Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN

KEJADIAN PRE EKLAMPSIA DI RS ISLAM IBNU SINA


YARSI BUKITTINGGI TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Akhir


Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes Yarsi Sumbar
Bukittinggi

OLEH :

DESI MARISA

NIM :1306154010011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

PRODI DIII KEBIDANAN

T.A 2016/2017
i
ii
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI SUMBAR

KARYA TULIS ILMIAH, MEI 2016

Desi Marisa

Hubungan Umur dan Paritas ibu bersalin dengan Kejadian Pre Eklamsia di
RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015

ix + 53 Halaman + 6 tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK

Salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan ibu adalah dengan
melihat AKI (Angka Kematian Ibu). Kematian ibu salah satu pemicunya
disebabkan oleh Pre Eklamsia. Prevalensi kasus Pre Eklamsia di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Bukittinggi masih tergolong tinggi, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui Hubungan Umur dan Paritas ibu bersalin dengan
Kejadian Pre Eklamsia di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2016.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan


menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Populasi adalah seluruh ibu
bersalin dengan kejadian Pre Eklamsia yang bersalin di RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Tahun 2015 dimana waktu penelitian dilakukan dari 14 Maret- 23
April 2016. Pengambilan sampel yang di gunakan adalah total sampling, data
yang diperoleh diolah secara komputerisasi dengan menggunakan Uji Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat lebih dari separoh 58,2% ibu


bersalin dengan umur beresiko (<20->25 Tahun) dan lebih dari separoh 50,9%
paritas dengan primipara serta terdapat lebih dari separoh 52,7% kejadian Pre
Eklamsia. Dari hasil uji statistik didapatkan Hubungan yang bermakna antara
Umur dengan kejadian Pre Eklamsia dengan nilai p= 0,000 dan jerdapat hubungan
yang bermakna antara paritas dengan kejadian Pre Eklamsia pada ibu bersalin
dimana p= 0,000.

Penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan umur dan paritas ibu


bersalin dengan kejadian pre eklamsia, untuk itu diharapkan kepada petugas
kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang Pre Eklamsia pada ibu
bersalin dan cara pencegahan serta penanganannya agar terwujudnya program
penurunan AKI (Angka Kematian Ibu).

Kata Kunci : Umur, Paritas, Pre Eklamsia

Sumber : Daftar Pustaka 16, 2010-2014

iii
MIDWIFERY COURSES DIII
HEALTH SCIENCE HIGH SCHOOL OF WEST SUMATRA WITH
The SCIENTIFIC PAPER, may 2016
Desi Marisa
The relationship of Age and parity of birthing mothers with Pre Eklamsia at
RS Islam Ibn Sina Bukittinggi 2015
IX + 53 + table + 6 Page 6 Annex
ABSTRACT
One of the indicators to see the degree of maternal health is to look
at AKI (maternal mortality). The death of the mother of one of the trigger caused
by a Pre Eklamsia. The prevalence of cases of Pre-Islamic hospital Eklamsia
Avicenna Bukittinggi stillbelongs to high, the goal of this research is to know the
relationship of Age and parity of birthing mothers with Pre Eklamsia at
RS Islam Ibn Sina Bukittinggi 2016.
The type of research used is Survey research design using Analytical
Cross Sectional. The population was the whole birthing mothers with maternity
in Eklamsia are Pre RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi 2015 where time
research was done from March 14-April 23, 2016. The sampling in use is the
total sampling, data obtained processed in computerized using the Chi-Square .
The results showed there are more than separoh 58.2% maternity mother
with age at risk (<20->) and over separoh 50.9% parity with primipara and there
are more than separoh 52.7% incidence of Pre Eklamsia. From the results of
statistical tests obtained meaningful Relationships between Age with Pre
Eklamsia with a value of p = 0.000 and meaningful relationship between jerdapat
parity with the incidence of Pre Eklamsia on maternity mother where p = 0.000.
The research indicates there is a relationship of age and parity of birthing
motherswith pre eklamsia, for it is expected to health workers to increase the
outreach of Pre Eklamsia on maternity and the way of prevention as well as
handling in order to materialize the program decrease of AKI (maternal
mortality).
Key Words: Age, Parity, Pre Eklamsia
Source: References 4, 2010-2014

iv
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala

puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat Nya maka

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Hubungan

Umur dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian Pre-eklampsia Di RS Ibnu

Sina Bukittinggi Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu

bentuk syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Ns.Marlina Andriani,S.Kep,M.Kep, selaku Ketua STIKes Yarsi

Sumbar Bukittinggi,

2. Ibu Debby Yolanda S.SiT, M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan

STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi, dan selaku Pembimbing yang

penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan

penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Seluruh Dosen dan karyawan-karyawati di STIKes Yarsi Sumbar

Bukittinggi yang sudah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Pihak RS Ibnu Sina Bukittinggi yang telah memberikan izin

menggunakan lokasi penelitian dan senantiasa mendukung penulis di

lapangan dalam melakukan penelitian.

v
5. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda, Nenek, Abang dan adik-

adikku tersayang, dan semua keluarga besar yang selalu memberikan

doa, motivasi, dukungan, perhatian, dan bantuan dalam bentuk moril

maupun material selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Teman-teman dan sahabat-sahabatku tersayang yang telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam peyelesaian

proposal penelitian ini.

Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis,

akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. Segala

kemampuan telah penulis curahkan semaksimal mungkin, namun jika masih

terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan. Untuk itu penulis

mengharapakan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak

demi kesempurnaan proposal ini.

Bukittinggi, Maret 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ii

KATA PENGANTAR........................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................ v

DAFTAR TABEL............................................................................... vii

DAFTAR BAGAN............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 5
1.4 Manfaat penelitian..................................................................... 6
1.5 RuangLingkup Penelitian.......................................................... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Umur ............................................................. 8


2.2 Paritas..................................................................... 10
2.3 Pre Eklampsia................................................................. 13
2.4 Hubungan Umur dengan PreEklampsia...................................... 28
2.5 Hubungan Paritas dengan Pre Eklampsia................................... 31
2.6 Kerangka Konsep....................................................................... 33
2.7 Defenisi Operasional.................................................................. 34
2.8 Hipotesa..................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian....................................................................... 36

vii
3.2 Tempat dan waktu penelitian....................................................... 36
3.3 Populasi, Sampel Penelitian, Dan Teknik Sampling.................. 36
3.4 Teknik pengumpulan Data......................................................... 37
3.5 Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data............................... 37
3.6 Analisa Data.............................................................................. 39
3.7 Etika Penelitian.......................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil penelitian......................................................................... 42


4.2 Pembahasan............................................................................. 45
4.3 Keterbatasan........................................................................... 51

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.............................................................................. 52
5.2 Saran....................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halam
an

No Tabel

Tabel 3.3. Defenisi Operasional.........................................................33

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur..................................................42

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Paritas................................................43

Tabel 4.3 Distribsi Frekuensi Pre Eklamsia........................................43

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi umur dengan Pre Eklamsia................44

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Paritas dengan Pre Eklamsi...............45

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman

No Bagan

Bagan 3.1 KerangkaKonsep ............................................................ 33

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Ghan Chart

Lampiran 2 : Surat Pengambilan Data

Lampiran 3 : Surat Balasan Rumah Sakit

Lampiran 4 : Master Table

Lampiran 5 : Hasil Pengolahan Data

Lampiran 6 : Lembar konsultasi

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang

terus menjadi perhatian masyarakat dunia. Memasuki abad ke 21, 189 Negara

menyerukan Millenium Declaration dan menyepakati Millenium Development

Goals (MDGs). Salah satu tujuan pembangunan MDGs 2015 adalah

perbaikan kesehatan maternal. Kematian maternal dijadikan ukuran

keberhasilan terhadap pencapain tujuan tersebut. Dengan demikian, akses dan

kualitas pelayanan, memerangi kemiskinan, pendidikan dan pemberdayaan

perempuan atau perimbangan gender menjadi persoalan penting untuk

dikelola dan diwujudkan(Yustiana, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,

sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Dalam pernyataan

secara resmi oleh WHOdijelaskan bahwa untuk mencapai target MDGspada

tahun 2015 yakni angka kematian ibu (AKI) turun menjadi 102/100.000

kelahiran hidup (KH), maka penurunan AKI antara tahun 1990 sampai tahun

2015 seharusnya 5,5 persen per tahun. Pada kenyataannya selama periode

tahun 1990-2005 belum ada kawasan yang mampu mencapai penurunan AKI

hingga 5,5 persen per tahun (Kaban, 2013).

Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),

Indonesia telah berhasil menurunkan AKI dari 390/100.000 KH (1992)

1
2

Menjadi 334/100.000 KH (1997). Sementara berdasarkan SDKI tahun 2012, rata-

rata AKItercatat mencapai 359 per 100 ribu KH. Rata-rata kematian ini jauh

melonjak dibanding hasil SDKItahun 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam

hal ini, fakta lonjaknya kematian ini menjadi perhatian utama pemerintah

(Sindonews, 2013).

Data AKI di Sumatera Barat telah memperlihatkan penurunan, pada Tahun

2012 jumlah AKI dari 129 orang dan Tahun 2013 menjadi 90 orang (Profil Dinkes

Sumatera Barat, 2013). Sementara Data AKI di Kota Bukittinggi Selama tahun 2011

terjadi peningkatan jumlah AKI maternal dari Tahun 2010, yaitu dari 6 orang

menjadi 10 orang pada Tahun 2011 (Profil Dinkes Bukittinggi, 2011).

Penyebab AKI secara langsung adalah perdarahan, pre-eklampsia-eklampsia,

abortus, infeksi, partus lama/partus macet dan penyeban lain. Sedangkan penyebab

AKI secara tidak langsung adalah pendidkan ibu, sosial ekonomi dan sosial budaya

yang masih rendah, kurang nya pengetahuan dan prilaku masyarakat, melahirkan

pada usia <20 Tahun dan >35 tahun, sarana dan prasarana yang kurang memadai

serta terlambat dalam mengambil keputusan ( Azwar Hasan, 2011).

Pre Eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria

dan edema yang timbul karna kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam

triwulan ketiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola

hidatidosa (Rukiyah, 2010). Pre-eklampsia-eklampsia merupakan kesatuan penyakit

yang masih merupakan penyebab langsung kematian ibu dan penyebab kematian

perinatal tertinggi di indonesia. Dengan frekuensi kejadian pre-eklampsia sekitar 3-


3

10% dari semua kehamilan. Menyebutkan bahwa laporan dari beberapa rumah sakit

di indonesia, penyebab langsung kematian terbanyak adalah pre-eklampsia/

eklampsia, perdarahan, infeksi, dan penyebab tidak langsung adalah anemia,

penyakit jantung (hasan, 2011).

Faktor resiko pre-eklampsia meliputi umur, paritas, ras/ golongan etnis,

faktor keturunan, faktor gen, diet/ gizi,iklim/ musim, tingkah laku/ sosial ekonomi,

hiperplasentosis. Umur dan paritas merupakan salah satu faktor utama penyebab

pre-eklampsia. Pada wanita hamil dam melahirkan pada umur dibawah 20 tahun

ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian ,maternal pada usia 20-29 tahun

dan di atas usia 40 tahun meningkatmenjadi tiga kali lipat (hasan, 2011).

Patofisiologi pre-eklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan

perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi

kehamilan volume plasma darah, vasodilatasi penurunan resistensi vaskular sistemik

(Systemic Vascular Resistance), peningkatan curah jantung, dan penurunan curah

jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada pre-eklampsia, volume darah

yang beredar menurun sehingga terjadi homokonsentrasi dan peningkatan

hematokrit maternal.

Menurut Cuningham (2005), wanita berusia <20 tahun dan >35 tahun

merupakan awal dan akhir masa reproduksi yang mempunyai kemungkinan lebih

besar mengalami Pre-eklampsia. Pada usia <20 tahun bisa terjadi Pre-eklampsia

karna belum matang alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan

kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Jika terjadi kehamilan
4

maka tubuh ibu belum siap untuk menerima keadaan baru, sehingga bisa

menyebabkan Iskemia Implantasi Placenta. Hal ini bisa menyebabkan tekanan

darah, pengeluaran protein dan edema. Saat usia 35 tahun bisa terjadi Pre

eklampsia karna pada usia ini mudah terjadi penyakit dalam organ kandungan ibu

yang menua. Usia 35 cenderung mengalami Pre eklampsia karna disebabkan

adanya penyakit yang menyertai seperti diabetes mellitus dan hipertensi, sehingga

menyebabkan perubahan patologi yaitu terjadinya Spasme pembuluh darah Arteriol

menuju organ penting sehingga menimbulkan metabolisme jaringan, gangguan

peredaran darah dan mengecilnya aliran darah yang menimbulkan Pre eklampsia.

Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan

multigravida, (george, 2007). Pre eklampsia yang terjadi pada primigravida atau ibu

yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam persalinan. Stress emosi

yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan Corticotropic

Releasing Hormone (CRH) oleh hipotalamus, yang kemudian menyebabkan

peningkatan kotisol. Efek kotisol ialah mempersiapkan untuk berespon terhadap

semua stresor dengan meningkatkan respon simpatis termasuk respon yang

ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah

(Corwin, 2001).

Menurut Hasan ((2011), menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu

dengan kejadian Pre eklampsia. Sedangkan menurut Susanti (2006), di RSHS

Bandung mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian Pre eklampsia,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian Pre

eklampsia dengan p value 0,048 < 0,05.


5

Berdasarkan data dari rekam medik di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2014

terdapat kejadian pre eklampsi sebanyak 50 kasus dan pada Tahun 2015 terjadi

peningkatan kejadian pre eklampsi sebanyak 55 kasus.

Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Hubungan Umur dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre eklampsia

di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2016

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang terdapat pada

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara umur dan paritas ibu bersalin

dengan kejadian pre eklampsia di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015?.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan umur dan paritas ibu bersalin dengan

kejadian pre eklampsi di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur ibu bersalin di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2015.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas ibu bersalin di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2015.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian pre eklampsi di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2015.


6

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian

pre eklampsi di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015.

5. Untuk mengetahui apakah ada hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian

pre eklampsi di RS Ibnu Sina Bukitinggi Tahun 2015.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian dan berguna untuk mengaplikasikannya sebagai bidan.

1.4.2 Bagi institusi pendidikan

Mengevaluasi pemahaman mahasiswa akademi kebidanan stikes yarsi

sumbar bukitinggi tentang penelitian dan diharapkan hasil penelitian dapat

dijadikan bahan informasi ataupun referensi dalam melakukan penelitian

mengenai pre eklampsia pada ibu bersalin.

1.4.3 Bagi instasi tempat penelitian

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan

pengembangan oleh pelaksana dalam meningkatkan upaya dibidang kesehatan

dalam hal penanganan pre eklampsia pada ibu bersalin.

1.4.4 Ruang lingkup

Penelitian ini mengetahui bagaimana hubungan umur dan paritas ibu

bersalin dengan kejadian pre-eklampsia. Penelitian dilakukan karna fenomena

yang terjadi pada ibu bersalin umur <20 Tahun dan >35 Tahun serta paritas 1

dan >4 sering mengalami terjadi nya kejadian Pre Eklampsia. Jenis penelitian ini
7

adalah Survey Analitik yaitu untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan variabel dependen yaitu Hubungan Umur dan Paritas Ibu

Bersalin dengan Kejadian Pre eklampsia. Rancangan penelitian ini adalah Cross

Sectional dengan teknik pengambilan Total Sampling. Populasi dalam penelitian

ini adalah ibu bersalin di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret-April Tahun 2016. Analisa data ini

menggunakan Chi-Square.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umur Ibu

2.1.1 Pengertian

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dia dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur sangat

mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Umur yang baik untuk hamil atau

melahirkan berkisar antara 20-35 tahun. Pada umur tersebut usia reproduksi

wanita telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada

wanita dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun kurang baik untuk

hamil maupun melahirkan, karna kehamilan pada umur ini memiliki resiko

tinggi seperti terjadinya keguguran atau kegagalan persalinan, bahkan bisa

menyebabkan kematian. Wanita yang umurnya lebih tua memiliki tingkat resiko

komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi

wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik melemah juga kemungkinan

munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes

dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).

Menurut Manuabo (2003), umur dibawah 20 tahun bukan masa yang

baik untuk hamil karna organ-organ reproduksi belum sempurna. Hal ini tentu
10

akan menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas

35 tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan

persalinan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam

kehamilan, distosia dan partus lama.

Hipertensi dalam kehamilan paling sering mengenai wanita yang lebih

tua, yaitu bertambahnya umur menunjukkan peningkatan insiden

hipertensimkronis menghadapi resiko yang lebih besar untuk menderita

hipertensi karna kehamilan, wanita hamil dengan usia kurang dari 20 tahun

insiden pre eklampsia- eklampsia lebih dari 3 kali lipat. Pada wanita hamil

berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi hipertensi laten oleh karna itu

semakin lanjut usia maka kualitas sel telur sudah berkurang hingga berakibat

juga menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan (Prawirohardjo, 2010).

Menurut Trijatmo (2004), umur seorang wanita untuk hamil yang terbaik

adalah pada saat berumur 20-35 Tahun. Kehamilan diatas 35 Tahun dikatakan

beresiko tinggi, hal ini dikarnakan pada umur diatas 30 biasanya penyakit-

penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi atau diabetes melitus pada

wanita sudah lebih sering muncul. Semakin bertambah umur, penyakit

degeneratif seperti gangguan pada pembuluh darah biasanya lebih banyak

muncul dibandingkan jika mereka masih muda.

2.1.2 Klasifikasi Umur

Umur yang dianjurkan untuk hamil bagi ibu adalah 20-35 Tahun. Di

umur tersebut kondisi fisik dan mental ibu telah siap untuk kehamilan.
11

1. Jika umur ibu hamil dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering belum

tumbuh mencapai ukuran dewasa. Hal ini menyebabkan ibu mengalami

persalinan lama/macet, atau gangguan lainnya karena ketidak siapan ibu

untuk menerima tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua.

2. Jika umur ibu hamil 35 tahun atau lebih, kondisi kesehatan ibu telah

mengalami penurunan sehingga kemungkinan untuk mencapai ana cacat,

persalinan lama atau pun perdarahan akan lebih besar dibandingkan saat ibu

berumur kurang dari 35 tahun (ismail, 2011).

2.2 Paritas

2.2.1 Pengertian

paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang

pernah dilahirkan hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui maka

dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Rukiyah A.Y,dkk, 2010).

Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan dengan jumlah anak

yang dilahirkan (Laksman, 2001).

Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal, resiko pada paritas

satu dapat di tangani dengan asuhan obstetriklebih baik, sedangkan resiko pada

paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan

resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Sebagian kehamilan pada paritas kehamilan adalah tidak

direncanakan ( Prawirohardjo, 2010).


12

Menurut BKKBN, jumlah anak yang baik adalah 2 orangdengan

demikian pada keluarga yang mempunyai anak 2 orang akan lebih bisa

memenuhi kecukupan makanannya dibandingkan dengan keluarga yang

mempunyai anak lebih 2 orang. Umur adalah satuan waktu yang mengukur

waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang

mati, misal, umur manusia dikatakan lima belas tahun di ukur sejak dia lahir

hingga waktu umur itu dihitung (http:/www.wikipedia.org/wiki.umur).

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur yang aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada umur dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali

lebih tinggi dari pada kematian maternalyang terjadi pada umur 20-29 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah umur 30-35 tahun.

Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya pengalaman dan

pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) merupakan paritas

beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah

mengalami penurunan fungsi sistem reproduksi, selain itu biasanya ibu terlalu

sibuk mengurus rumah tangga sehingga sering mengalami kelelahan dan kurang

memperhatikan pemenuhan gizinya (Yustiana, 2006).

Pada primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi

persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan

peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol


13

adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stresor dengan

meningkatkan respons simpati.


14

respons yang ditujukan untuk meningkatkan curah jantung dan

mempertahankan tekanan darah. Pada wanita dengan preeklamsia/eklamsia,

tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut,

sehingga peningkatan besar volume darah langsung meningkatkan curah jantung

dan tekanan darah.

Semua wanita memiliki risiko preeklampsia selama hamil, bersalin, dan

nifas. Preeklampsia tidak hanya terjadi pada primigravida/primipara, pada

grandemultipara juga memiliki risiko untuk mengalami eklampsia. Misalnya

pada ibu hamil dan bersalin lebih dari tiga kali. Peregangan rahim yang

berlebihan menyebabkan iskemia berlebihan yang dapat menyebabkan

preeklampsia (Suwanti, dkk. 2012).

2.2.2 Istilah-Istilah Paritas

1. Gravida adalah wanita hamil

2. Primigravida adalah wanita yang pertama kali hamil

3. Secundigravida adalah wanita yang hamil kedua kalinya

4. Multigravida adalah wanita yang sudah beberapa kali hamil

5. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup

Besar untuk hidup didunia luar

6. Grande multipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih

7. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari seorang
15

Anak

Saat proses kehamilan selama 9 bulan, kondisi rahim ibu mengalami

peregangan dan semakin membesarkannya ukuran janin, jika ibu terlalu sering

melahirkan maka kondisi rahim akan semakin lemah. Untuk itu, ibu yeng telah

melahirkan anak sebanyak empat kali atau lebih perlu diwaspadai akan

terjadinya gangguan pada waktu kehmilan, persalinan dan nifas (Ismail, 2011).

2.3 Pre Eklampsia

2.3.1 Pengertian

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya

muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada

penyakit trofoblastik) dan pre eklampsia adalah suatu penyakit yang muncul

pada awal kehamilan dan bekembang secara perlahan dan hanya akan

menunjukkan gejala jika kondisi semakin memburuk (Sumarah, dkk, 2010).

Pre-eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung di sebabkan

oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan

infeksi, pre eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal

paling penting dalam ilmu kebidanan. Karna itu diagnosa dini amatlah penting.

Pre-eklampsia kumpulan penyakit yang timbul pada ibu hamil, bersalin,

nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuri, dan edema yang kadang-kadang

disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda

kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Mochtar R, 2012).


16

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria

dan edema yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dan eklampsia

merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab

terjadinya masih belum jelas. Selain infeksi dan perdarahan, preeklampsia dan

eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang paling

penting dalam ilmu kebidanan.

Preeklampsia dapat bermula pada masa antenatal, intrapartum, atau

postnatal.10 Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor-faktor tersebut antara

lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko

terjadinya preeklampsia, umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali,

kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita di atas 35 tahun. Faktor

risiko lainnya adalah riwayat preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsia

pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu

orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus, atau rematoid

arthritis.

2.3.2 Etiologi

Etiologi pe ini belum penyakit ini sampai saat ini belum dikethui dengan

pasti. Banyak teori0teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba

menerangkan penyebabnya, oleh karna itu disebut penyakit teori namum

belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang

dipakai sebagai penyebab pre eklampsia adalah teori iskemia plasenta. Namun
17

teori ini belum dapat menrangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini

(Mochtar R, 2011).

1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta

Pada hypertensi tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot

arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis

menjadi tetapkaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak

memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri

spiralis relatifmengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling

arteri spiralis, sehingga alirandarah uteroplasenta menurun, dan menjadi

hipoksia dan iskemia plasenta.

2. Teori Iskhemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan

oksidan (disebut radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan

plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya

terhadap membrane sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan

merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh

menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas

sangat toksis ini, akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah akan

merusak membran sel endotel. Salah satu fungsi sel endotel adalah

memproduksi prostaglandin. Jika terjadi gangguan metabolisme


18

prostaglandin maka akan terjadi penurunan produksi prostasiklin yang

merupakan vasodilatator kuat. Sehingga kadar tromboksan lebih tinggi dan

terjadi vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah.

3. Teori Intoleransi

Imunologik antar Ibu dan Janin Pada wanita hamil normal, respon imun

tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan

adanya Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA-G), yang berperan

penting dalam modulasi peran imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil

konsepsi (plasenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi untuk

terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hypertensi

kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di

desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.

Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan

gembur, sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. Apabila

invasi trofoblas ke dalam desidua terhambat kemungkinan terjadi Immune-

Maladaptation pada pre eklampsia.

4. Teori Adaptasi Kardiovaskular

Pada hypertensi dalam kehamilan, kehilangan daya refrakter terhadap

bahanbahan vasokonstriktor, dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap

bahan-bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan daya refrakter pada

kehamilan yang akan menjadi hypertensi dalam kehamilan.

5. Teori Stimulus Inflamasi


19

Pada Pre eklampsia terjadi stres oksidatif, sehingga produksi nekrotik

trofoblas meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misal : placenta

besar, hamilganda, maka reaksi oksidatif akan sangat meningkat. Keadaan

ini menimbulkanbeban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih

besar, yangmenimbulkan gejala-gejala pre eklampsia pada ibu ( Saifuddin,

A.B., 2009).

2.3.3 Klasifikasi

Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu

1. Pre eklampsia ringan, bila disertai keadaan berikut :

a. Tekanan darah sistole 140 mmHg s/d < 160 mmHg, tekanan diastole

90 mmHg s/d < 110 mmHg. Atau kenaikan tekanan darah sistole> 30

mmHg, kenaikan tekanan darah diastole hamil). >15 mmHg (dari

tekanan darah sebelum hamil.

b. Proteinuria kwantitatif 300 mg/24 jam atau lebih per liter atau nilai

kwalitatif 1+ atau 2+.

c. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1

kg atau lebih perminggu.

2. Pre eklampsia berat, bila disertai keadaan berikut :

a. tekanan darah sistolik 160/110 mmHg dan tekanan diastolik 110

mmHg..

b. Proteinuria> 5 gram/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.

c. Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/ 24 jam.


20

d. Gangguan Visus dan Cerebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan

pandangan kabur.

e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.

f. Edema paru-paru dan sianosis.

2.3.4 Faktor Predisposisi

Adapun faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil diantaranya

1. Tidak diketahui penyebabnya

2. Karakteristik ibu

a. Umur

Ibu hamil dengan umur sangat muda (umur < 20 tahun), maupun

ibu dengan umur diatas 35 tahun cenderung mengalami pre eklampsia.

Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan patologis, yaitu terjadinya

spasme pembuluh darah arteriole menuju organ penting dalam tubuh

sehingga menimbulkan gangguan metabolisme jaringan, gangguan

peredaran darah menuju retroplasenter, sedang tubuh ibu belum siap

untuk terjadinya kehamilan.

b. Paritas

Pada wanita hamil normal, respon imun tidak menolak adanya

hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human

Leucocyte Antigen Protein G(HLA-G), yang berperan dalam penting

dalam modulasi peran imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil


21

konsepsi (placenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi untuk

terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada

hypertensi kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G, menghambat

invasitrofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar

jaringan desidua menjadi lunak dan gembur, sehingga memudahkan

terjadinya dilatasi arterispiralis. Apabila invasi trofoblas ke dalam

desidua terhambat kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada pre

eklampsia (Saifuddin, A.B., 2009).

1) Primipara

Pada primipara dapat terjadi pre eklampsia karena semua rahim

kosong tanpa ada janin kemudian terjadi kehamilan sehingga tubuh

ibu menyesuaikan terutama pada saat plasenta mulai terbentuk akan

terjadi iskemia implantasi placenta, bahan trofoblast akan diserap

kedalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensivitas terhadap

angiotensin II, rennin dan aldosteron, spasme pembuluh darah.

2) Multipara

Pada multipara disebabkan karena terlalu seringnya rahim tegang saat

kehamilan dan terjadi penurunan angiotensin, rennin dan aldosteron

sehingga dijumpai edema, hipertensi dan proteinuria (Mochtar, R.,

1998).

c. Pendidikan
22

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh

pelaku pendidikan (Notoatmodjo,S, 2010). Tujuan pendidikan menurut

Notoatmodjo. S (2010) adalah mengubah tingkah laku yang diinginkan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi menerima

informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenalkan (Nursalam,

2001).

d. Pengetahuan

Setiap individu mempunyai sikap yang berbeda dalam

menghadapi kehamilan.Pengetahuan tersebut bisa didapat dari membaca

buku-buku, penyuluhan maupundari seminar tentang kehamilan

kususnya dalam mendeteksi tanda-tanda preeklampsi. Dengan mengenal

tanda-tanda pre eklampsi tersebut, maka ibu hamilakan terhindar dari

morbiditas maupun mortalitas akan kehamilan.

3. Penyebab langsung

a. Distensi rahim yang berlebihan karena hidramnion dan

gemelliDengan adanya kehamilan kembar dan hidramnion, menjadi

penyebabnmeningkatnya resistensi Intramural pada pembuluh darah

myometrium,Yangdapat berkaitan dengan peninggian tegangan


23

myometrium dan menyebabkantekanan darah meningkat (Hacker,

N.F., 2001 ).

b. Mola hidatidosaPada kehamilan mola perkembangannya lebih pesat,

sehingga pada umumnyapembesaran uterus lebih besar dari umur

kehamilan. Yang khas adalah edemastroma vili, tidak ada pembuluh

darah pada vili/degenerasi hidropik danproliferasi sel-sel trofoblas.

Kadar HCG lebih tinggi daripada kehamilan biasa.Plasenta

mengeluarkan hormon protein salah satunya adalah HCG. Dari urin

wanita hamil Human Chorionic Gonadotropin (HCG) bisa dilihat.

Apabila kadarHCG meningkat produksi protein juga meningkat yang

bisa menyebabkan preeklampsia (Saifuddin, A.B., 2009).

c. Penyakit yang menyertai kehamilan (Diabetes Millitus dan Obesitas)

1) Diabetes Millitus

Pada penyakit kencing manis terjadi perubahan pembuluh darah

:permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi, sehingga terjadi

kekuranganprotein ke jaringan. Protein ekstravaskuler menarik

air dan garam menimbulkanedema. Hemokonsentrasi darah yang

mengganggu fungsi metabolisme tubuh (Manuaba, I.B.G., 1998).

Kenaikan Berat Badan yang abnormal dan Edema terjadi secara

dini,mencerminkan pemuaian kompartemen cairan ekstra-

vaskular. Pemuaian iniberkaitacn dengan peningkatan

permeabilitas kapiler yang ditimbulkan olehvasokonstriksi

arteriolar. Peningkatan permeabilitas kapiler


24

memungkinkancairan berdisfusi dari ruang intra-vaskular,

sehingga mengakibatkan pemuaianruang ekstra-sel.

4. Penyebab tidak langsung

a. Riwayat penyakit

Pada ibu yang mempunyai riwayat hypertensi sebelum hamil,

mempunyai risiko 25% dari ibu yang tidak mempunyai riwayat

hypertensi. Hal tersebut disebabkan oleh karena konstriksi vaskuler,

yang dapat menimbulkan resistensi terhadap aliran darah dan penyebab

hypertensi arterial. Vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada

pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan hypertrofi ventrikel, dan

mengakibatkan decompensasi cordis dan kerusakan intrinsik ginjal.

b. Riwayat keluarga

Wanita hamil yang ibunya pernah mengalami pre eklampsia,

cenderung berisiko ganda terhadap pre eklampsia. Predisposisi genetik

merupakan faktor immunologi yang menunjukkan gen resesif autosom,

yang mengatur respon imun maternal. Risiko ibu hamil yang ibunya

mengalami pre eklampsia, dapat terjadi 1 diantara 4 kemungkinan ibu

pre eklampsia ( Varney, H., 2001).

c. Sosial Ekonomi Rendah

Sosial ekonomi rendah menyebabkan pre eklampsia lebih,

dikarenakan oleh kurangnya asupan gizi dan makanan yang memadai,

yang mengandung asam lemak jenuh. Hal tersebut dapat menghambat


25

produksi trombosan, menghambat aktivasi trombosit, dan terjadi

vasokonstriksi pembuluh darah. Karena kekurangan gizi dalam

kehamilan, risiko pre eklampsia lebih tinggi pada ibu hamil yang tingkat

ekonominya rendah dibandingkan ibu hamil dengan tingkat ekonomi

yang memadai atau mencukupi ( Saifuddin, A.B., 2009).

d. Keteraturan ANC

Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik optimalisasi memonitor dan mendukung ibu hamil

normal dan mendeteksikelainan melalui serangkaian kegiatan rutin

selama kehamilan (Retanani, 2014).

2.3.5 Patofisiologi

Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai disertai

dengan retensi garam dan air. pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat

glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempinya

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah, jadi jika semua arteriola

dalam tubuh menglami spasme, maka tekanan daraha akan naik, sebagai usaha

untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui

sebabnya, mungkin karna retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

Perubahan Pada Organ-Organ


26

1. Otak

pada pre-eklampsia aliran darah dan pemkain oksigen tetap dalam batas-

batas normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini

terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat

menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan

lanjut dapat terjadi perubahan.

2. Plasenta dan rahim

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta,

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karna kekurangan oksigen

terjadi gawat janin. Pada pre eklampsia sering terjadi peningkatan tonus

rahim dankepekaannya terhadap rangsang, sehinggga terjadi partus

prematurus.

3. Ginjal

Filtrasi glomerulus berkurang oleh karna aliran ke ginjal menurun. Hal ini

menyebakan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya

terjadilah retensi garam dan air. filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50%

dari normal sehinnga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.

4. Paru-paru

Kematian ibu pada pre-eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru

yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karna terjadinya aspirasi

pneumonia atau abses paru.

5. Mata
27

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila

terdapat hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklampsia berat.

6. Keseimbangan air dan elektrolit

Pada pre eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata

pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi tidak

terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium

bikarbonat, dan PH darah berada pada batas normal. Pada pre-eklampsia

berat, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik

lainnya naik, sehinnga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya

disebabkan oleh kejang. Setelah konvulasi selesai zat-zat organik dioksidasi,

dan dilepaskan natrium bikarbonat, dengan demikian cadangan alkali dapat

kembali pulih normal ( Mochtar R, 2011).

2.3.6 Pencegahan Kejadian Pre Eklampsia

Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang

berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau

diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan

kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil

yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan

darah, dan pemeriksaan urine untuk menentukan proteinuria. Untuk mencegah

kejadian pre eklampsia dapat dilakukan nasehat tentang :

1. Diet makanan
28

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin rendah lemak.

Kurangigaram apabila berat badan bertamah atau edema. Makanan

berorientasi padaempat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah

protein dengantambahan satu butir telur setiap hari.

2. Cukup Istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekeja seperlunya

dandisesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke

arahpunggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak

mengalamigangguan.

3. Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera

datangketempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian

a. Uji kemungkinan pre eklampsia :

1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya.

2) Pemeriksaan urine, tinggi fundus uteri.

3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema.

4) Pemeriksaan protein dalam urine

5) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati

gambarandarah umum dan pemeriksaan retina mata.


29

b. Penelitian kondisi janin dalam rahim

1) Pemantauan tinggi fundus uteri.

2) Pemeriksaan janin, gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin,

pemantauan air ketuban.

3) Usahakan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

(Manuaba, I.A.C., 2010)

Selain hal tersebut di atas juga dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan

frekuensi pre eklampsia yaitu

1. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar

Semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.

2. Mencari Pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan mengakibatkan

segera ditemukan.

3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas

apabila setelah dirawat tanda-tanda pre eklampsia tidak juga dapat

dihilangkan (Wikonjosastro, H., 2006 ).


30

2.3.7 Penanganan Pre-Eklampsia

1. Pre eklampsia Ringan

Penanganan Pre eklampsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara

tergantunggejala yang timbul, yakni:

a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan, dengan cara ibu

dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring), diet (cukup protein,

rendah karbohidrat, lemak dan garam), kunjungan ulang setiap 1 minggu,

pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, urine lengkap.

Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan :

1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai

normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm, bila

desakandarah turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan makakehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37

minggu atau lebih.

2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : Persalinan ditunggu sampai

terjadionset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi

persalinan padataksiran tanggal persalinan.

3) Cara persalinan : Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu

memperpendek kala II (Rukiyah, A.Y,dkk, 2010 ).

2. Pre eklampsia Berat


31

Pengobatan dengan pemberian MgSO4 sebagai anti kejang, cara kerja

MgSO4menghambat atau menurunkan kadar asetikolin pada rangsangan serat

sarafdengan menghambattransmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular

membutuhkan kalsium pada sinaps. Dengan pemberian Sulfat, magnesium

akanmenggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi ( Saifuddin,

A.B., 2009).

b. Pengobatan obstetric.

1) Belum inpartu.

a)Dilakukan induksi persalinan segera sesudah pemberian MgSO4.

b) Dilakukan amniotomi dan drip oksitosin dengan syarat pelvik sko

c)SC dilakukan bila : syarat drip tidak dipenuhi, 12 jam sejak drip oksitosin

anak belum lahir, kesejahteraan janin buruk.

2) Inpartu.

a)Fase Laten : 6 jam tidak masuk fase aktif, dilakukan SC.

b) Fase Aktif : Amniotomi, kalau perlu drip oksitosin, bila 6 jam pembukaan

belum lengkap dilakukan SC.

2.4 Hubungan Umur dengan Kejadian Pre Eklampsia

Kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur 20-35 tahun, umur

ini merupakan umur yang tidak beresiko sedngkan umur kurang daro 20 tahun
32

dan lebih dari 35 tahun meningkatkan kejadian komplikasi kehamilan

(Manuabo, 2003).

Menurut Wahyudi (2000) saat terbaik bagi seorang perempuan untuk

hamil adalah saat umur 20-35 tahun. Sel telur sudah diproduksi sejak dilahirkan

namun baru terjadi ovulasi ketika masa pubertas, sel telur yang keluar hanya

satu setiap bulannya, ini menunjukkan adanya unsur seleksi yang terjadi hingga

diasumsikan sel telur yang berhasil keluar adalah sel telur yang unggul. Oleh

karena itu, semakin lanjur nya umr seseorang maka kualitas sel telur sudah

berkurang sehinnga berakibat juga menurunkan kualitas keturunan yang

dihasilkan. Sementara umur dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk

hami karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan

menyulitkan proses kehamilan dan persalinan.

Umur yang aman untuk hamil dan berslin adalah 20-35 tahun dan

kematian pada ibu hamil dan bersalin dibawah umur 20 tahun dan diatas 35

tahun, 2-5 kali lebih tinggi (Sarwono, 2003).

Kehamilan pada umur diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk

mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan antar pendarahan, gestosis,

atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama. Pada umur tua

meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap dibandingkan dengan umur

muda tetap fisik mengalami kemunduran (Rochjati, 1994).

Menurut Chelsey (1995) Pre Eklampsia hampir selalu merupakan

penyakit wanita nulipara meskipun Pre Eklampsia lebih sering didapatkan pada
33

awal dan akhir umur reproduktif, yaitu umur remaja atau umur diatas 35 tahun,

namun Pre Eklampsia diatas 35 tahun biasanya menunjukkan hipertensi yang

diperberat oleh kehamilan.

Insidens Pre Eklampsia-eklamsia tinggi pada primigravida muda,

meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berumur kurang dari 20

tahun insidens lebih dari tiga kali lipat. Pada wanita hamil berumur diatas 35

tahun, dapat terjadi hipertensi laten. Hipertensi pada kehamilan paling sering

mengenai wanita nulipara, wanita yang lebih tua, yaitu dengan bertambahnya

umur menunjukkan peningkatan insidens hipertensi kronis menghadapi resiko

yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan. Insiden

hipertensi karena kehamilan pada wanita muda tidak lebih tinggi. Resiko paling

besar yang harus dihadapi ibu yang telah berumur diata 35 tahun adalah

mempunyai anak dengan syndroma down. Resiko ini meningkat dengan

bertambahnya umur (Manuaba, 2003).

Umur dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena

organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses

kehamilan dari persalinan. Sedangkan kehamilan pada umur diatas 35 tahun

mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan

persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau hiyang merupakan gejala khas

untuk penegakan diagnosis pada Pre Eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan,

distosia dan partus lama. Hipertensi pada kehamilan paling sering mengenai

wanita yang lebih tua, yaitu dengan bertembahnya umur menunjukkan

peningkatan insiden hipertensi kronis menghadapi resiko yang lebih besar untuk
34

menderita hipertensi karena kehamilan. Wanita hamil dengan umur kurang dari

20 tahun insidens Pre Eklampsia lebih dari tiga kali lipat. Pada wanita hamil

berumur lebih dari 25 tahun, dapat terjadi hipertensi laten. Oleh karena itu,

semakin lanjut nya umur seseorang maka kualitas sel terung berkurang hingga

berakibat juga menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan. Sementara umur

dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ

reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses kehamilan

dan persalinan (Manuaba, 2003).

2.5 Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre Eklampsia

Paritas merupakan salah satu faktor resiko pre eklampsia. Pre eklampsia

dapat terjadi pada kehamilan pertama. Wanita primigravida sering mengalami

stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi menyebabkan

peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

hipotalamus, kemudian menyebabkan peningkatan kortisol, efek kortisol adalah

mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan

meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk

meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah. Hipertensi

pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan

resistensi perifer total. Selama kehamilan normal, volume darah meningkat

secara drastis. Pada wanita hamil yang sehat, peningkatan volume darah diatur

oleh penurunan responsivitas vascular terhadap hormon vasoaktif, misalnya

angiotensin II. Hal ini menyebabkan resistensi perifer total berkurang pada

kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita hamil dengan pre
35

eklampsia, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida tersebut,

sehingga peningkatan volume darah yang bertahap, proteinuria dan eddema

selama kehamilan merupakan tanda-tanda pre eklampsia. Gejala tersebut akan

menjadi nyata pada kehamilan trimester III sampai saat melahirkan

(Http://digilib.inimus.ac.id).

Pre eklampsia pada primigravida lebih sering terjadi pada usia muda,

diduga karena adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin genetik.

Pada kehamilan pertama pembentukan Blocking Antibodies terhadap antigen

plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Pada wanita dengan paritas multigravida terjadi perfusi organ-organ reproduksi

termasuk penurunan fungsi endotel. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel

yang mengalami kerusakan. Dalam keadaan normal, kadar prostasiklin lebih

banyak dari pada tromboksan. Sedangkan pada pre eklampsia kadar tromboksan

lebih banyak dari pada prostasiklin, sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penurunan fungsi endotel juga

dapat berpengaruh pada perubahan yang khas pada sel kapiler glomerulus di

ginjal. Hal ini dapat berakibat penurunan fungsi glomerulus sehingga

terdapatnya proteinuria yang merupakan gejala khas untuk penegakan diagnosis

pada pre eklampsia (Ismail, 2011).

Menurut BKKBN, jumlah anak yang baik adalah 2 orang dengan

demikian pada keluarga yang mempunyai anak 2 orang akan lebih bisa

memenuhi kecukupan makanannya dibandingkan dengan keluarga yang

mempunyai anak lebih 2 orang. Umur adalah satuan waktu yang mengukur
36

waktu keberadaan suatu benda atau makhluk baik yang hidup maupun yang

mati, misal, umur manusia dikatakan lima belas tahun di ukur sejak dia lahir

hingga waktu umur itu dihitung (http:/www.wikipedia.org/wiki.umur).

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa umur yang aman

untuk kemilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada umur dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali

lebih tinggi dari pada kematian maternalyang terjadi pada umur 20-29 tahun.

Kematian maternal meningkat kembali sesudah umur 30-35 tahun.


37

2.6 Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2005), konsep merupakan abstrak yang terbentuk

oleh generalisasi suatu pengertian, sedangkan kerangka konsep penelitian

adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu dengan konsep lainnya

dari masalah yang diamati atau diukur melalui penelitian.

Dari uraian diatas, peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai

berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Umur Ibu

Kejadian Pre Eklampsia

Paritas

Gambar 2.6 Kerangka Konsep


38

2.7. Definisi Operasional

Tabel 2.7 Definisi Operasional

Varibel Defenisi Alat Cara Ukur Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur
Operasional

Umur Umur Individu Checlist Dokumentasi 1.Beresiko Nominal


saat mulai rekam medik (<20->35
dilahirkan Tahun)
sampai
berulang tahun. 2.Tidak
Beresiko
(20-35
Tahun)
Paritas Jumlah Checlist Dokumentasi 1.Primipara Nominal
kehamilan yang rekam medik
pernah dialami
oleh ibu
2.Multipara
Pre- Penyakit Checlist Dokumentasi 1.Pre- Nominal
eklampsia dengan tanda rekam medik eklampsia
hipertensi,
proteinuria dan
edema yang
2.Tidak
timbul
karnakehamilan pre-
eklampsia
39

2.8. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan umur dengan kejadian Pre-Eklampsia di RS Ibnu Sina Bukittingi

Tahun 2016.

Ha : Ada hubungan paritas dengan kejadian Pre Eklampsia di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2016.

Ho : Tidak ada hubungan Umur dengan kejadian Pre-Eklampsia di RS Ibnu Sina

Bukitinggi Tahun 2016.

Ho : Tidak ada Hubungan Paritas dengan kejadian Pre Eklampsia di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2016.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian survei analitikdengan

menggunakan cross sectional dengan pengumpulan data sekunderyang berasal

dari catatan rekam medik RS Ibnu Sina Bukittinggi (Notoatmojo, 2010). Data ini

menyangkut variabel umur dan paritas Ibu Bersalin dengan kejadian Pre

Eklampsia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di RS Ibnu Sina Bukittinggi

Tahun 2016. Waktu penelitian ini direncanakan dari bulan Maret s/d April

Tahun 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmojo, 2010). Populasi kasus dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dari

bulan Agustus s/d Desember 2015 sebanyak 380 ibu bersalin di RS Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2015.

40
41

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti

dan di anggap mewakili seluruh populasi (notoadmojo, 2009) Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu bersalin yang mengalami Pre Eklampsia di RS Ibnu

Sina Bukittinggi Tahun 2015 yaitu 55 sampel dengan teknik pengambilan total

sampling, dimana teknik pengambilan sampel dengan mengambil anggota

popolasi semua menjadi sampel (Hidayat, 2011).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder

teknik data yang diperoleh tidak dapat langsung dari responden.

3.4.1 Data Primer

Data yang diambil berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti

dengan melihat berapa kejadian Pre Eklampsia pada ibu bersalin dengan Umur

dan Paritas di RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2016.

3.4.2 Data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data diambil secara Cross

Sectional dari orang lain.


42

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebgai

berikut:

3.5.1 Editing (Pemeriksaan Data)

Pemeriksaan data setelah data terkumpul, kemudian data tersebut

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, sehingga diharapkan akan

memperoleh data yang valid dan rehabilitasi.

3.5.2 Coding (Mengkode)

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian kode tertentu pada

tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

Jadi pemberian kode pada penelitian ini yaitu :

1. kejadian Pre Eklampsia

cara ukur pengambilan data ini yaitu dengan Diagnosa Dinamikal Record

dengan hasil ukur :

1= Pre Eklampsia

2= Tidak Pre Eklampsia

2. Umur Ibu

Cara ukur pengambilan data ini adalah dengan melihat Medical Record

dengan hasil ukur :

1= Beresiko ( <20 - >35 Tahun )

2= Tidak Beresiko ( 20- 35 Tahun )


43

3. Paritas

Cara ukur pengambilan data ini adalah dengan melihat Medical Record

dengan hasil ukur :

1 = Primipara

2 = Multipara

3.5.3 Entry (Memasukkan Data)

Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua data

sekunder yang lengkap dan benar untuk dianalisis. Pengolahan data dilakukan

bantuan program computer yang dimulai dengan data entry ke dalam program

computer yang digunakan.

3.5.4 Pembersihan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan terhadap data yang sudah

di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6 Analisa Data

3.6.1 Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskriptifkan

karakteristik tiap variabel penelitian. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan

gambaran distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu umur dan paritas

ibu bersalin dan variabel dependen kejadian pre-eklampsia. Masing-masing

variabel yang diajukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


44

Umur dan paritas ibu bersalin dalam perhitungan presentase dilakukan

dengan rumus sebagai berikut:


P = x 100%

Keterangan :

P : Presentase

F : Frekuensi isi jawaban/ nilai yang benar

N : Jumlah

3.6.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan uji statistik. Data ini dianalisa

dengan menggunakan teknik pengolahan data sistem komputerisasi dengan uji

statistik Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan kemampuan

signifikan = 0,05, sehingga dikatakan memiliki hubungan bermakana apabila

faktor peluang (p<0,05) dan tidak memiliki hubungan yang bermakna apabila

faktor peluang (p>0,05).

3.7 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh hasil


45

penelitian tersebut. Secara garis besar, dalam melaksanakan sebuah penelitian

ada empat prinsip yang harus dipegang teguh yakni :

3.7.1 Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For Human Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendpatkan

informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Peneliti juga

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi. Sebaiknya

peneliti mempersiapkan formulir persetujuan (Inform Concent).

3.7.2 Menghormati Privasi Dan Kerahasian Subjek Penelitian (Respect For

Privacy And Confidentiality)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasian identitas subjek. Peneliti sebaiknya cukup menggunakan Coding

sebagai pengganti identitas responden.

3.7.3 Keadilan Dan Inklusivitas/ Keterbukaan (Respect For Justice An

Inclusiveness)

Lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip

keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya.
46

3.7.4 Memperhitungkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan (Balancing

Harms And Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi

masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khusunya. Peneliti

hendaknya berusha meminimalisasi dampak yang dapat merugikan bagi subjek

(notoadmojo, 2009).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Proses Penelitian dilaksanakan dari 14 Maret 23 April 2016, untuk

mengetahui Hubungan Umur dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre

Eklamsia dengan jumlah responden 55 orang di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

Bukittinggi.

Data dikumpulkan melalui observasi langsung responden dengan

karakteristik responden yang telah ditentukan. Data terdiri dari Umur, Paritas

dan Kejadian Pre Eklamsia. Hasil penelitian dapat dilihat pada table di bawah

ini:

4.1.1 Analisa Univariat

1. Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Tahun 2015

No Umur Frekuensi Presentase (%)


1 Beresiko 32 58,2%
2 Tidak Beresiko 23 41,8%

3 Total 55 100%

47
48

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 55 responden ditemukan

lebih dari separoh yaitu 32 responden (58,2%) yang memiliki umur beresiko

(<20->35 Tahun).

2. Paritas

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Paritas di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Tahun 2015

No Paritas Frekuensi Persentase (%)

1 Primipara 28 50,9%
2 Multipara 27 49,1%

Total 55 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

ditemukan lebih dari separuh yaitu 28 responden (50,9%) dengan paritas

primipara.

3. Pre Eklamsia

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Pre Eklamsia di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi Tahun 2015

No Pre Eklamsia Frekuensi Persentase (%)

1 Pre Eklamsia 29 52,7%


2 Tidak Pre Eklamsia 26 47,3%

Total 55 100%
49

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

ditemukan lebih dari separoh yaitu 29 responden (52,7%) yang

mengalami Pre Eklamsia.

4.1.2 Analisa Bivariat

1. Hubungan Umur dengan Pre Eklamsia


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Umur dengan Kejadian Pre Eklamsia di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015

Kejadian Pre Eklamsia Total


No Umur p.value
Pre % Tidak % n %
Eklamsia PreEklamsia
1 Beresiko 16 55,2% 16 61,5% 32 58,2%
2 Tidak 13 44,8% 10 38,5% 23 41,8% 0,000
Beresiko
Jumlah 29 26 55 100%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 32 ibu bersalin yang

memilki umur beresiko (<20->35 Tahun) lebih dari separoh yaitu 16 responden

(55,1%) yang mengalami Pre Eklamsia. Sedangkan dari 23 ibu bersalin yang

memilki umur yang tidak beresiko (20-35 Tahun) kurang dari separoh yaitu 10

responden (38,5%) yang tidak mengalami Pre Eklamsia.

Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), maka secara

statistic disebut bermakna. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara umur

dengan Kejadian Pre Eklamsia.


50

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre Eklamsia

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Paritas dengan Kejadian Pre Eklamsia di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2015

Kejadian Pre Eklamsia Total


No Paritas p.value
Pre % Tidak Pre % n %
Eklamsia Eklamsia
1 Primipara 16 55,2% 12 46,2% 28 50,9%
2 Multipara 13 44,8% 14 53,8% 27 49,1% 0,000
Jumlah 29 26 55 100%

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 28 responden dengan

kategori primipara ditemukan lebih dari separoh yaitu 16 responden (55,2%)

mengalami Pre Eklamsia. Dan dari 27 responden dengan kategori multipara

ditemukan sebagian yaitu 14 responden (53,8%) tidak mengalami Pre eklamsia.

Hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), maka secara

statistic disebut bermakna. Kesimpulannya adalah ada hubungan antara Paritas

dengan Kejadian Pre Eklamsia.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Umur

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dari 55 responden ditemukan

lebih dari separoh yaitu 32 responden (58,2%) yang memiliki umur beresiko

(<20- >35 Tahun).


51

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Azwar Hasan Tahun 2011 di RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang dimana dari 52

responden yang diteliti terdapat lebih dari separoh yaitu (54,1%) ibu bersalin

dengan umur (<20- >35 Tahun) beresiko yang mengalami Pre Eklamsia.

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dia dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur sangat

mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Umur yang baik untuk masa

kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita yang melahirkan di bawah

umur 20 tahun atau lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi

terjadi nya komplikasi maupun penyakit lain nya. Umur yang beresiko ini secara

tidak langsung dapat mengakibatkan kejadian Pre Eklamsia ( Cunningham,

2001).

Sebaliknya pada wanita dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35

tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karna kehamilan pada umur

ini memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran atau kegagalan

persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang umurnya lebih tua

memiliki tingkat resiko komplikasi melahirkan lebih tinggi dibandingkan

dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia 35 tahun keatas, selain fisik

melemah juga kemungkinan munculnya berbagai resiko gangguan kesehatan,

seperti darah tinggi, diabetes dan berbagai penyakit lain (Gunawan S, 2010).

Umur yang dianjurkan untuk hamil bagi ibu adalah 20-35 Tahun. Di

umur tersebut kondisi fisik dan mental ibu telah siap untuk kehamilan.
52

Jika umur ibu hamil dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering belum

tumbuh mencapai ukuran dewasa. Hal ini menyebabkan ibu mengalami

persalinan lama/macet, atau gangguan lainnya karena ketidak siapan ibu untuk

menerima tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua, jika umur ibu hamil 35

tahun atau lebih, kondisi kesehatan ibu telah mengalami penurunan sehingga

kemungkinan untuk mencapai ana cacat, persalinan lama atau pun perdarahan

akan lebih besar dibandingkan saat ibu berumur kurang dari 35 tahun (ismail,

2011).

Menurut asumsi peneliti tinggi nya umur ibu bersalin (<20->35 Tahun)

pada ibu bersalin disebabkan salah satunya faktor budaya didaerah tersebut

dimana banyak nya remaja yang menikah di bawah umur 20 tahun dan masih

rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang umur yang baik untuk memulai

kehamilan.

4.2.2 Paritas

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

ditemukan lebih dari separoh yaitu 28 responden (50,9%) yang memiliki paritas

primipara.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Etika Desi Yogi tahun 2014 di RSUD Kefa Menanu Kab Timor Tengah Utara

dimana dari 39 responden yang diteliti terdapat lebih dari separoh yaitu

(59,09%) ibu bersalin dengan dengan paritas primipara.


53

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik hidup maupun mati

lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal, resiko pada paritas satu

dapat di tangani dengan asuhan obstetriklebih baik, sedangkan resiko pada

paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan

resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga

berencana. Sebagian kehamilan pada paritas kehamilan adalah tidak

direncanakan ( Prawirohardjo, 2010).

Paritas pertama berhubungan dengan kuranganya pengalaman dan

pengetahuan ibu dalam perawatan kehamilan. Paritas 2-3 merupakan paritas

paling aman. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) merupakan paritas

beresiko terjadinya preeklampsia. Ibu dengan paritas tinggi (lebih dari 4) sudah

mengalami penurunan fungsi sistem reproduksi, selain itu biasanya ibu terlalu

sibuk mengurus rumah tangga sehingga sering mengalami kelelahan dan kurang

memperhatikan pemenuhan gizinya (Yustiana, 2006).

Pada primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi

persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan

peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh

hipothalamus, yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol

adalah mempersiapkan tubuh untuk berespons terhadap semua stresor dengan

meningkatkan respons simpati.

Menurut asumsi peneliti, paritas merupakan suatu keadaan dimana

seorang ibu yang telah melahirkan anak. paritas primipara yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor mempengaruhi adalah pendidikan ibu yang rendah sehingga


54

tidak mengetahui tentang resiko tinggi untuk kehamilan. Oleh karna itu untuk

menghidari terjadi nya paritas tdengan kategori primipara, sebaiknya pendidikan

kesehatan tentang alat tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan lebih

ditingkatkan.

4.2.3 Pre Eklamsia

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 55 responden

ditemukan lebih dari separoh yaitu 29 responden (52,7%) yang mengalami Pre

Eklamsia.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Irna Yustiana Tahun 2014 di RSKIA Kota Bandung dimana dari 54

responden yang diteliti terdapat separoh yaitu (50,0%) ibu bersalin yang

mengalami Pre Eklamsia.

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria

dan edema yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia dan eklampsia

merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab

terjadinya masih belum jelas. Selain infeksi dan perdarahan, preeklampsia dan

eklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal yang paling

penting dalam ilmu kebidanan. Salah satu faktor penyebab terjadinya pre

eklamsia adalah umur dan paritas.

Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai disertai

dengan retensi garam dan air. pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat

glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempinya


55

sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah, jadi jika semua arteriola

dalam tubuh menglami spasme, maka tekanan daraha akan naik, sebagai usaha

untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan

air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya,

mungkin karna retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme

arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

Menurut asumsi peneliti , banyak ibu bersalin yang memilki komplikasi

pada kehamilan terutama pada primigravida, ibu yang sangat muda atau ibu

yang berusia lebih dari 35 tahun. Dipertegas oleh teori yang dikemukakan oleh

Winkjisastro (2006) bahwa Pre Eklamsia lebih banyak dijumpai pada

Primigravida terutama usia muda atau multigravida dan usia ibu lebih dari 35

tahun.

4.2.4 Hubungan Umur dengan Kejadian Pre Eklamsia

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 32 ibu bersalin yang

memilki umur beresiko lebih dari separuh yaitu 16 responden (55,1%) yang

mengalami Pre Eklamsia. Sedangkan dari 23 ibu bersalin yang memilki umur

yang tidak beresiko kurang dari separuh yaitu 10 responden (38,5%) yang tidak

mengalami Pre Eklamsia. Berdasarkan hasil Hasil uji statistic diperoleh nilai p =

0,001 (p < 0,05), maka secara statistic disebut bermakna. Kesimpulannya adalah

ada hubungan antara umur dengan Kejadian Pre Eklamsia di RS Islam Ibnu Sina

Bukittinggi Tahun 2016.


56

Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Azwar

Hasan Tahun 2011 di RSUP Dr. M. Djamil Kota Padang, dimana didapatkan

hasil uji statistic dengan nilai p= 0,000 maka p< 0,05 berarti ada hubungan umur

ibu bersalin dengan kejadian pre eklamsia.

Saat terbaik bagi seorang perempuan untuk hamil adalah saat umur 20-

35 tahun. Sel telur sudah diproduksi sejak dilahirkan namun baru terjadi ovulasi

ketika masa pubertas, sel telur yang keluar hanya satu setiap bulannya, ini

menunjukkan adanya unsur seleksi yang terjadi hingga diasumsikan sel telur

yang berhasil keluar adalah sel telur yang unggul. Oleh karena itu, semakin

lanjur nya umur seseorang maka kualitas sel telur sudah berkurang sehinnga

berakibat juga menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan. Sementara umur

dibawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hami karena organ-organ

reproduksi belum sempurna, hal ini tentu akan menyulitkan proses kehamilan

dan persalinan (Menurut Wahyudi, 2000).

Kehamilan pada umur diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk

mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan antar pendarahan, gestosis,

atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama. Pada umur tua

meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap dibandingkan dengan umur

muda tetap fisik mengalami kemunduran (Rochjati, 1994).

Menurut Chelsey (1995) Pre Eklampsia hampir selalu merupakan

penyakit wanita nulipara meskipun Pre Eklampsia lebih sering didapatkan pada

awal dan akhir umur reproduktif, yaitu umur remaja <20 atau umur diatas 35
57

tahun, namun Pre Eklampsia diatas 35 tahun biasanya menunjukkan hipertensi

yang diperberat oleh kehamilan.

Menurut asumsi peneliti Pre Eklamsia juga tejadi karna masih rendahnya

pendidikan ibu sehingga ibu tidak mengetahui bahaya kehamilan pada umur <20

atau >35 tahun sehingga terdapatnya potensi untuk mengalami Pre Eklamsi, hal

ini disebabkan oleh kondisi ibu selama kehamilan membutuhkan kematangan

alat-alat reproduksi ibu untuk terjadinya kehamilan.

4.2.5 Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre Eklamsia

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 28 responden dengan

paritas primipara ditemukan lebih dari separoh yaitu 16 responden (55,2%) yang

mengalami Pre Eklamsia. Dan dari 27 responden dengan paritas multipara

ditemukan sebagian yaitu 14 responden (53,8%) yang tidak mengalami Pre

eklamsia. Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05),

maka secara statistic disebut bermakna. Kesimpulannya adalah ada hubungan

antara Paritas dengan Kejadian Pre Eklamsia di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi

Tahun 2016.

Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Etika

Desi Yogi tahun 2014 di RSUD Kefa Menanu Kab Timor Tengah Utara dimana

didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p= 0,001 maka p<0,05 maka

dinyatakan ada hubungan paritas dengan pre eklamsia.

Pre eklamsia pada primigravida lebih sering terjadi pada usia muda,

diduga karena adanya suatu mekanisme imunologi disamping endokrin genetik.


58

Pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Pada wanita dengan paritas multigravida terjadi perfusi organ-organ reproduksi

termasuk penurunan fungsi endotel. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel

yang mengalami kerusakan. Dalam keadaan normal, kadar prostasiklin lebih

banyak dari pada tromboksan. Sedangkan pada pre eklampsia kadar tromboksan

lebih banyak dari pada prostasiklin, sehingga menyebabkan vasokonstriksi yang

akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penurunan fungsi endotel juga

dapat berpengaruh pada perubahan yang khas pada sel kapiler glomerulus di

ginjal. Hal ini dapat berakibat penurunan fungsi glomerulus sehingga

terdapatnya proteinuria yang merupakan gejala khas untuk penegakan diagnosis

pada pre eklampsia (Ismail, 2011).

Menurut asumsi peneliti berdasarkan penelitian yang dilakukan paritas

memang merupakan salah satu bahwa penyebab terbesar terjadinya Pre

Eklamsia, Seperti Primipara karena kurang nya pengalaman ibu atau tubuh ibu

yang bereaksi dengan timbulnya blocking antibodi terhadap antigen plasenta.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, penelitian mengalami beberapa keterbatasan dan

peneliti banyak sekali mengalami kekurang dan hambatan yang mana keterbatasan

penelitian temui yaitu : instrument dalam pengumpulan data di rancang oleh

peneliti sendiri, sehingga mungkin masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian pada tanggal 14 Maret 23 April 2016,

bahwa hubungan Umur, paritas dengan kejadian Pre Eklamsia di Rumah Sakit

Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2016, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

5.1.1 Lebih dari separuh ibu bersalin dengan umur beresiko yaitu sebanyak

(58,2%)

5.1.2 Lebih dari separuh ibu bersalin dengan Paritas dengan kategori Primipara

yaitu sebanyak (50,9%).

5.1.3 Lebih dari separuh ibu bersalin dengan Pre Eklamsia yaitu sebanyak

(52,7%).

5.1.4 Ada hubungan Umur dengan kejadian Pre Eklamsia dengan nilai p =

0,000

5.1.5 Ada hubungan Paritas dengan kejadian Pre Eklamsia dengan nilai p =

0,000

59
60
61

5.2 Saran

5.2.1 Bagi peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian dan berguna untuk mengaplikasikannya sebagai bidan.

5.2.2 Bagi institusi pendidikan

Mengevaluasi pemahaman mahasiswa akademi kebidanan stikes yarsi

sumbar bukitinggi tentang penelitian dan diharapkan hasil penelitian dapat

dijadikan bahan informasi ataupun referensi dalam melakukan penelitian

mengenai pre eklampsia pada ibu bersalin.

5.2.3 Bagi instasi tempat penelitian

Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan

pengembangan oleh pelaksana dalam meningkatkan upaya dibidang kesehatan

dalam hal penanganan pre eklampsia pada ibu bersalin.


DAFTAR PUSTAKA

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehata. Jakarta: Rineka Cipta

Yeyeh, ayi. Dkk, 2010. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. Jakarta: Trans Info
Media

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta :EGC

Cuningham. 2005. Obstetri Williams: Jakarta :EGC

Hacker, N.F. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Manuaba, I.A.C. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar, R. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : EGC.

Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset


Keperawatan. Jakarta : CV. Info Medika

SindoNews. 2013. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia.


www.nasional.sindonews.com ( Diakses tanggal 01 Februari 2016 jam 14.03
WIB)

Syaifuddin, A.B. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP


Syaifuddin, A.B. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP

Varney. H, Kriebs, J.M dan Gegor, C.L. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC

Winkjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP


Lampiran 5

FREQUENCY TAB
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Beresiko 32 58,2 58,2 58,2
Tidak Beresiko 23 41,8 41,8 100,0
Total 55 100,0 100,0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Primipara 28 50,9 50,9 50,9
Multipara 27 49,1 49,1 100,0
Total 55 100,0 100,0

Pre_Ekslamsi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pre Ekslamsi 29 52,7 52,7 52,7
Tidak Pre Ekslamsi 26 47,3 47,3 100,0
Total 55 100,0 100,0

Cross tab

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Pre_Ekslamsi 55 100,0% 0 ,0% 55 100,0%
Paritas * Pre_Ekslamsi 55 100,0% 0 ,0% 55 100,0%
Umur * Pre_Ekslamsi Crosstabulation

Pre_Ekslamsi Total
Tidak Pre
Pre Ekslamsi Ekslamsi
Umur Beresiko Count 16 16 32
% within Umur 50,0% 50,0% 100,0%
% within Pre_Ekslamsi 55,2% 61,5% 58,2%
Tidak Beresiko Count 13 10 23
% within Umur 56,5% 43,5% 100,0%
% within Pre_Ekslamsi 44,8% 38,5% 41,8%
Total Count 29 26 55
% within Umur 52,7% 47,3% 100,0%
% within Pre_Ekslamsi 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,371(b) 1 ,000
Continuity
2,386 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio 3,468 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 3,307 1 ,000
N of Valid Cases 53
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Umur
(Beresiko / Tidak ,769 ,262 2,258
Beresiko)
For cohort Pre_Ekslamsi =
Pre Eklamsi ,885 ,537 1,456
For cohort Pre_Ekslamsi =
Tidak Pre Ekslamsi 1,150 ,643 2,055
N of Valid Cases 55
Paritas * Pre_Ekslamsi Crosstabulation

Crosstab

Pre_Ekslamsi Total
Tidak Pre
Pre Eklamsi Ekslamsi
Paritas Primipara Count 16 12 28
Expected Count 14,8 13,2 28,0
% of Total 29,1% 21,8% 50,9%
Multipara Count 13 14 27
Expected Count 14,2 12,8 27,0
% of Total 23,6% 25,5% 49,1%
Total Count 29 26 55
Expected Count 29,0 26,0 55,0
% of Total 52,7% 47,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,446(b) 1 ,000
Continuity
,158 1 ,000
Correction(a)
Likelihood Ratio ,447 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association ,438 1 ,000
N of Valid Cases 55
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,76.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper Lower


Odds Ratio for Paritas
(Primipara / Multipara) 1,436 ,496 4,157
For cohort Pre_Ekslamsi =
Pre Eklamsi 1,187 ,715 1,969
For cohort Pre_Ekslamsi =
Tidak Pre Ekslamsi ,827 ,472 1,449
N of Valid Cases 55
HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN
PRE EKSLAMSI DI RSI IBNU SINA BUKITTINGGI
TAHUN 2016

No Nama Pre
Umur Ket Ket Paritas Ket Ket
Inisial Ekslamsi
1 Ny.Z 19 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
2 Ny.R 38 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
3 Ny.R 21 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
4 Ny.S 36 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
5 Ny.R 36 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
6 Ny.S 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
7 Ny.D 38 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
8 Ny.M 29 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
9 Ny.A 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
10 Ny.R 22 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
11 Ny.S 33 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
12 Ny.R 23 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
13 Ny.L 28 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
14 Ny.R 27 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
15 Ny.R 23 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
16 Ny.S 30 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
17 Ny.S 38 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
18 Ny.N 37 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
19 Ny.Y 17 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
20 Ny.S 36 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
21 Ny.T 36 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
22 Ny.R 36 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
23 Ny.R 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
24 Ny.R 36 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
25 Ny.R 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
26 Ny.S 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
27 Ny.M 32 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
28 Ny.D 18 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
29 Ny.A 18 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
30 Ny.A 26 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
31 Ny.N 24 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
32 Ny.R 22 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
33 Ny.M 24 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
34 Ny.H 18 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
35 Ny.R 19 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
36 Ny.L 20 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
37 Ny.R 19 1 Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
38 Ny.S 36 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
39 Ny.N 38 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
40 Ny.M 37 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
41 Ny.S 24 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
42 Ny.N 22 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
43 Ny.S 37 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
44 Ny.N 18 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
45 Ny.R 20 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
46 Ny.N 36 1 Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
47 Ny.M 27 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 1 Pre_Ekslamsi
48 Ny.S 18 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
49 Ny.R 19 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
50 Ny.F 26 2 Tidak_Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
51 Ny.F 36 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
52 Ny.A 22 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
53 Ny.R 19 1 Beresiko 2 Multipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
54 Ny.F 23 2 Tidak_Beresiko 1 Primipara 2 Tidak_Pre_Ekslamsi
55 Ny.A 18 1 Beresiko 1 Primipara 1 Pre_Ekslamsi
Lampiran 1

GANT CHART ( JADWAL PENELITIAN

NO KEGIATAN FEBUARI MARET APRIL MEI JUNI


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul proposal
2 Penulisan proposal
3 Konsultasi proposal
4 Ujian proposal
5 Konsultasi setelah ujian
6 Penelitian
7 Pengolahan data
8 Konsultasi hasil penelitian
9 Ujian hasil penelitian
10 Konsultasi setelah ujian
11 Pengumpulan KTI

Bukittinggi, Maret

Desi Marisa

Anda mungkin juga menyukai