PENDAHULUAN
2.1.1 DO
2.1.3 Nitrat
2.1.4 Phospat
2.1.6 pH
2.1.7 Salinitas
Menurut Efendi (2003) dalam Wijaya (2009), kadar nitrat di perairan alami
hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/liter
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia.
Menurut Kangkan (2006), salinitas air laut bebas mempunyai kisaran 30-
36 ppt. Sedangkan daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang lebih besar.
Semua organisme dalam perairan dapat hidup pada perairan yang mempunyai
perubahan salinitas kecil.
Menurut David (2007) dalam Aar (2011), pelepasan karbon baru hasil dari
pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi tidak semuanya berada di
atmosfir, melainkan terbawa ke biosfer dan laut. Kondisi ini membuktikan, alam
dapat menyerap lebih dari setengah emisi karbon. Meski demikian, perubahan
iklim menyebabkan alam memperlambat penyerapan karbon, atau bahkan mulai
melepaskan karbon, yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan
deforestasi.
Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat anorganik terlarut
di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar
tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus. Di alam, fosfor terdapat dalam
dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan
senyawa fosfay an organik (semua itu ada pada air dan tanah di seluruh muka
bumi ini). Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua
makhluk hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat),
sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Fosfor juga ditemukan sebagai
komponen utama dalam pembentukan gigi dan tulang vertebrata. Daur fosfor
tidak melalui komponen atmosfer. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion
Phosfor di alam terdapat dalam bentuk ion (PO43-), Ion phospat di alam
sendir terdapat di bebatuan maupun tanah. Ion phospat akan terbawa ke
perairan melalui prosesn sedimentasi, pelapukan batuan, dan erosi. Di perairan
melaui proses sedimentasi akhirnya timbul endapan dan karena pergerakan bumi
tidak stabil maka phospat muncul ke permukaan. Adapun di darat,ion phospat di
tanah diserap oleh tumbuhan, kemudian tumbuhan tersebut dimakan herbivora
dan lalu dimakan oleh karnivora herbivora tersebut. Pada karnivora phospat
dikeluarkan melaui urine maupun feses. Oleh dekomposer ion phosphat
anorganik tersebut diuraikan menjadi (P) Phosfor. Dan ion ini di ambil lagi oleh
tumbuhan, begitu pula seterusnya (Kuncoro, 2004).
Nitrogen dalam air terjadi dalam berbagai bentuk senyawa. Nitrogen yang
terbanyak dalam bentuk N-molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya
daripada nitrit (NO2) atau nitrat (NO3), tetapi tidak dalam bentuk yang berguna
bagi jasad hidup. Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam
menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam siklus nitrogen,
tumbuh-tumbuhan menyerap N-anorganik dalam salah satu gabungan atau
sebagai nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan ini membuat protein yang
kemudian dimakan hewan dan diubah menjadi protein hewan.Jaringan organic
yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasukdidalamnya bakteri
pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekulermenjadi bentuk-bentuk
gabungan (NO2, NO3, NH4) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan hal
sebaliknya. Nitrogen lepas ke udara dan diserap dari udara selama siklus
berlangsung. Jumlah nitrogen yang tergabung dalam mineral dan mengendap di
dasar laut tidak seberapa besar (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Pola
sebaran nitrogen di Samudera Atlantik, Pasifik dan Samudera India tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sebaran menegak dari bentuk-bentuk
gabungan nitrogen berbeda di laut. Nitrat terbanyak terdapat di lapisan
permukaan, ammonium tersebar secara seragam, dan nitrit terpusat dekat
termoklin. Interaksi-interkasi antara berbagai tingkat nitrogen organic dan bakteri
sedemikian rupa sehingga pada saat nitrogen diubah menjadi berbagai senyawa
anorganik, zat-zat ini sudah tenggelam di bawah termoklin. Hal ini menimbulkan
masalah bagi penyediaan nitrogen karena termoklin merupakan penghalang bagi
Amonia dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja; juga dari
oksidasi zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologis yang berasal dari air alam
atau air buangan industri dan penduduk sesuai reaksi sebagai berikut:
HOCN + O cCO + H O + dNH
a b c d 2 bakteri 2 2 3
Dapat dikatakan bahwa amonia berada dimana-mana, dari kadar beberapa pada
air permukaan dan air tanah, sampai kira-kira 30 lebih, pada air buangan. Kadar
amonia yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan
2.9 Spektrofotometer
Gambar 7. Spektrofotometer
3.1.2 Pengukuran pH
Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai
Pengukuran pH antara lain:
pH meter : Untuk mengukur kadar pH suatu perairan
Beaker glass : Untuk membantu memindahkan larutan
dalam skala kecil
Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)
3.1.3 Salinitas
Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai
Salinitas antara lain:
Salinometer : Untuk mengukur kadar salinitas suatu
perairan
Pipet tetes : Untuk membantu memindahkan larutan
dalam skala kecil
Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)
3.1.5 Fosfat
Alat yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia mengenai
Fosfat antara lain:
Spatula : Untuk membantu menghomogenkan
larutan
Pipet tetes : Untuk memindahkan larutan dalam skala
kecil
Beaker glass : Sebagai wadah larutan yang akan diuji
Rak tabung reaksi : Sebagai wadah penyimpanan tabung
reaksi
Cuvet : Sebagai wadah penyimpanan larutan
Spektofotometer : Untuk mengukur panjang gelombang
warna
Botol air mineral : Sebagai wadah air laut (sample)
endapan cokelat
Na2S2O3 : Sebagai titran
oksigen terlarutnya
H2SO4 : Sebagai pelarut endapan coklat dan
melepaskan ikatan I2
3.2.2 Pengukuran pH
Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia
mengenai Pengukuran pH antara lain:
Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar oksigen
terlarutnya
Tissue : Untuk membersihkan alat-alat
3.2.3 Salinitas
3.2.4 Nitrat
Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia
mengenai Nitrat antara lain:
Asam fenol disulfonik : Untuk melarutkan kerak
Aquades : Sebagai pelarut universal
NH4OH : Untuk membuat lapisan minyak
Kertas label : Sebagai penanda pada cuvet
Tissue : Untuk membersihkan alat-alat
Kertas saring : Untuk menyaring larutan
3.2.6 Amonia
Bahan yang digunakan pada praktikum Oseanografi Kimia
mengenai Amonia antara lain:
Air sampel : Sebagai bahan yang akan diukur kadar
Amonianya
Nessler : Untuk mengikat Amonia
Tissue : Untuk membersihkan alat-alat
Kertas saring : Untuk menyaring larutan
Diambil air sampel di kedalaman 40 cm (1/2 dari nilai kecerahan) dari permukaan
Ditambahkan 2 ml MnSO4
Dicatat hasilnya
Diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
Dicatat hasilnya
3.3.3 Salinitas
diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
dicatat hasilnya
diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
dicatat hasilnya
Diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
dicatat hasilnya
diambil air sampel di kedalaman 40 cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
ditambahkan 2 ml Nessler
dicatat hasilnya
diambil air sampel di kedalaman 40cm dari permukaan dengan botol 1,5 ltr
dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N hingga berwarna pink stabil selama 30 detik
dicatat hasilnya
DO =
!
4.1.2 Pengukuran pH
4.1.3 Salinitas
4.1.4 Nitrat
4.1.5 Fosfat
4.1.6 Amonia
titran, dan air laut sebagai bahan yang diukur kadar CO2-nya.
DO =
!
=,( ,(
(
=
)
= 8,54
4.2.3 Salinitas
y = 0,4747x 0,0073
0,0833 = 0,4747x
,
x = ,**
x = 0,1755
4.2.5 Fosfat
y = 0,9127x 0,0074
0,0114 = 0,9127x
,
x = ,+*
x = 0,0125
4.2.6 Amonia
2 Pengukuran pH 7,95
3 Salinitas 34
4 Nitrat 0,7774
5 Fosfat 0,0125
6 Amonia 0,12
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum Oseanografi Kimia kali ini antara
lain adalah:
5.2 Saran