BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah, orang
tua, serta masyarakat. Karena pendidikan kalau tidak ditangani atau tidak ada yang
bertanggung jawab maka dikhawatirkan kedepan pedidikan kita akan semakin tidak
jelas. Oleh karena itu perlu perhatian yang sangat serius dari pemerintah , orang
tua dan masyarakat. Disisi lain kemajuan sebuah pendidikan ( sekolah/ madrasah )
diperlukan sebuah tata kelola ( manajemen ) yang bagus, karena ketika sebuah
lembaga pendidikan dapat dipimpin oleh orang yang memang ahlinya ( kepala
sekolah/ madrasah ) maka akan tercipta sebuah pendidikan yang berkualitas.
Sekolah/ madrasah yang baik harus dipimpin oleh kepala sekolah/ madrasah
pilihan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang lebih tinggi, maksudnya
strata 1 atau strata 2 kependidikan, bukan sebaliknya. Kalau sebaliknya maka
dipastikan pendidikan kita akan semakin tidak jelas, karena dipimpin oleh bukan
ahlinya.
Namun demikian peran supervisor ( pengawas sekolah/ madrasah ) sangat
mendukung, karena tanpa adanya pengawas yang ahli ( professional ) maka tidak
mungkin juga sebuah sekolah/ madrasah akan berjalan baik dan bermutu. Salah
satu mutu pendidikan ( sekolah/madrasah ) sangat ditentukan oleh pengawas yang
professional, kepala sekolah/ madrasah yang professional, juga guru yang
professional ( berkualitas) hal ini akan tercipta sebuah pendidikan yang bermutu
baik.
Kalau kita analisa bersama kenyataannya dilapangan masih perlu dibenahi
dalam hal supervisi pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas. Cukup banyak
para pengawas kita dalam menjalankan tugasnya belum maksimal memberikan
pelayanan dan bimbingan kepada guru disekolah, dikarenakan keahlian dan
keterampilan pengawas tersebut masih pas-pasan, hal inilah yang sering
1
dikeluhkan oleh para dewan guru. Idealnya seorang pengawas harus lebih pintar
dan mampu dari dalam hal pembinaan, bimbingan, pemberdayaan.
Namun kenyataannya masih ada pengawas yang belum begitu terampil,
meskipun ada juga yang sudah terampil hal ini masih belum memadai.
Permasalahan yang kita hadapi sekarang adalah kurangnya pembinaan
terhadap guru disekolah. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan adanya
rekruetmen para calon pengawas yang memang masih muda kaya pengalaman,
serta lemahnya keterampilan pengawas dalam pembimbingan terhadap guru perlu
ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop, simpusiom.
Solusi yang perlu kita lakukan adalah pengawas sekolah/ madrasah harus benar-
benar orang yang ahli dalam bidang kepengawasan kalau hal demikian adanya
maka kita yakini bersama kualitas ( mutu ) pendidikan semakin lebih baik.
Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan dalam ayat ke 3 disebutkan bahwa, sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Salah satu masalah yang dihadapi pendidikan nasional adalah bagaimana
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan. Upaya yang telah dilakukan antara lain menetapkan standar nasional
pendidikan yakni standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan,standar sarana dan prasarana pendidikan,
standar pengelolaan pendidikan, standar pengelolaan pendidikan dan standar
penilaian pendidikan (PP.No.19 tahun 2005). Standar nasional pendidikan
sebagaimana dikemukakan diatas menjadi arah dan tujuan penyelenggaraan
pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Dengan kata lain ke delapan standar
nasional pendidikan harus menjadi acuan sekaligus kriteria dalam menetapkan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu standar yang dinilai paling
langsung berkaitan dengan mutu lulusan yang diindikasikan oleh kompetensi
lulusan adalah standar pendidik dan kependidikan. Ini berarti untuk dapat mencapai
2
mutu lulusan yang diinginkan, mutu tenaga pendidik dan kependidikan harus
ditingkatkan. Selain tenaga pendidik (guru), peningkatan mutu pendidikan juga
menuntut adanya tenaga kependidikan yang profesional. Tenaga kependidikan
pada jalur pendidikan formal (sekolah), terdiri dari kepala sekolah, pengawas
sekolah, laboran/teknisi sumber belajar, tenaga administrasi dan tenaga
perpustakaan sekolah.
Pengawas sekolah adalah guru berstatus pegawai negeri sipil yang diangkat
dan diberi tugas tanggung jawab dan wewenang oleh pejabat berwenang untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan
pendidikan/ sekolah. Keberadaan pengawas sekolah / satuan pendidikan
memegang peranan penting dalam membina dan mengembangkan kemampuan
profesional tenaga pendidik(guru), kepala sekolah dan staf sekolah lainnya agar
sekolah yang dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pengawas sekolah
berfungsi sebagai supervisor pendidikan dengan tugas melaksanakan pengawasan
akademik dan pengawasan manajerial. Pengawasan akademik pada hakekatnya
adalah bantuan profesional kepada guru agar guru dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran sehingga dapat mempertinggi hasil belajar siswa. Sedangkan
pengawasan manajerial bantuan profesional kepada kepala sekolah dan seluruh
staf sekolah agar dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan pada
sekolah yang dibinanya terutama dalam aspek pengelolaan dan administrasi
sekolah. Oleh sebab itu untuk dapat melaksanakan tugas pengawasan, pengawas
sekolah harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul dari kualifikasi
dan kompetensi guru dan kepala sekolah.
Posisi dan peran strategis (Permenpan No 21 Tahun 2010) sebagai pejabat
fungsional yang dimiliki oleh pengawas sekolah ternyata tidak sepenuhnya
dipahami secara benar oleh sebagian pengawas sekolahnya sendiri maupun oleh
sebagian pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Pada saat pengawas sekolah
tidak memahami posisi dan peran strategisnya secara benar maka dimungkinkan
ada beberapa masalah yang ditimbulkan, diantaranya adalah (1) ternyata institusi
pengawas sekolah semakin bermasalah setelah terjadinya desentralisasi
penanganan pendidikan; (2) institusi ini sering dijadiakn sebagai tempat
pembuangan, tempat parkir, dan tempat menimbun sejumlah aparatur yang tidak
terpakai lagi (kasarnya: pejabat rongsokan). (3) pengawas sekolah belum
difungsikan secara optimal oleh manajemen pendidikan di kabupaten dan kota. (4)
3
adalah tidak tercantumnya anggaran untuk pengawas sekolah dalam anggaran
belanja daerah (kabupaten/kota). (5) frekuensi kehadiran pengawas dirasakan
sangat kurang; (6) fungsi kehadiran pengawas sehingga cenderung hanya
menemui kepala sekolah dan tidak mendampingi atau memfasilitasi
pendidik/tenaga kependidikan; (7) guru merasakan ketidakadaannya bantuan
pengawas terhadap kesulitan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya sehingga
peserta didik kurang mendapatkan pelayanan belajar yang baik dari gurunya.
Lemahnya pembinaan para pengawas diduga berkaitan dengan sumberdaya
yang terbatas pada setiap dinas pendidikan, baik sumber daya manusia, sumber
daya keuangan maupun sumber daya informasi. Selain itu komitmen dinas
pendidikan terhadap pentingnya peran pengawas dalam meningkatkan mutu
pendidikan terkesan kurang optimal, sehingga program pembinaan bagi para
pengawas belum menjadi prioritas. Pada sisi lain, hasil kerja yang dicapai para
pengawas dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya belum begitu signifikan
terhadap kemajuan-kemajuan sekolah binaannya. Oleh karena itu, posisi, peran
dan eksisteni pengawas kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan guru
dan kepala sekolah.
Dalam konteks peningkatan mutu pendidikan sejalan dengan PP No. 19
Tahun 2005 tentang standar mutu pendidikan, peranan pengawas satuan
pendidikan/sekolah sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
satuan pendidikan binaannya. Oleh sebab itu, pembinaan pengawas agar dapat
melaksanakan tugas kepengawasan akademik dan manajerial mutlak diperlukan.
Selain dari itu, posisi, peran dan eksistensi pengawas harus dibina agar citra
pengawas satuan pendidikan/sekolah lebih meningkat sebagaimana yang kita
harapkan. Pengawas harus mempunyai nilai lebih dari guru dan kepala sekolah
baik dari segi kualifikasi, kemampuan, kompetensi, finansial dan dimensi lainnya
agar kehadirannya di sekolah betul-betul didambakan stakeholder sekolah.Di pihak
pengawas sekolah sendiri kini semakin dihadapkan dengan tantangan tuntutan
kualitas pendidikan yang didambakan masyarakat. Pesatnya tuntutan peningkatan
kompetensi dan pengembangan profesional secara umum seharusnya direspon
pengawas sekolah dengan baik. Terlebih bila dihubungkan dengan era
perdagangan bebas yang menuntut dunia pendidikan di Indonesia peka terhadap
tuntutan kualitas berstandar internasional.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah ?
2. Bagaimana operasional kerja pengawas sekolah?
3. Bagaimana Peran pengawas dalam meningkatkan mutu guru dan mutu
pendidikan?
C. Tujuan
D. Manfaat
5
BAB II
PERAN PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU
A. Pengertian Pengawas
6
manajemen yang diharapkan melaksanakan tugas sesuai fungsi-fungsi manajemen
dengan baik dan terukur.
Dari beberapa pengertian yang penulis sebutkan diatas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan
membimbing, membina, memonitoring dan member pelayanan dalam membantu
guru terhadap kegiatan proses pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang
diharapkan.
Lucio dan McNeil ( 1989 ) mendifinisikan supervisi meliputi :
a. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program.
b. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian
melalui konsultasi dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran.
c. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum.
d. Melaksanakan demonstrasi mengajar guru- guru .
e. Serta melaksanakan penelitian.
7
B. Ladasan Hukum Pengawas
8
a. Prinsip Ilmiah maksudnya : Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data
objektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses pembelajaran.
Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan
kontinu.
b. Prinsip Demokratis maksudnya : Layanan/bantuan yang diberikan kepada
guru berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan kehangatan
sehingga guru-guru merasa aman dalam mengembangkan tugasnya.
c. Prinsip Kerjasama maksudnya : Mengembangkan usaha bersama atau
menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi
support/ mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.
d. Prinsip Konstruksi dan Kreatif maksudnya : Setiap guru akan termotivasi
dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara
menakutkan ( Piet Sehartian, 2008).
9
mampu memenuhi keinginan lembaga tersebut. Dalam kaitan dengan pendidikan
tentu tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan lainya harus memiliki mutu dan
bekerja secara profesional untuk tercapainya visi, misi dan tujuan dari lembaga
pendidikan tersebut.
Pengawasan identik dengan supervisi, bila dilihat dari makna kepengawasan
yang penulis sebutkan di atas kepengawasan pendidikan dan supervisi pendidikan
merupakan satu kesatuan maksud, kepengawasan dan supervisi merupakan
usaha membimbing, membina mengarahkan personil atau lembaga sehingga
mencapai mutu personil dan lembaga yang diinginkan agar tetap bekerja dalam
bingkai prosedur yang telah ditetapkan. Carter (Daryanto) mengartikan bahwa
supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin dan
membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan
perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran
dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran[6].Dari pengertian diatas, supervisi
dimaksud adalah peran dari petugas kepengawasan dalam membimbing pelaku
pendidikan seperti guru dan kepala sekolah sehingga kegiatan belajar mengajar
berjalan seperti yang diharapkan.
Jadi, diambil suatu kesimpulan bahwa pengawasan atau supervisi erat
kaitanya dengan kegiatan membimbing, membina, memonitoring dan memberi
pelayanan dalam membantu guru terhadap kegiatan proses pembelajaran agar
tetap berjalan seperti yang diharapkan. Dalam penelitian ini, penulis
mengkhususkan pada pengawas tingkat dasar yang bekerja atau diangkat sebagai
PNS dalam lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Nagan Raya.
10
kegiatan pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/
bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pem-
belajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan
terus menerus pada peserta didik, (6) melayani peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, (7) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8)
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan
memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau bimbingan, (10)
memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) mengembangkan interaksi
pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dll.) yang
tepat dan berdaya guna, (12) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pem-
belajaran/bimbingan, dan (13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.
Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas, pengawas
hendaknya berperan sebagai:
1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya
2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan
bimbingan di sekolah binaannya
3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya
4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah
5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3)
pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan
sumberdaya lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala
sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti:
(1) administrasi kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana
prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5)
administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7)
administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi
lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam melaksanakan fungsi
supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan sebagai:
11
1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen sekolah,
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah
binaannya
3 Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya
4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan
12
8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah sebagai bahan
kajian untuk menetapkan program kepengawasan semester berikutnya.
9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka akreditasi sekolah.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan[[6]].
Dari uraian diatas, dapat digambarkan dengan jelas bahwa kegiatan-
kegiatan tersebut mencerminkan bentuk kerja pengawas yang diwujudkan oleh
pengawas dalam bentuk kinerja pengawas meliputi, perencanan program
pengawas, pelakasanaan progran kerja pengawas, melaksanakan evalusi, dan
pelaporan hasil kerja pengawas, maka kinerja pengawas dapat diidentikkan
dengan perwujudan dari tugas-tugas pengawas.
Dalam hal ini, Sudjana mejelaskan bahwa berdasarkan uraian di atas maka
kinerja pengawas dapat dijabarkan dalam bentuk tugas-tugas pengawas meliputi:
(1) inspecting(mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat),
(3) monitoring (memantau), (4)reporting (membuat laporan),
(5) coordinating (mengkoordinir) dan (6) performing leadershipdalam arti memimpin
dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut[8]. Dalam penelitian ini, penulis
mengkhususkan pada tugas pokok yang behubungan dengan pembinaan terhadap
guru, yaitu tugas akademik.
G. Pengertian Guru
13
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru atau pendidik adalah
orang yang bekerja memberi pengajaran kepada seseorang atau anak didik kearah
kedewasaan.
H. Profesionalisme Guru
14
I . Peranan Pengawas Sekolah Terhadap Profesionalisme Guru
Peran pengawas sekolah adalah menjaga dan membimbing guru agar tetap
berada dalam profesional. Untuk lebih jelas peranan Pengawasan atau Supervisi
meliputi: (1) supervisi akademik, dan (2) supervisi manajerial. Kedua supervisi ini
harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas
sekolah/madrasah.
Sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal:
15
d. konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah/madrasah, dan
e. motivator untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga kependidikan di
sekolah/madrasah.
16
J. Usaha Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Guru
Oleh karena itu betapa pentingnya supervisi yang diberikan kepada guru-
guru dalam tugas mengajar dan mendidik sampai saat ini masih bersifat umum
( general supervision). Yang dibicarakan menyangkut masalah kegiatan belajar
17
mengajar yang bersifat umum. Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam
proses belajar mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekadar
mengkomunikasikan pengetahuan agar diketahui subjek didik, tetapi mengajar
harus diartikan menolong si pelajar agar mampu memahami konsep- konsep dan
dapat menerapkan konsep yang dipahami. Selain itu mengajar harus dipersiapkan
dengan baik. Guru perlu menyediakan waktu untuk mengadakan persiapan yang
matang termasuk persiapan batin. Guru-guru dimotivasi agar selalu berusaha untuk
merancangkan apa yang akan disajikan. Mempersiapkan diri agar tampil dalam
mengajar dan menilai dengan tepat serta bertanggung jawab atas tugas
mengajarnya. Bantuan yang diberikan dalam hal sebagai berikut :
18
Oleh karena itu mari kita bersama- sama untuk memberikan motivasi
kepada guru-guru kita kedepan agar selalu memperkaya diri dengan keilmuan serta
mampu meningkatkan kinerjanya dengan baik demi terlaksanya SDM yang
berkualitas sehingga akan melahirkan siswa/ siswi yang berkualitas juga.
19
f. Kegiatan emosional yaitu kegiatan yang menggunakan perasaan seperti
merasakan indahnya pemandangan , gembira, tenang, menghayati sesuatu.
Dengan berbagai kegiatan siswa akan memperoleh sejumlah pengalaman
belajar (learning experience ). Belajar bukan saja menguasai sejumlah materi
pengetahuan, tapi memperoleh sejumlah pengalaman belajar. Bagaimana cara
menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan adalah salah satu
usaha perbaikan proses belajar mengajar. Selain itu juga perlu dikembangkan
kemampuan dan menilai hasil belajar dan proses belajar. Setiap guru yang selesai
mengajar bertanya pada dirinya apakah bahan yang disajikan dapat dikuasai oleh
subjek didik. Supervisor dapat mendorong guru- guru untuk mengembangkan
berbagai model rancangan pembelajaran.
20
1. menyusun program pengawasan baik program pengawasan akademik maupun
program pengawasan manajerial,
2. melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial berdasarkan program
yang telah disusun,
3. mengevaluasi pelaksanaan program pengawasan akademik dan pengawasan
manajerial agar diketahui keberhasilan dan kegagalan pengawasan yang telah
dilaksanakannya,
4. melaksanakan pembimbingan dan pelatihan professional guru berdasarkan hasil
evaluasi pelaksanaan pengawasan atau kita sebut pembinaan,
5. menyusun pelaporan hasil pengawasan akademik dan manajerial serta
menindaklanjutinya untuk penyusunan program pengawasan berikutnya.
22
3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan, proses
pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap
perkembangan hasil belajar/bimbingan siswa.
4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor sumber daya
pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi sekolah.
5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang proses
pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil belajar/ bimbingan siswa.
6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran pendidikan di sekolah
24
pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu tugas pokok
supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah .
25
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek
pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan
efektivitas sekolah yang mencakup: (1) perencanaan, (2) koordinasi, (3)
pelaksanaan, (3) penilaian, (5) pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan
sumberdaya lainnya.
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf
sekolah lainnya dalam mengelola administrasi pendidikan seperti: (1) administrasi
kurikulum, (2) administrasi keuangan, (3) administrasi sarana
prasarana/perlengkapan, (4) administrasi personal atau ketenagaan, (5)
administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7)
administrasi budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi
lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya berperan
sebagai:
1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen sekolah,
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah
binaannya
3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah binaannya
4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan .
28
Untuk membantu para pengawas sekolah, seyogyanya kembali ke Peraturan
Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pasal 19 ayat
(1) misalnya menyatakan, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan psikologis peserta didik. Jika hal ini dijadikan sebagai standar
kelayakan penyajian program, tentu perlu dirumuskan indikator dari setiap item
kelayakan itu. Dari indikator-indikator itulah lahirnya instrumen penilaian yang
merupakan bagian dari perencanaan supervisi.
Kalau sasaran supervisi adalah teknik administrasi, pengawas sekolah juga
menetapkan standar kelayakannya. Misalnya pengelolaan satuan pendidikan
sebagai bagian dari teknik administrasi, pengawas sekolah juga dapat mepedoman
PP 19/ 2005 yang berhubungan dengan standar pengelolaan. Dari standar-standar
yang ada itu pula dapat disusun indikator pengelolaan yang kemudian akan
melahirkan instrumen penilaian tentang pengelolaan satuan pendidikan. Hal yang
sama juga berlaku untuk bidang lain yang terkait dengan standar nasional
pendidikan.
Bila kedua bidang (teknik pendidikan dan adminsitrasi) telah dinilai, tentu diperoleh
sejumlah data tentang itu. Data atau informasi tersebut akan berbicara kepada
pengawas sekolah setelah melalui pengolahan yang benar. Informasi tersebutlah
yang kemudian dijadikan landasan untuk melakukan pembinaan. Katakanlah
misalnya, jumlah pendidik di bawah binaan seorang pengawas sekolah hanya 50
persen yang dapat membuat program pembelajaran berdasarkan standar
kelayakan. Padahal, target seorang pengawas sekolah dalam program
semesternya adalah 80 persen pendidik yang dibinanya mampu menyusun
program pembelajaran berdasarkan standar kelayakan. Oleh karena itu, ada 30
persen lagi dari jumlah guru yang ada yang harus dibina. Bentuk, metode, dan
teknik pembinaan terhadpa 30 persen pendidik itu dituangkan ke dalam
perencananaan atau program pembinaan. Dengan demikian, pada akhir tahun
pembelajaran akan dapat dilakukan refleksi terhadap pembinaan yang dilakukan.
Begitu seterusnya untuk bidang-bidang yang lain.
PP 19/2005, pasal 19, ayat (3) menyatakan, Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
29
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pada pasal 23 ditegaskan,
Pengawasan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat
(3) meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah
tindak lanjut yang diperlukan.
Pengawas sekolah berkewajiban menyusun laporan atas kegiatan supervisinya.
Laporan tersebut selain digunakan untuk menyusun perencanaan supervisi tahun
berikutnya, juga digunakan sebagai pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang
dipikulkan kepadanya. Pasal 58 ayat (5) PP 19/2005 menyatakan, Untuk
pendidikan dasar, menengah, dan nonformal laporan oleh pengawas atau penilik
satuan pendidikan ditujukan kepada Bupati/ Walikota melalui Dinas Pendidikan
Kabupaten/ Kota yang bertanggungjawab di bidang pendidikan dan satuan
pendidikan bersangkutan.
C. Peran Pengawas Sekolah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan.
Mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses pembelajaran dan
hasil belajar.Tentang Standar Nasional Pendidikan,Standar proses adalah standar
naisonal pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.Standar
kompetensi lulusan ditegaskan pada kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi perserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kretivitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.Selain ketentuan sebagaimana yang dimaksud Setiap
satuan pendidikan melaukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Jadi, mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses yang
mengacu kepada standar proses dan mutu hasil yang mengacu kepada standar
kompetensi lulusan. Mutu proses memiliki hubungan kausal dengan mutu hasil. Jika
proses pembelajaran bermutu, tentulah standar komptensi lulusan dapat dicapai
dengan bermutu pula.
30
Pencapaian kedua mutu yang dimaksud, sudah jelas membutuhkan keberadaan
pengawas sekolah. Hal itu terkait dengan tugas pokoknya yakni menilai dan
membina teknik pendidikan dan treknik administrasi. Penilaian mengacu kepada
pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran data dari subjek yang dinilai (proses
pembelajaran), sedangkan pembinaan mengacu kepada hasil penilaian. Dengan
demikian, keberadaan pengawas sekolah untuk meningkatkan mutu sangatlah
penting.
Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi
persekolahannyapun disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan pendidikan,
serta para anggota organisasi, pegawai atau karyawan dipimpin dan dimotivasi
untuk mensukseskan pencapaian tujuan, tidak dijamin selamanya bahwa semua
kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Pengawasan sekolah
itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses
manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi
pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan
dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.)
menyatakan bahwa School Inspection is an extremely useful guide for all teachers
facing an Ofsted inspection. It answers many important questions about preparation
for inspection, the logistics of inspection itself and what is expected of schools and
teachers after the event.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan
bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan
sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila
ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan
(Robbins 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan
untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna
menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki (Wagner dan
Hollenbeck dalam Mantja 2001).
Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah fungsi
manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan, seperti halnya fungsi
manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan konsep tersebut, maka proses
perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih
dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan mencakup perencanaan:
31
pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan
dan pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak
terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian
(2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari
usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-
guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas
hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat
pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor
kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-
perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran.
Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau
pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan
acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang
diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting,
sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang
diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar
mengajar.
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas sekolah
dapat (dan memang tepat) dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka
kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa
sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas
belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus,
administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan tanggung jawab
orang tua dan masyarakat (Law dan Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005)
menyatakan bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi
yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar
mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan
minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen
sekolah.
32
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
(1) Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah melaksanakan penilaian
dan pembinaan;
(2) Penilaian dan pembinaan dilakukan terhadap bidang teknik pembelajaran dan
teknik administrasi;
(3) Dalam melakukan pembinaan pengawas sekolah melaksanakannya dengan
memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran;
(4) Implementasi dari supervisi satuan pendidikan (sekolah) adalah melakukan
penilaian dan pembinaan;
(5) Mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses dan mutu
hasil yang mengacu kepada standar nasional pendidikan (PP 19/2005);
(6) Untuk meningkatkan mutu tersebut peranan pengawas sangat penting.
(7) kegiatan pengawasan harus difokuskan pada perilaku dan perkembangan
siswa sebagai bagian penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah,
kualitas belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan
33
khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling, peran dan
tanggung jawab orang tua dan masyarakat .
B. Saran
(1) Tugas pokok dan fungsi pengawas harus dijalankan dan berpedoman pada
Permenpan No.21 Tahun 2010, sehingga gap atau kesenjangan peran yang terjadi
selama ini dapat dibangun kembali dengan suatu kebersamaan dan semata-mata
tugas Negara yang mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
(2) Termasuk di dalam Permenpan tersebut bahwa intensitas kehadiran pengawas
pada sekolah binaan harus lebih ditingkatkan kembali agar tidak ada jarak diantara
kita, sehingga keberadaan dan kehadiran pengawas sangat dirindukan sebagai
supervisor, advising, monitoring, reporting, coordinating, performing leadership.
(3) Analisis kebutuhan pegawas sekolah hendaknya disesuaikan dengan jumlah
sekolah, sehingga kerja (peran )pengawas dalam membina sekolah binaannya bisa
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
35