Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Jenis-jenis Validasi
1. Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang, terdiri dari :
Design Qualification (DQ)/Kualifikasi Disain (KD)
Installation Qualification (IQ)/Kualifikasi Instalasi (KI)
Operational Qualification (OQ)/Kualifikasi Operasional (KO)
Performance Qualification (PQ)/Kualifikasi Kinerja (KK)
2. Validasi Metode Analisa
3. Validasi Proses Produksi,
4. Validasi Proses Pengemasan
5. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Validation Master Plan (VMP) merupakan dokumen yang menyajikan informasi mengenai
program kerja/kegiatan validasi pada industri farmasi yang bersangkutan secara keseluruhan,
termasuk jadwal pelaksanaannya.
1. Kebijakan validasi.
2. Struktur organisasi kegiatan validasi (komite validasi).
3. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, dan proses yang akan divalidasi.
4. Format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan validasi.
5. Pengendalian perubahan.
6. Acuan dokumen yang digunakan.
VALIDASI METODA ANALISA
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Metode Analisa (VMA) adalah untuk menunjukkan bahwa
semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan tujuan penggunaannya dan selalu
memberikan hasil yang dapat dipercaya. Jadi, dalam Validasi metode analisa yang diuji atau
divalidasi adalah PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan. Misalnya, Validasi
Metode Analisa Penetapan Kadar Zat Aktif Paracemol dalam Tablet Biogesic dengan Metode
Spektrofotometri UV/Vis, maka yang divalidasi atau diuji validitasnya adalah Prosedur Tetap
Penetapan Kadar Zat Aktif Paracemol dalam Tablet Biogesic dengan Metode
Spektrofotometri UV/Vis.
PROTAP tersebut bisa disusun oleh Bagian QC atau oleh Bagian R&D. Apabila PROTAP-nya
belum tersedia maka harus dibuat terlebih dahulu, baru divalidasi. PROTAP metode analisa
tersebut, bisa jadi disusun berdasarkan :
1. Diambil (di-adopsi) dari berbagai literatur resmi, misalnya Farmakope Indonesia (FI),
Unite State Pharmacopea (USP), British Pharmacopea (BP) dan lain-lain (kompendial)
2. Berasal dari pengembangan sendiri (Eksporasi)
3. Modifikasi dari prosedur pengujian yang telah ada (Modifikasi).
Ruang Lingkup
Validasi Metode Analisa dilakukan untuk SEMUA metoda analisa yang digunakan untuk
pengawasan kegiatan produksi, termasuk metode analisis yang digunakan dalam
menetapkan residu zat aktif pada validasi prosedur pembersihan.
Validasi metode analisa umumnya dilakukan terhadap 4 jenis, yaitu :
1. uji identifikasi;
2. uji kuantitatif kandungan impuritas (impurity);
3. uji batas impuritas; dan
4. uji kuantitatif zat aktif dalam sampel bahan aktif obat atau obat atau komponen
tertentu dalam obat.
Note : Metode analisis lain, seperti uji disolusi untuk obat atau penentuan ukuran partikel untuk
bahan aktif obat, hendaklah juga divalidasi
Dilakukan dengan semua peralatan yang telah dikalibrasi dan diuji kesesuaian sistemnya
(alat dan sistem sudah dikualifikasi).
Menggunakan bahan baku pembanding yang sudah dibakukan dan disimpan ditempat
yang sesuai.
Parameter Uji
Dalam bahasa yang sederhana, dalam VMA ini kita akan MENGUJI cara-cara PEMERIKSAAN
atau PENGUJIAN yang kita lakukan (misalnya identifikasi, penetapan kadar zat aktif, menguji
sisa/residu, dan sebagainya) agar kita YAKIN bahwa PENGUJIAN yang kita lakukan tersebut
SUDAH BENAR dan HASIL PENGUJIAN yang dilakukan benar-benar TERPERCAYA. Untuk
melakukan PENGUJIAN tersebut, kita menggunakan apa yang disebut dengan PARAMETER
UJI. Parameter uji ini meliputi, antara lain :
akurasi (Accuracy);
presisi (precision);
o ripitabilitas (repeatibilty);
o Presisi antara (intermediate precision);
o reprodusibilitas/keterulangan (reproducibility)
spesivisitas (specify)/Selektifitas (selectivity);
batas deteksi (limit of detection/LOD);
batas kuantitasi (limit of quantitation/LOQ);
linearitas (Linearity); dan
rentang (range).
Kriteria Penerimaan
Seluruh parameter uji (Spesifitas/selektifitas, Linearitas, Akurasi, Presisi, LOD, LOQ dan
Robustness) memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Tidak ada perbedaan bermakna antar analis atau antar dosis yang diuji atau antar lab. (t
uji < t tabel).
Validasi Ulang
Tingkat validasi ulang yang diperlukan tergantung pada sifat perubahan. Perubahan tertentu lain
mungkin juga memerlukan validasi ulang.
VALIDASI PROSES
Validasi Proses merupakan hal yang sangat vital bagi industri farmasi dalam hal penjaminan
mutu dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap mutu produk. Prinsip dasar dari
Sistem Pemastian Mutu adalah bahwa agar obat dibuat sesuai dengan tujuan penggunaannya,
maka tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang
lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu, khasiat dan
keamanan produk harus dirancang dan ditanamkan ke dalam produk. Di samping itu, tiap
langkah dalam proses pembuatan obat harus terkendali untuk memastikan obat yang dihasilkan
akan senantiasa memenuhi persyaratan. Hal-hal tersebut di atas dapat dipenuhi jika terdapat
program validasi yang terencana dengan baik, terpadu dan terintegrasi dengan Sistem
Manajemen Mutu perusahaan dengan baik.
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan
sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Kemudian,
perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu
produk juga harus divalidasi. Ruang lingkup dan cakupan validasi, harus dilakukan dengan
menggunakan pendekatan dengan kajian risiko.
Pengertian
Validasi Proses diartikan sebagai tindakan pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses
yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi
hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut
mutu yang ditetapkan sebelumnya.
Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan
digunakan dalam proses produksi (Batch Processing Record), senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan secara terus menerus.
Mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi.
Memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang (reworking process)
Validasi Proses merupakan puncak dari pelaksanaan Kualifikasi dan validasi di industri
farmasi, sehingga sebelum dilakukan validasi proses, membutuhkan prasyarat, antara lain
sebagai berikut :
Prasyarat Process Validation
Secara Tradisional, pada umumnya validasi proses dilakukan dengan pendekatan sebagai
berikut :
Validasi Prospektif adalah Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari
produk yang akan dipasarkan.
1. Produk baru,
2. Modifikasi pada proses produksi yang dapat berdampak pada karakteristik produk
tersebut.Prasyarat lain adalah Laporan produk transfer dari bagian R&D ke bagian
Produksi.
Prasyarat lain : Adanya laporan Produk Transfer dari bagian R&D ke bagian Produksi.
Validasi Konkuren adalah Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk
dijual.
Validasi Retrospektif adalah Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah
dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets.
1. Bukan metoda pilihan untuk validasi proses, dan dipakai hanya untuk proses yang
wellestablished (mapan).
2. Review data sejarah catatan bets secara komprihensif
3. Jumlah data yang cukup untuk mendapatkan kesimpulanyang signifikan secara statistik
4. Biasanya memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai 30 (tiga puluh) bets berurutan untuk
menilai konsistensi proses.
5. Bets yang dipilih seluruh bets yang dibuat selama periodepengamatan, termasuk yang
tidak memenuhi spesifikasi
6. Tidak bisa bila ada perubahan ( mis. peralatan, bahan awal, formula, proses, metode).
Validasi Proses tidak dianggap hanya satu kali kejadian/kegiatan saja. Suatu pendekatan siklus
hidup (Lifecycle approach) harus dilakukan yang akan menghubungkan pengembangan, produk
dan proses validasi bets komersial dan memelihara proses agar selalu terkendali selama produksi
rutin bets komersial.
Meskipun 3 bet berturut-turut sudah dianggap memadai, namun dalam banyak kasus, Regulator
(Badan POM Penulis) masih meminta lebih banyak dilakukan justifikasi secara ilmiah. Selain
itu, angka 3, bukan lagi merupakan angka sakti, karena sering kali terdapat data yang false
atau meragukan. Untuk itu, ICH Q10 mengenalkan paradigma baru dalam pelaksanaan
Validasi Proses, yaitu Pendekatan Lifecycle (Siklus Hidup). Angka 3 bukan lagi angka
sakti, dalam Validasi Proses
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pendekatan baru dalam pelaksanaan validasi proses,
ada baiknya kita ulas sedikit mengenai ICH Q10 Pharmaceutical Quality System yang menjadi
dasar pelaksanaan validasi proses dengan pendekatan siklus hidup ini.
ICH Q10 Pharmaceutical Quality System (PQS) merupakan salah satu sistem manajemen mutu
yang secara khusus disusun oleh FDA sebagai pelengkap dari Sistem Manajemen Mutu
sebelumnya, yaitu ICH Q8 Pharmaceutical Development dan ICH Q9 Quality Risk
Management. ICH Q10 merupakan model Sistem Manajemen Mutu di industri
farmasi (Pharmaceutical quality system) yang dapat diterapkan terhadap seluruh siklus hidup
obat, dari mulai Proses Pengembangan, Transfer teknologi, produksi skala komersial hingga
product discontinue.
ICH Q10 Diagram
Validasi Proses dengan pendekatan lifecycle dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Tujuan : mendesain proses yang cocok untuk proses produksi komersial rutin yang akan
secara konsisten menghasilkan produk yangmemenuhi atribut mutu yang ditetapkan.
Menentukan proses manufaktur bets komersial yang nantinya akan tertuang pada
dokumen induk produksi dan strategi kontrol proses.
Membangun pengertian tentang target untuk profil mutu produk yang akan dihasilkan
(Quality Target Product Profie/QTPP) dan atribut kritis (spesifikasi) produk (Critical
Quality Attribute/CQA), atribut material (Material Quality Attribute/MQA) yang akan
dipakai, tahapan produksi
Desain dari :
Fasilitas yang diperlukan, apakah diperlukan persyaratan khusus?
Karakterisasi peralatan yang diperlukan
Pengawasan dalam proses
Pengawasan mutu bahan dan produk
Pengetahuan tentang proses :
Mendeteksi sumber variasi, serta rentangnya
Dampak dari variasi terhadap proses
Melakukan analisis risiko
Pengendalian risiko
Melakukan studi untuk menentukan parameter kritis proses :
Design of experiment
Skala percobaan/laboratorium
Membuat strategi untuk mengendalikan proses
Scaleup : skala pilot
Metode analisis dan validasinya
Menentukan suatu Control Strategy
Memecah proses menjadi beberapa tahap untuk tiap unit operasi.
Pertimbangan :
Produksi skala komersial dan pengawasan serta pencatatan
Batasan operasional
Batasan regulatori
Control Strategy diimplementasikan pada Tahap II (PQ) untuk konfirmasi
Buat RIV
Rencana pengambilan sampel :
Tidak ada referensi pendekatan
Yang penting justifikasi
Dapat melihat variasi dari proses
Teknik sampling
Tidak menyebabkan variasi pada hasil
Handal
Metode analisis :
Tervalidasi
Handal mampu mendeteksi variabilitas proses
2 Unsur utama, yaitu : Desain dari fasilitas dan kualifikasi peralatan danfasilitas
penunjang dan Kualifikasi Kinerja Proses (Process Performance Qualification/PPQ)
Eksekusi dari semua yang sudah ditentukan padaTahap I, yaitu : Bukti bahwa proses
dapat dijalankan untuk produksi rutin, Pengujian ekstensive misal kombinasi sampel
untuk pengujian QC dan pengawasan dalamproses yang intensif lebih yang biasa
dilakukan. Proses dapat dijalankan untuk produksi rutin. Bukti keterulangan
Secara ringkas, pelaksanaan Process Validasi dengan pendekatan lifecycle dapat digambarkan
dalam bagan berikut :
PENERAPAN PROCESS VALIDATION
Tahap II : Melakukan transfer dan validasi proses dengan benar, dengan semua
prasyaratnya.
VALIDASI PEMBERSIHAN
Pengertian
Tujuan lain :
Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif karena efek
pembersihan.
Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur
pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan.
Mengapa Prosedur Pembersihan harus divalidasi ?
1. Biasanya, peralatan yang digunakan untuk produksi, dipakai untuk berbagai macam
produk, sehingga sangat berisiko terjadi kontaminasi silang (cross contamination)
2. Dengan semakin canggihnya mesin dan tekhnologi pengolahan atau pengemasan,
semakin menambah luasnya area kontak antara bahan obat dengan permukaan mesin.
3. Semakin meningkatnya tuntutan c-GMP.
Pengamatan secara visual kebersihan permukaan alat yang kontak langsung dengan
produk
Kualitas air bilasan akhir
Residu yang diambil secara usap dan / atau bilas
Cemaran mikroba pada permukaan alat yang kontak dengan produk.
1. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran
mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi
2. Harus tersedia METODE ANALISA TERVALIDASI yang memiliki kepekaan untuk
mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing metode analisis hendaklah
cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima.
3. Hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan langsung
dengan produk.
4. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidasi demikian
juga antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan
interval pembersihan
5. Untuk mesin yang sama (merek, jenis/type) hanya salah satu yang harus divalidasi. Jika
dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda secara berkelanjutan (in line
machine), masing-masing mesin harus tetap divalidasi secara terpisah. Jika rangkaian
mesin merupakan kombinasi mesin yang permanen, validasi bisa dilaksanakan bersama-
sama.
Salah satu perubahan penting dalam CPOB 2012 adalah dimasukkannya (incorporasi)
Manajemen Risiko Mutu (Quality Risk Management/QRM), termasuk dalam pelaksanaan
Validasi Pembersihan. Dalam menentukan senyawa marker yang digunakan untuk pelaksanaan
validasi pembersihan, harus dilakukan KAJIAN terhadap active substance yang digunakan
berdasarkan NILAI RISIKO-nya.
Contoh :
Kita akan melaksanakan Validasi Pembersihan terhadap Protap Pembersihan Mesin Fluid Bed
Dryer (FBD) yang digunakan untuk mengeringkan granul dan film coating. Mesin ini digunakan
untuk proses pengeringan produk A, B, C, D, dan E; serta proses film coating untuk produk A,
C, dan E. Maka, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah MEMILIH produk mana yang
akan kita gunakan sebagai marker untuk menilai efektifitas prosedur pembersihan mesin FBD
yang sudah ditetapkan. Untuk menentukan senyawa marker tersebut digunakan Kajian Risiko,
sebagai berikut :
Kelebihan/kekurangan
Kelebihan :
Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat dilepaskan dari permukaan secara
fisik.
Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga memungkinkan
evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau jumlah residu setiap
(permukaaan)
Kekurangan :
Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan (physical force)
yang digunakan dan totalitas permukaan yang di-swab.
Pelarut swab dapat mempengaruhi residu.
Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi/mengurangi recovery rate (perolehan
kembali).
Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis.
Bersihkan kapas usap dengan merendam dalam methanol / pelarut sesuai validasi metode
selama 5 menit, sonifikasi dan peras.
Pada saat pengambilan sampel, basahkan kapas usap dalam metanol/pelarut sesuai
validasi, peras kelebihan pelarut dengan menekan di bibir bagian dalam wadah.
Sampel diambil di area kritis sesuai protokol.
o Letakkan bingkai SS 5 x 5 cm di area yang akan diusap.
o Usap luas area yang ditentukan sesuai arah berikut:
o Masukkan kembali kapas usap ke dalam tabung bersih, tutup.
o Sampel di uji dengan metode analisis yang telah divalidasi.
Prinsip: Residu diperoleh dengan mengumpulkan pelarut pembilas yang telah kontak
dengan permukaan alat dimana produk diproses. Hasil bilas kemudian dianalisis untuk
kandungan residu dan atau kandungan mikroba.
Umumnya dilakukan untuk alat/mesin yang sulit dijangkau dengan cara apus (banyak
pipa, lekukan, dan lain-lain).
Pelarut pembilas harus tidak boleh menyebabkan penguraian/degradasi residu.
Pelarut pembilas harus kontak dengan permukaan alat dalam waktu yang cukup agar
residu dapat larut sempurna.
Kelebihan/kekurangan
Kelebihan :
Kekurangan :
Kumpulkan 500 ml air bilasan terakhir dan 500 ml secara aseptis untuk uji cemaran
mikroba.
Ambil juga sampel Air Murni yang digunakan untuk membilas sebagai pembanding.
Air bilasan diuji terhadap parameter pH, konduktivitas, logam berat, nitrat, TOC,
cemaran mikroba dan dibandingkan dengan kualitas air murni yang digunakan dalam
pembilasan.
Prinsip: Residu diperoleh dari batch produk plasebo yang dibuat dengan cara simulasi
dala kondisi yang sebenarnya. Contoh produk sepanjang proses produksi melalui suatu
rangkaian alat kemudian dianalisis untuk kandungan residu atau kandungan mikro-
organisme.
Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengolahan produk yang bersangkutan
tanpa bahan aktif dengan peralatan yang sudah dibersihkan kemudian dianalisa.
Kelebihan/kekurangan
Kelebihan :
Kekurangan :
Tingkat sensitivitas dari recovery rate (perolehan kembali) residu terlalu rendah karena
faktor pengenceran selama proses produksi.
Metode ini tidak disarankan, karena tidak reproducible.
Dalam rangka mengevaluasi prosedur pembersihan, penting untuk menetapkan tingkat cemaran
bahan aktif obat yang dapat diterima Total cemaran pada peralatan dapat dihitung berdasarkan
hasil usap atau bilas yang mewakili seluruh permukaan.
Kriteria Keberterimaan
1. Jika LD50 dari deterjen diketahui dan maximum daily dose dari produk berikutnya
tersedia, MACO dapat dihitung dengan perhitungan NOEL dan ADI seperti penjelasan
pada butir 2 di atas (data toksisitas).
2. Jika tidak ada data untuk maximum daily dose dari produk berikutnya, MACO dari
deterjen food grade dibatasi menjadi 10 mg/kg (produksi produk jadi dan API tanpa tahap
pemurnian selanjutnya) atau 100 mg/kg (produksi API).
3. Batas residu untuk deterjen dapat juga ditetapkan dengan cara TOC.