Anda di halaman 1dari 12

Pelaksanaan

Hari, tanggal : Jumat, 31 Mei 2013


Lokasi : Ruang DIV
Materi Praktikum : Pengukuran Suhu, Kelembaban, Pencahayaan, dan
Radiasi Komputer di Ruang DIV

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui suhu, kelembaban, dan intensitas pencahayaan
pada meja kerja karyawan di Ruang DIV.
2. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran radiasi komputer pada meja kerja
karyawan di Ruang DIV.
3. Mahasiswa dapat mengkaji hasil pengukuran berdasarkan Nilai Ambang Batas
ruang kerja.

B. Dasar Teori
1. Suhu dan Kelembaban
Kelembaban sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur
udaranya, Semakin rendah suhu, umumnya akan menaikkan nilai kelambaban
dan semakin tinggi suhu, maka nilai kelembaban makin rendah Udara sangat
panas dan kelembaban rendah akan menimbulkan pengurangan panas dari
tubuh secara besar-besaran (karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya
adalah semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah
untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan.
Tindakan pencegahan terhadap panas dapat dilakukan dengan minum air
sebanyak 0,5 liter air atau lebih tiap jam sehingga unsur pendingin dalam tubuh
dapat terpenuhi dan penambahan larutan elektrolit pada air minum.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1405/Menkes/SK/XI/2002,
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperatur ruangan sebesar 18-30 0C dengan
kelembabannya antara 65-90%.
2. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu unsur penting pada kehidupan
manusia. Sumber pencahayaan terdiri dari pencahayaan alami dan pencahayaan
buatan. Sumber pencahayaan alami memang telah ada sebelumnya contohnya
seperti sinar matahari. Sedangkan sumber buatan terbentuk dari hasil aktivitas
manusia contohnya seperti cahaya lampu.
Menurut Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/02, Nilaii Ambang Batas
(NAB) untuk pencahayaan di ruang kerja sebesar 300 lux.

3. Radiasi Sinar Ultra Violet


Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 240 nm 320nm.
Sumber sinar ultraviolet selain sinar matahari, juga dihasilkan pada kegiatan
pengelasan, lampu-lampu pijar, pengerjaan laser, dan lain-lain. Pengaruh sinar
ultraviolet di lingkungan kerja terutama terhadap kulit dan mata. Pada kulit dapat

85
mengakibatkan erythema, yaitu bercak merah yang abnormal pada kulit.
Sedangkan pada mata dapat mengakibatkanfotoelektrika. Pencegahan dapat
dilakukan dengan cara menghindari kemungkinan mata terpapar sinar ultraviolet
atau menggunakan kaca mata yang tidak tembus sinar tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/Men/I999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, waktu pemajanan
radiasi sinar ultra ungu yang diperkenankan adalah sebagai berikut :

Iradiasi Efektif (Eeff)


Masa pemajanan perhari
(uW cm2)
8 jam 0,1
4 jam 0,2
2 jam 0,4
1 jam 0,8
1 jam 1,7
15 menit 3,3
10 menit 5
5 menit 10
1 menit 50
30 detik 100
10 detik 300
1 detik 3000
0,5 detik 6000
0,1 detik 30000

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Lux meter
2. Termohigrometer
3. Radiometer
4. Alat tulis
Bahan : Batu baterai

D. Prosedur Kerja
1. Pengukuran suhu dan kelembaban
a. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
b. Memasang baterai pada alat termohigrometer.
c. Melakukan pengukuran di atas meja kerja, pengukuran dilakukan pada titik
pengukuran secara merata.

2. Pengukuran intensitas pencahayaan lokal


a. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
b. Menghidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

86
c. Membawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan.
d. Mengarahkan fotocell ke sumber pencahayaan yang paling dominan.
e. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
hingga mendapat nilai angka yang stabil.
f. Mencatat hasil pengukuran.
g. Mematikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
pencahayaan.

3. Pengukuran radiasi komputer


a. Menyiapkan alat yang akan digunakan.
b. Menghidupkan alat dengan menekan tombol ON.
c. Mengatur range tombol.
d. Mengarahkan sensor pada bagian yang akan diukur yaitu pada mata, siku, dan
betis.
e. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
hingga mendapat nilai angka yang stabil.
f. Mencatat hasil pengukuran.
g. Mematikan radiometer setelah selesai dilakukan pengukuran radiasi komputer.
Analisis dan Pembahasan
Pengukuran kondisi lingkungan kerja yang meliputi pengukuran suhu dan
kelembaban, pencahayaan, dan radiasi komputer dilakukan di Ruang DIV pada
meja kerja karyawan. Pengukuran dilakukan pada 4 meja kerja karyawan, yaitu :
1. Pengukuran pada meja kerja Ibu Lilik Hendrarini, SKM. M.Kes.
a. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu suhu sebesar 28,30C dengan
kelembaban 73,5%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
405/Menkes/SK/XI/2002, Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperatur ruangan
sebesar 18-300C dengan kelembabannya antara 65-90%. Dari hal tersebut dapat
diketahui suhu dan kelembaban pada meja kerja Ibu Lilik Hendrarini, SKM.
M.Kes tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
b. Hasil pengukuran pencahayaan yaitu sebesar 394 lux. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002, Nilaii Ambang Batas (NAB)
untuk pencahayaan di ruang kerja sebesar 300 lux. Dari hal tersebut dapat
diketahui pencahayaan pada meja kerja Ibu Lilik Hendrarini, SKM. M.Kes
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Hal tersebut dimungkinkan karena
posisi meja kerja yang dekat dengan jendela dan tidak tertutup oleh bangunan
disebelahnya sehingga pencahayaannya sangat optimal.
c. Tidak dilakukan pengukuran radiasi komputer pada meja kerja Ibu Lilik
Hendrarini, SKM. M.Kes, dikarenakan beliau sedang tidak ada ditempat.

2. Pengukuran pada meja kerja Bapak M. Mirza Fauzie, S.ST, M.Si.


a. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu suhu sebesar 28,5 0C dengan
kelembaban 73,1%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
405/Menkes/SK/XI/2002, Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperatur ruangan

87
sebesar 18-300C dengan kelembabannya antara 65-90%. Dari hal tersebut dapat
diketahui suhu dan kelembaban pada meja kerja Bapak M. Mirza Fauzie, S.ST,
M.Si tidak melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
b. Hasil pengukuran pencahayaan yaitu sebesar 48,2 lux. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002, Nilaii Ambang Batas (NAB)
untuk pencahayaan di ruang kerja sebesar 300 lux. Dari hal tersebut dapat
diketahui pencahayaan pada meja kerja Bapak M. Mirza Fauzie, S.ST, M.Si
kurang dari batas yang dianjurkan. Hal tersebut dimungkinkan karena posisi meja
kerja yang kurang dekat dengan lampu atau lampu yang ada tidak terlalu terang.
Selain itu walupun dekat dengan jendela namun tertutup oleh bangunan di
sebelahnya sehingga tidak mendapatkan pencahayaan yang cukup.
c. Tidak dilakukan pengukuran radiasi komputer pada meja kerja Bapak M. Mirza
Fauzie, S.ST, M.Si, dikarenakan beliau sedang tidak ada ditempat.

3. Pengukuran pada meja kerja Ibu Sri Haryanti, S.ST.


a. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu suhu sebesar 28,4 0C dengan
kelembaban 75,1%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
405/Menkes/SK/XI/2002, Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperatur ruangan
sebesar 18-300C dengan kelembabannya antara 65-90%. Dari hal tersebut dapat
diketahui suhu dan kelembaban pada meja kerja Ibu Sri Haryanti, S.ST tidak
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
b. Hasil pengukuran pencahayaan yaitu sebesar 19,09 lux. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002, Nilaii Ambang Batas (NAB)
untuk pencahayaan di ruang kerja sebesar 300 lux. Dari hal tersebut dapat
diketahui pencahayaan pada meja kerja Ibu Sri Haryanti, S.ST kurang dari batas
yang dianjurkan. Hal tersebut dimungkinkan karena posisi meja kerja yang jauh
dari lampu dibandingkan posisi meja kerja Pak Mirza dan Pak Totok atau lampu
yang ada tidak terlalu terang. Selain itu walaupun dekat dengan jendela namun
tertutup oleh bangunan di sebelahnya sehingga tidak mendapatkan
pencahayaan yang cukup.
c. Tidak dilakukan pengukuran radiasi komputer pada meja kerja Ibu Sri Haryanti,
S.ST, dikarenakan beliau sedang tidak ada ditempat.
4. Pengukuran pada meja kerja Bapak Kaptidrianto
a. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban yaitu suhu sebesar 28,4 0C dengan
kelembaban 74%. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
405/Menkes/SK/XI/2002, Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperatur ruangan
sebesar 18-300C dengan kelembabannya antara 65-90%. Dari hal tersebut dapat
diketahui suhu dan kelembaban pada meja kerja Bapak Kaptidrianto tidak
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.
b. Hasil pengukuran pencahayaan yaitu sebesar 28,72 lux. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002, Nilaii Ambang Batas (NAB)
untuk pencahayaan di ruang kerja sebesar 300 lux. Dari hal tersebut dapat
diketahui pencahayaan pada meja kerja Bapak Kaptidrianto kurang dari batas

88
yang dianjurkan. Hal tersebut dimungkinkan karena posisi meja kerja yang
kurang dekat dengan lampu atau lampu yang ada tidak terlalu terang. Selain itu
walupun dekat dengan jendela namun tertutup oleh bangunan di sebelahnya
sehingga tidak mendapatkan pencahayaan yang cukup.
c. Hasil pengukuran radiasi komputer pada meja kerja Bapak Kaptidrianto yaitu
pada mata sebesar 0,01 W/cm, siku sebesar 0,03 W/cm, dan pada betis
sebesar 0,02 W/cm.

Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum pengukuran suhu, kelembaban,
pencahayaan, dan radiasi komputer di ruang DIV dapat disimpulkan :
1. Pengukuran di meja kerja Ibu Lilik Hendrarini, SKM. M.Kes, terukur suhu sebesar
28,30C dengan kelembaban 73,9% yang tidak melampaui NAB, sedangkan
tingkat pencahayaan sebesar 394 lux yang sudah melampaui NAB yang
ditentukan untuk ruang kantor.
2. Pengukuran di meja kerja Bapak M. Mirza Fauzie, S.ST, M.Si terukur suhu
sebesar 28,50C dengan kelembaban 73,1% yang tidak melampaui NAB,
sedangkan tingkat pencahayaan sebesar 48,2 lux yang kurang dari batas yang
dianjurkan untuk ruang kantor.
3. Pengukuran di meja kerja Ibu Sri Haryanti, S.ST terukur suhu sebesar 28,40C
dengan kelembaban 75,1% yang tidak melampaui NAB, sedangkan tingkat
pencahayaan sebesar 19,09 lux yang kurang dari batas yang dianjurkan untuk
ruang kantor.
4. Pengukuran di meja kerja Bapak Kaptidrianto terukur suhu sebesar 28,40C
dengan kelembaban 74% yang tidak melampaui NAB, sedangkan tingkat
pencahayaan sebesar 28,72 lux yang kurang dari batas yang dianjurkan untuk
ruang kantor. Sedangkan pengukuran radiasi komputer pada mata sebesar 0,01
W/cm, siku sebesar 0,03 W/cm, dan pada betis sebesar 0,02 W/cm, hsl
tersebut menunjukkan bahwa radiasi komputer tidak melebihi nilai ambang batas
menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/Men/I999 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Daftar Pustaka
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep51/Men/I999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

89
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SUHU DAN
KELEMBABAB
I. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 29 Desember 2015

Tempat praktik : Ruang kelas Higiene 1 Poltekkes Kemenkes


Yogyakarta

II. Tujuan

a. Mahasiswa terampil menggunakan atau mengoperasionalkan alat

b. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suha dan kelembaban

c. Mahasiswa dapat menentukan kriteria suhu dan kelembaban ruang berdasar


persyaratan

III. Dasar Teori

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Dimana semakin tinggi suhu


suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis suhu
menunjukkan energy yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu
benda masing-masing bergerak baik dalam bentuk perpindahan maupun gerakkan
di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda,
makin tinggi suhu benda tersebut (Santoso, 2007).

Kelembaban merupakan konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi


ini dapa diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau
kelembaban relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut hygrometer yaitu
sebuah humidistat digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban udara dalam
sebuah bangunan dengan sebuah penghawaan lembab (dehumidifier) yang dapat
dianalogikan dengan sebuah thermometer dan thermostat untuk suhu udar.
Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu
(Handoko, 1994).

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan


Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam
ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar untuk temperature ruangan
adalah 180C sampai 300C kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar
antara 40% sampai 60% untuk situasi kerja masih bisa dihadapi oleh tenaga kerja

90
di dalam bekerja sehari-hari dimana tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan dan menurut Manuaba suhu nyaman dalam ruangan adalah 220C - 280C.

IV. Alat dan bahan

a. Thermohigrometer

b. Psicrometer

c. Alat tulis

d. Stopwatch

V. Cara Kerja

a. Thermohigrometer

1) Menggantungkan alat di tengah ruang

2) Membiarkan sekitar 10-15 menit

3) Mencatat suhu dan kelembaban yang tertera pada thermohigrometer

4) Mengulangi 2-3 kali

5) Menghitung rata-rata hasil pengukuran

b. Psicrometer

1) Membasahi ujung benang sampai pada ujung thermometer basah

2) Memutar psicrometer hingga benang menjadi basah uap (selama 15 menit)

3) Membaca suhu pada thermometer basah dan kering

4) Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai suhu ruang

5) Mencocokkan dengan grafik suhu-kelembaban

6) Cara membaca grafik

a) Menghitung atau mengkonversikan suhu dari thermometer (Celcius) menjadi


suhu Fahrenheit (pada grafik)

b) Suhu kering ditunjukkan pada garis mendatar

91
c) Suhu basah pada garis diagonal

d) Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban

e) Ikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaan

VI. Hasil kerja

Hari/tanggal : Selasa, 29 Desember 2015

Waktu : 10.00-selesai

Lokasi : Ruang kelas higiene 1

A. Pengukuran menggunakan Thermometer digital

Lokasi atau titik Thermohygrometer digital


No
pengukuran Kelembaban (%) Suhu(0C)
1 Di tengah ruang kelas
66,3 31,3
Higiene 1
2 Di pojok ruang kelas
Higiene 1 antara arah
70,4 31,3
barat dan utara (barat
laut)
3 Di pojok ruang kelas
Higiene 1 antara arah
68,5 31,4
utara dan timur (timur
laut)
4 Di pojok ruang kelas
Higiene 1 antara arah
68,5 31,4
timur dan selatan
(tenggara)
5 72,1 31,6
Di pojok ruang kelas
Higiene 1 antara arah
selatan dan barat (barat

92
daya)

a. Rata-rata pengukuran kelembaban dengan Thermohygrometer digital

Diketahui : kelembaban 1 = 66,3 %

kelembaban 2 = 70,4 %

kelembaban 3 = 68,5 %

kelembaban 4 = 68,5%

kelembaban 5 =72,1 %

Ditanya : kelembaban rata-rata =...?

Jawab : kelembaban rata-rata

= kel 1 + kel 2 + kel 3+kel 4+kel 5

= 66,3% +70,4 % +68,5 %+68,5%+72,1%

= 69,16 %

jadi rata-rata kelembaban udara di ruangan tersebut adalah 69,16 %

b. Rata-rata pengukuran suhu dengan Thermohygrometer digital

Diketahui : Suhu 1 = 31,30C

Suhu 2 = 31,30C

Suhu 3 = 31,40C

Suhu 4 = 31,40C

Suhu 5 = 31,60C

Ditanya : kelembaban rata-rata =...?

Jawab : kelembaban rata-rata

93
= suhu 1 + suhu 2 + suhu 3+ suhu 4+ suhu5

= 31,30C +31,3 0C +31,4 0C+31,40C+31,60C

= 31,40C

jadi rata-rata suhu udara di ruangan tersebut adalah 31,4 0C

B. Pengukuran menggunakan Slingpiscrometer

Lokasi/titik Suhu (0C) Suhu (0F) SH


RH (%) DP (0F)
pengambilan Basah Kering Basah Kering (grains/lb)
1 26 32 78,8 89,6 62 131 75
2 25,5 31,5 77,9 88,7 60 126 74
3 25 31 77 87,8 60 122 72,8

Rata-rata 25,5 31,5 77,9 88,7 60,67 126,33 73,93

Keterangan : RH = Relative humidity (%)

SH = Spesific humidity (grains/lb)

DP = Dew Point (0F)

VII. Pembahasan

Dalam pengukuran suhu dan kelembaban kami melakukan pengukuran


sebanyak lima kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil pengukuran
suhu dan kelembaban di ruang kelas Higiene 1 Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Yogyakarta. Rata-rata hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan

94
menggunakan Thermohygrometer digital yaitu didapatkan hasil suhu 31,40Cdan
kelembaban 69,16%.

Sedangkan rata-rata untuk hasil pengukuran suhu dan kelembaban


menggunakan slingpsicrometer yaitu didapatkan hasil suhu basah 25,5 0C dan suhu
kering 31,50C, apabila dalam suhu fahrenheit untuk suhu basah 77,9 0F dan suhu
kering 88,70F. Untuk rata-rata kelembaban (RH) yaitu 60,67%, spesific humidity
(SH) yaitu 126,33 grains/lb, dan Dew point (DP) 73,930F.

Kelembaban dan suhu tersebut melebihi standar yang ada dimana standar
yang ada Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang pedomanan penyehatan udara dalam
ruangan kerja Nilai Ambang Batas (NAB) atau standar untuk temperature ruangan
adalah 180C-300C, kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar antara
40%-60%.

Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam


ruangan lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara
yang baik, dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor,
lebih mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena
bagian dalamnya ditumbuhi jamur. Kelembaban yang tinggi pada ruangan ini
dapat diatasi dengan menghidupkan AC dan kapur serap air yang akan menyerap
uap air yang ada di udara. Tingkat kelembaban di ruangan dapat disebabkan oleh
ketinggian tempat, kerapatan udara, radiasi matahari, angin dan suhu
(Anonymous,2008).

VIII. Kesimpulan dan saran

a. Kesimpulan

1. Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran suhu dan kelembaban udara
dengan hygrometer dan slingpsicrometer

2. Dalam praktikum pastikan titik pengukuran. Semakin banyak titik


pengukuran,maka hasil yang didapatkan akan lebih akurat. Hasil yang didapatkan
dalam pengukuran yaitu suhu dan kelembaban dengan
menggunakan Thermohygrometer digital yaitu didapatkan hasil suhu31,40C dan
kelembaban 69,16%. Sedangkan bila menggunakan slingpsicrometer didapatkan
hasil hasil suhu basah 25,50C dan suhu kering 31,50C, apabila dalam suhu
fahrenheit untuk suhu basah 77,90F dan suhu kering 88,70F. Untuk rata-rata
kelembaban (RH) yaitu 60,67%, spesific humidity (SH) yaitu 126,33 grains/lb,
dan Dew point (DP) 73,930F.

3. Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Nomor:1405/Menkes/SK/XI/2002


tentang pedomanan penyehatan udara dalam ruangan kerja Nilai Ambang Batas

95
(NAB) atau standar untuk kelembaban udara dalam ruangan kerja yaitu berkisar
40%-60%. Sedangkan suhu 180C sampai 300C. hasil pengukuran kelembaban
melebihi standar, dan hasil pengukuran suhu dengan hygrometer manual melebihi
standar yang ada. Sehingga kelembaban udara dalam ruangan kelas higiene 1
Jurusan kesehatan Lingkungan Poltekkes Yogyakarta memiliki suhu kelembaban
yang tinggi.

4. Kelembaban udara yang tinggi pada ruangan menyebabkan suasana dalam


ruangan lembab. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak adanya sirkulasi udara
yang baik, dengan kelembaban yang tinggi akan memudahkan bakteri dan jamur
untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan dinding kelihatan kotor,
lebih mudah terserang penyakit dan rusaknya barang-barang elektronik, karena
bagian dalamnya ditumbuhi jamur.

5. Kelembaban yang tinggi pada ruangan ini dapat diatasi dengan menghidupkan
AC dan kapur serap air yang akan menyerap uap air yang ada di udara. Tingkat
kelembaban di ruangan dapat disebabkan oleh ketinggian tempat, kerapatan udara,
radiasi matahari, angin dan suhu (Anonymous,2008).

b. SARAN

Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya mahasiswa memahami cara penggunaan


Thermohygrometer dan slingpsicrometer, pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan minimal 2
titik tergantung luas ruangan dan berhati-hati.

Sebaiknya suhu dalam ruangan diatur agar kelembaban udara tidak melebihi standar yang ada
dan memiliki ventilasi dalam ruangan.

Alat diperbaruhi atau selalu dikalibrasi agar hasil lebih akurat

Untuk menurunkan suhu dan kelembaban ruangan kelas higiene 1 yang tinggi, fasilitas berupa
ventilasi, jendela atau air conditioner (AC) untuk diperbanyak.
@

96

Anda mungkin juga menyukai