Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum P3GL Bandung

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) Bandung


mempunyai tugas melaksanakan litbang bidang geologi kelautan di seluruh
wilayah laut Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan pada sektor
energi dan sumber daya mineral. Untuk melaksanakan tugas tersebut prioritas
pokok kegiatan adalah melakukan pengembangan litbang di kawasan pantai
dan laut, pengembangan kelembagaan menuju kemandirian dan pengembangan
pelayanan jasa riset dan teknologi.
Kantor pusat Puslitbang Geologi Kelautan berada di Jl. Dr. Junjunan 236
Bandung, yang merupakan kantor pusat administrasi, perencanaan dan
pengolahan data. Disamping itu Puslitbang Geologi Kelautan memiliki unit
sarana dan operasi kelautan tang terletak di pantai Pengambiran, Kalijaga
Cirebon. Visi dan Misi Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL)
Visi
Menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang
PROFESIONAL, UNGGUL, dan MANDIRI di bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral.
Misi
Melaksanakan litbang dan pemetaan geologi kelautan dan potensi energi
sumber daya mineral kawasan pesisir dan laut.
Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan sarana-prasarana litbang.
Memberikan kontribusi dalam perumusan evaluasi, dan rekomendasi kebijakan
potensi energi dan sumber daya mineral di wilayah landas kontinen Indonesia.
Memberikan pelayanan jasa teknologi dan informasi hasil litbang.
Melaksanakan pengembangan sistem mutu kelembagaan dan HAKI litbang.
Gambar. 2.1 Lokasi Kantor PPPGL Bandung

2.2 Gelombang Elektromagnetik

Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk


Maxwell (18311879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu
pada tiga aturan dasar listrik-magnet berikut ini.

1. Muatan medan listrik dapat menghasilkan medan listrik disekitarnya,


yang besarnya diperlihatkan oleh hukum Coulumb.
2. Arus listrik atau muatan yang mengalir dapat menghasilkan medan
magnet disekitarnya yang besar dan arahnya ditunjukkan oleh hukum
Bio-Savart atau hukum Ampere.
3. Perubahan medan magnetik dapat menimbulkan GGL induksi yang dapat
menghasilkan medan listrik dengan aturan yang diberikan oleh hukum
induksi Faraday.

Berdasarkan aturan tersebut, Maxwell mengemukakan sebuah hipotesis sebagai


berikut: Karena perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik,
maka perubahan medan listrik pun akan dapat menimbulkan perubahan medan
magnet. Hipotesis tersebut digunakan untuk menerangkan terjadinya gelombang
elektromagnet. Menurut Maxwell, ketika terdapat perubahan medan listrik (E),
akan terjadi perubahan medan magnetik (B). Perubahan medan magnetik ini akan
menimbulkan kembali perubahan medan listrik dan seterusnya. Maxwell
menemukan bahwa perubahan medan listrik dan perubahan medan magnetik ini
menghasilkan gelombang medan listrik dan gelombang medan magnetik yang
dapat merambat di ruang hampa. Gelombang medan listrik (E) dan medan
magnetik (B) inilah yang kemudian dikenal dengan nama gelombang
elektromagnetik. Arah getar dan arah rambat gelombang medan listrik dan medan
magnetik saling tegak lurus (dapat dilihat pada Gambar berikut) sehingga
gelombang elektromagnetik termasuk gelombang transversal.

Gambar. 2.2 Gelombang Elektromagnetik

Dengan E0 adalah amplitudo medan listrik pada sumbu y sementara B0 adalah

amplitudo medan magnet pada sumbu z. Sedangkan k Konstanta Propagasi, x


adalah arah rambat gelombang, E fase gelombang medan listrik terhadap titik

acuan yaitu pada x 0 , y 0 , z 0 dan B adalah beda fase medan magnet


terhadap titik acuan.
2.2.1 Persamaan Gelombang Elektromagnetik pada Medium Udara

Khusus pada ruang vakum dan berlaku juga pada medium udara, persamaan
Maxwell dinyatakan sebagai berikut :
E 0 .....(2.2.1.1)
B 0 .....(2.2.1.2)
B
E .....(2.2.1.3)
t
E
B 0 0 .....(2.2.1.4)
t
Dengan :
E Vektor Medan Listrik
B Vektor Medan Magnet

0 Permitivitas Listrik di udara atau Vakum 8,85 1012 C 2 / Nm2

0 Permeabilitas Manget di udara atau Vakum 4 107 T .m / A


kecepatan rambat gelombang di udara dan ruang Vakum adalah sebagai
berikut :
1
c 3, 00 108 m / s
0 0
....(2.2.1.5)

2.2.2 Persamaan Gelombang Elektromagnetik pada Medium Nonkonduktor


Gelombang elektromagnetik dapat juga merambat pada medium nonkonduktor.
Pada kasus ini, bentuk persamaan Maxwell dimodikasi menjadi persamaan
berikut :
D 0 .....(2.2.2.1)
B 0 .....(2.2.2.2)
B
E .....(2.2.2.3)
t
D
H .....(2.2.2.4)
t
Dengan D adalah medan listrik dan pergeseran, H adalah kuat medan magnet
pada medium. Jika medium bersifat linear maka :
1
D E H B .....(2.2.2.5)

Dan bila medium bersifat homogen, maka nilai konstanta permitivitas dan
permeabilitas tidak mengalami variasi pada setiap titik dalam medium,
sehingga persamaan Maxwell dinyatakan sebagai berikut :
E 0 .....(2.2.2.6)
B 0 .....(2.2.2.7)
B
E .....(2.2.2.8)
t
E
B .....(2.2.2.9)
t
Pada medium non-konduktor, besar kecepatan rambat gelombang
elektromagnetik adalah sebagai berikut :
1
v ...(2.2.2.10)

Sebagian besar mineral geologi yang ada di alam ini memiliki nilai yang
mendekati 0 , kecuali jika material tersebut memiliki sejumlah besar molekul

Fe2O3 yang terkandung di dalamnya (Telford et al, 1990). Lihat Tabel 1. Di lain

pihak, lihat Tabel 2. selalu lebih besar dari 0 . Hal ini membawa konsekuensi
bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik pada suatu medium, selalu lebih
rendah dibandingkan dengan kecepatan gelombang elektromagnetik di udara. Hal
ini membawa konsekuensi bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik pada
suatu medium, selalu lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan gelombang
elektromagnetik di udara.
Tabel 1.Daftar nilai konstanta permeabilitas relatif dari berbagai mineral
(Telford et al, 1990)
No Nama Mineral Permeabilitas relatif / 0

1. Magnetite 5
2. Pyrhotite 2,55
3. Hematite 1,05
4. Rutile 1,0000035
5. Calsite 0,999987
6. Quartz 0,999985

Tabel 2. Daftar nilai permitivitas relatif atau konstanta dielektrik, r dan


kecepatan gelombang elektromagnetik dalam berbagai mineral geologi
(Supriyanto, 2007)
No Mineral r Kecepatan m ns
1. Udara 1 0,30
2. Air laut 80 0,01
3. Pasir Kering 3-6 0,15
4. Pasir Basah 20-30 0,06
5. Limestone 4-8 0,12
6. Silts 5-30 0,07
7. Granit 4-6 0,13
8. Es 3-4 0,16

Nilai rasio kecepatan gelombang elektromagnetik di udara terhadap kecepatan


gelombang elektromagnetik medium non-konduktor, disebut indeks bias n.

c
n r ...(2.2.2.11)
v 0 0 0
Dimana :
r Konstanta Dielektrik
Faktor indeks bias dalam pengolahan data GPR menjadi hal yang sangat
penting, karena berpengaruh langsung terhadap arah rambat gelombang reeksi
dan tranmisi, terutama bila pulsa-pulsa radar bertemu dengan batas antara dua
lapisan batuan.

2.2.3 Persamaan Gelombang Elektromagnetik pada Medan Konduktor


Bentuk persamaan Maxwell dalam medium konduktor adalah sebagai
berikut:
E 0 ....(2.2.3.1)
B 0 ....(2.2.3.2)
B
E ....(2.2.3.3)
t
E
B E ....(2.2.3.4)
t
Dengan :
Konstanta Konduktivitas
Besar kecepatan gelombang pada medium Konduktor adalah :
1
v ....(2.2.3.5)

Hasil ini sama persis dengan penurunan rumus kecepatan pada pembahasan
gelombang elektromagnetik dalam medium non-konduktor. Selain itu dapat
dimengerti pula bahwa skin depth terbebas dari pengaruh frekuensi, sehingga
penetrasi gelombang elektromagnetik pada mineral berkonduktivitas rendah atau
non-konduktor semata-mata hanya ditentukan oleh parameter listrik-magnet
mineral tersebut. Skin depth semakin dangkal bila frekuensi semakin tinggi
demikian pula sebaliknya.
2.3 Metode Ground Penetrating Radar (GPR)
2.3.1 Pengertian Metode Ground Penetrating Radar (GPR)

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk
proses deteksi benda benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam
range 10 MHz sampai 1GHz . Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem
GPR terdiri atas pengirim (trasmiter), yaitu antena yang terhubung ke sumber
pulsa, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke unit
pengolahan sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena yang
digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung
pada beberapa hal, yaitu:

Jenis objek yang akan dideteksi


Kedalaman Objek
Karakteristik elektrik medium tanah

Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra dari
letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah. Untuk menghasilkan
pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi empat persyaratan
sebagai berikut (Ligthart, 2004) :
Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah,
Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien,
Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi,
bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.

2.3.2 Prinsip Kerja Metode Ground Penetrating Radar (GPR)

GPR sering dibandingkan dengan survey seismik refleksi. Sama halnya dengan
seismik yang dihasilkan ketika suatu gelombang seismik mengenai suatu lapisan
dibawah permukaan yang memiliki ciri fisik material berbeda, GPR refleksi
dihasilkan ketika suatu pulsa mengenai suatu objek atau lapisan dengan
karakteristik elektromagnetik berbeda. Objek dengan karakteristik
elektromagnetik berbeda. Objek dengan karakteristik elektromagnetik berbeda
mungkin berupa tangki bawah tanah, lapisan sedimen, muka air tanah, atau batas
daerah contaminant plume. Pada dasarnya, pemantulan terjadi ketika ada suatu
peningkatan konstanta dielektrik material dibawah permukaan. Konstanta
dielektrik digambarkan sebagai kapasitas suatu material untuk menyimpan muatan
ketika suatu medan listrik diaplikasikan relatif diruanghampa dengan kapasitas
yang sama, dan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :

2
c
r .....(2.3.2.1)
v

Dengan :

r = konstanta dielektrik relatif

c = cepat rambat cahaya ( 30cm/nanosecond )

v = cepat rambat energi elektromagnet pada material


Jika suatu pulsa GPR mengenai suatu lapisan atau objek dengan suatu
konstanta dielektrik berbeda, pulsa akan dipantulkan kembali, diterima oleh
antena reciver, waktu dan besaran pulsa direkam seperti ditunjukan oleh gambar
di bawah ini.

Gambar. 3 Prinsip Kerja GPR (K. Budiono 2010)

Pada banyak kasus antena transmitter dan receiver adalah sama. Selama
transmitter GPR terus bergerak pada permukaan tanah dengan kecepatan konstan,
pada saat itulah gambar permukaan datar dapat diambil. Pada dasarnya GPR
bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti
memiliki rangkaian pemancar (transmitter) yaitu sistem antena yang terhubung ke
sumber pulsa, dan rangkaian penerima (reciever), yaitu sistem antenayang
terhubung ke tempat pengolahan sinyal. Rangkaian pemancar akan menghasilkan
pulsa listrik dengan bentuk prf (pulse repetition frequency), energi dan durasi
tertentu. Pulsa akan dipancarkan oleh antena kedalam tanah dan Pulsa ini akan
mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah. Jika
tanah bersifat homogen, maka sinya dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa
menabrak suatu inhomogenitas didalam tanah, maka akan ada sinyal yang
dipantulkan ke antena penerima. Kedalaman objek dapat diketahui dengan
mengukur selang waktu antara pemancar dan penerima pulsa. Dalam selang waktu
ini, pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika
selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektro
magnetik dalam tanah adalah v, maka kedalaman objek dapat dinyatakan dalam h
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

1
h tv .....(2.3.2.2)
2

Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan perambatan dari


gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan peraambatan tersebut
tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta dielektrik relatif medium
perambatan. Perambatan tersebut dapat kita tuliskan sebagai berikut :

c
v
.....(2.3.2.3)
r

Dengan frekuensi unit GPR (kebanyakan memiliki variabel frekuensi),


kecepatan sinyal elektromagnetik sehingga panjang gelombang sinyal dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

v
.....(2.3.2.4)
f

Dengan :

= panjang gelombang

v = Cepat rambat energi elektromagnetik pada material

f = Frekuensi
Jika konstanta dielektrik medium semakin besar maka kecepatan gelombang
elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin kecil. Konstanta dielektrik
relatif atau permitivitas dielektrik relatif dapat ditentukan dari pengujian atau dari
tabel dibawah ini.

Tabel.3 Permitivitas dielektrik relatif material (Nurdiani, 2015)

No Material Konduktivitas Relative Dielectric


(mhos per meter) Permitivity
1. Udara 0 1
2. Air Tawar 104 Sampai 3 102 81
3. Air Laut 4 81
4. Es 103 4
5. Pasir Kering 107 Sampai 103 4-6
6. Pasir Jenuh 104 Sampai 102 30
7. Lanau Jenuh 103 Sampai 107 10
8. Lempung Jenuh 101 Sampai 1 8-12
9. Batu Pasir Basah 4 10 2 6
10. Serpihan Basah 101 7
11. Batu Gamping Kering 104 7
12. Batu Gamping Basah 2,5 102 8

13. Basal Basah 102 8


14. Granit Kering 106 5
15. Granit Basah 103 7

GPR secara berkala memancarkan gelombang elektromagnetik ke bawah


permukaan bumi, dan pantulannya diterima oleh antena penerima. Hasil
tangkapan ini direkam oleh GPR, dan hasilnya berupa gambar (image).
2.3.3 Kedalaman Penetrasi Ground Penetrating Radar (GPR)

Sebuah Unit GPR memiliki batas penetrasi kedalaman. Ketika pulsa


gelombang elektromagnetik dihamburkan seiring kedalaman tertentu, secara cepat
memudar dan menghilang. Kedalaman penetrasi GPR bergantung pada :

1. Frekuensi sumber sinyal GPR


2. Efisiensi radiasi antena GPR
3. Sifat elektrik material permukaan

Pada studi yang dilakukan oleh Beres and Haeni (1991) dalam menentukan
aplikasi GPR untuk studi geohidrologi, diperoleh kedalaman penetrasi GPR antara
20 sampai dengan 70 feet degan antena 80-MHz (Frekuensi relatif rendah).
Atenuasi data radar terbesar terjadi pada area jenuh dan clay-based soil. Penetrasi
pada kedalaman 90 kaki atau lebih diperoleh pada area konduktivitas elektrik
rendah (Unasatuarted sand dan gravel). Dalam kondisi dimana terdapat es atau
endapan garam, penetrasi GPR dapat mencapai kedalaman 5000 meter . Karena
frekuensi dan efisiensi radiasi antena unit GPR dapat dikendalikan, parameter
tersebut perlu dipertimbangkan saat memilih unit GPR untuk mengetahui kondisi-
kondisi hidrogeologi.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Atenuasi

Dalam perambatannya gelombang elektromagnetik sangat dipengaruhi oleh


sifat fisis bahan yang dilaluinya. Baik itu sifat kemagnetan maupun sifat
kelistrikan masing-masing bahan. Oleh karena itu sifat-sifat fisis tersebut menjadi
sangat penting dalam GPR. beberapa sifat fisis tersebut antara lain konduktivitas
material, relatif dieletric properties (RDP), serta permeabilitas magnetik.

1. Konduktivitas

Secara sederhana konduktivitas dapat diartika sebagai kemampuan suatu


bahan dalam mengalirkan energi, baik itu panas, arus listrik, ataupun
gelombang. Semakin tinggi nilai konduktivitas suatu bahan maka energi yang
diserap akan semakin besar pula (banyak mengalami atenuasi). Oleh karena
itu, GPR tidak akan bekerja dengan baik jika digunakan dalam material
dengan nilai konduktivitas tinggi. Apabila suatu material memiliki nilai
konduktivitas 0 maka sinyal tidak akan mengalami atenuasi 0 .

2. Relatif Dieletric Properties (RDP)

RDP dapat diartikan sebagai kemudahan suatu material untuk dipengaruhi


oleh medan listrik. Nilai RDP merupakan antara nilai permitivitas bahan
dengan nilai permitivitas di ruang hampa. Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :

v
2
RDP c ......(2.3.4.1)

Dengan c merupakan nilai cepat rambat cahaya diruang hampa, v adalah


cepat rambat gelombang elektromagnetik dalam suatu bahan. Besarnya
koefisien dielektrik berkisar antara 1 (udara) sampai dengan 81(air). Semakin
besar nilai konstanta dielektrik yang dimiliki suatu bahan maka nilai
atenuasinya akan semakin besar. Kekuatan refleksi sinyal bergantung pada
kontras RDP antara lapisan. Besarnya kekuatan refleksi secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :

2 1
Kekuatan Refleksi ......(2.3.4.2)
2 1

1 RDP Untuk Material Pertama

2 RDP Untuk Material Kedua

3. Permeabilitas Magnetik

Permeabilitas magnet merupakan perbandingan antara fluks magnet dalam


dengan magnet luar, secara sederhana permeabilitas bisa diartikan sebagai
mudah tidaknya suatu bahan ditembus oleh medan magnet luar.
Besar kecilnya permeabilitas sangat mempengaruhi sinyal elektromagnet,
semakin besar nilai permeabilitas bahan maka sinyal akan lebih banyak
mengalami pelemahan (atenuasi).

2.3.5 Refleksi dan Transmisi Gelombang Elektromagnetik

Koefisien refleksi adalah perbandingan energi yang direfleksikan dengan


energi datang. Sedangkan koefisien transmisi adalah perbandingan energi yang di
transmisikan dengan energi datang. Kedua koefisien tersebut ditentukan oleh
perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar lagi
adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari media yang berdekatan.

Sinyal elektromagnetik yang dipancarkan kedalam bumi selain dipantulkan


(Refleksi) ada juga diteruskan (Transmisi). Sinyal yang ditransmisikan ini akan
melemahkan sinyal refleksi begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu refleksi yang
terbaca pada reciever mengalami pelemahan sebagai fungsi kedalaman. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

V2 V1 r2
R r1 .....(2.3.6.1)
V2 V1 r1 r 2

2V2
T .....(2.3.6.2)
V2 V1

Dengan :

1 konstanta dielektrik pada lapisan 1

2 konstanta dielektrik pada lapisan 2

V1 kecepatan rambat gelombang dalam medium 1

V2 kecepatan rambat gelombang dalam medium 2


2.3.6 Hamburan Gelombang Elektromagnetik (Scattering)

Penerimaan gelombang hasil refleksi (Pemantulan) dari lapisan tanah tidak


selalu sempurna. Hal ini desebabkan karena sifat gelombang elektromagnetik itu
sendiri seperti refleksi, transmisi, dan absorpsi. Selain itu kondisi lapangan juga
berpengaruh terhadap refleksi dari sinyal elektromagnet.

Ketika gelombang mengenai suatu permukaan yang menjadi objek hampir


datar, maka gelombang hanya mengalami sedikit hamburan. Sedangkan ketika
gelombang mengenai objek permukaan berupa cekungan maka gelombang akan
difokuskan karena bidang refleksinya yang berbentuk cekungan. Gelombang akan
mengalami hamburan acak ketika sinyal refleksi yang diterima receiver tidak
sempurna.

2.3.7 Skin Depth

Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e (sekitar 37%) dari amplitudo
permukaan dikenal sebagai kedalaman kulit (skin depth ). Kedalaman ini di dalam
metode EM sering ditengarai sebagai kedalaman penetrasi gelombang. Pada
medium konduktor kedalaman penetrasi (skin depth) dalam metode GPR sangat
dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan saat pengambilan data. Semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka semakin dangkal kedalaman penetrasinya tetapi
memiliki resolusi yang tinggi. Untuk medium berkonduktivitas tinggi, jika
, maka :

a .....(2.3.7.1)
2
1
......(2.3.7.2)

2 f ....(2.3.7.4)
1
1 1 2 1 2
503 ....(2.3.7.5)
a r r f f
2
Tabel 4 Hubungan Frekuensi dengan kedalaman (Azizah, 2015)
Antena Frekuensi Aproksimasi Range Penetrasi Kedalaman
(MHz) Kedalaman (m) Maksimum (m)
25 5-30 35-60
40 4-20 20-30
100 2-15 15-25
200 1-10 5-15
400 1-5 3-10
1000 0.05-2 0.5-4

2.3.8 Resolusi

Resolusi menunjukan suatu kemampuan untuk memisahkan dua objek yang


berbeda pada jarak yang berdekatan. Hal ini berhubungan erat dengan target
atribut geometri termasuk bentuk, ukuran ketebalan dan lain-lain.

Ada dua komponen resolusi yang bekerja pada GPR, yaitu resolusi vertikal
dan resolusi lateral. Resolusi vertikal adalah suatu kemampuan untuk
membedakan dua objek pada waktu yang berdekatan. Sedangkan resolusi lateral
adalah suatu kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan secara
lateral.

Resolusi vertikal dirumuskan sebagai berikut :

c
r .....(2.3.7.1)
4

Dengan :

r Resolusi Vertikal (meter)

c Panjang gelombang dari frekuensi tengah antena (meter)

Sedangkan resolusi Lateral dirumuskan sebagai berikut:


c d
L .....(2.3.7.2)
2

Dengan :

L Resolusi Lateral (meter)

d Kedalaman (meter)

2.3.9 Noise

Noise pada sistem GPR lebih sering disebabkan oleh faktor sifat fisik
kelistrikan seperti kehadiran pembangkit listrik. Pemancar FM dan komponen
elektronika lainnya disekitar area sistem dimana dapat memberikan interferensi
sinyal.

Dalam praktiknya yang sering muncul adalah fenomena frekuensi rendah


(komponen DC) yang berinterferensi secara periodik. Hal ini diakibatkan oleh
saturasi antara komponen instrumen penerima (receiver) dengan amplitudo tinggi
gelombang udara dan gelombang langsung sebagai konsekuensi interaksi antara
antena dan tanah. Kondisi yang bersifat basah menyebabkan hal ini terjadi dimana
sinyal tidak dapat merambat melainkan terdifusi kedalam tanah.

Selain itu noise ini dapat berupa refleksi maupun difraksi yang cukup kuat
yang diakibatkan oleh scattering oleh objek permukaan diatas tanah atau lintasan
survei. Kondisi permukaan tanah tertentu yang telah mengatenuasi lebih banyak
sinyal mengakibatkan sinyal banyak merambat di permukaan.
2.3.10 Cara Memperoleh Data Ground Penetrating Radar (GPR)

Profil penggambaran permukaan hasil pengolahan data GPR sangat ditentukan


oleh pengaturan mode dan parameter pengambilan data lapangan karena akan
menentukan tingkat keberhasilan pengambaran bawah permukaan.

Terdapat tiga jenis metode pengambilan data yang umum dilakukan sampai
saat ini, yaitu Radar Reflection Profiling, Wide Angle Reflection and Refraction
(WARR) atau Common Mid Point (CMP) Sounding dan Transillumination atau
Radar Tomography .

1. Radar reflection Profiling

Cara ini dilakukan dengan membawa antena radar bergerak bersama diatas
permukaan tanah selanjutnya tampilan pada radargram merupakan kumpulan tiap
titik pengamatan.

2. Wide Angel Reflection and Refraction (WARR) atau Common Mid Point
(CMP)

Cara WARR sounding ini dilakukan dengan menaruh transmitter pada posisi
yang tetap dan reciever dibawa pada area penyelidikan. WARR sounding
diterapkan pada kasus dimana bidang reflektor relatif datar atau memiliki
kemiringan yang rendah, karena asumsi tidak selalu benar pada banyak kasus
maka digunakan CMP sounding dimana kedua antena bergerak menjauh satu
sama lain dengan titik tengah pada posisi yang tetap.

3. Transillumination atau Radar Tomography

Metode ini dilakuan dengan cara menempatkan transmiter dan reciever pada
posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakan pada satu sisi,
maka reciever diletakan pada sisi yang lain dan saling berhadapan. Umumnya
metode ini digunakan pada kasus nondestructive testing (NDT) dengan
menggunakan frekuensi antena yang tinggi sekitar 900 MHz.
Gambar 4 Cara Pengambilan Data GPR (Fiolin, 2011)

Ketika unit GPR bergerak sepanjang garis survey pulsa energi dipancarkan
dari antena transmisi dan pantulannya diterima oleh antena receiver (antena
transmisi dan antena receiver bisa sama). Antena receiver mengirimkan sinyal ke
recorder. Data direkam pada suatu visual readout, paper chart, komputer atau
kombinasi ketiganya.

Unit GPR dengan frekuensi tinggi dapat digunakan untuk keperluan


memeriksa jembatan betondan struktur lain. Unit GPR dengan frekuensi rendah
dapat digunakan untuk mendeteksi gejala umum dibawah permukaan seperti,
lokasi muka air tanah, kedalaman bedrock, dan struktur sedimen bawah
permukaan.

Anda mungkin juga menyukai