Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Khusus pada ruang vakum dan berlaku juga pada medium udara, persamaan
Maxwell dinyatakan sebagai berikut :
E 0 .....(2.2.1.1)
B 0 .....(2.2.1.2)
B
E .....(2.2.1.3)
t
E
B 0 0 .....(2.2.1.4)
t
Dengan :
E Vektor Medan Listrik
B Vektor Medan Magnet
Dan bila medium bersifat homogen, maka nilai konstanta permitivitas dan
permeabilitas tidak mengalami variasi pada setiap titik dalam medium,
sehingga persamaan Maxwell dinyatakan sebagai berikut :
E 0 .....(2.2.2.6)
B 0 .....(2.2.2.7)
B
E .....(2.2.2.8)
t
E
B .....(2.2.2.9)
t
Pada medium non-konduktor, besar kecepatan rambat gelombang
elektromagnetik adalah sebagai berikut :
1
v ...(2.2.2.10)
Sebagian besar mineral geologi yang ada di alam ini memiliki nilai yang
mendekati 0 , kecuali jika material tersebut memiliki sejumlah besar molekul
Fe2O3 yang terkandung di dalamnya (Telford et al, 1990). Lihat Tabel 1. Di lain
pihak, lihat Tabel 2. selalu lebih besar dari 0 . Hal ini membawa konsekuensi
bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik pada suatu medium, selalu lebih
rendah dibandingkan dengan kecepatan gelombang elektromagnetik di udara. Hal
ini membawa konsekuensi bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik pada
suatu medium, selalu lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan gelombang
elektromagnetik di udara.
Tabel 1.Daftar nilai konstanta permeabilitas relatif dari berbagai mineral
(Telford et al, 1990)
No Nama Mineral Permeabilitas relatif / 0
1. Magnetite 5
2. Pyrhotite 2,55
3. Hematite 1,05
4. Rutile 1,0000035
5. Calsite 0,999987
6. Quartz 0,999985
c
n r ...(2.2.2.11)
v 0 0 0
Dimana :
r Konstanta Dielektrik
Faktor indeks bias dalam pengolahan data GPR menjadi hal yang sangat
penting, karena berpengaruh langsung terhadap arah rambat gelombang reeksi
dan tranmisi, terutama bila pulsa-pulsa radar bertemu dengan batas antara dua
lapisan batuan.
Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk
proses deteksi benda benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
kedalaman tertentu, dengan menggunakan gelombang radio, biasanya dalam
range 10 MHz sampai 1GHz . Seperti pada sistem radar pada umumnya, sistem
GPR terdiri atas pengirim (trasmiter), yaitu antena yang terhubung ke sumber
pulsa, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke unit
pengolahan sinyal dan citra. Adapun dalam menentukan tipe antena yang
digunakan, sinyal yang ditransmisikan dan metode pengolahan sinyal tergantung
pada beberapa hal, yaitu:
Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu citra dari
letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah. Untuk menghasilkan
pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi empat persyaratan
sebagai berikut (Ligthart, 2004) :
Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah,
Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien,
Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi,
bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.
GPR sering dibandingkan dengan survey seismik refleksi. Sama halnya dengan
seismik yang dihasilkan ketika suatu gelombang seismik mengenai suatu lapisan
dibawah permukaan yang memiliki ciri fisik material berbeda, GPR refleksi
dihasilkan ketika suatu pulsa mengenai suatu objek atau lapisan dengan
karakteristik elektromagnetik berbeda. Objek dengan karakteristik
elektromagnetik berbeda. Objek dengan karakteristik elektromagnetik berbeda
mungkin berupa tangki bawah tanah, lapisan sedimen, muka air tanah, atau batas
daerah contaminant plume. Pada dasarnya, pemantulan terjadi ketika ada suatu
peningkatan konstanta dielektrik material dibawah permukaan. Konstanta
dielektrik digambarkan sebagai kapasitas suatu material untuk menyimpan muatan
ketika suatu medan listrik diaplikasikan relatif diruanghampa dengan kapasitas
yang sama, dan dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
2
c
r .....(2.3.2.1)
v
Dengan :
Pada banyak kasus antena transmitter dan receiver adalah sama. Selama
transmitter GPR terus bergerak pada permukaan tanah dengan kecepatan konstan,
pada saat itulah gambar permukaan datar dapat diambil. Pada dasarnya GPR
bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti
memiliki rangkaian pemancar (transmitter) yaitu sistem antena yang terhubung ke
sumber pulsa, dan rangkaian penerima (reciever), yaitu sistem antenayang
terhubung ke tempat pengolahan sinyal. Rangkaian pemancar akan menghasilkan
pulsa listrik dengan bentuk prf (pulse repetition frequency), energi dan durasi
tertentu. Pulsa akan dipancarkan oleh antena kedalam tanah dan Pulsa ini akan
mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah. Jika
tanah bersifat homogen, maka sinya dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa
menabrak suatu inhomogenitas didalam tanah, maka akan ada sinyal yang
dipantulkan ke antena penerima. Kedalaman objek dapat diketahui dengan
mengukur selang waktu antara pemancar dan penerima pulsa. Dalam selang waktu
ini, pulsa akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika
selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektro
magnetik dalam tanah adalah v, maka kedalaman objek dapat dinyatakan dalam h
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
1
h tv .....(2.3.2.2)
2
c
v
.....(2.3.2.3)
r
v
.....(2.3.2.4)
f
Dengan :
= panjang gelombang
f = Frekuensi
Jika konstanta dielektrik medium semakin besar maka kecepatan gelombang
elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin kecil. Konstanta dielektrik
relatif atau permitivitas dielektrik relatif dapat ditentukan dari pengujian atau dari
tabel dibawah ini.
Pada studi yang dilakukan oleh Beres and Haeni (1991) dalam menentukan
aplikasi GPR untuk studi geohidrologi, diperoleh kedalaman penetrasi GPR antara
20 sampai dengan 70 feet degan antena 80-MHz (Frekuensi relatif rendah).
Atenuasi data radar terbesar terjadi pada area jenuh dan clay-based soil. Penetrasi
pada kedalaman 90 kaki atau lebih diperoleh pada area konduktivitas elektrik
rendah (Unasatuarted sand dan gravel). Dalam kondisi dimana terdapat es atau
endapan garam, penetrasi GPR dapat mencapai kedalaman 5000 meter . Karena
frekuensi dan efisiensi radiasi antena unit GPR dapat dikendalikan, parameter
tersebut perlu dipertimbangkan saat memilih unit GPR untuk mengetahui kondisi-
kondisi hidrogeologi.
1. Konduktivitas
v
2
RDP c ......(2.3.4.1)
2 1
Kekuatan Refleksi ......(2.3.4.2)
2 1
3. Permeabilitas Magnetik
V2 V1 r2
R r1 .....(2.3.6.1)
V2 V1 r1 r 2
2V2
T .....(2.3.6.2)
V2 V1
Dengan :
Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e (sekitar 37%) dari amplitudo
permukaan dikenal sebagai kedalaman kulit (skin depth ). Kedalaman ini di dalam
metode EM sering ditengarai sebagai kedalaman penetrasi gelombang. Pada
medium konduktor kedalaman penetrasi (skin depth) dalam metode GPR sangat
dipengaruhi oleh frekuensi yang digunakan saat pengambilan data. Semakin tinggi
frekuensi yang digunakan maka semakin dangkal kedalaman penetrasinya tetapi
memiliki resolusi yang tinggi. Untuk medium berkonduktivitas tinggi, jika
, maka :
a .....(2.3.7.1)
2
1
......(2.3.7.2)
2 f ....(2.3.7.4)
1
1 1 2 1 2
503 ....(2.3.7.5)
a r r f f
2
Tabel 4 Hubungan Frekuensi dengan kedalaman (Azizah, 2015)
Antena Frekuensi Aproksimasi Range Penetrasi Kedalaman
(MHz) Kedalaman (m) Maksimum (m)
25 5-30 35-60
40 4-20 20-30
100 2-15 15-25
200 1-10 5-15
400 1-5 3-10
1000 0.05-2 0.5-4
2.3.8 Resolusi
Ada dua komponen resolusi yang bekerja pada GPR, yaitu resolusi vertikal
dan resolusi lateral. Resolusi vertikal adalah suatu kemampuan untuk
membedakan dua objek pada waktu yang berdekatan. Sedangkan resolusi lateral
adalah suatu kemampuan untuk membedakan dua objek yang berdekatan secara
lateral.
c
r .....(2.3.7.1)
4
Dengan :
Dengan :
d Kedalaman (meter)
2.3.9 Noise
Noise pada sistem GPR lebih sering disebabkan oleh faktor sifat fisik
kelistrikan seperti kehadiran pembangkit listrik. Pemancar FM dan komponen
elektronika lainnya disekitar area sistem dimana dapat memberikan interferensi
sinyal.
Selain itu noise ini dapat berupa refleksi maupun difraksi yang cukup kuat
yang diakibatkan oleh scattering oleh objek permukaan diatas tanah atau lintasan
survei. Kondisi permukaan tanah tertentu yang telah mengatenuasi lebih banyak
sinyal mengakibatkan sinyal banyak merambat di permukaan.
2.3.10 Cara Memperoleh Data Ground Penetrating Radar (GPR)
Terdapat tiga jenis metode pengambilan data yang umum dilakukan sampai
saat ini, yaitu Radar Reflection Profiling, Wide Angle Reflection and Refraction
(WARR) atau Common Mid Point (CMP) Sounding dan Transillumination atau
Radar Tomography .
Cara ini dilakukan dengan membawa antena radar bergerak bersama diatas
permukaan tanah selanjutnya tampilan pada radargram merupakan kumpulan tiap
titik pengamatan.
2. Wide Angel Reflection and Refraction (WARR) atau Common Mid Point
(CMP)
Cara WARR sounding ini dilakukan dengan menaruh transmitter pada posisi
yang tetap dan reciever dibawa pada area penyelidikan. WARR sounding
diterapkan pada kasus dimana bidang reflektor relatif datar atau memiliki
kemiringan yang rendah, karena asumsi tidak selalu benar pada banyak kasus
maka digunakan CMP sounding dimana kedua antena bergerak menjauh satu
sama lain dengan titik tengah pada posisi yang tetap.
Metode ini dilakuan dengan cara menempatkan transmiter dan reciever pada
posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakan pada satu sisi,
maka reciever diletakan pada sisi yang lain dan saling berhadapan. Umumnya
metode ini digunakan pada kasus nondestructive testing (NDT) dengan
menggunakan frekuensi antena yang tinggi sekitar 900 MHz.
Gambar 4 Cara Pengambilan Data GPR (Fiolin, 2011)
Ketika unit GPR bergerak sepanjang garis survey pulsa energi dipancarkan
dari antena transmisi dan pantulannya diterima oleh antena receiver (antena
transmisi dan antena receiver bisa sama). Antena receiver mengirimkan sinyal ke
recorder. Data direkam pada suatu visual readout, paper chart, komputer atau
kombinasi ketiganya.