Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SIRAMPOG
Jln. Raya Sirampog KM 09 Kec. Sirampog 52272
Email :Pusk.Sirampog@gmail.com

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO


PUSKESMAS SIRAMPOG

BAB I. PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan


Puskesmas . Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan
bisnis Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas .Kelima
aspek keselamatan Puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap
Puskesmas , yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih
dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila
tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas
Sirampog perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

B.TUJUAN:
1. Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di
Puskesmas Sirampog.

C.SASARAN:
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan
unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Puskesmas Sirampog .
BAB II. PENGERTIAN

DEFINISI:
Yang dimaksud dengan risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada
tiap unit, waktu atau kegiatan
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan
atau meminimalkan dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan
pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif)
dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan
keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

BAB III. ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan


dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan
risiko kerugian:
1) Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan
kepada pasien melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
2) Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan
hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan
untuk meningkatkan keselamatan pasien.
3) Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif,
dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan
pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. KEWENANGAN.
Pemerintah Kabupaten Brebes melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
selaku pemilik puskesmas memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan
lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan
Kabupaten Brebes mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Sirampog
untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan
secara luas.
Kepala Puskesmas Sirampog menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu
Layanan dan Keselamatan Pasien untuk melaksanakan tugas manajemen risiko, dan
bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar
Puskesmas.
C. KOORDINASI.
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara
manajemen risiko professional dengan semua unit layanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas .
Kepala Puskesmas, berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program manajemen risiko. Bagian Keuangan bertanggung-
jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program
manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan
mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas. Bagian Tata Usaha dan
Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan
proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai, verifikasi izin,
pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang
semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis dan non medis yang
melakukan tindakan/ pelayanan.
Ketua Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien. Tugas Tim Peningkatan Mutu
Layanan dan Keselamatan Pasien dalam hal manajemen risiko sebagai berikut :
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut : Mengembangkan
mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan staf, tinjauan
rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan
terkait yaitu semua ruang/unit pelayanan.
c. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.
d. Membuat dan menyampaikan laporan kinerja tahunan kepada Kepala Puskesmas

BAB IV. KEGIATAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan


dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan
risiko kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki


kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain- lain.
2. Meninjau kebijakan dan prosedur (SK dan SOP) untuk direvisi agar
dihasilkan pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan.
3. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan
bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari.
4. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu
pelayanan pasien.
BAB V. PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.


Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-
menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko.
5. Tindakan terhadap risiko.

1. Menetapkan lingkup manajemen risiko, yaitu :


a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
b. Risiko terhadap staf medis
c. Risiko terhadap staf/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain
2. Identifikasi Risiko, dilakukan melalui :
a. Hasil audit
b. Komplain pasien/keluarga
c. Hasil survei kepuasan
d. Insiden KTD, KTC, KPC, KNC
3. Analisis Risiko
a. Analisis risiko diawali dengan melakukan analisis tingkat keparahan
risiko
b. Untuk kejadian sentinel dan KTD : lakukan Root Cause Analysis
(RCA)
c. Upaya proaktif untuk memperbaiki suatu proses/prosedur pelayanan :
lakukan Failure Mode & Effect Analysis (FMEA)
4. Evaluasi Risiko (Penilaian Risiko)
a. Kegiatan untuk menetapkan apakah suatu risiko memerlukan tindakan
penanganan tertentu (treatment) atau tidak.
b. Jika ya : susun rencana tindak lanjut (tindakan risiko)
5. Tindakan terhadap Risiko
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum
mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat
dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian.
VI. SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepada pasien. Tujuan umum laporan insiden Puskesmas adalah
menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial
cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:


1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh
diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang
bukan orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.

Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oksigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium

Pelaporan insiden. Yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden adalah :


- Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian.
VI. INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan


mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.
Langkah-langkah melakukan investigasi :
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan
langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
Akar masalah (root cause): penyebab yang melatar belakangi penyebab
langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi : buat rekomendasi tindak lanjut.
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan

VII. EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal sekali 2 (dua) tahun oleh kepala Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai