembangkan, yaitu:

1. Kemandirian/otonomi,

2. Kerjasama,

3. Keterbukaan,

4. Fleksibilitas,

5. Akuntabilitas,

6. Sustainabilitas.

Aspek lainnya yang perlu dikembangkan oleh SDN Ketintang I/409 adalah organisasi dan administrasi.
Pengembangan organisasi dan administrasi meliputi perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, penyempurnaan
struktur organisasi sekolah, perumusan regulasi sekolah serta penataan administrasi sekolah yang efektif dan
efisien.
b. Pengembangan Kurikulum Tingkat Sekolah

Sejak dikeluarkannya Permendiknas 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan, setiap sekolah dituntut untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Pengembangan kurikulum SDN Ketintang I/409 mencakup pengembangan standar kompetensi,
tujuan, KTSP, silabus, RPP dan bahan ajar.

c. Pengembangan Inovasi Proses Pembelajaran

Inovasi pembelajaran berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan. SDN Ketintang I/409 harus mampu
melakukan inovasi khususnya inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran dilakukan agar proses belajar
berjalan efektif.

SDN Ketintang I/409 harus melakukan inovasi tersebut, sehingga menemukan inovasi pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik (modalitas belajar) siswa serta kondisi lingkungan sekolah. Inovasi pembelajaran tidak
hanya dilakukan di dalam kelas, kegiatan kesiswaan seperti lomba karya tulis, lomba olah raga, dan kesenian,
kepramukaan, bakti sosial dapat merupakan inovasi pembelajaran. Namun demikian inovasi tersebut harus
tetap bermuara pada peningkatan hasil belajar, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.

Inovasi terutama ditujukan pada perubahan model pembelajaran, yaitu agar siswa senang belajar (joyful
learning) dan siswa mempelajari sesuatu kompetensi yang bermakna bagi dirinya saat ini dan perkembanganya
di masa datang (meaningful learning). Oleh karena itu SDN Ketintang I/409 perlu mempelajari berbagai inovasi
yang telah dilakukan oleh sekolah inovatif dan kemudian merancang inovasi pembelajaran yang diyakini sesuai
dengan karakteristik siswanya maupun lingkungan sekolah.

Pengembangan inovasi pembelajaran meliputi antara lain :

1. Pengintegrasian Pendidikan Kecakapan Hidup

Pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup merupakan salah satu jawaban agar peserta didik mampu
menghadapi masalah-masalah keseharian, mandiri dan bersosialisasi dengan lingkungannya sesuai dengan
norma-norma yang dianut dalam masyarakatnya. Pendidikan berorientasi pada kecakapan hidup merupakan
pendidikan yang memberi bekal kecakapan hidup yang sifatnya mendasar dan berbasis pada kebutuhan
masyarakat luas. Program pendidikan berorientasi kecakapan hidup pada SD/MI meliputi: Program
Pengembangan Kemampuan Baca-Tulis-Hitung (Calistung). Pendekatan kecakapan ini diarahkan pada terutama
kelas rendah 1, 2 dan 3. Program keterampilan/prakarya dan Kesenian. Pendekatan ini ditujukan untuk
terutama kelas 4, 5 dan 6 sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kebutuhan daerah, perkembangan dan
pertumbuhan siswa serta tuntutan kurikulum yang berlaku. Program kecakapan hidup yang bersifat generi
(Generic Life Skill), dengan menitikberatkan pada pengembangan kemandirian anak guna memenuhi
kebutuhan hidupnya secara pribadi maupun sosial. Program general life skill yang menitikberatkan pada
pendidikan karakter dilaksanakan pada pengembangan model.

2. Program Pendidikan Teknologi Dasar (Basic Technology Education)

Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) adalah suatu pendidikan tentang teknologi yang bertujuan meningkatkan
kecakapan hidup dalam area-area teknologi yang dilakukan secara sistematis, kreatif dan inovatif serta
membentuk pengetahuan yang menjadi dasar bagi pendidikan teknologi selanjutnya. Pendidikan teknologi
dasar bertujuan agar peserta didik dapat : (1) membuat karya teknologi sendiri secara kritis dan kreatif melalui
proses pemecahan masalah dan kerja tim; (2) menguji karya teknologi yang ada di lingkungannya secara
sitematis dan inovatif melalui proses analisis sistem dan kerja tim; (3) menggunakan dan merawat alat, bahan,
peerabot, bengkel workshop dan lingkungan kerja secara benar dan bertanggungjawab; (4) menumbuhkan jiwa
kewirausahaan.

3. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAKEM)

Proses pembelajaran di umumnya pada penguasaan materi pelajaran melalui penghafalan fakta-fakta dan
proses, pembelajaran lebih berpusat pada guru dan siswa sangat sedikit terlibat secara aktif. Akibatnya, ketika
siswa lulus dari sekolah, mereka sangat kurang dalam keterampilan penguasaan bahasa dan pemecahan
masalah, disamping kurangnya kreatifitas mengatasi berbagai tantangan dalam hidup sehari-hari.
Pembelajaran yang aktif, kreatif, sehingga menjadi efektif namun tetap menyenangkan (PAKEM) bertujuan
menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan bermakna yang mampu memberikan siswa keterampilan,
pengetahuan, dan sikap untuk hiudp. PAKEM merupakan istilah yang diciptakan untuk merepresentasikan
pembelajaran yang berpusat pada anak (student-centered learning).

Ciri-ciri PAKEM sebagai berikut :

a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan
penekanan pada belajar dengan melakukan (learning by doing).

b. Guru menggunakan beragam stimulan dan alat bantu peraga, termasuk menggunakan lingkungan agar
pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan dan relevan.

c. Guru, Kepala Sekolah dan siswa mengatur ruang kelas unuk memajangkan buku-buku, bahan ajar, dan karya
siswa sebagai sumber belajar dan juga membuat sudut atau tempat membaca.

d. Guru dan siswa menerapkan cara pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk pembelajaran
dengan menggunakan kelompok.

e. Guru mendorong siswa menemukan pemecahan sendiri terhadap maslah, mengungkapkan pikiran mereka, dan
mengajak siswa terlibat dalam menciptakan lingkungan sekolah sendiri.
d. Pengembangan Lingkungan Sekolah Menuju Komunitas Belajar

Pengembangan komunitas belajar di sekolah dapat dimulai dengan menata lingkungan fisik, misalnya melalui
program 7 K (kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan, keamanan, kenyamanan dan kekeluargaan),
sehingga nyaman dan kondusif untuk belajar. Bersamaan dengan itu, kebiasaan belajar ditumbuhkan melalui
kegiatan membaca, membuat rangkuman, mendiskusikan hasil bacaan dan bahkan membahas fenomena
aktual yang terjadi di masyarakat dapat dikaitkan dengan inovasi pembelajaran. Guru dapat menugasi siswa
untuk membaca suatu buku yang relevan, kemudian membuat rangkuman. Tugas itu dapat diberikan sebelum
topik tersebut dibahas/diterangkan sebagai pemanasan, sehingga saat pembahasan siswa telah siap. Dapat
juga ditugaskan sesudah topik dibahas, sebagai pendalaman. Tugas dapat diberikan secara individu maupun
kelompok, karena yang dipentingkan adalah membiasakan siswa untuk membaca, membuat rangkuman,
berdiskusi dan menampilkan hasil rangkuman kepada umum.

Pola tersebut di atas mampu mendorong tumbuhnya komunitas belajar di sekolah. Guru harus menjadi teladan
bagi siswa dalam gemar membaca, mendiskusikan fenomena aktual dengan siswa, menulis rangkuman atau
artikel serta memberi komentar, khususnya pujian bagi siswa/kelompok siswa yang giat belajar. Jika sekolah
mampu menumbuhkan komunitas belajar di lingkungannya, maka tugas pembelajaran selanjutnya akan
mudah, karena semua warga sudah terbiasa untuk belajar.

e. Pengembangan sarana prasarana sekolah

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
Pengembangan sarana prasaranna diarahkan pada pemenuhan standar sarana prasarana Standar Nasional
Pendidikan terutama yang terkait langsung dengan penyelenggaraan proses pembelajaran, baik buku teks,
referensi, modul, media belajar, dan alat peraga pendidikan lainnya.

Selain itu, pengembangan SDN Ketintang I/409 juga diarahkan pada pemenuhan sarana prasarana sebagai
berikut; luas tanah memadai, ruang belajar nyaman dengan rasio ruang : siswa = 1 : 35; fasilitas ICT; ruang
perpustakaan; ruang laboratorium; ruang serba guna; ruang administrasi; kantor, toilet untuk siswa dan guru;
tempat bermain (taman); dan tempat beribadah.

f. Pengembangan kinerja profesional guru

Komitmen kerja guru akan meningkat jika yang bersangkutan merasa dipercaya mendapat penghargaan dari
hasil kerjanya, merasa mendapatkan keadilan di tempat kerja dan mendapatkan tantangan untuk menunjukkan
kemampuannya. Oleh karena itu SDN Ketintang I/409 juga berupaya menciptakan situasi kerja yang
memberikan perasaan tersebut pada setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Pemberian dorongan untuk melakukan pembaruan atau inovasi, merupakan salah satu cara memberikan
kepercayaan, sekaligus tantangan untuk menunjukkan kemampuannya. Guru harus didorong untuk tidak takut
gagal. Guru yang bekerja keras atau berhasil harus mendapatkan penghargaan, sehingga dapat membedakan
siapa yang kerja keras dan siapa yang tidak, siapa yang berhasil membuat inovasi dan siapa yang tidak.
Sentuhan-sentuhan psikologi dan religius diharapkan mampu meningkatkan komitmen kerja. Pelatihan yang
bernuansa achievement motivation training (AMT) dan spiritual mampu meningkatkan gairah kerja karyawan.

g. Penggalangan partisipasi masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu potensi besar yang dapat mendukung kegiatan sekolah. Oleh karena itu
partisipasi masyarakat termasuk orang tua siswa dan alumni guru mendukung program sekolah harus
digabung.

Terkait dengan itu, Depdiknas telah menerbitkan Kepmendiknas No. 044/U/2002 yang memuat pembentukan
Komite Sekolah, yang diharapkan berperan sebagai representasi stakeholder sekolah dan berfungsi untuk
memberi saran/pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan program sekolah, mendukung pelaksanaan
program tersebut, menjadi mediator antara sekolah dengan pihak-pihak lain, serta mengontrol pelaksanaan
program sekolah.

Penguatan peran serta masyarakat di sekolah dapat ditempuh melalui strategi-strategi sebagai berikut:

1. Memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak langsung secara
individu, dan sebagainya).

2. Menciptakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan
bersama.

3. Mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontak sosial.

4. Mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan.

Sekolah yang bermutu lebih mudah menggalang partisipasi masyarakat, dibanding sekolah yang kurang bermutu
karena orang akan lebih terdorong berpartisipasi jika yakin bantuan itu akan memberikan hasil nyata.

Partisipasi masyarakat akan mudah tumbuh, jika masyarakat ikut terlibat dalam membuat kebijakan/keputusan
tentang apa yang akan dikerjakan. Dengan demikian setiap pembuatan kebijakan atau penyusunan program,
SDN Ketintang I/409 perlu melibatkan komite sekolah, bahkan stakeholder secara lebih luas. Dengan cara itu,
dapat diharapkan masyarakat akan terdorong untuk berpartisipasi karena merasa ikut memutuskan.

Termasuk dalam kelompok masyarakat yang perlu digalang partisipasinya adalah alumni. Dukungan dapat
berupa sumbangan dana, bantuan fasilitas tertentu, bantuan jejaring untuk menghubungkan sekolah dengan
instansi tertentu.

7. Pembinaan

Pembinaan SDN Ketintang I/409 dilaksanakan oleh berbagai pihak terkait dari Pemerintah Kota, Dinas
Pendidikan, dan UPTD-BPS Kecamatan dalam aspek akademik maupun non akademik, dalam kerangka
peningkatan pengelolaan dan kualitas lingkungan.

8. Pembiayaan

Biaya penyelenggaraan pendidikan ditanggung oleh pemerintah pusat dan daerah secara proporsional,
juga oleh partisipasi masyarakat. Pembiayaan juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan konsistensi
dari masyarakat agar keberhasilan pembiayaan dapat dijamin. Dukungan pemerintah pusat berupa dana BOS
dan Pemerintah Kota Surabaya berupa Bantuan Biaya Skeolah Gratis terhadap SDN Ketintang I/409 hanya
sebagai stimulan, selanjutnya dana tambahan untuk penggalian potensi siswa menjadi tanggung jawab orang
tua/wali peserta didik serta masyarakat yang peduli pendidikan.

I. HASIL YANG DIHARAPKAN

Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan SDN Ketintang I/409 digunakan sebagai acuan bagi pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Secara umum indikator keberhassilan terkait hal :

1. Pengelolaan

a. Memiliki RPS dan RAPBS.

b. Memiliki dokumen kurikulum: (silabus, RPP dan bahan ajar) untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan
kelas.

c. Memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang administrasi, ruang ibadah, kamar kecil yang
cukup dan memadai.

d. Memiliki ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan sarana olah raga/kesenian.

e. Memiliki sarana pembelajaran yang memadai dan mencukupi kebutuhan jumlah siswa.
f. Rasio ruang kelas : siswa = 1 : 35.

g. Memiliki tenaga pendidik minimal 50% adalah S1.

h. Penguasaan kompetensi atau 50% guru memiliki sertifikasi kompetensi.

i. Memiliki tenaga kependidikan yang kompeten di bidangnya.

2. Proses Pembelajaran

a. Menerapkan MBS.

b. Menerapkan pendidikan kecakapan hidup, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM).

c. Menerapkan model pembelajaran konstruktivisme.

d. Menerapkan sistem penilaian yang komprehensif.

e. Menyusun formatif TIK dalam pembelajaran.

3. OutPut

a. Standar ketuntasan belajar minimal 95% (SKBM).

b. Nilai UASBN 10 besar tingkat kecamatan.

c. Memiliki prestasi di tingkat kecamatan, kota dan propinsi.

d. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

J. TONGGAK-TONGGAK KUNCI KEBERHASILAN

Kondisi
No. Program Strategis 2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013
Saat Ini

1 Standar Isi

a. Kelompok Mata Pelajaran dan 75% 85% 95% 100% 100%


Kedalaman isi

b. Beban Belajar
90% 95% 100% 100% 100%
c. Kurikulum Kecakapan Hidup
75% 85% 95% 100% 100%
d. Kurikulum Muatan Lokal 75% 85% 90% 100% 100%

e. Kalender Pendidikan 95% 100% 100% 100% 100%

2 Standar Proses 75% 85% 95% 100% 100%

3 Standar Kompetensi Lulusan 50% 60% 75% 90% 100%

4 Standar Pendidik dan Tenaga 60% 70% 85% 95% 100%


Kependidikan

5 Standar Prasarana dan Sarana 75% 85% 90% 95% 100%

6 Standar Pengelolaan 85% 90% 95% 100% 100%

7 Standar Pembiayaan 50% 60% 75% 85% 100%

8 Standar Penilaian 75% 80% 95% 100% 100%

K. MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan Evaluasi


1. Tujuan

Monitoring dan evaluasi ditujukan untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah
ditetapkan dengan hasil yang dicapai berdasarkan program dan kegiatan. Secara spesifik monitoring dilakukan
untuk mencegah terjadi penyimpangan terhadap input dan proses. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian hasil nyata dengan hasil yang diharapkan sebagaimana tertulis dalam program.

2. Prinsip-prinsip

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Kejelasan tujuan.

b. Dilakukan secara komprehensif (input, proses dan out put), objektif.

c. Transparan dan akuntabel.

d. Dilakukan oleh tenaga yang kompeten di bidang evaluasi.

e. Dilakukan secara partisipatif oleh pemangku kepentingan sekolah.

f. Berkala dan berkelanjutan.

g. Berbasis indikator kinerja sekolah.


h. Dilaporkan kepada semua pemangku kepentingan.

3. Komponen yang dimonitoring dan evaluasi

Komponen monitoring dan evaluasi meliputi aspek-aspek; (1) perencanaan program, (2) pelaksanaan program, dan
(3) hasil yang dicapai. Masing-masing aspek terdiri dari:

a. Sumber Daya Manusia.

b. Sarana Prasarana Sekolah.

c. Manajemen dan Kelembagaan.

d. Kurikulum dan Bahan Ajar.

e. Proses Belajar Mengajar.

f. Penilaian Pembelajaran.

g. Prestasi Belajar Siswa.

h. Lingkungan dan Budaya Sekolah.

i. Penguatan Peran Masyarakat.

4. Pelaksanaan

a. Waktu

Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan sesuai dengan rentang waktu tertentu/kebutuhan
(tengah semester, semester, tahunan).

b. Pelaksana

Pelaksana evaluasi dan monitoring adalah pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan sekolah (pengawas
TK/SD; UPTD/ Dinas Pendidikan Kota; Bawasko).

___________________________________________

BAB III

RENCANA OPERASIONAL SEKOLAH TAHUN 2009 2010


A. ANALISIS LINGKUNGAN OPERASIONAL

KEADAAN SISWA

Tahun Ajaran 2007/2008 Tahun Ajaran 2008/2009 Tahun Ajaran 2009/2010

Kelas Jml. Jml. Jml.


L P Jml L P Jml L P Jml
Kelas Kelas Kelas

I 48 32 80 2 35 40 75 2 40 39 79 2

II 42 33 75 2 49 32 81 2 35 39 74 2

III 20 41 61 2 40 31 71 2 46 33 79 2

IV 31 29 60 2 21 40 61 2 38 34 72 2

V 28 26 54 2 30 28 58 2 19 39 58 2

VI 30 37 67 2 27 26 53 2 29 30 59 2

Jml 199 198 397 12 202 197 399 12 207 214 421 12

PRESTASI SISWA

Tahun Ajaran

No Mata Pelajaran 2006/2007 2007/2008 2008/2009

TT TR RT TT TR RT TT TR RT

1 PPKn 9.83 6.04 12,57 9.00 6.00 7.49 9.43 6.69 7.10

2 Pendidikan Agama 7.00 9.00 7,86 9.45 7.40 8.62 9.50 5.00 7.85

3 Bahasa Indonesia 9.40 6.60 7,77 8.80 6.09 7.13 9.20 6.50 8.01

4 Matematika 9.50 6.20 7,47 8.30 6.00 6.82 9.25 4.50 7.55

5 IPA 9.30 6.70 7,67 8.89 6.00 6.87 9.50 6.00 8.42

6 IPS 9.00 6.00 7,31 7.46 6.00 6.56 8.87 6.00 7.64

7 Bahasa Jawa 9.00 6.20 7,30 7.19 6.00 6.35 9.70 6.04 7.90
8 Bahasa Inggris 9.00 6.00 7,55 8.00 6.00 6.75 9.10 6.40 7.37

ANGKA MENGULANG KELAS

Kelas
Tahun Ajaran Jumlah
I II III IV V VI

2006/2007 1 - - 2 - - 3

2007/2008 2 2 1 - 2 - 7

2008/2009 - - 1 - - - 1

DATA GURU

Kualifikasi Pendidikan

Kelas Kualifikasi Pendidikan Jumlah

SPG *) D1 D2 D3 S1 S2

I 2

II 2

III 2

IV 2

V 2

VI 2

*) SPG/PGA/KPG

Guru Mata Pelajaran

Mata Pelajaran
Kls Jml Nama Guru Kelas
B.Ind Mat IPS PPKn IPA B. Jw

I 2 Arni Apriliyantini,A.Ma
Mala Susana ,S.Pd.i

Suparni, S.Pd
II 2
Indah Yulia Rofiqoh,A.Ma

Henny Rachmawati,A.Ma
III 2
Masruchilla, S.Pd

Rostantina K, S.P
IV 2
Achmad Syaiful B.A.Ma

Partini, S.Pd
V 2
Ruti Amiati, S.Pd

Drs. Slamet
VI 2
Dra. Wiwik Supratiwi

Nama Guru Mata Pelajaran PAI PAK PJOK Kom. B.Igg SBK

A. Yulia Muji Rahayu,A.Ma

Hj. Islamiyah, S.Pd.I

Ngatini,A.Ma

Yuyun Trimindarti, S.Pd

Eny Trianawati, S.Pd

Moch. Masrur, S.H.I

Trinita Angesti W.N.W, S.S

Hendri Dwi Cahyono, S.Pd

RUANG

Kondisi
No Ruang Jml Keterangan
Baik Sedang Rusak

1 Ruang Kepala Sekolah

2 Ruang Guru
3 Ruang Kepsek + Guru 1

4 Ruang Kelas 8

5 Ruang Perpustakaan 1

6 Ruang Laboratorium

7 Ruang Workshop

8 Aula

9 Ruang Komputer 1

10 Mushola 1

11 UKS 1

12

13

14

PENDIDIKAN ORANG TUA

Pendidikan Orang Tua Siswa


Pendidikan
Tdk Sekolah SD SMP SMA PT

Jumlah

Prosentase

PERKEMBANGAN NILAI KELAS VI (Semester I dan II)

Nilai Rata-rata Pada Tahun dan Semester

No Mata Pelajaran 2006/2007 2007/2008 2008/2009

I II I II I II

1 Agama 7,15 7,35 7,20 7,34 7,33 7,52


2 Bhs. Indonesia 7,10 7,70 7,50 7,75 7,20 8,01

3 Matematika 7,05 7,50 7,00 7,38 7,18 7,55

4 Kertakes 7,00 7,25 7,15 7,25 7,37 7,78

5 Penjaskes 7,01 7,18 7,04 7,27 7,07 7,19

6 IPA 7,04 7,70 7,50 7,60 7,81 8,42$

7 IPS 7,10 7,50 7,02 7,54 7,66 7,90

8 Bhs. Inggris 7,12 7,18 7,18 7,28 7,29 7,33

KEADAAN PARA GURU

Jumlah
Pendidikan Tertinggi
Guru Tetap Guru Tidak Tetap

SD

SLTP

SLTA 2

D-II 4 2

D-III

S1 5 7

S2

S3

Jumlah 11 9

PRASARANA SEKOLAH

Buku Siswa

Kelas
Prasarana Jumlah
I II III IV V VI

Buku Pokok 390 365 395 360 300 295 2105


Buku Penunjang 390 365 395 360 300 295 2105

Buku Bacaan

Alat Peraga / Media

Keadaan
No Mata Pelajaran Jenis Alat Jumlah Kelas Ket.
Baik Rusak

1 PKn Peraga

2 Bahasa Indonesia Peraga

3 Matematika Peraga

4 IPS Peraga

5 IPA Peraga

6 Kertakes Peraga

7 Penjaskes Peraga

8 PAI Peraga

10

KOMITE SEKOLAH

No Jabatan Nama Dari Unsur Pekerjaan

1 Ketua Ir.Djamal Seger Wali Murid Dosen

2 Sekretaris I

3 Sekretaris II

4 Bendahara Masruroh Masyarakat

5 Sie. Bid. Penggalian SD Sekolah

6 Sie. Bid. Pengelolahan SD Sekolah Drs.Slamet Pendidikan Guru

7 Sie. Bid. Pengend. Kual. Pel. Pend.


8 Sie. Bid. Jar. Kerj. Sm. & Sis. Inf.

9 Sie. Bid. Sarana Prasarana

10 Sie. Bid. Usaha

FORMASI KETENAGAAN KEPALA SEKOLAH/GURU/ADMINISTRASI

Nama
Ijazah Jabatan Di Pangkat dan Masa
No Ket.
Tertinggi Sekolah Kerja Gol.
Nip

1 Sunyoto, S.Pd S1 Kepala Sekolah Pembina IV a

19630102 198504 1 006 16 th, 0 bl

2 A. Yulia Muji Rahayu D2 Guru PAK Pembina IV a

130 986 260 20 th, 0 bl

3 Hj. Islamiyah, S.Pd.I S1 Guru PAI Pembina IV a

19580801 198201 2 005 20 th, 20 bl

4 Suparni, S.Pd S1 Guru Kelas II G. D. Tk. I III d

19620514 198803 2 007 15 th, 1 bl

5 Ngatini D2 Guru PJOK Pent Md Tk. I III b

19601225 198703 2 004 13 th, 7 bl

6 Dra. Wiwik Supratiwi S1 Guru Kelas V Pent Md Tk. I III b

132 101 877 10 th, 1 bl

7 Mala Susana, S.Pd.I S1 Guru Kelas I Pengt Md Tk. I II b

19710914 200902 2 001 15 th, 6 bl

8 Indah Yulia Rofiqoh D2 Guru Kelas II Pengt Md Tk. I II b

19860721 200902 2 003 3 th, 0 bl

9 Ruti Amiati, S.Pd S1 Guru Kelas V Pengat Muda II a

19690925 200604 2 009 14 th, 9 bl

10 Slamet SPG Guru Kelas VI Pengat Muda II a

19620423 200801 1 003 3 th, 0 bl

11 Arni Apriliyantini D2 Guru Kelas I Pengat Muda II a


510 223 458 4 th, 7 bl

12 Partini SPG Guru Kelas VI Pengat Muda II a

19680312 200801 2 015 4 th, 7 bl

13 Nyoniran SD Penjaga Sekolah Pengat Muda II a

130 963 380

14 Rostantina K, S.Pd S1 Guru Kelas IV

15 Henny Rachmawati,A.Ma D2 Guru Kelas III

16 Yuyun Trimindarti, S.Pd S1 Guru SBK

17 Masruchilla, S.Pd S1 Guru Kelas III

18 Eny Trianawati, S.Pd S1 Guru Komputer

19 Ach. Syaiful B. D2 Guru Kelas IV

20 Moch. Masrur, S.H.I S1 Guru PAI

21 Trinita Angesti W.N.W, S.S S1 Guru Bahasa


Inggris

22 Hendri Dwi Cahyono, S.Pd S1 Guru Olahraga

23 Waras Suhadi SLTA Tata Usaha

1. Strength/Kekuatan

a. 95% tenaga pendidik PNS.


b. 95% tenaga pendidik usia produktif.

c. 100% kualifikasi tenaga pendidik memenuhi syarat (D2 dan S1).

2. Weakness/Kelemahan

a. 50% wali murid penduduk musiman/urban.

b. 90% wali murid berpenghasilan tidak tetap.

c. 50% tempat tinggal tenaga pendidik jauh lebih dari 15 km dari sekolah.

d. 50% tempat tinggal siswa berada di rumah kontrakan/kos tidak memenuhi syarat kesehatan (kumuh dan
padat).

e. Masyarakat sekitar sekolah belum sepenuhnya mendukung terhadap keberadaan sekolah di kampungnya.

3. Oportunity/Peluang

a. Jumlah siswa sesuai pagu yakni setiap rombongan belajar terdiri dari 30 s.d 40 siswa.

b. 90% guru memiliki standar ekonomi yang memadai (suami-istri PNS) memungkinkan kepastian pendapatan
keluarga.

4. Threat/Ancaman

a. Sering terjadi banjir.

b. Persaingan antar sekolah yang tidak sehat.

c. Pendidikan orang tua/wali murid rendah.

d. Lalu lintas yang padat.

e. Tingginya tingkat mutasi, baik masuk maupun keluar.

B. ANALISIS PENDIDIKAN SAAT INI

STANDAR INPUT

1. Kurikulum

a. Kurikulum yang telah disusun berdasarkan kompetensi dan tujuan akan dicapai secara lengkap baru
diperuntukkan kelas 1, 2, dan 3.
b. Pada kurikulum belum terlihat adanya hubungan/keterkaitan langsung dan jelas antara tujuan yang akan
dicapai dengan isi masing-masing komponen kurikulum (masing-masing mata pelajaran).

c. Kurikulum belum dikembangkan secara sistematis dan berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang akan
dicapai.

d. Kurikulum belum sepenuhnya disusun berdasarkan kemajuan IPTEK.

e. Belum dimilikinya dokumen kurikulum lengkap, yaitu standar kompetensi, tujuan, KTSP, silabus, RPP, dan bahan
ajar.

f. Belum terbentuknya tim pengembang kurikulum di sekolah yang anggota-anggotanya dapat merefleksikan
kelompok-kelompok keahlian yang terkait dengan setiap mata pelajaran.

2. Guru

a. Jumlah dan kualifikasi akademik telah sesuai dengan kebutuhan karena lebih dari 50% guru memiliki tingkat
pendidikan S1 dan lainnya D2.

b. Kemampuan yang dimiliki oleh guru belum sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

c. Hanya 25% guru yang memiliki sertifikasi profesi sebagai guru.

d. Baru 60% guru yang memiliki kesanggupan kerja yang tinggi.

e. Hanya 25% guru yang mampu menggunakan ICT sederhana.

3. Kepala Sekolah

a. Tingkat pendidikan S2.

b. Telah memiliki sertifikasi profesi sebagai kepala sekolah.

c. Belum sepenuhnya memiliki kemampuan menerapkan MBS.

d. Telah memiliki kemampuan visioner dan situasional.

e. Telah memiliki kemampuan di bidang manajerial organisasi dan administrasi namun belum maksimal.

f. Telah mampu menggunakan ICT sederhana.

4. Tenaga Kependidikan

a. Pustakawan

1. Tingkat pendidikan S1.

2. Bidang pendidikan : bukan berasal dari bidang perpustakaan namun memiliki integritas yang diasah lewat
pelatihan dan workshop.

3. Telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pustakawan.
b. Laboran

Belum adanya tenaga laboran, namun fungsi laboran untuk sementara dilakukan oleh guru kelas yang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai laboran.

c. Teknisi Komputer

1. Tingkat pendidikan S1.

2. Bidang pendidikan bukan berasal dari jurusan komputer/teknik informatika, tetapi memiliki kompetensi untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai teknisi komputer karena perekrutan melalui uji kelayakan dan
kesetaraan.

d. Kepala TU

1. Tingkat pendidikan S1.

2. Bidang pendidikan bukan berasal dari jurusan administrasi pendidikan, tetapi memiliki kompetensi untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai kepala TU.

3. Memiliki kemampuan dalam bidang komputer.

e. Tenaga administrasi kesekretariatan dan keuangan

1. Tingkat pendidikan SMA/SMK.

2. Bidang pendidikan administrasi keuangan dan kesekretariatan.

3. Memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai tenaga kesekretariatan dan administrasi
keuangan.

4. Memiliki kemampuan menggunakan komputer.

5. Sarana Prasarana

Dalam hal Prasarana Pendidikan yang telah memenuhi standar meliputi komponen: rombongan belajar, ruang
kelas, ruang pimpinan, ruang UKS, ruang sirkulasi dan ruang perpustakaan. Sedangkan komponen yang belum
memenuhi standar adalah terdiri atas: lahan, bangunan gedung, laboratorium, ruang guru, tempat ibadah,
jamban, gudang, tempat bermain dan olah raga.

Adapun sarana pendidikan yang telah memenuhi standar adalah komponen: sarana ruang kelas, sarana ruang
perpustakaan, sarana ruang pimpinan, sarana ruang guru, sarana tempat ibadah, sarana ruang UKS, dan sarana
jamban.

Untuk sarana yang belum memenuhi standar meliputi komponen: sarana ruang laboratorium, sarana laboratorium
multi media (ICT), sarana gudang, dan sarana tempat bermain dan olah raga.

6. Kesiswaan

a. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.
b. Siswa memiliki tingkat kesiapan belajar yang memadai, baik mental maupun fisik.

c. Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa tetapi belum
maksimal.

d. Memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya sekolah
untuk peningkatan prestasi tetapi belum menyeluruh.

e. Melakukan evaluasi belajar tetapi belum sepenuhnya menggunakan cara-cara yang memenuhi persyaratan
evaluasi.

7. Pembiayaan

a. Belum tersedianya dana pendididkan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan di
sekolah.

b. Belum maksimalnya penghimpunan/penggalangan dana dari potensi sumber dana yang bervariasi.

c. Telah mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip MBS.

d. Dalam mengalokasikan dana pendidikan, sekolah tetap berpegang pada prinsip keadilan dan pemerataan.

8. Hubungan masyarakat

a. Hubungan dengan masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaannya, telah ditulis dan
dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.

b. Belum terlibatnya masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui pengembangan model-model partisipasi
masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat.

9. Kultur sekolah

Sekolah telah menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektifitas
sekolah pada umumnya dan efektifitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh : berpusat pada
pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran,
profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan;
kepastian; budaya korporasi atau kebiasaan bekerja jadi masyarakat belajar; wawasan masa secara
kolaboratif/kolektif, kebiasaan mendepan yang sama, perencanaan bersama; kolegialitas, tenaga kependidikan
sebagai pembelajar.

STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH


Standar Kompetensi Kepala Sekolah
(Permendiknas No. 13 Tahun 2007)

A. Pendahuluan

Diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Menjadi
Kepala Sekolah melengkapi peraturan sebelumnya yaitu UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang di antaranya
mengatur bahwa penugasan menjadi kepala sekolah harus sesuai standar, karena kepala sekolah memegang
peran penting, selain itu mutu pendidikan di sekolah bergantung pada kepala sekolahnya. Untuk itu, kepala
sekolah dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan standar sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 13 tahun 2007.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis dan non akademis,
dibutuhkan kompetensi kepala sekolah yang sangat mumpuni. Dengan kompetensi tersebut apa yang
dinginkan oleh masyarakat dan orangtua murid yakni tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah dapat
terwujud, sehingga sekolah dengan apa yang dimiliki dapat berjalan dari berbagai bidang.

Kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan yang diperlihatkan seseorang ketika melakukan sesuatu.
Memahami visi dan misi serta memiliki integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah
harus memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung jawabnya dengan baik dan
benar. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah?
Paparan pada makalah ini khusus mencermati tentang Standar Kepala Sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun
2007). Kepala sekolah merupakan elemen yang penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/unggul.
Sharratt dalam sebuah artikelnya menuliskan, It is very difficult to have a good school without a good
principal. Sedangkan Hechinger (1981) memperlihatkan hubungan erat antara mutu sekolah dengan kepala
sekolah.
I have never seen a good school with a poor principal or a poor school with a good principal. I have seen
unsuccessful schools turned into successful ones and, regrettably, outstanding schools slide rapidly into
decline. In each case, the rise or fall could readily be traced to the quality of the principal
Prestasi sekolah sangat bergantung kepada kompetensi kepala sekolah juga disebutkan Imron Arifin (1998)
dalam disertasinya yang berjudul "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan
Sekolah Dasar Berprestasi". Namun Departemen Pendidikan Nasional memperkirakan 70 persen dari 250 ribu
kepala sekolah di Indonesia tidak kompeten (Tempo, 12 Agustus 2008).
Fenomena tersebut merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana proses pendidikan di sekolah yang
telah berjalan selama ini diserahkan pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena itu
pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional selanjutnya menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.

B. Standar Kompetensi Kepala Sekolah


Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan melalui Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang
ditetapkan pada tanggal 17 April 2007. Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa untuk diangkat sebagai
kepala sekolah seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk standar kualifikasi
meliputi kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah yaitu, kualifikasi akademik (S1), usia
maksimal 56 tahun, pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat serendah-
rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan
memiliki sertifikat kepala sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala sekolah) telah memiliki sertifikat pendidik
sedangkan seluruh kepala sekolah sampai saat ini belum ada yang memiliki sertifikat pendidik. Bahkan guru
yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah setelah Permendiknas No. 13 Tahun 2007 ditetapkan
belum ada yang memiliki sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi karena pemerintah masih disibukkan dengan
sertifikasi guru sehingga sertifikasi kepala sekolah belum terjamah.
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah, seseorang harus menjalani training dengan minimal
waktu yang ditentukan. Di Malaysia menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi kepala sekolah, Singapura
dengan standar 16 bulan pelatihan, dan Amerika, yang menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan
surat izin atau surat keterangan kompetensi. Bahkan di Malaysia ada lembaga/institut (semacam P4TK) dalam
bidang kekepalasekolahan yaitu Institut Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting Highlands, Malaysia.
Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi standar kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1
Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai
oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi
kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima dimensi kompetensi tersebut dijabarkan
ke dalam 33 kompetensi.

1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompe-tensi keribadian antara lain: (1) berakhlak
mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/ madrasah; (2) memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat memandang
bahwa keefektifan kepemimpinan itu berto-lak dari sifat-sifat atau karakter yang dimiliki seseorang.
Keberhasilan kepemim-pinan itu sebagian besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu, misalnya
harga diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk ciri-ciri fisik yang dimiliki
seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin
dikatakan tidak efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi kepribadian sebagaimana disyaratkan dalam 6
kompetensi maka dijamin tidak akan ada kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam ujian (baik UASBN atau
UN), etos kerja rendah, dan lain sebagainya. Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah yang konsisten,
dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan, terbuka atas saran dan kritik, tidak mudah putus
asa, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Kompetensi kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa kepemimpinan dapat diketahui sejauh
mana seorang kepala sekolah memiliki jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan perangkat SELF-
DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L. Holland dapat diketahui kecenderungan seorang guru apakah
cukup menjadi seorang guru atau ada bakat sebagai pemim-pin (kepala sekolah). Selain itu, kemampuan
menghadapi masalah dapat diukur dengan inventori pengurusan konflik. Dengan perangkat ini akan
diketahui kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi, menghindar, dan penyesuaian diri.

2. Kompetensi Manajerial
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah
yaitu, sebagai: (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader
(pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam
menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya,
keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat
keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan,
baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka
pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga
satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan
waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupan
setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada:
pertanyaan: Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana
dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how), Detail perencanaan inilah yang akan menjadi
kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup
besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga
fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda
lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya
yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi
ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi
contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan
ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak
dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan
(supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi
manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi
adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali
terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga
harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan
supervisi yang baik kepada bawahannya.
Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam enam gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan
substansi (1) kurikulum atau pembelajaran; (2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4) sarana dan prasarana; (5)
keuangan; dan (6) hubungan masyarakat.
Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan substansi menajemen yaitu meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24 tugas
pokok manajemen pendidikan. Misalnya: perencanaan kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan
prasarana, keuangan dan hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 dituangkan dalam
dimensi kompetensi manajerial dengan 16 kompetensinya. Dari ke-16 kompetensi tersebut, tugas manajemen
dalam bidang perencanaan ada 1 kompetensi, yaitu Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai
tingkatan perencanaan. Tahap pengorganisasian dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu:
(a) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan dan (b) memimpin
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang paling besar. Hal ini disebabkan tugas
pelaksanaan/pengelolaan merupakan inti dari manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat digolongkan dalam
pengelolaan manajemen pendidikan. Kompetensi tersebut antara lain: (1) Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; (2) Menciptakan budaya dan
iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru dan
staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; (4) Mengelola sarana dan prasarana
sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan sekolah/madrasah
dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah; (6)
Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan
kapasitas peserta didik; (7) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional; (8) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip
pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah; (10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah; (11) Mengelola
sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan; dan
(12) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah terakomodasi dalam dimensi kompetensi manajerial
kepala sekolah, yaitu kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana, dan hubungan
masyarakat.
Selanjutnya dalam bidang pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan dilaksanakan dengan baik, maka terwujudnya sekolah
unggul dan mandiri akan dapat dicapai. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut,
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru,
yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas lima kompetensi,
yaitu: (1) menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (2) bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3) memiliki motivasi
yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah;
(4) pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
Ranah kompetensi nomor 1 sampai dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan yang
harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh jenjang pendidikan. Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki
adalah kepala SMK karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola kegiatan produksi/jasa.
Contoh SMK jurusan perhotelan memiliki kegiatan jasa perhotelan sehingga peserta didik dapat memanfaatkan
sepenuhnya hotel yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar. Demikian pula SMK jurusan otomotif dengan
kegiatan jasa bengkel. Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan produksi/jasa terbatas. Kebanyakan yang
ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala
sekolah.
Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan dengan kegiatan yang mampu menghasilkan
keuntungan bagi sekolah secara materiil (berupa uang). Kewirausahaan dalam yang paling penting adalah
kemauan bekerja keras serta kreatif dan inovatif. Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan
mampu menghitung kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi modal awal sekolahnya. Dengan modal
awal tersebut, kepala sekolah mendayagunakan untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik yang besar
merupakan kekuatan (strenght) bagi sekolah. Orang tua peserta didik bisa dijadikan investir dengan
memberikan pinjaman dana, misalnya untuk pembangunan kantin sekolah.Kantin tersebut kemudian
disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk cadangan pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk
pendapatan sekolah.
Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan untuk peningkatan kompetensi guru. Di zaman
teknologi, informasi dan komunikasi sekarang ini, kepala sekolah dengan kreativitas dan inovasinya mendorong
guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan mengadopsi
berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya dalam hal membaca permulaan, guru dapat
menggunakan metode iqra. Dengan metode ini kemampuan membaca permulaan siswa akan mengalami
perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung, guru dapat menggunakan metode berhitung jarimatika atau
jarimagic. Kepala sekolah menciptakan kompetisi yang sehat di sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru.
Apalagi kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas (Class Action Research) dihargai secara akademis.
4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan kegiatan insidental. Kegiatan ini
biasanya dilaksanakan bagai guru yang akan naik pangkat atau untuk mengisi DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai). Kegiatan ini dilakukan kepala sekolah dengan sekadar melakukan kunjungan
kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka selesailah kegiatan supervisi ini.
Supervisi dalam pengertian intinya adalah kegiatan membantu guru bukan hanya untuk memvonis guru (benar
atau salah). Kegiatan membantu guru harus dilakukan secara terencana dan sistematis bukan insidental
sehingga dengan kegiatan supervisi kemampuan profesional guru dapat berkembang dengan optimal.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, dimensi kompetensi supervisi
terdiri atas tiga kompetensi, yaitu: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat; dan (4) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Kebanyakan kegiatan supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru baru pada butir dua yaitu
melaksanakan supervisi akademik dengan pendekatan dan teknik supervisi yang terbatas, yakni satu
pendekatan dan teknik supervisi untuk semua tipe guru.
5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning organization) di mana sekolah selalu berhadapan dengan
stake holder. Kemampuan yang diperlukan untuk berhadapan dengan stakeholder adalah kemampun
berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah dengan orang
tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka kepala sekolah harus mampu
mengkomunikasikannya.
Setiap kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan komunikasi. Pembagian kerja
administrasi dalam manajemen pendidikan yang meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga memerlukan
komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan dalam membina hubungan sosial.
Bagi kepala sekolah, kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk: (a) penyampaian program yang
disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b) mampu memahami orang lain, (c) gagasannya diterima oleh
orang lain, dan (d) efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu mendapatkan bantuan dari pihak lain. Oleh
karena itu kepala sekolah harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi kepentingan sekolah.
Kompetensi yang dibutuhkan tersebut dalam permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri atas: (1) bekerja sama dengan pihak lain
untuk kepentingan sekolah/madrasah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (3)
memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory tower) maka sekolah harus berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. terutama di pedesaanAda beberapa kegiatan yang membutuhkan
partisipasi sekolah demi suksesnya kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya pembelajaran bagi buta
aksara, kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah dapat berpartisipasi dengan menyediakan ruang kelas
sebagai sarana belajar atau menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kepala sekolah bagi sekolah sangatlah penting. Kepala sekolah
memilik kedudukan sebagai pemimpin di sekolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah memiliki
tanggung jawab atas keberlangsungan organisasi sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan selayaknya mampu memimpin dirinya sendiri dan mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk meningkatkan kualitas diri, banyak upaya yang dapat
ditempuh. Adair (1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenal diri sendiri dengan
Strength, Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT), (2) berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas,
Moralitas, dan Integritas (KAMI), (3) mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-
prinsip kepemimpinan, dan (5) belajar dari umpan balik.
Akhir-akhir ini seringkali digunakan istilah-istilah untuk menyebut strata (tingkatan) prestasi sekolah yang baik
dengan sebutan sekolah efektif atau sekolah unggul. Sekolah efektif tidak akan lahir tanpa kepala sekolah yang
efektif sebagaimana disebutkan oleh Fred M. Hechinger.
Kepemimpinan efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala sekolah untuk: (a) menerapkan kepemimpinan
sekolah efektif, (b) melaksanakan kepemimpinan instruksional, (c) memelihara iklim belajar yang berpusat
pada siswa, (d) mengembangkan profesionalitas dan mengelola SDM, (e) melibatkan orang tua dan menjalin
kemitraan dengan masyarakat, (f) mengelola sekolah secara efektif dan melaksanakan program harian, dan (g)
melaksanakan hubungan interpersonal secara efektif.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 kompetensi kepemimpinan atau kepala sekolah sebagai leader tidak
tertulis secara eksplisit dalam butir-butir kompetensi. Kepemimpinan kepala sekolah dalam Permendiknas No.
13 Tahun 2007 dirumuskan secara implisit ke dalam 5 dimensi kompetensi kepala sekolah. Dengan merujuk
pada tujuh perilaku kepala sekolah untuk menggambarkan kepemimpnan efektif maka butir-butir kompetensi
yang ada dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 telah melingkupi dimensi kepemimpinan kepala sekolah.
D. Penutup
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah merupakan standar ideal bagai kepala
sekolah di Indonesia. Peraturan ini jika tidak menjadi acuan dalam pembuatan aturan pelaksanaan untuk
rekrutmen calon kepala sekolah baru atau penilaian kepala sekolah yang telah memiliki masa kerja 4 tahun
atau lebih (sesuai dengan Keputusan Mendiknas RI No. 162/U/2003 tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pedoman
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah) hanya menjadi pajangan belaka. Apalagi pemerintah daerah dengan
otonomi daerahnya, kewenangan pengangkatan kepala sekalah ada di tangan bupati/walikota.

DAFTAR RUJUKAN
Hechinger, F. 1981. Effective School, Effective Principal. Reston, VA: NASSP.
Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Sekolah Dasar. Bahan Diklat ToT Calon Kepala Sekolah
dan Pengawas.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penyusunan Rencana Strategis dalam Pengembangan Sekolah Dasar.
Makalah Dilat ToT Calon Kepala Sekolah dan Pengawas. Tidak Diterbitkan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Citra Umbara.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai