Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
Retribusi daerah terdiri atas 3 golongan, yaitu:
a. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan
Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6. Retribusi Pelayanan Pasar;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
b. Retribusi Jasa Usaha, Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal
pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:
(1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
(2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
(3) Retribusi Tempat Pelelangan;
(4) Retribusi Terminal;
(5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
(6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
(7) Retribusi Rumah Potong Hewan;
(8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
(9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
(10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
(11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemda dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3. Retribusi Izin Gangguan;
4. Retribusi Izin Trayek; dan
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan.
3.Pajak Rokok
Objek Pajak Rokok adalah konsumsi rokok. Rokok meliputi sigaret, cerutu, dan
rokok daun. Dikecualikan dari objek Pajak Rokok adalah rokok yang tidak dikenai cukai
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.
Subjek Pajak Rokok adalah konsumen rokok. Wajib Pajak Rokok adalah pengusaha
pabrik rokok/produsen dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok
Pengusaha Barang Kena Cukai.
Pajak Rokok dipungut oleh instansi Pemerintah yang berwenang memungut cukai
bersamaan dengan pemungutan cukai rokok. Pajak Rokok yang dipungut oleh instansi
Pemerintah disetor ke rekening kas umum daerah provinsi secara proporsional
berdasarkan jumlah penduduk.
4.Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang
seperti fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.
Tidak termasuk objek Pajak Hotel adalah:
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,
dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel
yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran
kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Wajib Pajak Hotel adalah
orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
5.Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Pelayanan
yang disediakan Restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang
dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
Tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran
yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan yang membeli makanan
dan/atau minuman dari Restoran. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan
yang mengusahakan Restoran.
6.Pajak Hiburan
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.
Hiburan sebagaimana dimaksud adalah:
tontonan film;
pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;
pameran;
diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;
sirkus, akrobat, dan sulap;
permainan bilyar, golf, dan boling;
pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan
ketangkasan;
panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center); dan
pertandingan olahraga.
Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menikmati Hiburan.
Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Hiburan.
7.Pajak Reklame
Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek Pajak
dimaksud meliputi:
Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya;
Reklame kain;
Reklame melekat, stiker;
Reklame selebaran;
Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
Reklame udara;
Reklame apung;
Reklame suara;
Reklame film/slide; dan
Reklame peragaan.
Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:
penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta
mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;
label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang
berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;
nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat
usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur
nama pengenal usaha atau profesi tersebut;
Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan
penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan
Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
Reklame.
Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau
Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut. Dalam hal
Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib
Pajak Reklame.
Penghitungan PBB
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penghitungan PBB terhutang :
1. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP )
2. NJOPTKP
3. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)
4. Tarif Pajak
Uraian masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
1. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) berdasarkan tabel yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak
2. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah NJOP yang tidak
dikenakan PBB yaitu Rp. 12.000.000,-
3. NJKP atau Nilai Jual Kena Pajak yang besarnya ditetapkan sebesar 20 % dan 40 %
(khusus untuk perumahan dengan NJOP Rp 1 miliar) dari NJOP.
4. Tarif pajak adalah sebesar 0,5 %.
5. Rumus untuk mengitung PBB adalah sebagai berikut :
PBB = 0,5 % x NJKP. Atau 0,5% X (20%) atau 40% X ( NJOP-NJOPTKP))
1. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.
Apabila tidak terdapat transaksi secara wajar, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP
Pengganti. Nilai jual sebagai DPP PBB dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok A dan
kelompok B. NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
2. Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas minimal NJOP yang menurut ketentuan UU tidak dikenakan pajak.
NJOPTKP ditetapkan setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- (dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib
pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah kabupaten/kota, ditetapkan oleh Kepala Kanwil
Ditjen Pajak atas nama Menteri Keuangan berdasarkan pendapat Pemda setempat, Apabila
seorang wajib pajak memiliki beberapa objek pajak, maka yang diberikan NJOPTKP hanya salah
satu objek pajak yang mempunyai nilai jual paling besar, sedangkan objek pajak lainnya tetap
dikenakan secara penuh tanpa dikurangi dengan
NJOPTKP,
3. NJKP atau Nilai Jual Kena Pajak
NJKP adalah nilai jual yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak, yaitu suatu
persentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. Besarnya NJKP ditetapkan sebesar :
a. Obyek pajak perkebunan, kehutanan dan pertambangan sebesar 40 % (empat puluh persen)
dari Nilai jual Objek Pajak;
b. Objek pajak lainnya :
- Sebesar 40 % ( empat puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual
Objek Pajaknya Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah ) atau lebih;
- Sebesar 20 % (dua puluh persen ) dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai Jual Pajak
Objeknya kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)