Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin
meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti ini
dipegang oleh poros.
a. POROS DUKUNG
Digunakan untuk mendukung bagian mesin yang berputar. Pada poros ini bagian-bagian
mesin diikatkan dengan kuat, sehingga poros dapat ikut berputar, atau bagian-bagian
dipasang dapat berputar sedangkan poros tetap diam tidak berputar.
Seringkali poros ini disebut poros transmisi atau poros penggerak, yang digunakan untuk
memindahkan gerak berputar.
Seringkali poros itu harus dapat memenuhi kedua maksud 1 dan 2.
Menurut bentuk dan pemakaian poros dapat dibedakan :
- Poros Fason
- Poros Engkol
- Poros Bubungan
- Poros Kerah
- Poros Fleksibel dlsb.
Tap adalah tempat-tempat pada poros, dimana tap ditunjang dengan dapat berputar
(bantalan). Tempat-tempat ini harus bulat dan licin, sehingga poros atau bagian mesin ini
dapat berputar / bekerja secara baik.
Bila beban itu bekerja tegak lurus pada garis sumbu tap. Maka biasanya dinamakan leher
poros. Bila beban itu terutama bekerja dalam arah garis sumbu poros, maka tap itu dinamakan
Piring Putar.
1. Poros dukung
Pada gambar diatas bila beban roda sebesar F dan jarak tengah bidang jalan dan bantalan
adalah k maka momen maksimumnya adalah F * k poros biasanya berbentuk lingkaran
licin dan dikalkulasi terhadap lengkung dan apabila menggunakan bantalan luncur maka
bidang luncur harus memenuhi syarat pelumasan
Kedudukan kopel lengkung pada poros dukung tetap tidak berubah pada poros karena
tegangan lengkung merupakan akibat dibebani dan beannya tidak tetap yang biasa disebut
tegangan lompat lengkung. Bila kedudukan kopel; lengkung terhadap poros berubah
akibatnya tegangan lengkung berkisar antara tegangan tekan terbesar dan tegangan tarik
terbesar maka terjadi teganga tukar lengkung murni.
1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan dari puntir dan
lentur/ bengkok. Juga poros mendapat beban tarik dan tekan seperti poros baling-baling kapal
atau turbin dll.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros
bertangga)atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan sehingga dalam
perencanaan memperhatikan beban-beban diatas.
2. Kekakuan Poros.
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau gerakan
dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi), sehingga disamping kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan
dilayani poros.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran
ang luar biasa besarnya, yang putaran ini disebut putaran kritis dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya sehingga poros harus direncanakan putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi.
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler dan pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Untuk poros-poros yang terancam kavitasi,dan poros-
poros yang sering berhenti lama.
5.Bahan Poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis, baja
karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C)yang dihasilkan dari ingot yang di- kill (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor; kadar karbon terjamin (JIS G3123)(tabel 1).
Penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan kekuatan nya bertambah besar.
Harga-harga yang terdapat didalam tabel diperoleh dari batang percobaan dengan diameter 25
mm; sehingga untuk poros yang berdiameter lebih jauh lebih besar dari 25 mm, harga-harga
tersebut harus lebih rendah.
Poros-poros yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat
dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Beberapa diantara
adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden dll (Tabel)
Tabel 1 Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros
Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Keterangan
(kg/mm2)
Kekuatan tarik
Standar dan macam Lambang Perlakuan panas
(kg/mm2)
Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak keras dan baja keras.
Diantaranya baja liat dan baja agak keras banyak dipilih untuk poros. Kandungan karbonnya
adalah seperti yang tertera dalam tabel 3. Baja lunak yang terdapat dipasaran pada umumnya
agak kurang homogen di tengah, sehingga tidak dapat dianjurkan untuk dipergunakan sebagai
poros penting. Baja agak keras pada umumnya berupa baja yang dikil seperti telah disebut diatas.
Meskipun demikian untuk perencanaan yang baik, tidak dapat memilih baja atas dasar klasifikasi
yang terlalu umum, sebaiknya pemilihan dilakukan atas dasar standar-standar yang ada.
Berikut ini akan dibahas poros yang mendapat pem bebanan berupa torsi, jika tidak ada beban
lain maka diameter poros lebih kecil dari yang dibayang kan. Jika P adalah daya nominal output
dari motor penggerak, maka berbagai macam faktor keamanan dapat diambil dari perencanaan,
sehingga faktor koreksi dapat diambil dari angka yang terkecil. Jika faktor koreksi adalah fc ,
maka daya rencana Pd (kW) dapat sebagai patokan :
Pd = fc P (kW)
T 2. .n
( ).( )
Pd = { 1000 60 100) , sehingga :
102
Untuk memasukkan
pengaruh2 ini dalam
perhtungan perlu diambil
faktor yang di nyatakan
sebagai Sf2 dengan harga
sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal-hal diatas maka besarnya
a = b/(Sf1 x Sf2)
(24x16) 24 16 16,2 70-200 8,0 8,0 8,5 8,0 Lebih dari 80-90
0,60 0,40-
25x14 25 14 0,80 70-200 9,0 5,4 4,4 0,60 Lebih dari 85-95
28x16 28 16 80-320 10,0 6,4 5,4 Lebih dari 95-110
32x18 32 18 90-360 11,0 7,4 6,4 Lebih dari 110-130
Gandar dari kereta tambang dan kereta rel tidak dibebani dengan
puntiran melainkan mendapat pembebanan lentur saja.
a > M1/Z =
II. Cara menghitung leher poros :
Pada poros yang berputar, beban P menyebabkan tegangan bengkok yang bertukar-tukar pada
leher poros, sehingga tegangan bengkok b yang dibolehkan harus rendah.
Selain itu, P menyebabkan tegangan geser, tetapi yang biasanya kecil dan oleh karena itu
tidak usah dihitung tersendiri.
Bila poros itu tidak berputar, seperti yang ditunjukkan pada gamb. 210, maka b boleh kita
ambil lebih tinggi.
Untuk poros yang berputar dengan tenang, diperbolehkan tegangan bengkok (b) seperti
berikut :
Bila beban itu tidak menjebabkan tegangan jang bertukar-tukar, maka diperbolehkan nilai
berganda dari nilai ini.
Pembulatan pada a sedapat mungkin tidak lebih ketjil dari 0,1 d.
Sekarang untuk beban jang tinggi biasanja dipakai poros dari pada dje-nis badja paduan, jang
mempunjai keteguhan jang lebih tinggi (lihat daf-tar IX pada djiiid I).
Untuk poros biasanja dipakai badja-nikel-Chroom, dimana terdapat banjak matjamnja, jang
mempunjai beberapa sifat jang baik. (Umpa-manja tahanan jang besar terhadap kedjut, aus
dan sebagainja).
b. Tekanan-bidang antara tap dan penunjang dimana-mana tidak boleh terlampau tinggi;
oleh karena bila terlampau tinggi keausan dan terjadinya panas akan dapat terlampau
besar.
Jelas disini, bahwa tekanan-bidang pada beban yang tertentu tergantung pada ukuran tap.
Berhubung dengan ini, tap itu jadi juga harus dibuat dengan mengingat tekanan-bidang.
Untuk ini dalam praktek kita pakai rumus yang sederhana, jaitu:
P
k
d .L
Disini:
k = tekanan-bidang rata2 dalam kg/cm2,
P =.".beban tap dalam kg,
d = garis-tengah tap dalam cm,
L = ukuran pandjang tap dalam cm.
r
Usaha = gaya x jalan yang ditempuh
1 N Tk = 75 kg meter tiap detik
disini terdjadi gesekan dan logam jang paling lemah mendjadi
aus. Pada gamb. 215 kita tunjukkan keausan bidang-penunjang
untuk sejumlah titik2 oleh garis tegak aS1, bS2, cS3 dan dS4.
Keausan ini diumpamakan sama untuk semua titik2 dalam arah
beban P, yang dengan pendekatan boleh dikatakan benar. Garis
aS1, bS2 dan sebagainya jadi mempunyai ukuran panjang yang
sama.
Bila kita tarik garis2 a, b, c dan d ke titik-pusat tap, maka
ternyata, bahwa keausan dalam arah ini tidak semua sama
pada semua titik, tetapi masing2 ialah aN1 , bN2, cN3 dan dN4.
Hanja pada titik a keausan itu sama dengan djumlah turunnja
tap.
Keausan itu disebabkan oleh sejumlah usaha-gesekan.
Usaha-gesekan pada tiap detik adalah sama dengan hasil tekanan normal N, kofiseh-gesekan
dan kecepatan-keliling V tap itu atau:
WA = N .. V.
Oleh karena dan V itu untuk sesuatu tap yang tertentu adalah konstan (tetap), keausan itu
sebanding dengan N.
Djadi dalam hal jang kita bitjarakan ini, tekanan-normal paling besar terdjadi pada titik a, oleh
karena disana keausan adalah paling besar.
Makin ke tepi keausan itu berkurang, oleh karena tekanan-normal disana menurun (lihat gamb.
215).
Tekanan-normal pada a kita dapat dengan rumus:
P 4
N maks = . kg/cm2
d .L
Dimana :
P = beban-tap dalam kg,
d = gans-tengcfh Ualam cm,
L = ukuran pandjang bidang-dukung dalam cm.
Oleh karena tekanan-normal itu sebanding dengan keausan, garis2 aN1 , bN2 dan sebagainya
pada sesuatu skala menunjukkan tekanan-normal pada titik a, b dan sebagainja.
Kini bila tekanan-normal ini kita uraikan lagi dalam arah beban P,
maka dapat kita umpamakan, bahwa tap itu didukung
oleh
reaksi aP1, bP2, cP3, dan sebagainja. Bila kini kita
umpamakan, bahwa reaksi ini dibagi sama rata melalui
projeksi A , B, C, D dan sebagainja dari luas jang
melengkung itu, maka tekanan-bidang setempat dapat
kita hitung, bilagaja aP1, bP2, dan sebagainja itu kita
bagi oleh projeksi A, B dan sebagainja jang
bersangkutan.
Tekanan-bidang jang kita dapat dengan tjara begini
djuga kita lukiskan pada gamb. 215. Djadi garis-lengkung k1, k2, dan sebagainja menundjukkan
djalannja uraian dalam djurusan tegak dari tekanan bidang dalam bermacam-macam titik tap.
Ukuran besar rata2 dari ini
P
ialah : k. .
d .L
Bila kita memakai bahan pelumas, djalannja tekanan-normal dan tekanan-bidang
adalah lain.
Bila terdjadi gesekan zat-tjair, maka tidak ada penjinggungan metalik lagi.
Pada gamb. 216 kita tundjukkan keadaan ini. Lapisan-zat-tjair itu kita: namakan pilem-
minjak \ sebenarnja tebalnja hanja sepersefatus mi-liun milimeter. Djalannja tekanan-
normal, disini disebut tekanan-minjak, dan djalannja tekanan-bidang ditundjukkan djuga
disini.
Dari sini kita lihat, bahwa arah-perputaran djuga mempengaruhi djalannja tekanan.
Untuk mendapat pilem-minjak jang tidak terputus-putus, tap itu ha-rus dikerdjakan lit j in
sekali dan bantalan perputaran harus mempunjai konstruksi jang efektif (lihat bab VII).
Ukuran tap itu harus djuga memberikan tjukup ketentuan, bahwa ka-lor jang terdjadi itu
dapat menghindar. Kalor ini terdjadi sebagai akibat usaha-gesekan, jang sebagian
besar dirobah mendjadi kalor itu. Usaha-gesekan tergantung dari bermatjam-atjam
faktor. Untuk hal2 jang normal, dalam praktek kita ambil nilai jang berikut:
Pada gesekan kering ...... WA = 0,15 sampai 0,25 P.V.
gesekan setengah kering. . WA = 0,1 sampai 0,02 P.V.
gesekan-zat-tjair ..... WA = 0,02 sampai 0,04 P.V.
Disini:
WA = usaha-gesekan dalam kgm pada tiap detik,
P = beban tap rata2 dalam kg,
V = ketjepatan keliling tap dalam m/detik.
Bila poros itu umpamanja membuat n perputaran tiap menit, maka djumlah kalor jang
dibangkitkan djadi sebanding dengan: .d.P.n (d = garis-tengah tap).
Bila kini kita umpamakan, bahwa djumlah kalor jang dibangkitkan oleh seluruh luas itu
dikeluarkan, maka luas ini djadi sama dengan: .d.L (L = pandjang tap).
Bila kini kita namakan suatu bilangan, jang berbanding seharga dengan jumlah kalor,
jang dikeluarkan oleh 1 cm2 luas-logam, maka:
.d.L. berbanding seharga dengan .d.P.n
atau: L. ,, P.n
P.n
atau: L ,, ,,
Dan dalam praktek kita djuga memakai rumus jang berikut :
P.n
L>
Disini:
L = pandjang leher-poros dalam cm,
P = beban rata2 dalam kg,
n = djumlah perputaran poros dalam tiap menit,
= bilangan menurut pengalaman, jang tidak tergantung dari hasil kali tekanan-bidang
dan ketjepatan keliling.
Bilangan ini kita tentukan dengan rumus: = 1900 k.V
Disini:
k = tekanan-bidang rata2 dalam kg/cm2,
V = ketjepatan-keliling dalam m/detik.
Tetapi nilai jang dibolehkan dari hasil kali k.V tergantung lagi dari keadaan, dimana
leher-poros itu dipakai. Biasanja kita umpamakan:
Untuk leher-poros-penggerak k.V = 8 sampai 20, w = 15 000 sampai 38 000.
Untuk leher-poros-lokomotip k.V = 70 sampai 100, w = 130 000 sampai 190000
Untuk leher-poros-gerbong-kereta-api k.V = 35 sampai 50, w = 65 000 sampai 95 000
Nilai jang tinggi dari leher-poros-lokomotip dan leher-poros-gerbong-kereta-api ialah
akibat pendinginan jang baik oleh udara, jang mengalir sepandjang alat-bagian itu. Bila
bantalan-perputaran itu didin-ginkan dengan air, jang biasa diguna-kan, maka w dapat
kita ambil lebih tinggi.
Kadang2 ada djuga kita pompa minjak jang didinginkan diantara bi-dang-djalan; dan ini
sangat baik untuk pengeluaran kalor, sehingga w djuga dapat kita pilih lebih tinggi.
T j o n t o h:
Sebuah leher-poros sebuah poros penggerak
harus mendukung beban
2500 kg pada ketjepatan lOO perputaran dalam
tiap menit.
Poros dibuat dari Bd. 50 dan bidang-penundjang
dari Per.t. 14 (lihat gamb. 217).
Leher-poros itu dilumas setjara normal.
Ditanjakan: Tentukanlah ukuran tap itu.
Tjara menghitung.
Menghitung pada beban bengkok dengan rumus 119 memberikan:
Oleh karena d dan L tidak diketahui, ia belum dapat kita tentukan. Menghitung pada tekanan-
bidang dengan rumus 120 menghasilkan:
Menurut rumus ini kelihatannja seolah-olah seluruh tahanan-gesekan P. . Itu menangkap pada
R
jarak mulai dari pusat piring-putar itu.
2
Ketika menentukan tikiiran2 piring-piitar, biasanya kita tidak memerlukan teori itu. Dalam
praktek kita hanya mengingat tekanan-bidang rata2, yang kita pilih demikian rupa, sehingga
tidak terjadi keausan yang luar biasa.
Jadi piring-putar itu kita hitung menurut tekanan-bidang dengan rumus:
2
P<kx d '
4
Disini:
P = beban dalam kg,
k = tekanan-bidang yang diperbolehkan dalam kg/cm2, yang kita pilih kira2 sama dengan
tekanan-bidang pada leher-poros.
d = garis-tengah-piring-putar dalam cm.
Bila dengan ini telah kita tentukan garis-tengahnya, maka kita periksa lagi piring-putar itu
menurut pengeluaran panas dengan rumus:
P.n
d =
Disini:
n = djumlah perputaran tiap menit,
w < 40000 pada piring-putar untuk poros-penggerak,
w.< 125000 pada piring-putar untuk turbin-air.
Penyelesaian :
2
Garis-tengah piring-putar kita dapat dengan rumus : P < k .d
4
2
atau 1000 < 50 d
4
atau d = + 5 cm.
Selanjutnya kita periksa ukuran ini menurut pengeluaran dengan rumus:
P.n
d>
1000.160
atau d> = 4 cm
40000
Garis-tengah piring-putar jadi harus 50 mm.
Usaha-gesekan pada tiap perputaran ternjata dari rumus 127:
W = P... R
Atau W = 1000. 0,15. 3,14. 2,5 = + 1180 kgcm.
160
Tiap detik piring-putar itu membuat = 2,67 perputaran. Usaha gesekan tiap detik djadi:
60
2,67 X 1180 = 3150 kgcm.
T j o n t o h 2.
Tentukanlah ukuran piring-putar jang berbentuk gelang untuk beban dari 1000 kg pada
ketjepatan 160 perputaran tiap menit.
Hitunglah djuga usaha-gesekan tiap detik.
Piring-putar harus dibuat dari Bd. 50, pot-piring-putar dari G.Br. 14.
Buatlah D ~ 3d (lihat gamb. 220).
Umpamakanlah = 0,15, k = 50 dan = 40000.
Penyelesaian :
Cara menghitung pada tekanan-bidang menurut rumus 131 mengsilkan:
P<k (D2 d2)
4
atau 1000 < 50 (9 d2 d2)
4
atau 1000 < 50 . 0,785. 8 d2
d2 = 1000/314 cm
d = + 1,8
D = 3d = + 5,4 cm.
Pemeriksaan menurut pengeluaran kalor dengan rumus 132 memberikan:
P.n
Dd >
1000.160
atau Dd > = 4 cm
40000
Nilai jang didapat untuk D dan d menghasilkan untuk: D - d = 5,4 - 1,8 = 3,6 cm. Ini terlampau
kecil. Djadi piring-putar itu kita buat sebagai berikut:
D = 55 mm dan d = 15 mm. Momen gesekan menurut rumus 133 ternjata dari:
D. .d
Mw = .P .
4
5,5. .1,5
atau Mw = .1000 .0,15 = 262,5 kgcm
4
Usaha-gesekan pada tiap 1 perputaran jadi 2 kali sebesar itu, djadi:
W = 2 X 262,5 = 1650 kgcm.
Tiap detik piring-putar itu membuat 160/60 = 2,67 perputaran. Usaha gesekan tiap detik djadi:
2,67 x 1650 = 4400 kgcm.
Poros-dukung
Poros-dukung biasanja hanya dihitung menurut bengkokan, sedangkan dalam keadaan2 yang
istimewa, kadang2 kita harus lagi memperhatikan, apakah pelengkungan poros itu tidak
terlampau besar.
Tap-poros-dukung tentu juga harus diperiksa lagi menurut tekanan-bidang dan pengeluaran
kalor, tetapi ini telah kita bicarakan.
Jadi kita harus menentukan momen bengkok maksimal, sesudah itu dengan rumus:
Mb < Wb. b.
kita tetapkan ukuran2 poros itu.
Untuk poros bulat kita pakai rumus Mb < 0,1 d3 b.
D 4 . .d 4
Untuk poros bulat jang bolong kita pakai rumus: Mb < . b
4
Disini:
D = garis-tengah sebelah luar.
d = garis-tengah sebelah dalain.
Contoh.
Hitunglah ukuran poros gerbong-kereta-api, yang ditunjukkan dalam gamb. 221. Tentukanlah
juga ukuran leher-poros.
Kecepatan maksimal dari poros ialah 300 perputaran tiap menit.
Nilai2 yang berikut tidak boleh dilampaui.
Tegangan-bengkok b < 400 kg/cm2.
Hasil-kali tekanan-bidang k dan ketjepatan keliling V, djadi k. V < 50.
Penyelesaian.
Mula2 kita hitung leher-poros.
Perbandingan antara L dan d kita dapat dengan rumus 124
L .b
..
D 5.k
Dalam hal ini, djuga tekanan-bidang k masih belum ketahui. Untuk sementara, ini kita kira2 25
kg/cm2.
L 400
Maka kita dapat .. = 1,8
D 5.25
atau: L = 1,8 d.
Bila tegangan-bengkok itu sedikit terhadap tegangan-puntiran, maka poros ini biasanya hanya
kita hitung menurut puntiran; makin tinggi tegangan-bengkok itu, makin rendah tegangan-
puntiran yang diperbolehkan kita ambil.
Untuk poros pejal yang bulat kita pakai rumus:
Mw < 0,2 d3 w
Dimana :
Mw = momen puntiran dalam kgcm,
d = garis-tengah-poros dalam cm,
w = tegangan-puntiran jang diperbolehkan dalam kg/cm2.
Tetapi bila tegangan-bengkok itu besar terhadap tegangan-puntiran, maka kedua tegangan itu
kita hitung.
Untuk poros dari Bd. 37 dan Bd. 41 biasanya kita pakai rumus Guest.
Mi = Mb 2 . .Mw 2 < 0,l d3. b (137)
Disinin Mi adalah momen bengkok yang dicari, dimana poros itu jadi dihitung. Selanjutnja dalam
rumus ini:
Mb = momen bengkok maksimal dalam kgcm,
Mw = momen puntiran maksimal dalam kgcm,
d = garis-tengah poros dalam cm,
b = tegangan-bengkok jang diperbolehkan dalam kg/cm2.
Poros untuk alat-penggerak yang normal dengan pemindahan rim biasanya tidak kita hitung,
tetapi garis-tengahnya kita cari dari sebuah daftar atau lembaran-satuan (lihat N 1338).
Bila kita hendak menghitung poros-pemindah, maka ini dapat kita lakukan seperti berikut.
Bila sebuah poros harus memindahkan N tk pada n perputaran tiap menit, maka dengan rumus
104 kita dapat:
N
P = 71620 (lihat djuga gamb. disamping).
n..R
Dari ini ternjata
N
P. R = 71620
n
Kini PR adalah momen puntiran Mw, jang bekerja
N
Mw = 71620
n
Bila ini kita gantikan dalam rumus yang lain, maka untuk
poros pejal yang bulat kita dapat:
N
71620 < 0,2 d3 . w
n
360000 N
d3 = .
n
360000 N
atau w =
d3 n
Disini
d = garis-tengah poros dalam cm
w = tegangan-puntiran jang diperbolehkan dalam kg/cm2,
N = kemampuan (daya) yang akan dipindahkan dalam tk,
n = kecepatan poros pada perputaran tiap menit.
Tegangan-puntiran yang diperbolehkan pada poros yang halus biasanya kita pilih lebih kurang
dari pada poros yang tebal (lihat djuga N 1338).
Hal ini kita lakukan, mengingat tegangan-bengkok yang mungkin ada, dimana poros yang tipis
peka dari-pada poros yang tebal.
Untuk poros bulat yang bolong dengan garis-tengah sebelah luar D cm garis-tengah sebelah
dalam d cm, kita dapat:
D 4 . .d 4 360000. N
>
D n
Pada poros-penggerak biasa dari Bd. 37, kadang- berhubung dengan tegangan-bengkok w,
kita umpamakan 120 kg/cm2. Dengan ini dengan rumus 139 kita dapat:
N
d3 > 3000
n
N
Dari ini ternjata harga mendekati d > 14 3
n
Ini adalah rumus-praktek yang telah diketahui.
Pada poros panjang, sudut-puntiran spesifik biasanya tidak boleh lebih dari tiap meter
ukuran-pandjang poros.
Bila torsi pada tiap cm ukuran panjang kita sebut L, maka ini jadi paling tinggi hanya 1/400
Menurut teori sebelumnya torsi dapat kita cari dengan
Mw 180
. . deradjat (I)
G. Ip
Disini:
Mw = momen puntiran dalam kgcm,
G = modulus-luntjur (untuk Bd. 37 800 000 kg/cm2),
Ip = momen-lnersia polar dalam cm4.
N
Kini Mw = 71620 dan untuk poros bulat jang pedjal IP = 0,l d4.
n
Bila ini kita gantikan dalam rumus I, maka kita dapat:
N
71620
180
1/400 = n .
800.000..0,1.d 4
Sesudah beberapa perhitungan ternjata dari ini:
N
d= 12 4
n
Rumus ini kita pakai untuk memeriksa torsi.
N Bila perbandingan N/n = + 0,114, maka rumus sebelumnya memberikan nilai yang sama
untuk d.
Bila N/n > 0,114, maka rumus akan menghasilkan nilai yang paling besar untuk d, dalam hal
yang lain rumus 142.
Dari ini ternyata, bahwa kita menghitung poros yang panjang dengan rumus
N
d > 14 4 (bila N/n > 0,114)
n
N
atau d > 12 4 (bila N/n > 0,114)
n
Jarak antara titik-penunjjang tergantung pada beban pada poros. Pada keadaan yang baik, jadi
bila hanya sedikit terjadi tegangan-bengkok, biasanya kita memakai rumus yang berikut:
S < 100 D (143)
Bila tegangan bengkok itu besar, kita pakai rumus:
S < 110 3
D
Dimana
S = djarak-titik-penundjang dalam cm
d = garis-tengah poros dalam cm.
Pada poros yang panjang kita juga harus mengingat pemuaian kalor karena perubahan-suhu.
Biasanya kita mengingat perubahan suhu dari 40 C.
Oleh karena kofisen-muai badja 0,000012, ini tiba bersamaan dengan perobahan ukuran
panjang dari 0,5 mm pada tiap meter ukuran panjang poros.
Perubahan ukuran panjang ini harus dapat berlangsung dengan tidak terganggu, untuk ini
kadang2 diperlukan alat-bantu (kopeling-ekspansi dan sebagainya).
Bila usaha itu dimasukkan dan dikeluarkan secara berkala, maka dapat terjadi getaran-torsi.
Sebagai akibatnya, poros itu dipengaruhi oleh beban yang bertukar-tukar, sehingga tegangan
jang diperbolehkan harus lebih kurang.
Tetapi tentang ini tidak dapat kita landjutkan.
C o n t o h.
Tentukanlah garis-tengah poros-penggerak, yang harus memindahkan daya dari 18 tk pada
kecepatan 320 perputaran tiap menit.
Tegangan-bengkok yang terjadi hanya sedikit.
Tegangan-puntiran yang diperbolehkan w 160 kg/cm2 (Bd. 37).
Torsi poros itu tidak boleh lebih banyak dari pada 1/4 pada tiap ukuran panjang poros.
Penyelesaian :
Menurut lembaran-satuan N 1338, garis-tengah poros harus berjumlah 50 mm. Tegangan-
puntiran yang terjadi pada i 162 kg/cm2.
Dengan rumus 139 kita dapat:
360000 N
d3 = .
n
360000 18
atau d3 = .
160 320
atau: d = 5,02 cm.
Bila poros kita hitung menurut torsi dengan rumus 142, rnaka:
18
d = 12 4
320
dimana: d =5,85 cm.
Jadi poros itu kita buat 60 mm, sebab poros dari ukuran ini ada terdapat dalam perniagaan.
POROS FASON
Poros fason mempunyai bentuk yang tersendiri, yang sesuai dengan kekuatan yang diharuskan
dari bermacam-macam penampang, sehingga terjadi penghematan bahan.
Sebagai contoh kita berikan gambar dibawah, dimana cakera-kabel ditujang oleh poros-fason
itu.
Bila leher-poros pendek terhadap garis-tengah-poros, maka penampang I biasanya kita hitung
menurut bengkokan, dimana dihitung momen bengkok dari 0,5 a.P. Penguatan oleh leher-poros
biasanya tidak kita hiraukan. Tetapi, bila leher-poros itu panjang terhadap ukuran-lebar-poros,
maka penampang2 pada ujung-poros kita hitung menurut bengkokan.
Penampang II harus mengambil momen bengkok dari 0,25 L.
Leher-poros tentu saja harus kita hitung menurut tekanan-bidang dan pengeluaran kalor.
Contoh.
Tentukanlah ukuran poros-fason dari gamb. 223, bila
beban maksimal p = 20000 kg, kecepatan 60 putaran
tiap menit dan jarak a = 50 cm.
Poros itu terbuat dari pada Bd. 50, bidang-penunjang
dari Per.t. 14.
Selanjutnya haruslah b< 600 kg/cm2.
Penyelesaian :
Terlebih dahulu kita tentukan ukuran2 leher-poros.
Tiap leher-poros harus mengambil beban 10 000 kg.
Perbandingan antara L dan d kita dapat dengan
rumus . Jadi dalam hal kita ini:
L 600
.. = 1,41
D 5.60
atau: L = 1,41 d.
Kini dari rumus diatas ternyata:
10000
60 =
d.L
10000
atau 60 =
d 2 .1,41
dimana: d = 10,9 cm atau d = 110 mm.
dan: L = 1,41 . 109 = 154 mm.
Pemeriksaan menurut pengeluaran kalor dengan rumus 122 memberikan :
P..n
L>
10.000..60
atau 15,4 =
atau = 39000.
Menurut rumus sebelumnya, dalam hal ini boleh:
= 1900. k .V
atau: = 1900.60. .0,11 = 39370.
Djadi ukuran panjang L adalah betul.
Poros itu ditengah-tengah harus dapat mengambil momen bengkok :
Mb = 10 000 X 50 = 50 000 kgcm. Dengan rumus yg lalu kita dapat :
500000 < 0,1 d2. 600,
dimana: . d = 20,3 cm.
Kita buat d = 210 mm, berhubung dengan perlemahan oleh alur-pasak.
Pada gamb. 224 kita berikan gambar-kerja dari poros ini.
7 Poros-engkol
Poros-engkol berguna untuk merobah gerak putar dalam gerak garis-lurus atau merobah gerak
garis-lurus dalam gerak-putar.
Poros ini dipakai pada kebanjakan alat-perkakas, umpamanja pada mesin-uap-torak, motor-
pembakaran, pompa-torak dan sebagainja.
Kita terutama membedakan dua djenis.
1. Poros-engkol tunggal, ada djuga disebut poros tergantung, jang mempunjai satu pipi-engkol
(lihat gamb. 225).
2. Poros engkol berganda, jang mempunjai dua pipi-engkol (lihat gamb. 226).
Poros ini lebih kuat dan jang paling banjak dipakai.
Gamb. 227 meinpcrlihatkan kepada kita, bagaimanakah gerak putar poros-engkol itu dapat
dirobah mendjadi gerak garis-lurus atau bagaimanakah gerak garis-lurus itu dapat dirobah
mendjadi gerak putar.
Poros-engkol ketjil biasanja dibuat dari pada badja jang terdiri dari satu bagian; poros-engkol
jang besar biasanja dibuat dari pada berma-
Selanjutnya kita memilih garis tengah tap ujun pen yang lebih tipis yang menumpu dalam
perisai yang berjalan 75 mm. maka jari-jari bulatan tap kebagian pen yang lebih tebal
sehubungan dengan efek takik dan lelah adlah cukup besar yaitu 5 mm. takanan bidang
antara pen dan bus bantalan sama dengan 0 = F/d.l = 125*103/(90*110) = 12,6 N/mm2.
Untuk baja yang tidak dikeraskan pada perunggu piringan kabel saat angkat hasil ini
diujikan.
Contoh 2.
Misal gambar 2 dengan tekanan roda maks adalah 80 kN. Kita misalkan bahwa bagian
poros roda diameternya d dan jarak k antara garis keja gaya-gaya F = 1,2d. bahan pooros
roda adalah Fe 490. Tegangan lengkung ya g diijnkan untuk menilai garis tengah poros
roda adalah untuk keadaan tegangan tetap lengkung. Bagi Fe 490 b 4060 N/mm2 juga
diisini kita gunakan harga terbesar. Momen lengkung maksimal adalah M bmax = F * k =
1,2d*F.
Momen tahan untuk penampang roda poros berbentuk lingkaran seharusnya adalah sama
dengan Wb = Mbmax / b = 1,2d *80*103/60 = 1600d mm3. Dari Wb = 0,1 d3 dapat
diketahui bahwa garis tengah poros roda adalah d = dibulatkan menjadi
130 mm.
Garis tengah ujung pooros dimana roda dipres kita buat 110 mm dan jari-jari pembulatan
5 mm. tekanan bidang dalam bantalan luncur yang lebarnya 110mm adalah o = F / d.l =
80 *103/(110*130) = 5,6 N/mm2.
Poros putar
Poros transmisi
Poros ini berfungsi memindahkan tenaga mekanik salah satu elemen mesin ke elemen
mesin yang lain. Dalam hal ini elemen mesin menjadi terpuntir dan dibengkokkan. Poros
yang semata-mata beban dipuntir pada penampang tegak lurus pada sumbu sampai panjang
poros karena itu jalan tercepat, maka penampang ini selalu dibebani lengkung dan putus
geser. Tapi bagian berdiri dan bobot elemen mesin dalam pelengkungan poros itu kebanyakan
hanya sedikit sehingga dapat diabaikan.
Untuk memperkirakan tebal poros transmisi biasanya hanya daya yang akan dipindahkan
dan perputaran dimana perpindahan daya itu terjadi. Dimana dari perputaran ini momen puntir
yang akan dipindahkan dapat ditentukan. Dalam gambar 3 gaya keliling F yang bekerja pada
keliling piringan pada jari-jari r dan gaya reaksi pada poros sebesar F merupakan suatu kopel
yang momennya M = F.r Momen ini adalah momen puntir yang bekerja dalam poros bila
gaya keliling F sepanjang lingkaran dengan jari-jari r menempuh jarak sudut titik maka
jarak ini adalah r*
= F.r. = M w*
Bila jarak ini ditempuh dalam waktu t P = /t =M * /t = M *
Dimana adalah kecepatan sudut(konstan) poros. Jadi momen puntir
M = P/
Gaya F pada gambar 3 selain itu membebani poros dengan beban lengkung putar.
Poros yang secara bersamaan dibabani lengkung dan puntir,sehingga pada penampang normal
terdapat tegangan lengkung b (tegangan normal) dan tegangan puntir T(tegangan putus
geser),dapat dihitung menurut kalkulasi tegangan Huber dan Hencky. Dengan ini ditentukan
tegangan normal ideal i yang bagi bahan poros
memberikan bahaya patahan yang sama besarny a dengan b dan T bersama. Tegangan
Wb adlah momen tahanan penampang normal terhadap lengkung dan Mi disebut momrn Ideal
atau lengkung
Wd adalah momen tegangan terhadap puntir, bila disubstitusikan kedalam rumus huber dan
hencky dijabarkan Ww = 2 Wb
Dari rumus diatas diketahui Mb terhadap Mw, sehingga Mi akan kecil dan garis tengah poros
dihitung atas dasar momen puntir.
Penampang Poros biasanya berbentuk cincin atau poros berlubang yang sering digunakan
pada konstruksi ringan. Kadang dalam poros perlu dipasang mekanisme batang untuk menyetel
kopling atau poros, untuk menggerakkan baling-baling yang dapat disetel.
Contoh soal:
1. Sebuah poros harus memindahkan gaya sebesar 375 Kw, pada 300 rpm, Poros dibebani
puntir bahan poros Fe 490, beban puntir yang diijinkan = 23..34 N/mm2.Sehingga
keadaan poros aman
Jawab :
Momen puntir
2. Tentukan diameter ujung poros sebuah poros pemindahan gerak roda gigi daya yang
dipindahkan 15 kW pada n = 960 rpm bahan poros Fe 490 poros dibebani beban puntir
dan beban lengkung dan tegangan putar tegangan tukar 50 N/mm2
Jawab :
Momen puntir poros adalah
3. Sebuah poros transmisi pada poros p[emindah gerak dengan roda gigi digerakkan dengan
gaya 27 kW 800 rpm poros terletak pada bantaln b dan d. A digerakkan pinyon C
menggerakkan roda gigi 3 sehingga poros antara dibebani lengkung putar ditunjukkan
pada gambar.Tentukan diameter poros antara dengan komponen radial gaya gigi-gigi
diabaikan.
Jawab :
Momen puntir poros Gaya gigi
Jika pada titik A ada 2 dua gaya Q sama besar dan berlawanan gaya gigi Q menimbulkan
lengkungan, gaya bantalan Q di B menimbulkan reaksi Qb yang besarnya
Sehingga ditentukan
Maka QD : Q QB
Gaya bantalan di B adalah resultan RB,Gaya-gaya QB,dan TB, Jadi
Garis tengah poros yang dipuntir dan dilengkungkan pada titik A terhadap momen puntir
Karena terjadi pelemahan alur pasak maka d1 yang diambil sebesar 65 mm di B,poros
dibebani lengkung dan punter
maka
Karena tegangan lengkung yang diijinkan pada tegangan putar lengkung sebesar b = 50
N/mm2 maka momen tahanan penampang poros berbentuk lingakaran
Maka
Wb 0,1d3 ditemukan:
Karena perlemahan alur pasak d3 yang diambil = 85 mm d tidak mendapat beban baik
lengkung maupun puntir. Garis tengah poros harus ditentukan sebagai
0 = 2.5 N/mm2
jika diambil d4 = l4 maka
Pada B harus terdapat blok bantalan 70 mm dengan beban RB = 7.6 kN dan pada ujung
poros dengan d4 = 70 mm dan panjang bantalan l2 =l4 = 70 mm maka tekanan bidang
rata-rata sebesar
Poros Engkol
Poros engkol berguna untuk mengubah gerak putar dalam gerak garis lurus atau sebaliknya.
Poros ini biasa digunakan kebanyakan perkakas, seperti mesin uap torak, motor pembakar,
pompa torak, dan sebagainya. Poros engkol secara garis besar dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
1. Poros engkol tunggal yang disebut poros tergantung dengan satu pipi engkol.
2. Poros engkol ganda yang mempunyai dua pipi engkol.
Untuk menghitung rancangan dari pipi engkol dan pena engkol dapat digunakan persamaan-
persamaan yang telah ditulis sebelumnya. Dan untuk menghitung beban (P) yang diijinkan,
dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
Dan untuk tegangan puntir yang diizinkan, dapat dihitung dengan persamaan :
Konstruksi poros
Poros dukung dan poros transmisi,sehubungan dengan kekuatan lelah dan biaya sebanyak
mungkin akan dibubut licin pada 1 garis tengah,sehubungan dengan alasan konstruksi dan juga
untuk memenuhi syarat sesuai dan pemasangan,umumnya diberi garis tengah lebihkecil atau
lebih besar.Perubahan penampang melintang poros,di bawah pembebanan mengakibatkan efek
takik pda pembebanan dinamik di tempat tersebut dapat mengakibatkan patah lelah,sehingga
pembulatan yang sebesar mungkin dianjurkan. Pada sebuah poros bekerja gaya periodik yang
dapat menimbulkan putaran.Dalam halini dikatakn adanya resonansi dan putaran krits bagi
putaran,dimana getaran tersebut timbul.
Apabila keseimbangan poros tidak baik maka timbul gaya sentripetal dari elemen
diatasnya,yang menimbulkan lengkungan poros pada jumlah putaran yang tinggi. Sehingga
dibuatlah poros lebih besar atau kaku daripada diperlukan menurut kalkulasi kekuatan.
Contoh soal :
1. Dimisalkan faktor ketidaktelitian a1 = 1,1 ,faktor kerja a2 1,2 dan faktor pengaman kerja
a3 : 1,5
Faktor beban
Beban lengkung pada bervariasi maaksimal antara tanpa beban sampai beban
penuh,dimisalkan pada tegangan lompat lengkung . Kekuatan lompat lengkung bahan
pen Fe 490 = 370N/mm2
Dimisalkan selanjutnya bahwa permukaan pen yang dibubut halus,untuk Fe 490,C0 =
0,95 ,Cg = 0,77 dan faktor takik lengkung bagian licin pen = 1 maka kekuatan lompat
lengkung pen
Selanjutnya kita kontrol penampang di tempat peralihan pen ke tap. Garis tengah tap ini
lebih besar misal 80 sebagai pengganti 75 mm,jari-jari pembulatan tetap 5 mm. Momen
lengkung dalam penampang tersebut
Untuk menentukan beban roda kerja F terbesar, faktor ketidaktelitian A1 kita misalkan
1,1 ,faktor kerja A2 = 1,2 dan faktor pengaman kerja A3 = 1,5 . Maka beban roda kerja
terbesar
F = A * Fnom = 1,1 * 1,2 *1,5 *80= 160 N.
a. Momen lengkung di penampang poros roda yang dibebani terberat,bagi penampang 1
Mb1 = k.Fnom = 0,15 .160.103 = 2400 Nm
Tegangan lengkung nominal dalam penampang ini
Dan keamana penampang 1 terhadap lelah misal kan faktor kelipatan keran putar gerobak
V = 30% Maka keamannan v yang diisyaratkan terhadap lelah untuk keadaan beban III
paling sedikit ialah 1,2
Ternyata keamanan yang terkalkulasi mencukupi
b. Keamanan penampang 2 terhadap lelah .
Momen lengkung dalam penampang ini
Penampang 2 juga memenuhi syarat bahwa keamanan terhadap lelah adalah cukup besar
yaitu > 1,2
Contoh 9
Pengontrolan keamanan ujung poros pinyon terhadap lelah. Ujung poros berdiameter 30mm
dilaksanakan dengan alur pasak benam . Suaian paruhan kopling dengan ujung poros adalah
suaian peralihan H7/m6. Bahan poros Fe 490 dan beban poros adalah tegangan lompat lengkung
.Momen puntir yang akan dipindahkan adalah 150 Nm.Sehingga dimisalkan bahwa faktor beban
bagi pemindahan gerak dengan roda gigi adalah sama 1,5 maka beban kerja terbesar
Dan tegangan puntir nominal dalam penampang 1,dimana diperhitungkan juga alur pasak
Gaya Gigi
Gaya bantalan
Momen Lengkung
Keamanan penampang 1,2,3,4 poros antara dibuat dari Fe490 karena poros dibebabni puntir dan
lengkung putar dalam hal ini kekuatan tuaka lengkung adalah penting untuk Fe 490 bw = 240
N/mm2
Penampang 1 perbandingan R/d = 1/65 = 0,0154, dari grafik diketahui bahwa faktor takik
lengkung 2,4 . Pada perbandingan D/d = 1,05 maka Cb = 0,12 dan dengan demikian faktor takik
lengkung
Penampang 2.
Perbandingan R/d =4/70=0,057 Dimana kb2 = 1,8 pada perbandingan D/d = 1,15 maka Cb 0,35
Jadi
Faktor permukaan untuk bubut halus C0= 0,95 Cg =078 kekuatan tukar lengkung penampang 2
adalah
Keamanan penampang 2 terhadap lelah
Penampang 3
Perbandingan R/d =2/80=0,025 Dimana kb2 = 2,28 pada perbandingan D/d = 1,06 maka Cb 0,2
Jadi
Faktor permukaan untuk bubut halus C0= 0,88 Cg = 0,77kekuatan tukar lengkung penampang 2
adalah
Penampang 4 .
Faktor takik lengkung untuk pilihan 2 yang dipress pada poros antara ,dengan suaian tekan h7/r6
dan pasak benam ,kb=2.Faktor permukaan untuk membubut halus Co= 0,95 Cg 0,77
Kekuatan tukar lengkung penampang 4
3. Tap harus dibuat dengan memperhatikan pengeluaran kalor. Untuk menghitung pengeluaran
kalor yang terjadi pada leher poros, dapat digunakan persamaan :
Piring Putar
Bila beban bekerja dalam arah garis sumbu porors, maka tap dinamakan dengan piring
putar. Pada piring putar, beban itu bekerja dalam arah aksial. Bila piring putar itu datar dan baru,
maka tekanan aksial itu terbagi sama rata pada seluruh luas.
Bila piring putar berputar maka keceptan pada keliling lebih besar daripada kecepatan yang
ditengah. Akibatnya bahwa usaha gesekan tiap cm2 pada keliling itu juga lebih besar sehingga
piring putar pada tempat ini lebih banyak aus daripada di tengah. Keausan ini kontinyu sampai
usaha-gesekan pada tiap cm2 luas piring putaradalah sama;sesudah ini piring putar ini baru aus
sama rata. Jadi tekanan pada piring putar yang baru dipakai berkurang kelilingnya.Usaha
gesekan pada piring putar yang baru dipakai dapat dihitung. Karena keausannya merata usaha-
gesekan tiap satuan luas untuk tiap bagian piring putar adalah sama. Kini bila pada satu bagian
bidang dari l cm,r cm dari titik pusat , tekanannya ialah p kg,maka tahanan gesekan jadi p
kg,maka usaha gesekan tiap satu perputaran untuk bidang ini menjadi
p. x 2.r
Jumlah ini harus merata / satuan luas. Oleh karena dan 2 untuk tiap titik piring putar
adalah sama jadi juga p.r harus mempunyai nilai yang sama untuk tiap bidang . Dari ini ternyata
tekanan bidang putar berbanding terbalik dengan jarak antara titik ini dengan titikpusat piring
putar itu.
Untuk mendapat besarnya p untuk sebuah titik sembarang dari piring putar ini ,maka
diumpamakan luas itu terbagi dalam gelang berukuran sangat kecil. Tekanan pada sebuah bidang
yang berbentuk gelang itu sama dengan 2rapkg.dimana a menunjukkan lebar gelang itu. Jumlah
semua tekanan harus sama dengan beban p.
Bantalan Luncur
Menurut bentuk dan letak bagian poros yang ditumpu bantalan. Salah satunya adalah
bantalan luncur. Adapun macam macam bantalan luncur adalah sebagai berikut:
1. Bantalan radial, dapat berbentuk silinder, elips, dan lain-lain.
2. Bantalan aksial, dapat berbentuk engsel kerah Michel, dan lain-lain.
3. Bantalan khusus, bantalan ini lebih ke bentuk bola.
Bahan untuk bantalan luncur harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mempunyai kekuatan cukup.
2. Dapat menyesuaikan diri terhadap lenturan poros yang tidak terlalu besar.
3. Mempunyai sifat anti las.
4. Sangat tahan karat.
5. Dapat membenamkan debu yang terbenam dalam bantalan.
6. Ditinjau dari segi ekonomi.
7. Tidak terlalu terpengaruh oleh temperatur.
Bantalan Aksial
Bantalan aksial digunakan untuk menahan gaya aksial. Adapun macamnya, yaitu bantalan
telapak dan bantalan kerah. Pada bantalan telapak, tekanan yang diberikan oleh bidang telapak
poros kepada bidang bantalan semakin besar untuk titik yang semakin dekat dengan pusat.
Bantalan Gelinding
Keuntungan dari bantalan ini mempunyai gesekan yang sangat kecil dibandingkan dengan
bantalan luncur. Macam macam bantalan gelinding diantaranya: Pertama. Bantalan bola radial
alur dalam baris tunggal. Kedua, Bantalan bola radial magneto. Ketiga. Bantalan bola kontak
sudut baris tunggal. Keempat. Bantalan bola mapan sendiribaris ganda.
Sambungan Poros dan Naf
Penyematan naf sebuah roda gigi, puli-sabuk, kopling, tuas, dan sebagainya pada poros
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan menggunakan pasak, pena,
bus, cincin jepit, lewat kerut, pres atau lem.
1. Pasak dan sambungan Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin, seperti roda gigi, sprocket, puli, dan kopling pada poros. Momen diteruskan dari
poros ke naf atau naf ke poros.
2. Kerut dan pres
Kedua cara penyambungan mengandung hal yang sama, yaitu bahwa penjepitan
antara bagian yang dikehendaki disambung terjadi lewat perubahan bentuk elastik bagian
itu sendiri. Pada penyambungan sistem ini, untuk menekan roda pada poros dapat
dilakukan dengan cara memanaskan (dikerutkan) atau dapat juga menekan roda pada
poros tanpa melalui pemanasan, atau dikatakan roda dipres pada poros.