Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu merupakan pondasi manusia dalam menuju segala sesuatu yang bersifat
duniawi ataupun dikehidupan yang mendatang. Tanpa ilmu manusia bagaikan orang
buta yang kehilangan tongkatnya. Mempelajari ilmu yang dimiliki merupakan salah
satu usaha manusia untuk menggapai yang ia inginkan. Usaha yang ada tak kan bisa
sempurna tanpa adanya agama yang selalui di jadikan pegangan dalam tiap langkah.
Islam merupakan suatu agama yang memiliki keaslian hukum dan landasanya
yang bersifat universal, elastis dan mendalam di segala bidang. Kita sebagai umat islam
sangatlah merugi jika tidak mempelajari ilmu agama kita, agama islam. Mempelajari
ilmu agama merupakan salah satu cara manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Begitu jug dengan mengajarkan hukum agama juga merupakan cara pendekatan diri
yang mulia, apalagi yang berhubungan dengan hukum fiqh. Sehingga semua orang
akan menjadi jelas dalam urusannya, ibadahnya, amalannya, dan bermanfaat di dunia
dan akhirat.
Salah satu cabang dari ilmu fiqh yang penting untuk kita pelajari adalah ibadah
dan muamalah. Ibadah merupakan segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam
rangka mencari ridla Allah SWT. Sedangkan muamalah merupakan semua hukum
yang diciptakan oleh Allah untuk mengatur hubungan sosial manusia.
Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang ibadah
dan muamalah serta contoh dari kedunya. Diharapkan pembaca mengetahui secara
jelas tentang muamalah dan ibadah dan semoga dengan mengetahui itu semua, segala
sesuatunya yang kita kerjakan mendapat Ridlo Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja pembidangan ilmu fiqh ?
2. Apakah yang dimaksud dengan ibadah dan muamalah ?
3. Bagaimana konsep Fiqh tentang ibadah ?

1
4. Bagaimana konsep Fiqh tentang muamalah ?
5. Apa sajakah bentuk-bentuk dari muamalah dan ibadah ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pembidangan ilmu Fiqh
2. Mengetahui pengertian dari ibadah dan muamalah.
3. Mengetahui konsep fiqh tentang ibadah.
4. Mengetahui konsep fiqh tentang muamalah
5. Mengetahui bentuk-bentuk dari muamalah dan ibadah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ibadah
2.1.1 Pengertian Ibadah
Menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan
memperoleh keridlaan Allah Swt dan mendapatkan pahala darinya di akhirat.
Sedangkan menurut bahasa ibadah adalah patuh, tunduk, taat,mengikuti, dan doa.
Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Al-Quran, antara lain dalam surat yasin ayat
60.

Artinya:
Bukankah aku telah memerintahkan kepada kamu wahai bani adam supaya
kamu tidak menyembah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi
kamu.
Ibadah ditinjau dari segi bentu dan sifatnya ada lima macam, yaitu:
1. Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan), seperti berdzikir, berdoa,
tahmid, dan membaca Al-Quran
2. Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti:
jihad, menolong orang lain, membantu, dan tajhiz al- janazah (mengurus
jenazah)
3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud perbuatannya,
seperti: shalat, puasa, zakat, dan haji
4. Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri seperti:
puasa, iktikaf, dan ihram
5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang
telah melakukan kessalahan terhadapdirinya dan membebaskan seseorang
yang berutang kepadanya.

3
2.1.2 Hakikat ibadah
Dengan agama hidup manusia menjadi bermakna, makna agama terletak
pada fungsinya sebagai kontrol moral manusia. Melalui ajaran-ajaranya, agama
menyuruh manusia agar selalu dalam keadaan sadar dan menguasai diri. Keadaan
sadar dan menguasai diri itulah yang sebenarnya merupakan hakikat agama atau
hakikat ibadah. Melalui ibadah kepada Allah hidup manusia menjadi terkontrol.
Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia adalah makhluk Allah SWT.
Macam- macam ibadah

1. Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya


pasti)

2. Ibadah ammah (umum) yakni semua perbuatan yang mengdatangkan


kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena allah Swt.

2.1.3 Aplikasi Ibadah dalam Kehidupan Sehari-hari


2.1.3.1 Sholat
Kata sholat pada dasarnya berakar dari kata yang berasal dari kata

kerja menurut pengertian bahasa mengandung dua makna yaitu

berdoa dan bersalawat. Secara istilah shalat diartikan sebagai pernyataan


bakti dan memuliakan Allah dengan gerakan-gerakan badan dan perkataan-
perkataan tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan
waktu-waktu tertentu setelah memenuhi syarat-syarat.
Shalat merupakan salah satu kegiatan ibadah yang wajib dilakukan oleh
setiap Muslim. Sholat merupakan salah satu dari rukun Islam. Sebagai sebuah
rukun agama,sholat menjadi dasar yang harus ditegakkan dan ditunaikan sesuai
dengan ketentuan dan syarat-syarat yang ada sehingga Rosulullah menyatakannya
sebagai tiang (fondasi) agama.

4
Artinya:

Sholat adalah tiang agama, Barang siapa yang mendirikan sholat, berarti
ia telah menegakkan agama. Barang siapa yang tidak mendirikan sholat maka
berarti ia telah meruntuhkan agama.

Syarat syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut:

a. Suci, yaitu suci badan, tempat dan pakaian.

b. Shalat pada waktunya, karena hal ini merupakan amalan terbaik

c. Menutup Aurat. Dalam shalat, wanita muslimah harus menutup aurat dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Shalatnya tidak akan sah apabila rambut,
lengan, betis, dada atau lehernya terbuka.

d. Menghadap kiblat

Syarat syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:

a. Shalat itu tidak diwajibkan kecuali bagi orang muslim yang telah
mengucapkan syahadatain.

b. Shalat itu hanya diwajibkan bagi mereka yang berakal sehat dan telah
mencapai usia baligh.

c. Shalat juga diwajibkan setelah memasuki waktunya.

d. Suci dari hadats besar dan kecil.

Rukun shalat antara lain :

a. Niat, yaitu kesengajaan yang dinyatakan dalam hati untuk melakukan sholat.

b. Takbiratul ihram

c. Berdiri bagi yang mampu

5
d. Membaca Al- fatihah

e. Ruku dengan tumaninah

f. Itidal dengan tumaninah

g. Sujud dua kali dengan tumaninah

h. Duduk di a ntara dua sujud dengan tumaninah

i. Membaca tasyahhud akhir

j. Duduk pada saat tasyahhud akhir

k. Membaca sholawat kepada nabi dan keluarga dalam tasyahhud akhir

l. Salam

m. Tertib

Sunnah- sunnah sholat antara lain :

a. mengangkat kedua tangan untuk takbiratul ihram

b. membuat jarak antara takbirul ihramnya makmum dan imam

c. meletakan tangan kanan di atas tangan kiri

d. memandang ke arah tempat sujud

e. membaca istiazah(taawut)

f. membaca doa iftitah

g. membaca

h. Membuat jarak ( berhenti sebetar ) antara dua bacaan

i. Membaca surat sesudah Al- Fatihah

6
j. Takbir perpindahan

k. Bacaan dalam ruku dan sujud

l. Membaca doa diantara dua sujud

m. Tasyahhud awal

2.1.3.2 Zakat
Zakat menurut bahasa adalah pembangan dan pensucian. Sedangkan
zakat menurut istilah adalah mengeluarkan sebagain harta untuk diberikan pada
yang berhak menerima zakat. Golongan orang-orang yang berhak menerima zakat
ada delapan, antara lain:
a. Fakir, yaitu orang yang selalu tidak mampu memenuhi kebutuhan makan
dalam sehari

b. Miskin, yaitu orang yang kurang bisa memenuhi kebutuhan tapi masih bisa
mengusahakan

c. Amil, yaitu orang yang diberikan tugas untuk mengelolah zakat

d. Mualaf, yaitu orang yang baru masuk islam

e. Budak, yang melakukan penebusan dirinya untuk merdeka

f. Ghorim, yaitu orang yang terbebani banyak hutang melebihi jumlah hartanya

g. Sabililah, yaitu oyang yang berperang di jalan allah, meskipun kaya

h. Ibnu sabil. Yaitu orang yang kehabisan bekal selama dalam perjalanan
dengan tujuan baik.

Zakat disamping sebagai rukun islam yang ke tiga juga merupakan


ibadah malliyah(yang berhubungan dengan harta). Serta dapat dijadikan sebagai
jalan seseorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada sang kholik, sarana
untuk membangun hubungan rohani dengan Allah Swt( hablum min Allah) dan

7
juga aspek sosial(hablum min an-nash) yang terletak pada semangat kepedulian
sosial yang menjadi misi utama ibadah ini, yakni zakat diwajibkan kepada orang-
orang yang memiliki harta lebih dan diperuntukkan bagi orang-orang yang
membutukkan.

2.1.3.3 Puasa
Puasa menurut bahasa adalah menahan diri, meninggalkan ,menutup diri
dari segala sesuatu,baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari makanan
dan minuman. Secara istilah puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai terbitnya matahari sampai
terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu.

Hikmah puasa

Dampak secara individual adalah:

a) Untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah Swt dan Muhammad Saw

b) Untuk meningkatkan ketakwaan

c) Untuk meningkatkan tingkatan kesabaran dan ketabahan

d) Untuk mengendalikan hawa nafsu

e) Untuk menumbuhkan sifat amanah dan ikhlasan beramal

f) Untuk menyucihkan hati

g) Untuk menyembuhkan penyakit hati

h) Untuk mendapatkan pengampunan.

Dampak secara sosiologi adalah:

a) Untuk meningkatkan pengawasan nurani terhadap segalah tindakannya

b) Untuk menanamkan rasa persamaan antara si miskin dan di kaya

8
c) Untuk membiasakan diri berbuat baik kepada orang lain

d) Untuk menumbuhkan rasa iba terhadap orang-orang miskin

e) Untuk menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap fakir

f) Untuk menumbuhkan jiwa yang ikhlas terhad sesame dan terhadap tuhan

g) Untuk menghilangkan sikap sombong dan menjauhi perbuatan yang keji dan
perbuatan-perbuatan maksiat

Rukun puasa

1. Menahan diri dari segalah yang membatalkan puasa

2. Berpuasa pada waktunya(bulan Romadhon)

3. Niat puasa

Syarat-syarat puasa

Syarat wajib puasa:

a) Islam

b) Baligh

c) Berakal

d) Mampu berpuasa

e) Muqim

f) Sehat

g) mengetahui waktunya

9
Syarat sah Puasa :

a. Islam (tidak murtad)

b. Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)

c. Suci dari haid dan nifas

d. Mengetahui waktu yang ditentukan berpuasa

2.2 Muamalah
Dari pengertiannya, muamalah dibagi menjadi dua segi, pertama dari
segi bahasa dan kedua dari segi istilah. Menurut bahasa muamalah mempunyai
arti yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan.
Sedangkan muamalah menurut istilah adalah dibagi menjadi dua macam, yakni
pengertian muamalah dari arti luas dan pengertian mualah dari arti sempit.
Pengertian muamalah dalam arti luas dijelaskan oleh beberapa ahli, diantaranya
pendapat Muhammad Yusuf Musa. Beliau brpendapat bahwa muamalah adalah
peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalah hidup
bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. Dari beberapa sumber
mengenai pengertian dalam arti luas, muamalah merupakan aturan-aturan
(hukum) Allah, untuk mengatur manusia dalam kaitanya untuk mengatur
kehidupan duniawi dalam pergaulan social. Pengertian muamalah dari arti sempit
atau khas didefinisikan oleh beberapa ulama, diantaranya adalah menurut Rasyid
Ridlo yang mendefinisikan muamalah sebagai tukar menukar barang atau sesuatu
yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan. Dari beberapa pendapat
dapat dipahami bahwa yang dimaksud fiqh muamalah dalam arti sempit adalah
aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitanya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda.
Perbedaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan pengertian
muamalah dalam arti luas adalah dalam cakupanya. Muamalah dalam arti luas

10
mencangkup masalah waris, misalanya , padahal masalah waris sudah diatur
dalam disiplin ilmu sendiri, maka dalam muamalah pengertian sempit tidak ikut
di dalamnya. Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan
muamalah dalam arti luas ialah sama-sama mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia dalam kaitan dengan pemutaran harta.
Pembagian muamalah juga terdapat pebedaan pendapat antara satu
ulama yang satu dengan ulama yang lain. Menurut Ibn Abidin, fiqh Muamalah
terbagi menjadi lima bagian, yaitu :
1. Muawadlah Maliyah (hukum kebendaan)

2. Munakabat (hukum perkawinan)

3. Muhasanat (Hukum Acara)

4. Amanat dan Aryah (pinjaman)

5. Tirkah (harta peninggalan)

Ada juga ulama lain seperti Al-Fikri yang berpendapat lain. Dalam
kitabnya al-Muamalah al-Madaniyah wa al-adabiyah beliau menyatakan
muamalah dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Al-Muamalah al-Madiyah adalah muamalah yang mengkaji objeknya,oleh


karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa fiqh muamalah bersifat
kebendaan, karena objek fiqh muamalah adalah benda, yang halal, haram dan
syubhat untuk diperjualbelikan, benda-benda yang memadaratkan dan benda
yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia serta segi-segi yang lainya.

2. Al-Muamalah al-Adabiyah adalah muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar
menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia, yang unsur
penegaknya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban, misalnaya; jujur,
hasud, dengki, dendam.

11
Pembagian muamalah diatas dilakukan atas dasar kepentingan teoritis
semata-mata, sebab dalam praktiknya, pembagian muamalah tersebut tidak dapat
dipisahkan.
Ruang lingkup muamalah sangat luas, banyak pendapat tentang itu,
muamalah meliputi bidang-bidang :
1. Perkawinan (munakahat)

2. Hukum waris (muwaris dan waratsah), munakahat dan muwaris (Ahkam Al-
Ahwah al-Syakhsiyah)

3. Hukum kebendaan (Al-Ahkam al-Madaniyah)

4. Sistem ekonomi dan keuangan (Al-Ahkam al-Iqtishadiyah wa al-Maliyah)

5. Peradilan perdata (Al-Mukhasamat atau Ahkam al-Murafaaat)

6. Peradilan pidana (Al-Jinayat atau Al-Uqubat)

7. Politik pemerintahan (Al-Ahkam al-Sulthaniyyah)

8. Hubungan Internasional (Al-Ahkam a-Dauliyah)

Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap


dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini
berusaha mendialektikkan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah atau pun etika.
Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun dengan
dialektika nilai materialisme dan spiritualisme. Kegiatan ekonomi yang dilakukan
tidak hanya berbasis nilai materi, akan tetapi terdapat sandaran transendental di
dalamnya, sehingga akan bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam
kegiatan muamalah (ekonomi) juga sangat konsen terhadap nilai-nilai humanism.
Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari
sistem Islam, sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi
transaksi-transaksi ekonomi juga menggunakan kaidah fiqih muamalah. Kaidah
fiqih muamalah adalah al ashlu fil muamalati al ibahah hatta yadullu ad daliilu

12
ala tahrimiha (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada
dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang berhubungan
dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang
ada di dalam dalil Islam (Al-Quran maupun Al-Hadist), maka hal tersebut adalah
diperbolehkan dalam Islam.
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam
kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan
kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan
manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal
tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist
Rasulullah yang berbunyi: antum aalamu bi umurid dunyakum (kamu lebih
tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh
dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak
kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-
aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam
menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan
potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi
manusia sebagai khalifatul-Lillah fil ardlh (wakil Allah di bumi).
Jadi konsep fiqh dalam muamalah bisa menjadikan kita lebih
memenfaatkan apa yang ada di bumi dengan tanpa meninggalkan syariat islam

juga berlaku lebih baik sesuai syariat islam, khususnya dalam hal muamalah.

Bidang-bidang muamalah:

1. Perkawinan (Munakahat) dan Hukum Waris


a. Perkawinan
Istilah perkawinan menurut Islam disebut nikah atau ziwaj. Kedua
istilah ini dilihat dari arti katanya dalam bahasa Indonesia ada perbedaan. Sebab
nikah berarti hubungan seks suami Istri sedangkan ziwaj merupakan kesepakatan
antara seorang pria dan wanita yang mengikatkan diri dalam hubungan suami-istri
untuk mencapai tujuan hidup dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

13
Syarat dan Rukun Perkawinan:

Syarat Perkawinan :

1. Persetujuan kedua belah pihak tanpa paksaan

2. Dewasa

3. Kesamaan agama Islam

4. Tidak dalam hubungan nasab

5. Tidak ada hubungan rodhoah (sepersusu)

6. Tidak semenda (mushoharoh)

Rukun Perkawinan :

1. Calon pengantin pria dan wanita

2. Wali

3. Saksi

4. Akad Nikah

b. Sistem Kewarisan dalam agama Islam


Hukum waris adalah hukum yang mengatur masalah peralihan harta dari
orang yang telah meninggal kepada keluarganya yang masih hidup. Hukum waris
dalam bahasa Arab disebut mawarits dan faraidh. Disebut mawarits karena
mengandung arti sebagai ketentuan yang mengatur peralihan hak dan harta
kekayaan yang ditinggalkan kepada seseorang ahli warisnya setelah yang
bersangkutan meninggal. Kemudian hukum waris yang disebut dengan istilah
faraidh karena di dalamnya terdapat bagian-bagian tertentu dari orang-orang
tertentu dan dalam keadaan tertentu pula, yang wajib dibagikan kepada orang-
orang tertentu.

14
Unsur-Unsur Waris :

Pewaris ( Muwarits )

Harta Waris (Mawruts)

Ahli waris (Warits )

2. Sistem ekonomi dan Keuangan


Dalam Al-Quran telah dijelaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi
berdasarkan Syariat Islam, seperti dijelaskan dalam Surat An-Nisa ayat 26.

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

3. Prinsip-prinsip ekonomi Islam


Larangan berlaku boros
Dari satu segi islam melarang pemborosan, tapi dari segi lain islam
melarang sifat bakhil
Perintah menyantuni orang-orang miskin
Dari satu segi islam memerintahkan orang kaya untuk menyantuni
orang miskin.

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi Islam


mencangkup beberapa hal, diantaranya :

15
1. Merupakan harmoni atau keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.
2. Perlu suatu organisasi untuk mengatur keseimbangan antara hak-hak individu
dan masyarakat.
3. Menciptakan keseimbangan atau sintesa antara sistem ekonomi kapitalis dan
dan sistem ekonomi sosial.
4. Memadukan hal-hal yang positif dari sistem ekonomi yang kapitalis dan hal-hal
yang positif dari sistem ekonomi sosial.

4. Transaksi dalam sistem ekonomi Islam


1. Jual Beli
Al-Bai (Jual Beli) secara bahasa adalah masdar dari baa yang berarti tukar
menukar harta dengan harta atau membayar harga dan mendapatkan barangnya.
Adapun pengertian jual beli menurut istilah adalah akad tukar menukar harat (barang)
yang mengharuskan kepemilikan atas benda atau manfaat untuk selamanya, bukan
sebagai taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah).

Rukun Jual Beli dan Syarat

Rukun Jual Beli

1. Shighat (ucapan ijab qobul)

2. Dua orang yang bertransaksi

3. Objek akad, yaitu harga dan barang

Syarat Jual Beli

Kerelaan dari penjual dan pembeli


Penjual dan pembeli adalah orang yang merdeka
Barang yang diperjualbelikan adalah barang yang diperbolehkan atau
bermanfaat

16
Barang yang diperjualbelikan adalah barang milik sendiri atau barang yang
doperbolehkan untuk dijual
Barang yang diperjualbelikan bias diketahui lewat sifatnya atau
menyaksikanya
Harganya harus sudah jelas
Barang yang diperjualbelikan bias diserahterimakan.

2. Sewa menyewa dan upah-mengupah

Ijarah baik dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah,
merupakan bentuk muamalah yang dibenarkan. Ijarah merpakan menuukar sesuatu
dengan ada imbalan. Dasar-dasar hokum atau rujukan adalah Al-Quran, al-sunah dan
ijma.

Rukun dan Syarat :

Mujir dan Mustafir (orang yang melakukan akad sewa menyewa)


Shighat (ijab qobub antar Mujir dan Mustafir)
Syarat diketahui oleh kedua belah fihak.
Barang yang disewakan memenuhi prasyarat barang yang disewakan.

Masih banyak lagi contoh-contoh transaksi dalam perekonomian islam seperti


pinjam-meminjam, utang-piutang, agunan, pemberian, wakaf, dan wasiat.

5. Sistem peradilan islam


Berlakunya hukum islam di indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari ketaatan umat islam di negeri ini. Menurut Daud Ali, sebelum UUD 1945 berlaku,
hukum islam yang berlaku di Indonesia terdiri dari :
1. Hukum islam yang berlaku normatif, yakni hukum islam yang berlaku secara efektif,
namun sangsi hukumanya sangat bergantung pada umat islam sendiri. Hukum islam
yang berlaku normatif contohnya adalah pelaksanaan rukun islam, sholat, zakat, puasa,
haji. Yang dalam pelaksanaanya tidak memerlukan bantuan pemerintah.

17
2. Hukum islam yang berlaku secara yuridis, yakni hukum islam yang mengatur
hubungan hukum antar manusia, dan antar manusia dengan benda. Hukum islam dalam
hal ini berlaku berdasarkan aturan undang-undang seperti perkawinan dan waris.

Untuk menegakkan hukum islam, didirikan peradilan agama yang mempunyai tugas
dan wewenang, diantaranya adalah memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan
perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam di bidang
: (1) perkawinan, (2) kewarisan, wasiat, wakaf, sedekah dan hibah yang dilakukan
berdasarkan hukum islam.

6. Hukum pidana Islam (Jinayah)


Secara etimologi jinayah berarti perbuatan terlarang. Jinayah atau jarimah
adalah perbuatan yang mengancam poerbuatan jiwa. Adanya ancaman hukuman atas
tindakan kejahatan adalah untuk melindungi manusia dari kebinasaan terhadap lima hal
yang mutlak, yaitu agama, jiwa,akal, harta dan keturunan. Seperti ketetapan Allah
dalam hukuman mati dalam tindakan pembunuhan, tujuanya tidak lain adalah agar jiwa
manusia terjamin dari pembunuhan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh kerdlaan


Allah Swt dan mendapatkan pahala darinya di akhirat. Aplikasi ibadah dalam
kehidupan kita sehari-hari misalnya adalah, zakat, sholat ,puasa dan haji.
Muamalah merupakan aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dalam kaitanya dengan cara memperoleh dan
mengembangkan harta benda.
Muamalah terbagi menjadi beberapa bidang, diantaranya adalah Perkawinan
(munakahat), Hukum waris (muwaris dan waratsah), munakahat dan muwaris (Ahkam
Al-Ahwah al-Syakhsiyah), Hukum kebendaan (Al-Ahkam al-Madaniyah), Sistem
ekonomi dan keuangan (Al-Ahkam al-Iqtishadiyah wa al-Maliyah), Peradilan perdata
(Al-Mukhasamat atau Ahkam al-Murafaaat), Peradilan pidana (Al-Jinayat atau Al-
Uqubat), Politik pemerintahan (Al-Ahkam al-Sulthaniyyah), dan Hubungan
Internasional (Al-Ahkam a-Dauliyah).
Adapun konsep fiqh tentang ibadah bahwasanya islam memberikan
kesempatan kepada umat islam untuk berkreasi dalam lingkungan sosialnya tapi
dengan syarat mereka tetap berpedoman dengan Al-Quran dan hadits.

19
DAFTAR PUSTAKA

Suhendi,Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada),hal 117-118

Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada),hal-415

20

Anda mungkin juga menyukai