Tatkala hidupmu dapat bermanfaat untuk kemaslahatan umat mengapa harus kau
sia-siakan
tanpa ada pengabdian untuk negeri dan wujudkan rasa syukur atas nikmat-Nya
BOM. Seluruh umat manusia di dunia tersentak ketika mendengar diksi tersebut. Rasa
miris tatkala kita melihat, mendengar, dan memahami kenyataan yang terjadi di Indonesia
akhir-akhir ini dengan aksi-aksi pengeboman dan banyaknya paham radikalisme yang merasuki
masyarakat Indonesia. Merasuknya paham-paham radikalisme kepada masyarakat Indonesia
khususnya para pemuda-pemudi yang masih dangkal pemahaman agama atau rapuh benteng
keimanannya. Atau generasi Indonesia yang masih percaya dengan iming-iming surga hanya
dengan bunuh diri dengan bom. Sangat tidak logis dan sulit dipercaya dengan akal sehat.
Kalau memperoleh surga dengan cara seperti itu, saya kira semua orang akan antri untuk
mendapatkan surga itu. Tetapi itu semua tidak benar, itu yang harus ditanamkan kepada
generasi Indonesia sebagai generasi masa depan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, seluruh
elemen bangsa di NKRI harus melakukan kerja sama untuk berusaha menangkal paham-paham
radikalisme merasuki dan merusak generasi Indonesia. Kuncinya seluruh elemen bangsa, orang
tua, masyarakat, guru, dosen, pejabat pemerintah, dan swasta harus memiliki kepedulian untuk
saling mengingatkan dan menjaga NKRI.
Sekolah dan kampus harus menjadi media efektif untuk menangkal paham radikalisme
merasuki generasi muda Indonesia sejak dini. Sekolah dapat dilihat secara makro, yakni sekolah
nonformal yakni keluarga dan masyarakat sedangkan sekolah formal adalah sekolah jenjang
PAUD, SD, SMP, SMA/ SMK, dan perguruan tinggi/ kampus. Organisasi siswa intra sekolah
(osis) di sekolah dan unit kegiatan mahasiswa (ukm) harus turut berpartisipasi aktif untuk
menangkal paham-paham radikalisme dengan berbagai kegiatan positif yang dapat memotivasi
dan menginspirasi mereka untuk menjadi calon-calon pemimpin masa depan di NKRI.
Keberadaan sekolah dan kampus harus diintegrasikan dengan program kemendikbud dan
kemenristek dikti yang mengeluarkan regulasi dan panduan untuk menanamkan pentingnya
antiradikalisme kepada seluruh pelajar dan mahasiswa di NKRI.
Regulasi Kemendikbud dan kemenristek dikti tersebut harus dikawal penuh dengan
menyosialisasikan dan menyamakan visi antar pemerintah pusat, daerah, dan keluarga,
khususnya kedua orang tua, guru, dosen, pelajar, mahasiswa, kepala sekolah, pengawas
sekolah, kepala dinas, bupati/ walikota, gubernur, menteri, dan seluruh masayarakat di NKRI.
Semua elemen tersebut harus bekerja sama dan memiliki kepedulian untuk menangkal
masuknya paham radikalisme merusak mental dan psikis generasi Indonesia sebagai generasi
masa depan Indonesia dan upaya-upaya untuk memecah belah NKRI.
Orang tua menjadi kunci utama untuk menangkal masuknya paham radikalisme kepada
putra-putrinya. Komunikasi orang tua dengan anak secara rutin harus dilakukan dalam berbagai
kesempatan, baik saat makan bersama atau santai bersama keluarga. Orang tua harus memiliki
kepedulian dan memberikan kasih sayang kepada putra-putrinya dalam berbagai kesempatan
sehingga anak tidak merasa dibiarkan atau tidak dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Sesibuk
apa pun kedua orang tua harus melakukan komunikasi dengan putra-putrinya, baik langsung
maupun melalui telepon di mana pun mereka berada atau sedang bertugas. Orang tua juga
harus memantau teman-teman dan lingkungan berkegiatan putra-putrinya sehingga dengan
cepat dapat diingatkan ketika mereka sudah mulai akan keluar dari jalurnya. Kata kuncinya
anak jangan sampai merasa didikte, dan dikekang. Berilah keleluasaan untuk belajar,
membaca, dan biarkan untuk berkreativitas sepanjang positif. Orang tua cukup mmebrikan
arahan, dengan perhatian dan kepedulian sebagai bentuk kontrol orang tua kepada putra-
putrinya.
Sekolah, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah sebagai kunci ketiga untuk
menangkal masuknya paham radikalisme kepada seluruh generasi muda-mudi Indonesia.
Seorang guru dan dosen sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus dapat menjadi teladan
bukan sekadar memberi teladan. Guru dan dosen harus dapat menunjukkan sikap dan
perbuatan baik dan buruk sehingga para pelajar dapat memilih jalan kebaikan dan
meninggalkan segala sikap perilaku yang kurang baik. Dengan demikian seorang guru bersama
kepala sekolah dan murid-muridnya harus mampu melakukan proses pembelajaran aktif,
kreatif, dan menyenangkan yakni berbasis PAIKEM. Pembelajaran tersebut akan memberikan
daya tarik dan kerinduan para siswa untuk terus berkreasi dan produktif untuk menghasilkan
karya-karya inovatif berbasis pembelajaran proses dan hasil di sekolah.
Merujuk tiga pilar kunci penangkal paham radikal di atas, semoga generasi-generasi
Indonesia akan terselamatkan dari jalan kesesatan dan kembali pada jalan yang telah
digariskan untuk melanjutkan estafet kepemimpinan negeri Indonesia tercinta ini.
Dengan demikian, pelajar dan mahasiswa tidak ada kesempatan untuk melamunkan
hal-hal yang kurang baik dan ketika ada paham-paham yang akan merasuki pikirannya sudah
dapat diantisipasi oleh dirinya sendiri. Penanaman sikap dan perilaku jujur, mandiri, berani,
bertanggung jawab, dan rasa nasionalisme terhadap NKRI akan dapat membentuk karakter
generasi Indonesia sehingga terbebas dari paham radikalisme dan anarkisme yang merusak
masa depan mereka serta masa depan bangsa Indonesia tercinta.
Aku cinta Indonesia, aku bangga Indonesia, Indonesia adalah surga dunia kita
semua. Mari kita jaga dan rawat semampu dan sesuai dengan profesi kita masing-
masing. Segala sesuatu akan terasa indah dan bahagia saat kita mensyukuri segala
nikmat-Nya
Dalam hal ini, tentunya bukan hanya kalangan pemerintah saja yang harusnya
mengambil bagian untuk mencegah dan mengatasinya, namun seluruh rakyat harusnya juga
ikut terlibat dalam usaha tersebut, terutama para kaum pemudi-pemuda. Hal ini dikarenakan
kaum pemudalah yang nantinya merupakan generasi penerus bangsa ini sekaligus menjadi
ujung tombak untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan akan kedua masalah tersebut,
yaitu radikalisme dan terorisme agar tidak menjadi penyebab terjadinya tindakan
penyalahgunaan kewenangan. Hal yang paling mencolok untuk dapat mengambil peran dalam
mengatasi masalah ini ialah para generasi muda, seperti halnya mahasiswa yang
merupakan agent of change bangsa ini. Di samping juga anak-anak yang masih dalam tahap
pembentukan pribadinya sehingga memerlukan bimbingan khusus dari orang tua tentunya agar
nantinya tidak terseret dalam paham radikalisme serta tindak terorisme.
Berbagai cara mencegah radikalisme dan terorisme agar tidak semakin menjamur,
terutama di bangsa Indonesia ini, antara lain:
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja, tetapi
juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar, dalam
artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga dapat
tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.
Demikian beberapa cara mencegah radikalisme dan terorisme yang biasanya muncul di
kalangan masyarakat, bahkan Negara, termasuk Indonesia sendiri. Cara pencegahan ini harus
diketahui dan dilakukan oleh siapapun, terlebih generasi muda yang merupakan ujung tombak
penerus bangsa di masa depan. Apalagi mengingat generasi muda masih mudah terpengaruh
dengan pemahaman-pemahaman baru yang biasanya muncul di tengah-tengah masyarakat
sehingga mereka rentang terpancing untuk terpengaruh ke dalamnya. Sedemikian sehingga
mudah tertanam di pikirannya untuk mengikuti pemahaman-pemahaman radikal yang dapat
memicu tidak kekerasan dan konflik. Oleh karena itu, upaya pencegah juga harus lebih
ditetankan dan dilakukan kepada para generasi muda yang merupakan ujung tombak penerus
bangsa di masa depan.