Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)


TIRTAWENING KOTA BANDUNG

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Matakuliah Teknologi Pengolahan Air Industri Pangan

Disusun Oleh:
Nama : Nugraheni Wahyu Permatasari
NRP : 133020112
Kelas :A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat
dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan
pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Salah satu faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk
kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme
penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia
maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di mana tidak ada satupun
makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang
memerlukan air minum sebanyak 2,5-3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam
makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2-3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2-3 hari
tanpa minum (Suripin, 2002).
Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih untuk minum, maka
dilakukan pengolahan air dari sumber air. Salah satunya adalah air sumur. Air sumur
umumnya masih mengandung racun dan zat-zat berbahaya lainnya, seperti misalnya unsur
besi di mana unsur besi ini jika keberadaannya melebihi standard yang telah ditentukan
akan menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak, serta menimbulkan karat pada pipa dan
noda pada pakaian, serta di dalam tubuh manusia dapat merusak dinding usus, yang dapat
mengakibatkan kematian (Soemirat, J., 1994).
Krisis air bersih di perkotaan umumnya berbentuk tercemarnya sungai-sungai oleh
limbah rumah tangga dan industri. Padahal air sungai itu dijadikan bahan baku pengolahan
air kotor oleh Perusahaan Air Minum (PAM) menjadi air bersih. Dalam hal ini, peran dari
PDAM sangatlah penting karena pemenuhan akan kebutuhan air bersih masyarakat sangat
bergantung pada kinerja dari PDAM. Semakin tercemar air baku yang ada, semakin mahal
biaya pengolahannya.
Di antara banyak hal yang harus dibiayai oleh PDAM dalam kegiatan proses
produksi dan distribusi air kepada para pelanggan, proses pengolahan air paling banyak
membutuhkan biaya operasional. Situasi ini memaksa masyarakat membayar lebih mahal
air bersih yang mereka gunakan. Seiring kemajuan dan kemampuan mengoperasionalkan
peralatan dan mesin mutakhir, PDAM dalam melakukan proses pengolahan air
menggunakan teknik pengolahan lengkap yang secara garis besar terdiri dari intake,
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan klorinasi. Pengolahan lengkap tersebut
diberlakukan pada air baku yang berasal dari air permukaan atau sungai.

1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui sejarah PDAM Tirtawening
- Untuk mengetahui sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirtawening
- Untuk mengetahui kapasitas produksi air bersih yang dikelola PDAM Tirtawening
- Untuk mengetahui sistem pengolahan air bersih di PDAM Tirtawening
- Untuk mengetahui sistem distribusi air bersih yang dilakukan PDAM Tirtawening

1.3. Rumusan Masalah


- Sumber air baku apa saja yang digunakan oleh PDAM Tirtawening
- Berapa kapasitas produksi air bersih yang dikelola PDAM Tirtawening
- Bagaimana sistem pengolahan air bersih di PDAM Tirtawening
- Bagaimana sistem distribusi air bersih yang dilakukan PDAM Tirtawening
BAB II
PEMBAHASAN

3.1. PDAM Tirtawening


Kota Bandung berada di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu Kota Propinsi,
terletak diantara 107, 76 Bujur Timur dan 6,55 Lintang Selatan dengan lokasi yang
cukup strategis dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun keamanan.
Luas Kota Bandung 16.729,50 Ha yang terdiri dari 30 kecamatan dan 139 kelurahan
dengan jumlah penduduk 2.729.649 jiwa. Kota Bandung yang dikenal Kota Kembang
mempunyai iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, temperatur rata-rata 23,1 C dan
curah hujan rata-rata 148,35 mm. secara topografis merupakan sebuah cekungan yang
terbentuk dari danau purba Bandung dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat
karena arus urbanisasi, menjadi tantangan dan peluang bagi PDAM Kota Bandung dalam
memberikan pelayanan air bersih dan air kotor kepada masyarakat.
Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di
Indonesia. Pembentukan PDAM Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) berdasarkan peraturan Daerah (Perda) Kotamadya Bandung Nomor 7/PD/1974 jo
Perda Nomor 22/1981 jo Perda Nomor 08/1987 yang telah diubah untuk terakhir kalinya
dengan Perda nomor 15 Tahun 2009, dengan perkembangan organisasi sebagai berikut :

Tahun 1916 - 1928 : Stadsgemente Water Leiding Bandung


Tahun 1928 - 1943 : Technische Ambtenaar
Tahun 1943 - 1945 : Sui Doko
Tahun 1945 - 1954 : Perusahaan Air
Tahun 1953 - 1965 : Dinas Perusahaan Bagian B (DPB)
Tahun 1965 - 1974 : Dinas Teknik Penyehatan (DTP)
Tahun 1974 : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung
Tahun 1987 : Pengelolaan Air Kotor masuk ke dalam PDAM
Tahun 2009 Sekarang PDAM Kota Bandung berganti nama menjadi Perusahaan Daerah
Air Minum Tirtawening Kota Bandung.
Pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1985 untuk meningkatkan debit air, mulai
dilaksanakan fisik Pengembangan Air Minum Tahap I atau BAWS I, dengan membuat
Sumur Artesis sepanjang jalan kereta api. Tahun 1985 sampai dengan 1991 membangun
Mini Plant Cibeureum dengan air bakunya dari Sungai Cibeureum, Mini Plant Pakar, air
bakunya dari Sungai Cikapundung dan membangun Intake Siliwangi serta pembangunan
saluran air kotor sepanjang 176,30 km.
Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, maka masalah-masalah sanitasi
lingkungan merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan, diantaranya
masalah pembuangan air kotor.

3.2. Sumber Air Baku PDAM Tirtawening


PDAM Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 Sumber Air yaitu :
1. Air Permukaan
Sungai Cikapundung, debit yang diambil + 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di Instalasi
Pengolahan Badaksinga, 600 l/dtl diolah di Instalasi Pengolahan Dago Pakar dan 40 l/dtk
diolah di Mini Plant Dago Pakar.

2. Mata Air
Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung Utara dengan total
debit 190 l/dtk dan diolah di Resevoir XI Ledeng. Ada pun Mata Air-Mata Air tersebut
adalah :
- Mata air Cigentur I
- Mata air Cigentur II
- Mata air Ciliang
- Mata Air Cilaki
- Mata air Ciwangun
- Mata air Cisalada I & II
- Mata air Cicariuk
- Mata air Cibadak
- Mata air Cirateun
- Mata air Cikendi
- Mata air Ciasahan
- Mata air Legok Baygon
- Mata air Citalaga
- Mata air Panyairan
- Mata air Ciwangi
3. Air Tanah
Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan sistem
aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk membunuh bakteri digunakan gas chlor kaporit.
Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe dan Mn diatas standar yang
ditetapkan. Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah yang tidak
terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam
PDAM ada 32 buah dengan sistem pendistribusian secara langsung ke konsumen
dengan melalui proses.

3.3. Kapasitas Produksi


3.4. Skema Pengolahan Air Bersih

PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses
penyediaan air bersih. PDAM Tirtawening Badaksinga mengolah air yang berasal dari
sumber air sebanyak 1800 L/detik. Sistem pengolahan air bersih di PDAM Tirtawening
Badaksinga merupakan salah satu perusahaan pengolahan air terbesar jika dilihat
berdasarkan debit air yang diolah. Adapun dalam proses pengolahannya terdapat 3 bagian
penting dalam sistem pengolahannya.

1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Sumber air yang berasal dari sunga Cisangkuy sebanyak 1200 L/detik dan
sungai Cikapundung sebanyak 600 L/detik. Pada bangunan intake ini terdapat bar screen
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya,
air akan masuk ke dalam sistem pipa venturi. Pada pipa venturi ini terjadi turbulensi karena
air dari dua sumber yang berbeda bersatu. Sebelum dialirkan ke proses selanjutnya air
dibubuhi PAC (Poli Alumunium Chloride). PAC digunakan karena dianggap lebih praktis
dibandingkan Al2SO4. Setelah itu air dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP
Water Treatment Plant.

2. Water Treatment Plant


Water Treatment Plant (WTP) adalah bangunan utama pengolahan air bersih.
Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak
sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Bak Koagulasi
Air yang berasal dari bangunan intake selanjutnya masuk ke bak koagulasi. Pada
proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya
air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid
yang terkandung di dalamnya. Namun pada proses ini tidak ditambahkan zat kimia
apapun
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi.
Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan
dilakukan pengadukan lambat (slow mixing). Sebelumnya air ini telah dibubuhi PAC
sehingga ketika masuk ke dalam bak terjadi pembentukan flok. Di PDAM Tirtawening
Badaksinga terdapat dua sistem yang bekerja pada unit flokulasi. Pertama adalah sistem
aselator yang menggunakan tenaga listrik karena didalamnya proses slow mixing
dilakukan menggunakan alat mixer dan pompa. Sistem aselator ini membutuhkan empat
pompa. Sistem aselator dibuat pada tahun 1952 oleh Prancis. Kedua adalah sistem
flokulator, sistem ini dibuat pada tahun 1956 oleh Belanda. Flokulator dianggap lebih
efisien karena tidak menggunakan tenaga listrik dan hanya memanfaatkan gaya
gravitasi. Filter yang digunakan setelah masuk ke dalam flokulator juga lebih sedikit
dibandingkan sistem aselator.
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan
unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh
unit sebelumnya sehingga flok-flok yang terbentuk akan turun ke dasar. Unit ini
menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur)
akan lebih besar daripada berat jenis air. Pada kolam ini terdapat penampang-
penampang besi yang berguna untuk menangkap flok-flok yang sudah terpisahkan dari
air. Sehingga flok-flok yang sudah terpisahkan dari air akan menempel pada lempengan
besi dan mengendap dibawah kolam maupun menempel pada lempengan besi. Adapun
kedalam kolam ini adalah sekitar 8 meter, hal ini dilakukan guna menampung
banyaknya flok yang ada yang kemudian menjadi lumpur. Dalam bak sedimentasi, akan
terpisah antara air dan lumpur. Lumpur yang sudah terpisah nantinya akan dibuang
kembali ke sungai.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini,
sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir
yang digunakan pada sistem aselator buatan prancis adalah silika dan keriki sedangkan
pada sistem flokulator buatan Belanda menggunakan filter pasir.
e. Klorinasi
Proses pengolahan air sebenarnya sudah selesai sampai proses filtrasi, namun ada
proses tambahan yaitu klorinasi. Air yang sudah difiltrasi dialirkan melalui pipa lalu
disuntikkan desinfektan berupa gas klor supaya bebas dari mikroorganisme patogen. Air
yang keluar dari pipa ini sudah berkualitas air minum.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih
sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Karena kebanyakan distribusi
di kita menggunakan gravitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan
eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi.
Di PDAM Tirtawening Badak Singa, air yang berada di dalam reservoir mempunyai
parameter sebagai berikut:
- Kekeruhan < 10 NTU
- pH 6,5 8,5
- Sisa klor hasil klorinasi 0,2 0,8 ppm

3.5. Sistem Distribusi Air Bersih


Sistem pelayanan pendistribusian kepada pelanggan di bagi ke dalam 4 Wilayah
Pelayanan yaitu ;
1. Wilayah Bandung Utara
2. Wilayah Bandung Tengah Selatan
3. Wilayah Bandung Barat
4. Wilayah Bandung Timur

Adapun pendistribusiannya melalui sistem :


a) Jaringan pipa adalah sistem pendistribusian air melalui jaringan pipa dengan cara
gravitasi ke daerah pelayanan.
b) Pelayanan air tangki adalah armada tangki siap beroperasi melayani kebutuhan
masyarakat secara langsung selama 24 Jam.
c) Kran Umum dan Terminal Air adalah merupakan sarana pelayanan air bersih untuk
daerah pemukiman tertentu yang dinilai cukup padat dan sebagai penduduknya belum
mampu menjadi pelanggan air minum melalui sambungan rumah dan menggunan tarif
sosial
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
PDAM Tirtawening Dago Pakar mengolah air yang berasal dari sungai Sungai
Cikapundung dengan total debit air sebanyak 600 L/detik. Proses pengolahannya terdiri
dari tiga bagian penting yaitu masuknya air ke bangunan intake lalu masuk ke water
treatment plant yang terdiri dari empat tahap pengolahan yaitu koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi dan klorinasi dan terakhir ditampung di reservoir sebelum
didistribusikan ke pipa-pipa rumah tangga.

3.2. Saran
Sistem pengolahan air sebaiknya diperbaiki lagi agar menghasilkan air bersih yang
memenuhi kriteria lalu lumpur yang dibuang ke sungai harus benar-benar tidak
mengandung air karena biasanya lumpur yang dibuang ke sungai masih mengandung air
cukup banyak dan bisa digunakan untuk menambah kapasitas air bersih.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Sistem Distribusi Air. http://www.pambdg.co.id/new/index.php?


option=com_content&view=article&id=57&Itemid=70 Diakses: 9 Desember 2015.
Aryansah. 2010. Instalasi Pengolahan Air Bersih. https://aryansah.wordpress.com
/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ Diakses: 9 Desember 2015.
Fiandy, Felix. 2014. Pengolahan Air Bersih Di Instalasi PDAM Tirtawening.
http://www.scribd.com/doc/221816673/Pengolahan-Air-Bersih-Di-Instalasi-PDAM-
Tirtawening. Diakses: 9 Desember 2015.
Rangkuti, Darwin. 2015. Pengolahan Air Sumur. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/20986/6/Cover.pdf. Diakses 9 Desember 2015
Soemirat, J. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. PO Box 14.
Bulak Sumur, Yogyakarta.
Sunaryo, T.M., Waluyo, T dan Harnanto, A. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air,
Bayu Media Publishing, Malang.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Terjemahan Djoko Sasongko.
Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai