Gambar. Gulungan kain dapat ditempatkan di atas panggul dan kaki bagian bawah pada anak
kecil yang ditempatkan pada posisi prone agar tidak mengganggu pergerakan torakoabdominal
dan meminimalkan penekanan pada pergelangan kaki
Gambar. Kerangka Relton-Hall merupakan kerangka dengan empat sadel untuk memudahkan
kontrol derajat lordosis lumbal dengan variasi posisi sadel.
Evaluasi Preanestesi
Jika posisi prone dibutuhkan, maka harus diperhatikan beberapa kondisi pada pasien seperti:
Riwayat trauma leher, artritis cervical, atau riwayat operasi vertebra cervical sebelumnya
harus dicatat serta perkiraan pergerakan dari kepala dan leher harus dinilai.
Sindrom pediatrik tertentu ( misalnya sindrom Down dan Morquio-Brailsford ) dihubungkan
dengan anomali cervical rib dan pada pasien-pasien yang beresiko untuk terjadinya trauma
medula spinalis. Stabilitas dari vertebra servikalis harus dinilai dan semua kekurangan harus
dicatat pada penilaian preoperasi. Adanya anomalicervical rib harus dikesampingkan, sebab
hal ini merupakan faktor predisposisi terjadinya trauma pleksus brakhialis pada saat lengan
terabduksi selama pembedahan.
Adanya obesitas harus dicatat sebab ukuran dada dapat mempengaruhi landasan
pengangkatan, mencegah terjadinya kompresi serta menjaga kestabilan posisi.
Semua pergerakan ekstremitas harus diperiksa.siku, lengan, dan kaki harus bisa difleksikan
serta lengan harus dapat terangkat sampai atas kepala tanpa menyebabkan cedera apapun.
PRIMARY SURVEY
Skenario
Seorang pasien laki-laki 54 tahun dating dengan keluhan kaki baal dan mengaku telah jatuh dari
ketinggian 3 meter. Lakukan primary dan secondary survey pada pasien tersebut.
Primary Survey
Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan
mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas
Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain adanya snoring atau
gurgling, stridor atau suara napas tidak normal, agitasi (hipoksia), penggunaan otot bantu
pernafasan / paradoxical chest movements, sianosis
Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab
obstruksi seperti muntahan, perdarahan, gigi lepas atau hilang, gigi palsu, trauma wajah.
Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk
mengalami cedera tulang belakang.
Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi yaitu
Chin lift/jaw thrust, lakukan suction (jika tersedia), oropharyngeal airway/nasopharyngeal
airway, Laryngeal Mask Airway, lakukan intubasi
Breathing
Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien
Penilaian kembali status mental pasien.
Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
Pemberian terapi oksigen
Bag-Valve Masker
Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika
diindikasikan
Circulation
Cek arteri karotis
Lakukan Kontrol perdarahan jika terdapat yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
Melakukan pemeriksaan tekanan darah
Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
Regularity
Inspeksi kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary
refill).
Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal yang
digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri maupun stimulus
verbal.
SECONDARY SURVEY
History
Allergies
Medication ( riwayat penggunaan antikoagulan, insulin, dan pengobatan kardiovaskuler)
Previous Medical/ surgical history (riwayat pengobatan/ riwayat operasi sebelumnya)
Last meal (riwayat terakhir kali makan)
Environment ( keadaan lingkungan di sekitar kejadian)
Terapi Cairan
a. Defisit cairan karena puasa 6 jam.
(50 cc x 55 kg) : 4 = 687,5 cc
1 jam kedua
1 jam ketiga
c. Perdarahan = 900 cc
EBV = 75 cc x 55 kg = 4125 cc