o Belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas secara
merata.2
Target pada Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia saat ini adalah
tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 90%. Menurut laporan dari bulan
suspek TB selama tahun 2016 sebanyak 496 kasus, yakni 88,25% dari target penjaringan
suspek TB di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Pulomerak yaitu sebanyak 562 kasus per
tahun. Sudah tercapainya angka cakupan penjaringan suspek TB ini tidak menjamin tingginya
pencapaian angka penemuan kasus tuberkulosis di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP
Pulomerak yaitu sebesar 89,28%, sedikit dibawah angka pencapaian nasional sebesar 90%.
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa penyataan masalah, yaitu:
1.3. Tujuan
2. Mencari upaya untuk menyelesaikan masalah atau alternatif lainnya agar angka
penemuan kasus TB meningkat hingga melebihi target yang ditentukan
1.4. Manfaat
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau berobat dan sembuh dari penyakit
tuberkulosis.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri
berbentuk batang bersifat aerob yang tahan asam (BTA), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri
TB dapat menyerang berbagai organ di tubuh, terutama menyerang paru-paru. Namun dapat
juga menyerang tulang, persendian, kelenjar dan lainnya.2
2. Epidemiologi
Penyebaran kasus TB didunia tidak merata. 86% dari total kasus TB ditanggung oleh
negara yang sedang berkembang. 55% dari seluruh kasus TB berada di benua Asia, 31% di
benua Afrika dan 14% sisanya tersebar di benua-benua lainnya. WHO telah menetapkan 22
negara yang dianggap sebagai High-burden countries dengan jumlah penderita TB terbanyak
dan Indonesia masuk kedalam 22 negara tersebut, sehingga perlu pemantauan lebih untuk
menanggulangkan dan menyelesaikan kasus TB tersebut.
Walaupun jumlah kematian TB turun 22% antara tahun 2010 dan 2015, TB tetap
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan
WHO dalam Global Report 2015, indonesia berada pada peringkat ke 2 penderita TB
terbanyak di dunia setelah India yang menduduki peringkat pertama. Kemudian disusul oleh
China, Nigeria dan Pakistan
3. Etiologi
4. Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif, pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar UV, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Seseorang dapat tertular bila droplet itu terhirup ke dalam saluran
pernapasan.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
itu dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
5. Patofisiologi
Tuberkulosis Primer
Bila droplet terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan
paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <5 mikrometer. Selanjutnya kuman
akan dihadapi oleh neutrofil, lalu oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan keluar oleh makrofag bersama gerakan silia dengan sekretnya.
7
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag, bersarang di jaringan paru akan membentuk suatu sarang
pneumonik, yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (focus) Ghon.
Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru. Dari sarang primer
akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional dikenal
sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
sebagai berikut:
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus)
Kuman juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
Tuberkulosis Pasca-Primer
6. Pemeriksaan pasien TB
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari
terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, waktunya berkisar 4-12 minggu untuk
tuberkulosis paru.1Gejala klinis pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu
bulan. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru lain seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kangker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
UPK dengan gejala tersebut di atas dianggap sebagai seorang tersangka pasien TB, dan
perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Pemeriksaan mikroskopis dahak merupakan salah satu cara yang paling efisien
untuk mengidentifikasi penderita TBC. Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain
seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Kriteria BTA positif apabila
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.
Pengumpulan dahak dilakukan tiga kali, yaitu sewaktu hari-1, pagi hari-2, dan
6
sewaktu hari-2 (SPS).
Sewaktu hari-1 (S): dahak dikumpulkan pada saat penderita datang berkunjung
pertama kali. Pada saat pulang, penderita membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
Pagi hari-2 (P): penderita mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua, segera
setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
Sewaktu hari-2 (S): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi
Selain pemeriksaan diatas, terdapat juga mantoux test/ tuberculin test. Pemeriksaan
ini digunakan untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis terutama pada
anak-anak (balita). Uji tuberkulin menggunakan 0,1 cc tuberkulin P.P.D intrakutan
berkekuatan 5 T.U. Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah individu sedang atau
pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG, dan
mycobakterium patogen lainnya. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikan, akan timbul
reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi
persenyawaan antara antibodi selular dan antigen tuberkulin.
7. Terapi
Pengobatan TB dilakukan dengan 2 tahap. Yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan
Tahap Awal (Intensif) 2RHZE
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap
intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi dalam 2 bulan).
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
1. Angka Penemuan Pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate = CDR)
4. Proporsi Pasien TB Paru BTA positif diantara Suspek yang diperiksa dahaknya
8. Angka Konversi
9. Angka Kesembuhan
Adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru BTA positif yang telah
diobati dan telah menyelesaikan pengobatan.
1. Manusia
a. Pasien
b. Tenaga Kesehatan
2. Metode
4) Tingginya hasil negatif palsu akibat pengambilan spesimen dahak yang kurang
baik dan perlakuan pada spesimen sampai dilakukan pemeriksaan yang kurang
tepat.
3. Material
Kurangnya media promosi untuk mensosialisasikan program TBdan juga
bahayanya kepada masyarakat
4. Lingkungan
Jarak tempuh yang cukup jauh antara puskesmas dan tempat tinggal pasien yang
kebanyakan tinggal di pegunungan dengan akses jalan yang sempit dan rusak
sehingga menyulitkan pasien untuk mendapatka pengobatan dan terjaring dalam
penemuan kasus TB baru.
BAB IV
Hasil Penelitian
Posisi strategis Kota Cilegon yang terletak di ujung barat Pulau Jawa, merupakan
satusatunya jalan darat untuk menuju Jakarta dari Pulau Sumatra dan sebaliknya.
Pelabuhan penyeberangan Merak~Bakauni yang menghubungkan Pulau Jawa dan
Sumatera, berada di wilayah Kecamatan Pulomerak
Masyarakat juga banyak yang bertempat tingga didaerah pegunungan dimana sulit
dijangkau menggunakan kendaraan. Hal ini menyebabkan banyaknya masyarakan
yang sulit mengakses fasilitas kesehatan ke Puskesmas karena keterbatasan baik biaya
maupun kendaraan. Oleh karena itu, pihak puskesmas menyediakan sarana puskesmas
keliling, dimana dokter dan perawat pergi menuju daerah yang sulit terjangkau untuk
melakukan penjaringan berbagai macam penyakit.
Jarak antara puskesmas dan rumah sakit daerah terdekat di kota Cilegon juga
terbilang cukup jauh dimana membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit
menggunakan mobil dan 1 jam jika menggunakan kendaraan umum seperti bus
ataupun mikrolet. Sehingga diperlukan tempat perawatan di puskesmas pulomerak.
2. Wilayah kerja
Luas wilayah kecamatan pulomerak adalah 19.86 km2 atau 11,32% dari total
wilayah kota Cilegon.
Jumlah Kelurahan
3. Data demografik
Jumlah Penduduk pada tahun 2015 menurut BPS kota cilegon : 44.960 jiwa
Uraian Jumlah
Jumlah TK :9
Jumlah PAUD : 12
Jumlah SD : 24
Jumlah SMP :5
Jumlah SMA :4
Jumlah Posyandu : 57
Jumlah Posbindu :8
Jumlah Pusling :1
A. Sarana Bangunan
B. Sarana Transportasi
5. Tenaga Kerja
Dokter gigi 1 1
Apoteker 1 1
Perawat umum 16 4
Perawat gigi 1 1
Bidan 19 2
Rekam medik 1 2
Pekarya 1 0
Admin 5 0
Analis kesehatan 1 1
Gizi 2 0
Kesling 2 0
Kebersihan 2 0
Supir 2 0
Cakupan Program Pengendalian TB
Tabel 1.
1 14 10 17%
2 14 12 21%
3 14 14 25%
4 14 14 25%
1 10 10 25%
2 12 12 25%
3 14 14 25%
4 14 10 17%
Total 50 46 92%
1 10 10 25%
2 12 10 21%
3 14 11 19%
4 14 9 16%
Total 50 42 84%
Lingkungan
Metode
Jauhnya jarak
Tidak puskesmas dari
Tidak adanya
integrasinya tempat tinggal
SOP
data RS, klinik penduduk
Pemeriksaan
dan puskesmas
Dahak / BTA
Kebersihan
Banyaknya
lingkungan
Kurangnya permukiman
belum terjaga
Tingginya Hasil penyuluhan padat
negatif palsu penduduk
Sulitnya
BAB V
Pembahasan
Menurut Lawrence Green, ada tiga faktor yang memberi kontribusi seseorang
melakukan tindakan atau perilaku yaitu faktor predisposisi, misalnya pengetahuan
setiap individu, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor
pendukung mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat misalnya jarak puskesmas, ketersediaan sumber daya, keterjangkauan
sumber daya, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan lain seperti rumah sakit,
poliklinik swasta, dan lain-lain. Faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga dukungan dari keluarga. Dari tiga faktor tersebut, masih
banyak keterbatasan yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Pulomerak
yang menyebabkan tidak tercapainya angka penemuan kasus TB (CDR) pada tahun
2016. Penulis mencoba menjabarkan masalah dan alternatif solusi yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan angka penemuan kasus TB (CDR) di tahun berikutnya
10 Jumlah kader yang belum merata Menambah dan melatih kader dan PMO
dan PMO yang belum maksimal
BAB VI
1. Kesimpulan
2. Saran
Penulis berharap melalui hasil penelitian ini, dapat memberikan alternatif solusi
kepada puskesmas untuk membenahi program-program TB paru agar angka
penemuan dan kesembuhan kasus TB dapat meningkat dn menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA