Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN WAHAM KEBESARAN


DI RSUD. GRHASIA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Sitti Nursanti 2016030059

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Pengertian waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat /
terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan ( Keliat dan Akemat,2010 )
Waham adalah keyakinan terhadap suatu yang salah dan secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal. (Stuart dan sundeen,1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tiak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyataan ini
berasal dari pemikiran klien klien yang sudah kehilangan kontrol ( Depkes RI, 2000 ).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa waham adalah suatu
keyakinan yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan tetapi tetap dipertahankan.
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya waham, yaitu faktor
perkembangan, sosial budaya, psikologis dan genetik.
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan
gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi
intelektual dan emosi tidak efektif. Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian
dapat menyebabkan timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda
atau bertentangan, dapat menyebabkan timbulnya ansietas dan berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan. Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya waham adalah faktor sosial budaya, biokimia, dan
psikologis.
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok. Dopamin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menyebabkan terjadinya waham pada seseorang. Kecemasan yang memanjang dan
terbatasnya kemampuan unstuck mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan
koping unstuck menghindari kenyataan yang menyenangkan.
C. Jenis Waham
1. Waham Kebesaran
Individu menyakini bahwa ia memiliki kebebasan atau kekuasaan khusus dan
diucapkan berulang kali.
2. Waham Curiga
Individu menyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan / mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
3. Waham Agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham Somatik
Individu menyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
5. Waham Nihilistik
Individu menyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
D. Fase fase
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
A. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti
dengan self ideal sangat tinggi.
B. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.
C. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting
dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien
tidak merugikan orang lain.
D. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
E. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
F. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
E. Mekanisme koping
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik
terhadap orang, tempat, waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat.
Pengendalian implus pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya
rencan bunuh diri, membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali dengan adanya riwayat
penyakit berupa kerusakan pada bagian korteks dan libik otak. Bisa dikarenakan
terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan
emosional seseorang yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan
perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan.
Waham kebesaran akan timbul sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya. Bila respon lingkungan kurang mendukung
terhadap perilakunya dimungkinkan akan timbul risiko perilaku kekerasan pada
orang lain.
F. Rentang respon neurologik

Respon Adaptif Respon Maladaptif

G. POHON MASALAH
G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a.Gangguan proses pikir : waham

2) Data yang perlu dikaji


a. Subjektif :
a) Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
bKlien mengatakan bahwa dirinya memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus

b. Objektif :
a) Klien terlihat terus ngocehtentang pemahaman yang dimilikinya
b) Pembicaraan klien cenderung diulang
c) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

H. DIAGNOSA KEPERAWATA
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif sudah ditemukan
pada pasien, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Gangguan Proses Pikir :
Waham.

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DAFTAR PUSTAKA
Direja . (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Keliat dan Akemat. (2010). model praktik keperawatan profesional jiwa.Jakarta : EGC

Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai