Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PKN

OLEH

NAMA : SILVESTER MUDE BASO


KLS : VII E
Profil atau Biografi Presiden Soekarno sang Proklamator. Mungkin sampai sekarang
beliau adalah tokoh yang paling banyak dikagumi orang di Indonesia. Banyak orang yang
mencari mengenai perjalanan hidup, profil atau biografi singkat mengenai Soekarno.

Dikenal sebagai Presiden pertama Republik Indonesia sekaligus pencetus Pancasila, beliau lebih
akrab di panggil Bung Karno ini berasal dari Blitar, dia merupakan pahlawan Proklamasi
bersama dengan Mohammad Hatta.

Presiden Soekarno sangat disegani oleh para pemimpin negara-negara di dunia pada waktu itu.
Soekarno dilahirkan di Surabaya tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 dengan nama asli bernama
Koesno Sosrodihardjo, karena sering sakit yang mungkin disebabkan karena namanya tidak
sesuai maka ia kemudian berganti nama menjadi Soekarno.

Kehidupan Presiden Soekarno


Ayah beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai.
Orang tuanya bertemu di Bali ketika ayahnya menjadi guru di Bali dan ibunya merupakan
bangsawan di Bali. Soekarno diketahui memiliki saudara atau kakak kandung perempuan
bernama Sukarmini.

Masa Kecil dan Masa Muda Soekarno

Mengenai kisah hidup Presiden Soekarno, semasa kecilnya ia tidak tinggal bersama dengan
orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal bersama kakeknya yang bernama Raden
Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.

Soekarno bahkan sempat bersekolah disana walaupun tidak sampai selesai ikut bersama dengan
orang tuanya pindahh ke Mojokerto.

Di Mojokerto, Soekarno kemudian di sekolahkan di Eerste Inlandse School dimana ayahnya juga
bekerja disitu sebagai guru. Namun ia dipindahkan tahun 1911 ke ELS (Europeesche Lagere
School) yang setingkat sekolah dasar untuk dipersiapkan masuk di HBS (Hogere Burger School)
di Surabaya.

Setelah tamat dan bersekolah di HBS tahun 1915, Soekarno kemudian tinggal di rumah Haji
Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto yang merupakan kawan dari ayah
Soekarno.

Soekarno, Kartosuwiryo dan Muso


H.O.S Cokroaminoto dikenal sebagai pendiri dari Serikat Islam (SI). Di rumah Cokroaminoto
lah Soekarno berkenalan dengan para pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti Haji Agus Salim dan
Abdul Muis.

Soekarno juga akrab dengan Muso, Alimin, Darsono dan Semaun yang kelak dikenal sebagai
tokoh berhaluan kiri dan serta Kartosuwiryo yang kelak mendirikan Darul Islam dan memimpin
pemberontakan melawan Soekarno, meskipun pada akhirnya Soekarno sendiri yang
menandatangani persetujuan eksekusi mati terhadap Kartosuwiryo yang menjadi sahabatnya
ketika masih muda.

Mereka bersama-sama tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto untuk menimba ilmu dan belajar
berorganisasi melalui Sarekat Islam (SI). Disini jiwa nasionalismenya akan bangsa Indonesia
menjadi sangat besar. Soekarno juga sempat ikut dalam organisasi pemuda tahun 1918 yang
bernama Tri Koro Darmo yang kemudian berubah nama menjadi Jong Java. Soekarno bahkan
aktif sebagai penulis di koran harian bernama Oetoesan Hindia yang dikelola oleh
Cokroaminoto.

Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan juga belajar berpidato
meskipun cenderung ia lakukan sendiri di depan cermin di kamarnya. Di sekolahnya yaitu
Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno mendapat banyak ilmu pengetahuan

Pada tahun 1921 setelah lulus dari Hoogere Burger School atau HBS, Soekarno muda kemudian
pindah ke Bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi, disini Soekarno kemudian akrab dengan
Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Soekarno kemudian masuk ke Technische Hoogeschool (THS) jurusan teknik sipil. Technische
Hoogeschool (THS) kelak berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung) seperti sekarang.
Di tahun yang sama yakni 1921, Soekarno menikah dengan Siti Oetari anak sulung dari H.O.S
Cokroaminoto. Soekarno sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS namun di
tahun 1922 ia mendaftar lagi dan kemudian mulai kuliah dan kemudian lulus pada tanggal 25
Mei 1926 dengan gelar Ir (Insinyur).

Tamat dari THS, Soekarno mendirikan Biro Insinyur tahun 1926 bersama Ir. Anwari yang
mengerjakan desain dan rancang bangunan. Ia juga bekerja sama dengan Ir. Rooseno merancang
dan membangun rumah.

Selama di Bandung, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian
menjadi cikal bakal dari Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927. Disini
Soekarno kemudian mulai mengamalkan ajaran Marhaenisme. Tujuan dari pembentukan partai
Nasional Indonesia adalah agar bangsa Indonesia bisa merdeka dan terlepas dari Jajahan
Belanda.

Soekarno Dipenjara Oleh Pemerintah Kolonial


Dari keberanian Soekarno ini kemudian pemerintah kolonial Belanda menangkapnya di
Yogyakarta dan memasukkannya ke penjara Banceuy di Bandung. Kemudian tahun 1930,
Soekarno dipindahkan ke penjara Suka Miskin.

Dalam penjara ini kebutuhan hidupnya semua berasal dari istrinya yang setia menemaninya yaitu
Inggit Ganarsih yang menikah dengan Soekarno pada tahun 1923 yang sebelumnya Soekarno
telah menceraikan Siti Oetari secara baik-baik pada saat masih di Bandung.

Inggit yang juga dibantu oleh kakak Soekarno bernama Sukarmini sering membawakan makanan
kepada Soekarno di penjara Suka Miskin, hal itulah yang kemudian membuat pengawasan di
penjara Suka Miskin makin diperketat.

Menurut Biografi Presiden Soekarno dari beberapa sumber, ia dikenal belanda sebagai seorang
tahanan yang mampu menghasut orang lain agar berpikir untuk merdeka sehingga ia kemudian
dianggap cukup berbahaya.
Beliau kemudian diisolasi dengan tahanan elit tujuannya agar tidak bisa mendapatkan informasi
yang berasal dari luar penjara. Tahanan elit ini sebagian besar merupakan warga Belanda yang
mempunyai kasus seperti penggelapan, korupsi dan juga penyelewengan.

Inilah yang menjadi tujuan Belanda agar topik pembicaraan mengenai bagaimana caranya untuk
memerdekakan Indonesia tidak sesuai karena rata-rata tahanan elit yang bersama Soekarno
adalah orang Belanda.

Topik yang biasa ia dengar sama sekali tidak penting seperti soal makanan dalam penjara dan
juga cuaca. Selama berbulan-bulan di Suka Miskin menngakibatkan Soekarno putus komunikasi
dengan teman-teman seperjuangannya, namun itu bukanlah hal yang sulit baginya untuk
mendapatkan informasi dari luar.

Akhirnya Soekarno menemukan ide baru, dimana ia menggunakan telur sebagai media untuk
berkomunikasi dengan istrinya. Jika teman Soekarno mengalami musibah atau mendapat kabar
buruk maka telur yang dibawa oleh istrinya adalah telur asin, itupun beliau hanya dapat
menduga-duga sebab ia tidak tahu secara pasti apa yang terjadi diluar sana. Untuk berbicara
dengan Inggit, Soekarno diawasi secara ketat dan juga barang bawaan yang dibawa oleh inggit
dari luar penjara selalu diperiksa secara teliti.

Kemudian Soekarno dan inggit akhirnya menemukan cara yang dianggapnya paling mudah
dalam berkomunikasi agar tidak diketahui oleh Belanda yakni dengan media yang sama
sebelumnya yaitu Telur dimana cara yang digunakan sedikit berbeda yaitu dengan menusuk
jarum ke telur.

Jika satu tusukan pada telur berarti kabar baik, jika tusukan sebanyak dua kali pada telur artinya
seorang teman Soekarno tertangkap namun jika terdapat tiga tusukan berarti aktivis kemerdekaan
yang ditangkap cukup besar.
Selama berada dipenjara, orang tuanya tidak pernah sekalipun mengunjungi Soekarno alasannya
adalah orang tua Soekarno tidak sanggup melihat Soekarno dipenjara, Ia kurus dan hitam selama
berada di penjara karena itulah yang menurut ibu Wardoyo sehingga orang tua soekarno tidak
mau menjenguk Soekarno.

Agar orang tuanya tidak panik Soekarno sering beralasan bahwa ia sering bekerja dibawah
teriknya sinar matahari sehingga kulit-kulitnya menghitam selain itu dalam penjara ia ingin
memanaskan tulang-tulangnya karena dalam penjara, ruangannya sangat gelap, lembab dan juga
dingin karena sinar matahari tidak ada.

Soekarno dan Pembelaan "Indonesia Menggugat"


Kasusnya disidangkan oleh Belanda melalui pengadilan Landraad di Bandung, ketika sudah
delapan bulan berlalu yaitu pada tanggal 18 Desember 1930. Soekarno dalam pembelaanya
membuat judul bernama "Indonesia Menggugat" yang terkenal. Dimana ia mengungkapkan
bahwa bangsa Belanda sebagai bangsa yang serakah yang telah menindas dan merampas
kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Dari pembelaannya itu kemudian sehingga membuat Belanda semakin marah sehingga PNI
bentukan Soekarno dibubarkan pada bulan Juli 1930. Setelah keluar dari penjara bulan desember
1931, Soekarno kemudian bergabung dengan Partindo tahun 1932 karena ia sudah tidak
memiliki partai lagi dan ia kemudian didaulat sebagai pemimpin Partindo namun ia kembali
ditangkap oleh Belanda dan kemudian diasingkan ke Flores.

Dibuang ke Bengkulu dan Bertemu dengan Mohammad Hatta dan Fatmawati

Tahun 1938, ia kemudian dibuang ke Bengkulu, disini Soekarno bertemu dengan Mohammad
Hatta yang akan menjadi teman seperjuangannya yang kemudian keduanya akan
memproklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Di Bengkulu juga Soekarno kemudian berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi istri
Soekarno dan ibu negara pertama. Fatmawati merupakan putri dari Hassan Din yang mengajak
Soekarno untuk mengajar di Sekolah Muhammadiyah di Bengkulu.

Tahun 1942, kekuasaan Belanda di Indonesia berakhir setelah Jepang masuk menyerbu
Indonesia. Soekarno yang sempat akan dipindahkan oleh Belanda ke Australia namun gagal
setelah dicegat oleh Jepang. Soekarno kemudian kembali ke Jakarta. Jepang kemudian
memanfaatkan Soekarno berserta pemimpin Indonesia lainnya untuk menarik hati penduduk
Indonesia.

Soekarno dan Jalan Berliku Menuju Kemerdekaan Indonesia


Jepang bahkan menunjuk Soekarno untuk memimpin tim persiapan kemerdekaan bangsa
Indonesia yaitu BPUPKI dan PPKI setelah berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.
Soekarno bahkan sempat terbang ke Jepang untuk bertemu dengan Kaisar Hirohito.

Soekarno terus menerus melakukan pendekatan dan kerjasama dengan Jepang dengan tujuan
agar Indonesia segera diberi kemerdekaan. Segala persiapan untuk kemerdekaan Indonesia
dilakukan oleh Soekarno seperti merumuskan Pancasila dan UUD 45 sebagai ideologi dan dasar
negara serta perumusan teks proklamasi kemerdekaan bersama Mohammad Hatta dan Ahmad
Soebardjo.

Sebelum mengumumkan kemerdekaan Indonesia pada bulan agustus 1945, Soekarno bersama
Mohammad Hatta bersama pemimpin Indonesia yang lainnya terbang ke Dalat, Vietnam untuk
menemui pimpinan tertinggi kekaisaran Jepang di Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi.
Menjelang proklamasi kemerdekaan, terdapat perbedaan pandangan antara golongan tua dan
golongan tua.

Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok

Golongan Tua menghendaki agar


kemerdekaan Indonesia dipersiapkan secara matang dan golongan muda menghendaki agar
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan secepatnya. Hal inilah yang kemudian membuat
golongan muda melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta pada tanggal 16
agustus 1945.
Keduanya kemudian dibawa ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkannya dari pengaruh Jepang. Peristiwa
penculikan ini kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.

Mengetahui Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke


Advertisement

Rengasdengklok membuat Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno dan Mohammad


Hatta. Sutan Syahrir yang dikenal sering berseberangan pendapat dengan Soekarno marah
mendengar para golongan muda menculik Soekarno dan Hatta dan menyuruh mereka
membwanya kembali ke Jakarta.

Tiba di Jakarta, Soekarno dan Muhammad Hatta beserta pemimpin lainnya bertemu dengan
Laksamana Maeda di rumahnya di Jl. Imam Bonjol. Laksamana Maeda kemudian menjamin
keselamatan Soekarno dan para pemimpin lain dan mempersilahkan Soerkarno dan Muhammad
untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Bersama dengan Ahmad Soebardjo mereka
bertiga merumuskan teks proklamasi kemerdekaan yang kemudian diketik ulang oleh Sayuti
Melik.

Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dan Menjadi Presiden Pertama Indonesia


Pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Juga Moh Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari penjajahan Jepang dimana pada tanggal tersebut juga diperingati sebagai Hari
kemerdekaan bangsa Indonesia dimana pancasila kemudian dibentuk oleh Soekarno sebagai
dasar dari negara Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan inilah yang kemudian membawa Ir. Soekarno bersama dengan
Mohammad Hatta diangkat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia
dalam sejarah bangsa Indonesia.

Diluar sosoknya sebagai Bapak bangsa Indonesia, tidak banyak yang tahu jika Soekarno pernah
menikah sebanyak sembilan kali, kharisma yang luar biasa dimiliki oleh Soekarno melalui
penuturan orang-orang yang dekat dengannya, itulah mengapa wanita-wanita cantik dapat
dengan mudah terpikat dengannya dan dijadikan isterinya. Beliau tertarik dengan wanita yang
sederhana dan juga berpakaian sopan.

Istrinya yaitu Fatmawati pernah bertanya pada presiden Soekarno mengenai wanita yang
berpenampilan seksi namun beliau menjawab bahwa wanita dengan penampilan yang sopan dan
sederhana dan juga tampil apa adanya lebih menarik untuk disukai sebab kecantikan seorang
wanita terlihat dari keaslian atau kesederhanaannya.

Soekarno tak menyukai wanita yang berpenampilan seksi seperti memakai rok pendek yang ketat
dan memakai lipstik seperti orang yang modern pada umumnya, percaya atau tidak artis Amerika
Marylin Monroe sangat menyukai kharisma dari seorang Presiden Soekarno.
Soekarno bersama Fatmawati
Wanita idaman Soekarno yaitu wanita yang setia, konservatif dan juga bisa menjaganya. Beliau
sangat senang ketika wanita itu bisa melayaninya dan menjaganya, Pandangannya tentang
wanita-wanita Amerika yang menyuruh suaminya mencuci piring membuat fatmawati menjadi
terkesima dan juga terpesona akan kesederhanaan dari seorang Soekarno sehingga fatmawati rela
menemaninya hingga akhir hayatnya.

Indonesia Selama Pemerintahan Presiden Soekarno


Selama pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia sebagai negara baru ketika itu bertahan dari
berbagai permasalahan yang kerap menggoyahkan stabilitas negara Indonesia. Pertama kali
dengan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang kembali menjajah Indonesia setelah
Jepang menyerah.

Kemudian muncul pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso (kawan lama Soekarno) dan
Amir Syarifudin, Pemberontakan Permesta, Pemberontakan Republik Maluku, Pemberontakan
APRA oleh Westeling, dan pemberontakan Darul Islam atau DI/TII oleh Kartosuwiryo yang
merupakan kawannya sendiri ketika Soekarno masih muda.

Meskipun banyak dilanda masalah pada awal-awal lahirnya negara, dibawah pemerintahan
Soekarno, Indonesia mulai terkenal di mata Internasinal. Banyak pemimpin dunia seperti John F.
Kennedy yang merupakan presiden Amerika ketika itu dan Fidel Castro yaitu presiden Kuba dan
pemimpin negara lain menaruh hormat pada Presiden Soekarno.

Indonesia ketika itu dikenal sebagai negara non blok, dan sempat berhubungan erat dengan Rusia
dan ditandai dengan pembelian senjata untuk pertahanan secara besar-besaran dari Rusia dan
juga untuk melawan Belanda ketika sedang melakukan upaya pembebasan Irian Barat. Selain itu
Indonesia melalui presiden Soekarno membentuk poros Jakarta-Beijing-Moskow yang membuat
konfrontasi dengan blok barat semakin tinggi.

Hal ini juga membuat Indonesia semakin berhaluan kiri ditandai dengan semakin
berkembangnya komunis ketika itu dimana muncul istilah 'NASAKOM' yang dicetuskan oleh
Presiden Soekarno.

Indonesia bahkan sempat berganti sistem pemerintahan dari sistem parlementer menjadi
presidensil dari tahun 1945 hingga 1960an. Dan pada tahun 1960an pergolakan politik yang amat
hebat terjadi di Indonesia, penyebab utamanya adalah adanya pemberontakan besar oleh PKI
(Partai Komunis Indonesia) yang dikenal dengan sebutan G30-S/PKI dimana dari peristiwa ini
kemudian membuat akhir cerita dari pemerintahan Presiden Soekarno dan juga orde lama
berakhir.

Hal ini ditandai dengan adanya "Supersemar" atau Surat Perintah Sebelas Maret di tahun 1966
yang terkenal dan masih menjadi kontroversi sejarah sebab naskah aslinya tidak diketahui
keberadaannya sampai sekarang. Supersemar dikeluarkan oleh Presiden Soekarno dan berisi
himbauan dari Presiden Soekarno ke Soeharto agar bisa mengendalikan Keamanan dan juga
ketertiban negara yang ketika itu sedang kacau dan juga berisi mandat pemindahan kekuasaan
dari Soekarno ke Soeharto yang kelak menjadikan Soeharto sebagai Presiden yang baru bagi
bangsa Indonesia.

Akhir Jabatan Sebagai Presiden


Setelah jabatannya sebagai Presiden berakhir ditandai dengan diangkatnya Soeharto sebagai
Presiden, Ir Soekarno kemudian banyak menghabiskan waktunya di istana Bogor, lama-
kelamaan kesehatannya terus menerus menurun sehingga ia mendapat perawatan oleh tim dokter
kepresidenan hingga tepatnya pada tanggal 21 Juni 1970 Presiden Soekarno atau Bung Karno
menghembuskan nafas terakhirnya di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.

Kepergian sang Proklamator sekaligus Bapak Bangsa Indonesia ke pangkuan Yang Maha Kuasa
menyisakan luka yang dalam bagi rakyat Indonesia pada waktu itu. Jenazah dari bung Karno
kemudian dibawa di Wisma Yaso, Jakarta setelah itu jenazahnya kemudian dibawa ke Blitar,
Jawa Timur untuk dikebumikan dekat dengan makam ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.

Gelar "Pahlawan Proklamasi" diberikan oleh pemerintah karena jasa-jasanya kepada bangsa
Indonesia. Kisah perjuangan Bung Karno kemudian diangkat ke dalam layar lebar yang berjudul
"Soekarno : Indonesia Merdeka" yang digarap oleh sutradara terkenal Hanung Bramantio
dimana Ario Bayu berperan sebagai Tokoh Soekarno, Inggit yang diperankan oleh Maudy
Koesnaedi dan Fatmawati yang diperankan oleh Tika Bravani.

Isu bahwa kematian Soekarno karena di bunuh secara perlahan.


Banyak yang berpendapat dan yakin bahwa Presiden Soekarno dibunuh secara perlahan-lahan
dimana presiden Soeharto secara ketat mengawasi dan mengatur pengobatan Ir Soekarno ketika
ia sakit. Di Wisma Yaso di Jln gatot Subroto ia ditahan sehingga ketika sakit ia tidak bisa
kemana-mana sehingga penahanan inilah yang kemudian membuat ia menderita lahir dan batin,
keluarganya pun tidak diperbolehkan secara bebas untuk menjenguk Soekarno.

Ketika sakit, banyak resep obat yang tidak dapat ditukar dengan obat dimana resep itu diberikan
oleh dr. Mahar Mardjono yang memimpin tim dokter ketika itu. Sehingga banyak tumpukan
resep ketika itu di meja penahanan Ir. Soekarno. resep tersebut dibiarkan saja dan tidak pernah
ditukarkan dengan obat.

Banyak yang mengatakan penguasa yang baru memang sengaja membiarkan soekarno sakit dan
makin parah sehingga mempercepat kematiannya. Alat-alat kesehatan yang berasal dari Cina
untuk menyembuhkan Soekarno ditolak oleh Presiden Soeharto ketika itu. Rachmawati
Soekarnoputri menuturkan bahkan sekedar menebus obat sakit gigi pun harus seizin presiden
Soeharto.

Ingin Berfoto Dengan Presiden Soekarno?


Anda hobi traveling dan sedang berada di Bangkok, Thailand, cobalah untuk berkunjung ke
Museum Madame Tussauds disana terdapat Patung lilin Soekarno. Patung yang terbuat dari lilin
tersebut dibuat menyerupai sosok Presiden Soekarno. Patung ini dibuat sebagai salah satu bentuk
penghormatan oleh mus Madame Tussauds kepada Presiden Soekarno sebagai salah satu
Proklamator dan sebagai Bapak Bangsa Indonesia dan juga peranan Soekarno bagi dunia
internasional selama menjabat sebagai Presiden Soekarno.

Berikut Kutipan Kata Kata Bijak Dari Presiden Soekarno

1. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan
minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu
! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato
HUT Proklamasi, 1963]
2. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari
Pahlawan 10 Nop.1961)
3. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit
karena melawan bangsamu sendiri.
4. Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada
batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas
segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
5. Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu
kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun.
6. Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat
berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
7. .Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan
persaudaraan
8. Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih
ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan
mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
9. Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
10. Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari
Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
1.11. Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah
berguna
Prof. Mr. Dr. Soepomo merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia yang juga dikenal
sebagai arsitek UUD 1945. Sebagai seorang ahli hukum generasi pertama yang ada di Indonesia,
Soepomo turut pula berperan dalam pembentukan sistem hukum nasional hingga akhir
hayatnya.

Pria yang lahir pada tanggal 22 Januari 1903 di Sukoharjo, Jawa Tengah ini berasal dari keluarga
aristokrat Jawa. Kakeknya dari pihak ayah adalah Raden Tumenggung Reksowardono, Bupati
Anom Sukoharjo kala itu. Sedangkan kakek dari pihak ibu adalah Raden Tumenggung
Wirjodiprodjo, Bupati Nayak Sragen.

Karena berasal dari keluarga priyayi, Soepomo beruntung memiliki kesempatan mengenyam
pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School), setingkat dengan sekolah dasar, di Boyolali
pada tahun 1917. Di tahun 1920, Soepomo lalu meneruskan pendidikannya di MULO (Meer
Uitgebreid Lagere Onderwijs) yang terletak di kota Solo. Ia kemudian menyelesaikan pendidikan
hukum di Bataviasche Rechtsschool di Batavia dan lulus di tahun 1923. Setelah lulus, ia menjadi
pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta. Menteri Kehakiman pertama
di Indonesia ini kemudian berkesempatan melanjutkan pendidikan ke Rijksuniversiteit
Leiden/Leiden University di Belanda tahun 1924 di bawah bimbingan Cornelis van Vollenhoven,
profesor hukum asal Belanda yang terkenal sebagai perancang ilmu hukum adat Indonesia.

Di tahun 1927, Soepomo resmi menyandang gelar Doktor dengan disertasinya yang berjudul
Reorganisatie van het Agrarisch Stelsel in het Gewest Soerakarta (Reorganisasi sistem agraria di
wilayah Surakarta). Dalam disertasi tersebut, Soepomo mengupas sistem agraria tradisional di
Surakarta dan menganalisis hukum-hukum kolonial yang berkaitan dengan pertanahan di
wilayah Surakarta secara tajam, namun dengan bahasa yang halus dan tidak langsung.

Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengajukan Dasar Negara Indonesia
Merdeka yang terdiri dari:

(1) Persatuan

(2) Kekeluargaan

(3) Keseimbangan lahir-batin

(4) Musyawarah

(5) Keadilan sosial

Soepomo kemudian menjadi ketua panitia kecil perancang UUD yang bertugas merancang dan
menyempurnakan naskah UUD yang merupakan hasil rancangan dasar negara Indonesia yang
dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945.
Soepomo meninggal akibat serangan jantung di Jakarta pada tanggal 12 September 1958.
Jenazahnya dikebumikan di pemakaman keluarga kampung Yosoroto, Solo.

Riset dan analisis oleh: Meidita Kusuma Wardhani

PENDIDIKAN

ELS (Europeesche Lagere School) di Boyolali (1917)


MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) di Solo (1920)
Bataviasche Rechtsschool di Batavia (lulus tahun 1923)
Rijksuniversiteit Leiden/Leiden University (1924)

KARIR

Pegawai yang diperbantukan pada Pengadilan Negeri Yogyakarta


Anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Ketua Panitia Kecil Perancang UUD
Menteri Kehakiman
Rektor Universitas Indonesia (1951-1954)

PENGHARGAAN

Gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional (1965)


Nama Lengkap : Soepomo
Alias : No Alias
Profesi : Pahlawan Nasional
Agama : Islam
Tempat Lahir : Sukoharjo, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Kamis, 22 Januari 1903
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia

Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus
1903 meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan,
budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional
Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda
sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.[1][2]

Latar belakang
Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia merupakan putra
dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari
Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang
hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin
antara lain : Muhammad Yaman, seorang pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan
terkemuka; dan Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu sepupunya,
Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang,


kemudian melanjutkannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS
Yogyakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin,
dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan pendidikan ke Leiden, Belanda harus
diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di
Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas
Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana
Hukum) pada tahun 1932.
Kesusastraan
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an semasa dunia
sastra Indonesia mengalami perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan
bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatera, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920.
Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentuk-bentuk bahasa Melayu Klasik.

Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair dengan puisinya, Tanah
Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatera. Tanah Air merupakan
himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.

Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini
sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang
kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa
Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa,
muncul juga pada tahun yang sama.

Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur
Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih
lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi
penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyak drama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia
juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath
Tagore.

Politik
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia
bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda
yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia,
yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi
Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan.
Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama
dalam kesusasteraan Indonesia.

Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang
hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota
Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia
mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota
Volksraad.

Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat
(PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun
1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak
asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.[4] Ia juga mengusulkan agar wilayah
Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor
Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI
menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik
Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam
pemerintahannya.

Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR
sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan (19531955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan
Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (19611962) dan Menteri
Penerangan (1962-1963).

Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang
dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan
yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR.
Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat
Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian
univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antaraperguruan tinggi yang ia
dirikan adalah Universitas Andalas di Padang, Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai