Anda di halaman 1dari 5

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah.

Banyak orang mengaku mengenal Allah,


tetapi mereka tidak cinta kepada Allah. Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan
larangan Allah. Sebabnya, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan sebenarnya.

Sekilas, membahas persoalan bagaimana mengenal Allah bukanlah sesuatu yang asing. Bahkan mungkin
ada yang mengatakan untuk apa hal yang demikian itu dibahas? Bukankah kita semua telah mengetahui
dan mengenal pencipta kita? Bukankah kita telah mengakui itu semua?

Kalau mengenal Allah sebatas di masjid, di majelis dzikir, atau di majelis ilmu atau mengenal-Nya ketika
tersandung batu, ketika mendengar kematian, atau ketika mendapatkan musibah dan mendapatkan
kesenangan, maka itu baru sebagian kecil saja dari hakikat kita mengenal Allah.
Yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu mengenal Allah yang akan membuahkan rasa takut
kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga
kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang
akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami kegalauan dalam hidup, mendapatkan rasa
aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam persoalan
hidup.

Tanggungjawab mengenalkan Allah untuk anak kita..

Orangtua, amanah yang luar biasa yang diberikan oleh Allah untuk kita. Ya, kita.. sebagai orang tua dari
anak-anak kita. Dari sekian banyak hal penting yang perlu orangtua ajarkan kepada anak, ada hal yang
paling utama dan kita tidak boleh lalai dalam hal ini yaitu mendidik anak mengenal Allah. Karena
sesungguhnya anak-anak kita sebenarnya adalah titipan dari Allah. Orangtua hanya sebagai perantara
bagi anak, kita bertugas dan berperan mendidik anak menjadi anak sholeh, yaitu anak yang senantiasa
menjadikan Allah sebagai tujuan dan Islam sebagai jalan hidupnya.

Mengapa orangtua perlu mengajarkan anak mengenal Allah? Karena dengan mengenal Allah hati anak-
anak kita akan senantiasa terhubung denganNya. Sehingga akan tumbuh kecintaannya kepada Allah,
berserah diri kepada Allah, berharap hanya kepada Allah, bergantung hidupnya hanya kepada Allah,
dan melakukan sejumlah amal perbuatan karena Allah semata.

Mereka tidak akan mengerjakan sesuatu baik itu berkata, berbuat atau beramal kecuali yang amalan
benar, karena merasa selalu dibawah pengawasan Allah. Hal ini lebih besar pengaruhnya bagi anak
dalam mengontrol tingkah lakunya, karena yang ditakutinya bukan lagi manusia, tapi Allah Sang Maha
penguasa yang berkuasa atas dirinya dan senantiasa melihat segala gerak-geriknya yang tidak terlihat
oleh manusia. Sehingga segala amal dan perbuatannya semata-mata hanya mengharap keridhoan Allah.

Demikianlah sebenarnya prinsip dari mendidik anak mengenal Allah yaitu menanamkan kepada anak
mengenai pemahaman tentang tujuan penciptaan manusia yang hakikatnya adalah untuk beribadah
dan menyembah Allah.

Nah,, Bagaimana caranya mengajarkan anak mengenal Allah?

Rasulullah Saw telah memberikan pelajaran kepada kita tentang mendidik anak agar mengenal Allah
dan mengingatNya baik dalam keadaan susah maupun senang melalui nasehatnya kepada Ibnu Abbas
r.a, yaitu ketika ia dibonceng oleh Rasulullah.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, Suatu hari, aku pernah berada di belakang Nabi Saw,
beliau berkata, Hai, bocah! Aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Allah
akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemukan Dia di hadapanmu, jika engkau meminta maka
memintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah!
Sesungguhnya jika seluruh umat bersatu untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, mereka tidak
akan mampu melakukannya sedikit pun kecuali yang telah ditetapkan Allah padamu. Seandainya
mereka bersatu untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan mampu melakukannya sedikit
pun kecuali yang telah ditetapkan Allah atasmu, pena telah diangkat dan lembaran telah mengering.

Orangtua dapat mendidik anak mengenal Allah dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh
anak. Orangtua dapat melakukannya melalui pertanyaan, misalnya, siapakah yang memberimu tangan,
kaki dan anggota tubuh lainnya? Siapakah yang menyuruh kita sholat dan berdoa? Atau ketika anak
meminta sesuatu, kita bisa berkata kepadanya: Bantulah ayah dan ibu memenuhi permintaanmu
dengan berdoa kepada Allah dan perbanyaklah berbuat kebaikan. Ketika anak melakukan kesalahan
atau perbuatan yang tidak baik, orangtua dapat mengatakan kepada anaknya: Tidakkah kamu merasa
bahwa Allah melihatmu dan mengetahui apa saja yang kamu lakukan, dan Allah akan memberikan
balasan pada setiap kebaikan dan kejahatan yang kamu kerjakan?. Dengan begitu, anak akan merasa
yakin bahwa Allahlah yang berkuasa atas dirinya.

Dalam mendidik anak-anak kita mengenal Allah hendaknya setiap orangtua bersedia mendengar dan
mau menjawab pertanyaan anak dengan sabar. Seringkali kita menjumpai anak-anak bertanya, Ummi,
dimana rumah Allah? saya ingin ketemu Allah. Pada kesempatan yang berbeda ia kembali bertanya,
Ummi, Allah itu tidak butuh makan dan tidur, ya? Kita jawab setiap pertanyaan anak kita dengan
santun dan lemah lembut. Kita dapat menjelaskan kepada anak terhadap apa yang belum ia mengerti
saat ini dengan mengatakan bahwa kelak ketika ia besar insya Allah ia akan memahami apa yang kita
ucapkan. Insya Allah itu lebih menentramkan.

Sesuai penjelasan Al-Qur`an dan As-Sunnah kita bisa mengenal Allah dengan empat cara yaitu mengenal
wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-
sifat Allah. Keempat cara ini telah disebutkan Allah baik secara global maupun terperinci.

Pertama, Mengenal Wujud Allah.

Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indera
manusia, dan ditetapkan pula oleh syariat. Ketika seseorang melihat makhluk ciptaan Allah yang
berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya, akal akan menyimpulkan adanya semuanya itu
tentu ada yang mengadakannya dan tidak mungkin ada dengan sendirinya. Dan panca indera kita
mengakui adanya Allah di mana kita melihat ada orang yang berdoa, menyeru Allah dan meminta
sesuatu, kemudian Allah mengabulkannya. Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh
Allah di dalam Al-Qur`an:

Dan ingatlah ketika Rabbmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Rabbmu? Mereka
menjawab: (Betul Engkau Rabb kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu)
agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang
tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan
yang datang setelah mereka. (Al-Araf: 172-173)

Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga
menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syariat, kita
menyakini bahwa syariat Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh
makhluk, menunjukkan bahwa syariat itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana. (Lihat Syarah Al-
Aqidah Al-Wasithiyyah, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, hal. 41-45)
Kedua, Mengenal Rububiyah Allah.

Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan, kekuasaan, dan
pengaturan-Nya. (Lihat Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin, hal. 14). Maknanya, menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan,
mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang
mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan
kekuasaan tunggal bagi Allah.

Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah. Firman
Allah:

Katakanlah! Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.
(Al-Ikhlash: 1-4). Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan
untuk melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya
dengan selain-Nya.

Makanya, jika kita melihat kenyataan yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin, kita sadari betapa
besar kerusakan akidah yang melanda saudara-saudara kita. Banyak yang masih menyakini bahwa
selain Allah, ada yang mampu menolak mudharat dan mendatangkan manfaat, meluluskan dalam ujian,
memberikan keberhasilan dalam usaha, dan menyembuhkan penyakit. Sehingga mereka harus
berbondong-bondong meminta-minta di kuburan orang-orang shalih, kuburan para wali, atau di
tempat-tempat keramat.

Mereka harus pula mendatangi para dukun, tukang ramal, dan tukang tenung atau dengan istilah
sekarang paranormal. Semua perbuatan dan keyakinan ini, merupakan keyakinan yang rusak dan
bentuk kesyirikan kepada Allah .

Ringkasnya, tidak ada yang bisa memberi rizki, menyembuhkan segala macam penyakit, menolak segala
macam marabahaya, memberikan segala macam manfaat, membahagiakan, menyengsarakan,
menjadikan seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan
seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan seseorang,
kecuali Allah. Semuanya ini menuntut kita agar hanya meminta kepada Allah semata dan tidak kepada
selain-Nya.

Ketiga, Mengenal Uluhiyah Allah

Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdoa, meminta,
tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang
telah diajarkan Allah dan Rasulullah. Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk
perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah. Allah
berfirman di dalam Al-Qur`an: Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya
Allah kami meminta. (Al-Fatihah: 5)

Rasulullah telah membimbing Ibnu Abbas dengan sabda beliau:

Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta
tolonglah kepada Allah. (HR. At-Tirmidzi, dan beliau mengatakan hasan shahih)
Allah berfirman:
Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. (An-Nisa`:36)

Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak
bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah. Karena, semuanya
itu hanyalah milik Allah semata.

Contoh konkret penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di
mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang
wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat
itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang
menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun
mempersembahkan sembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beritikaf di tempat tersebut jika
terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.
Ibnul Qayyim mengatakan: Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap
tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap Allah I.

Keempat, Mengenal Nama-nama & Sifat-sifat Allah.

Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan
yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang
telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia
dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:

Dan Allah memiliki nama-nama yang baik. (Al-Araf: 180).

Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi. (An-Nahl: 60).

Tips untuk mengenalkan Allah pada anak

Berikut ini ada beberapa cara yang bisa digunakan orangtua untuk mengenalkan Allah pada anak:

1. Libatkan Allah pada setiap percakapan dengan anak.

Misal dalam kesempatan memuji anak, Subhanallah kakak rajin sekali sholat berjamaah di masjid,
Allah pasti makin sayang. Atau saat anak kita menyiapkan keperluannya sendiri, Alhamdulillah adik
rajin sekali, Allah pasti sayang sama anak yang rajin.

1. Perkenalkan nikmat dan kasih sayang Allah melalui fungsi tubuhnya.

Misalnya ketika kita bermain dengan anak, cobalah memintanya untuk berjalan sambil menutup
matanya, ketika anak kita kesulitan katakan Alhamdulillah Allah sayang sama kita, jadi Allah
memberikan penglihatan yang sempurna.

1. Biasakan mengajak anak berdoa kepada Allah.

Anak-anak kita akan sangat senang ketika kita selalu mendampingi aktivitas mereka, kesempatan inilah
yang kita pakai untuk senantiasa mengajak mereka memulai dan mengakhiri aktivitas dengan doa.
Misalkan sebelum dan sesudah makan, sebelum dan bangun tidur, ketika hujan dan lain sebagainya. Hal
ini akan mengenalkan kepada Anak bahwa Allahlah tempat bergantung.

1. Hindari menakut-nakuti anak dengan hukuman dan adzab dari Allah. Sebaliknya, perkenalkan
anak dengan konsep pahala, rezeki dan surga. Bahasa yang positif akan membuat anak lebih
semangat beribadah.
2. Keberadaan Allah yang ghaib pasti banyak menimbulkan pertanyaan dari anak. Orangtua harus
memiliki pemahaman yang benar tentang marifatullah baik dari majelis talim, membaca buku
atau yang lainnya serta mempelajarii bahasa komunikasi yang efektif dengan anak, sehingga anak
dengan mudah menerima konsep yang kita sampaikan.
3. Berikan teladan pada anak.

Jika orang tua menginginkan anaknya menjadi baik, tentu harus dimulai oleh orang tua tersebut.
Dengan memberikan contoh yang baik daalam segala hal. Berdoa jika mau makan atauketika mau
masuk kamar mandi dengan cara dilafalkan sehingga anak mendengarnya.

Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw.
memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan
anak di masa mendatang. Kepada Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:

Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu.
Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap
Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada
Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah
bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan
mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya,
apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu
sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering. (HR. At-
Tirmidzi).

Demikianlah bapak-ibu sekalian, di zaman seperti sekarang ini anak-anak kita membutuhkan
penanaman nilai-nilai yang hakiki. Sebuah prinsip pegangan hidup yang kuat dan benar, yaitu pedoman
yang menghubungkan anak-anak kita dengan Rabbulalamin. Sehingga akan tumbuh semangat
kecintaan dan keberanian membela kebenaran dan keadilan, serta menegakkan kalimatNya. Apalagi
dunia saat ini dipenuhi dengan berbagai rupa permainan dan hiburan yang kosong dari nilai-nilai luhur.
Jangan sampai anak-anak kita tertipu dan terlena oleh kehidupan yang berorientasi pada dunia.
Kehidupan hedonis yang malailaikan manusia dari mengingat Allah. Mengukur segala sesuatu dari
materi, kekayaan, kecantikan, jabatan dan lain sebagainya. Hanya dengan mengenal Allah, anak-anak
kita akan meraih kebahagiaan dan selamat dunia akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin.

Daftar Pustaka

1. Artikel Mengenal Allah, ditulis oleh Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman. Majalah Islam Asy
Syariah Edisi 2. www.asysyariah.com
2. Artikel Mengenalkan Anak pada Allah. www.anneahira.com
3. Blog Family Writing. Artikel Ketika Anakku ingin Mengenal Allah, ditulis oleh Yogas
Wati. www.family-writing.com

Anda mungkin juga menyukai