Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya

.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 07 Maret 2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang dengan angka kejadian penyakit diare yang tinggi karena tingginya
morbiditas dan mortalitas. Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk. Diare adalah kondisi frekuensi
defekasi yang lebih dari 3 kali sehari, serta konsistensi feses yang cair. Diare dapat akut
ataupun kronis. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari sedangkan
diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Penyakit diare disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya kondisi lingkungan, perilaku orang tua dan pemenuhan
nutrisi. Kebanyakan dari masyarakat selama ini hanya memahami bahwa diare terjadi
dikarenakan makanan yang sudah tercemar (Widjaja, 2002).

Diare juga merupakan penyebab penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Hal ini
dikarenakan anak-anak cenderung makan lebih sedikit saat mengalami diare. Akibatnya
tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan dengan efektif (Ramaiah, 2000). Dampak
dari diare dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan cairan tubuh yang dikenal dengan
dehidrasi, tanda dan gejala yang muncul berupa penurunan berat badan yang drastis, sianosis,
denyut nadi cepat, tekanan darah menurun, kelemahan dan ujung-ujung ekstremitas dingin
(Soegianto, 2002).

Pada tahun 2010 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 11 provinsi dengan
jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR
(Case Fatality Rate) sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009,
sedangkan pada tahun 2008 CFR 2,94%. Penurunan ini disebabkan perbaikan
penatalaksanaan kasus diare (Depkes, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan
dengan penyakit diare di berbagai daerah di Indonesia menunjukan ada beberapa faktor yang
saling berkaitan yaitu tidak memadainya persediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,
kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan
dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak

2
semestinya. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi. Menurut WHO (2005), 88% penyakit diare disebabkan oleh penggunaan
air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan higine yang buruk (Depkes, 2007).

Berdasarkan paradigma sehat untuk mencapai sehat, pemerintah telah menyusun


strategi pembangunan kesehatan, dengan strategi ini semua kebijakan pembangunan yang
sedang atau yang akan dilakksanakan harus berwawasan kesehatan dan harus memberikan
kontribisi positf dalam pembentukan lingkungan dan prilaku sehat. Sedangkan pembangunan
kesehatan harus dapat mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terutama melalui
promotif, preventif, yang didukung kesehatan terutama melalui kuratif dan rehabilatif
(Notoatmodjo, 2005).

Oleh karena itu pada makalah kali ini kami akan membahas mengenai penyebab
diare, manifestasi klinik, penatalaksanaan, serta pencegahan dari penyakit diare.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian diare?


2. Bagaimana manifestasi klinik dari diare?
3. Bagaimana patofisiologi diare?
4. Bagaimana etiologi diare?
5. Apa penyebab dari diare?
6. Apa saja obat-obat yang bisa diberikan ketika diare?
7. Bagaimana pencegahan diare?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui penyakit diare


2. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari diare
3. Untuk mengetahui patofisiologi diare
4. Untuk mengetahui etiologi diare
5. Untuk mengetahui penyebab dari diare
6. Untuk mengetahui obat-obat apa saja yang bisa diberikan ketika diare
7. Untuk mengetahui pencegahan diare

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Diare

Diare adalah bagian dari tinja biasa longgar atau berair, biasanya minimal tiga kali
dalam jangka waktu 24 jam. Namun, konsistensi tinja bukan jumlah yang paling penting.
Sering buang tinja yang terbentuk tidak diare (who 2005).

2.1.1 Jenis Klinis Penyakit Diare

Hal ini paling praktis untuk pengobatan dasar diare pada jenis klinis penyakit, yang dapat
dengan mudah ditentukan saat anak diperiksa pertama. Studi laboratorium tidak diperlukan.
Empat jenis klinis diare dapat dikenali, masing-masing mencerminkan patologi yang
mendasari dasar dan diubah fisiologi:

1. akut diare berair (termasuk kolera), yang berlangsung beberapa jam atau hari: bahaya
utama adalah dehidrasi; penurunan berat badan juga terjadi jika makan tidak
dilanjutkan.

2. diare akut berdarah, yang juga disebut disentri: bahaya utama adalah kerusakan
mukosa usus, sepsis dan kekurangan gizi; komplikasi lain, termasuk dehidrasi, juga
dapat terjadi.

3. diare persisten, yang berlangsung 14 hari atau lebih lama: bahaya utama adalah
malnutrisi dan infeksi non-usus serius; dehidrasi juga dapat terjadi.

4. diare dengan gizi buruk (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah infeksi,
dehidrasi, gagal parah sistemik jantung dan vitamin dan kekurangan mineral (who
2005).

2.2 Manifestasi
Penderita diare akut umunya mengeluhkan onset yang tak terduga dari buang air besar
yang encer, gas dalam perut, rasa tidak enak, dan nyeri perut. Karakteristik penyakt usu
halus adalah ternjadinya nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut. Pada diare kronis ditemukan adanya penyakit sebelumnya, penurunan berat badan
dan nafsu makan. Diare dapat disebabkan oleh beberapa senyawa termasuk antibiotik dan
obat lain, selain itu penyalahgunaan pencahar untuk menurunkan berat badan juga dapat
menyebabkan diare. Pemeriksaan turgor kulit dan tingkat keberadaan saliva oral berguna
dalam memperkirakan status cairan tubuh. Jika terdapat hipotensi, takikardia, denyut

4
lemah, diduga terjadi dehidrasi. Adanya demam mengindikasikan adanya infeksi. (ISO
FARMAKOTERAPI Buku 1, hal 320)

2.2.1 Gejala klinis

Defekasi berbentuk cair lebih dari 3 kali per hari


Berlangsung mendadak dan kurang dari 2 minggu
Ditemukan tanda dehidrasi dan infeksi
Analisis dan biakan tinja ditemukan mikroorganisme
Berat jenis plasma meningkat
Elektrolit, kalium dan natrium menurun
(source : PDT bag/smf ilmu penyakit dalam ed III 2008)

2.3 Patofisiologi

Gastroenteritis akut (Diare) adalah masuknya Virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis),


bakteri atau toksin (Salmonella. E. colli), dan parasit (Biardia, Lambia). Beberapa
mikroorganisme pathogen ini me nyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin
atau cytotoksin Penyebab dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal oral dari satu klien ke klien
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan
terjadi: (a) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hypokalemia dan sebagainya). (b) Gangguan

5
gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). (c)
Hipoglikemia, (d) Gangguan sirkulasi darah.

Diare akut disebabkan 90% oleh infeksi bakteri dan parasit sedangkan yang lain dapat
disebabkan oleh obat-obatan dan bahan-bahan toksik. Diare ditularkan fekal oral.
Faktor penentu terjadinya diare akut sangat dipengaruhi oleh faktor pejamu (host),
yaitu faktor yang berkaitan dengan kemampuan pertahanan tubuh terhadap
mikroorganisme dan faktor penyebab (agent), yang berkaitan dengan kemampuan
mikroorganisme dalam menyerang sistem pertahanan tubuh host.

Diare Kronis
1. Diare osmotik.
2. Diare sekretorik
3. Bakteri tumbuh lampau, asam empedu dan asam lemak.
4.Tidak adanya mekanisme absorpsi ion
5. Kerusakan mukosa
7. Sindrom diare kronik.
8. Mekanisme lain. (efiieni zinc)
6. Motilitas usus yang abnormal.
2.4 Etiologi
6
Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius (Ahlquist dan
Camilleri, 2005). Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus
ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi
bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris,
Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dan Alatas, 1985).
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya
kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :
2.4.1 Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare
masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.
2.4.2 Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadang-kadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas
sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
2.4.3 Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,
turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air
mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang ( 2 detik) dengan kulit yang
dingin yang dingin dan pucat.
2.4.4 Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya
pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah,
hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan
ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu
minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian
kapiler sangat memanjang ( 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.
Diare akut karena infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin
melalui mulut. Kuman tersebut dapat melalui air, makanan atau minuman yang
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan

7
penderita yang telah terkontaminasi (Suzanna, 1993). Mikroorganisme penyebab diare akut
karena infeksi seperti dibawah inI :

Penyebab diare juga dapat bermacam macam tidak selalu karena infeksi dapat
dikarenakan faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat, disakarida (inteloransi
laktosa, maltosa, dan sukrosa) monosakarida (inteloransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa),
Karena faktor makanan basi, beracun, alergi karena makanan, dan diare karena faktor
psikologis, rasa takut dan cemas (Vila J et al., 2000).

Diare karena virus ini biasanya tak berlangsung lama, hanya beberapa hari (3- 4 hari)
dapat sembuh tanpa pengobatan (selft limiting disease). Penderita akan sembuh kembali
setelah enetrosit usus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru dan normal serta sudah
matang, sehingga dapat menyerap dan mencerna cairan serta makanan dengan baik
(Mansons, 1996).
Bakteri penyebab diare dapat dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non
invasif dan bakteri invasif. Termasuk dalam golongan bakteri noninfasif adalah: Vibrio
cholerae, E.colli patogen (EPEC, ETEC, EIEC), sedangkan golongan bakteri invasif adalah

8
Salmonella sp (Vila J et al., 2000). Diare karena bakteri invasif dan noninvasif terjadi melalui
salah satu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus
berikut ini: cAMP (cyclic Adenosin Monophosphate), cGMP (cyclic Guanosin
Monophosphate), Ca-dependet dan pengaturan ulang sitoskeleton (Mandal et al,., 2004).

Penyebab Diare

Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam
golongan:

1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.

2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.

3. Alergi.

4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.

5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.

6. Penyebab lain.

Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan


Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering ditemukan di
lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Setelah melalui pemeriksaan
laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus.
Konkretnya, kasus diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari
musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air bersih,
dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya kasus diare. Fakta
yang ada menunjukkan sebagian besar pasie ternyata tinggal di kawasan kurang bersih dan
tidak sehat.
Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang
jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas airnya tak bisa
digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat banyak karena menggunakan
air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia yang meracuni tubuh. Masalah
perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengkonsumsi

9
makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit penyakit.
Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan. Factor
lingkungan dapat menyebabkan anak infeksi bakteri atau virus penyebab diare. Makanan
yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan diterima dengan baik oleh anak dan
keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare.
Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh infeksi
pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen penyebab:

1. Faktor infeksi: Bakteri, virus, parasit, kandida

2. Faktor parenteral: infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-anak)

3. Faktor malbabsorpsi: karbohidrat, lemak, protein

4. Faktor makanan: makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang
dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan

5. Faktor psikologis: rasa takut, cemas

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Penggantian Cairan Dan Elektrolit


1. Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan
elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang harus
dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat
membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi
oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5
gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia
secara komersial dalam paket yang mudah disiapkan dengan dicampur air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2-4
2. sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan
untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin
sejak merasa haus pertama kalinya. Jika terapi intravena diperlukan, dapat
diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal atau ringer laktat,

10
suplemen kalium diberikan sesuai panduan kimia darah. Status hidrasi harus
dipantau dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan
urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan
rehidrasi oral sesegera mungkin. Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan memakai rumus:

BD plasma1,025
3. Kebutuhan cairan= Berat badan ( kg ) 4 ml
0,001
4. Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis:
5. - Dehidrasi ringan: kebutuhan cairan 5% x kgBB
6. - Dehidrasi sedang: kebutuhan cairan 8% x kgBB
7. - Dehidrasi berat: kebutuhan cairan 10% x kgBB

2.6 ANTIBIOTIK

1. Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3hari tanpa pemberian antibiotik.
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik dapat secara
empiris (tabel2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikanberdasarkan kultur dan
resistensi kuman.

11
2.7 Obat Anti-Diare

2.7.1 Kelompok Anti-sekresi Selektif


Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril
yang bermanfaat sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin
dapat bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit,
sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan. Hidrasec sebagai generasi
pertama jenis obat baru anti-diare dapat pula digunakan dan lebih aman pada anak.
2.7.2 Kelompok Opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari,
loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup
aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak
dianjurkan pada diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.
2.7.3 Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan
atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin.
Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat
yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

12
2.7.4 Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis, dan Catechu dapat membentuk koloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi
tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10
mL/2 kali sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
2.7.5 Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau
Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya disaluran cerna akan memiliki
efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.

2.8 Penggolongan obat diare


A. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi
beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya
diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi
kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin,
kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Schanack 1980).
B. Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan
mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya, derivat
petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona)
(Departemen Farmakologi dan Terapi UI 2007).
C. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat
atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa
usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus.
Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin,
garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen Farmakologi dan Terapi
UI 2007).

13
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan antara
adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan toksin
sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben yang digunakan
dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan
pektin (Harkness 1984).
Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek
konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Obat ini sama
efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik. Efek samping yang sering
dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan dosis besar loperamid, kadar puncak pada
plasma dicapai dalam waktu empat jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini
disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi
enterohepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui
pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang
selektifitas kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan
disalahgunakannya obat ini lebih kecil dari difenoksilatkarena tidak menimbulkan euphoria
seperti morfin dan kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan Terapi UI 2007).

2.8.1 Pencegahan Diare


Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
- Primary Prevention (promosi kesehatan dan pencegahan khusus)
- Secondary Prevention (diagnosis dini serta pengobatan yang tepat)
- Tertiary Prevention (pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi)

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
dan faktor pejamu.
A . Penyediaan Air Bersih
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit
menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar
penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan
dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit

14
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang
terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan
kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang
bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan
untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air besih

B . Tempat Pembuangan Tinja


Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila
memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air
permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan
dan dipelihara, dan murah

C. Status Gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. metode penilaian tersebut
adalah;
1) konsumsi makanan
2) pemeriksaan laboratorium
3) pengukuran antropometri
4) pemeriksaan klinis
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan
hasil yang lebih efektif.

D. Kebiasaan Mencuci Tangan


Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan
perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar
tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan
seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih
makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

15
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau
yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan
mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis
pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.
Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.
Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk
dokter

3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan
dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian
fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan
cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan
kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang
menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi
dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman
sepermainan.

16
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang
air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare
adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih
dalam sehari .
Diare dibedakan menjadi 2 yaitu , Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronik ditetapkan
berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku
bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.

Gejala yang sering timbul akibat diare yaitu, defekasi berbentuk cair lebih dari 3 kali per
hari, berlangsung mendadak dan kurang dari 2 minggu, ditemukan tanda dehidrasi dan
infeksi, analisis dan biakan tinja ditemukan mikroorganisme, berat jenis plasma meningkat,
elektrolit, kalium dan natrium menurun.

17
Diare juga dapat menyebabkan dehidrasi, Dehidrasi akan menyebabkan gangguan
keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan
karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak,
meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak orang menganggap bahwa pengeluaran
cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya.
Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian. Kehilangan
cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa. Dehidrasi dibagi menjadi tiga
macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan
jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi
berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah
cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan
penderita sangat pucat.

Cara pencegahan diare dapat dilakukan seperti Penyiapan makanan yang higienis
seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan
rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan, Penyediaan air minum
yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih, Cucilah dengan sabun
sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan
kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan
menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga, Biasakan buang air
besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban).

18
BAB IV
KESIMPULAN

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang dengan angka kejadian penyakit diare yang tinggi karena tingginya
morbiditas dan mortalitas. Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk. Diare juga merupakan penyebab
penting dari gizi buruk dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan anak-anak cenderung makan lebih
sedikit saat mengalami diare. Akibatnya tubuh mungkin tidak dapat memanfaatkan makanan
dengan efektif .
Pada tahun 2010 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 11 provinsi dengan
jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR
(Case Fatality Rate) sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009,
sedangkan pada tahun 2008 CFR 2,94%. Penurunan ini disebabkan perbaikan
penatalaksanaan kasus diare (Depkes, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan
dengan penyakit diare di berbagai daerah di Indonesia menunjukan ada beberapa faktor yang
saling berkaitan yaitu tidak memadainya persediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,
kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan

19
dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak
semestinya. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi. Menurut WHO (2005), 88% penyakit diare disebabkan oleh penggunaan
air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan higine yang buruk (Depkes, 2007)

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan, RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. Jakarta: Depkes
RI

Departemen Kesehatan, RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes
RI

Departemen Kesehatan, RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Depkes
RI
Kariadi Semarang. Bagian Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Undip RSUP Dr
Kariadi.2002
Mandal B.k, EGL Wilkins, EM Dunbar. Dan R.T Mayon-White. Lecture notes
penyakit Infeksi. Erlangga. 2008
Marsono edy. Penelitian: Etiologi Diare Akut Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr
Suzanna 1. Park and Ralph A. Giannela Approach to the adult patient with acute
diarrhoea In: Gastroenerology Clinics of North America. XXII (3). Philadelphia. WB
Saunders. 1993
Notoatmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ramaiah, Safitri, 2007. All you wanted to know about diare. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Popular

20
Soegijanto, Soegeng, 2002. Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta :Salemba Medika.

Widjaja, M.C., 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka

21

Anda mungkin juga menyukai