Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

TONSILITIS AKUT
Anatomi
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. tonsil terdiri dari 3 macam yaitu tonsil faringeal(adenoid), tonsil
palatina 6. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori 7. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari :
Tonsil faringeal (adenoid)7
Tonsil palatina (tonsil faucial)7
Tonsil lingual (tosil pangkal lidah)7
Tonsil tuba eustachius (lateral band dinding faring / Gerlachs tonsil).7

Gambar 2. Letak anatomi tonsil yang membentuk cincin Waldeyer

Gambar 3. Anatomi Faring dan Tonsil


Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri

1
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah
tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri
palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas
tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden 4. Vena-vena dari
tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui
pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal7.
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,
selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada. Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves7.
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah
40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan
sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil
dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel
limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid 2.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
1. Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
2. Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik 6.

Derajat Pembesaran Tonsil


T0 : Post tonsilektomi
T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil
T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih berada diantara garis
khayal yang terbentuk antara fossa tonsil dan uvula ( Paramedian line )
T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan menyentuh uvula

Tonsilitis Akut
Definisi dan Etiologi

2
Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi kuman.Tonsillitis akut ini
lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus,
Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab
penyakit ini. Tonsillitis ini seringkali terjadi mendadak pada anak-anak dengan peningkatan
suhu 1-4 derajat celcius.Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia
5 tahun dan 10 tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu alat makan dan
makanan.

Patofisiologi
Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,
kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklea.
Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat
yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai
kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas
kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas.
Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan
detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang
menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa
banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri.

Diagnosis
Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian
berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri
ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat
menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia)
tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu
makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang
yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut

3
berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang
hebat (ptialismus).
Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat
detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau
pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus
posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang
angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.

Komplikasi
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses
peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media akut. Komplikasi
lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus
berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal
(nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis)
dan vaskuler (plebitis).

Terapi
Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-
limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien dianjurkan
istirahat dan minum cukup. Berikan pengobatan simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan
obat kumur yang mengandung desinfektan. Antivirus di berikan jika gejala berat.

Tonsilitis Membranosa
Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis membranosa beberapa
diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septic, serta Angina Plaut Vincent.

1. Tonsilitis Difteri
Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu bakteri
gram positif pleomorfik yang berada di saluran pernapasan atas yang dapat menimbulkan
abnormalitas toksik .

Manifestasi klinis

4
Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5 tahun.
Penularan melalui udara, benda atau makanan uang terkontaminasai dengan masa in
kubasi 2-7 hari. Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril,
nyeri tnggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi lambat. Gejala
local berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama
makin meluas dan menyatu membentuk membran semu. Membran ini melekat erat pada
dasar dan bila diangkat akan timbul pendarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan
serak dan stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak
terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi. Gejala
eksotoksin akan menimbulkan kerusakan pada jantung berupa miokarditis sampai
decompensation cordis .

Komplikasi
Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole, kelumpuhan otot
mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot pernapasan, dan
albuminuria.

Diagnosis
Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan preparat langsung kuman yang diidentifikasi secara fluorescent antibody
technique yang memerlukan seorang ahli.

Pemeriksaan
Tes Laboratorium
Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman(dari permukaan bawah
membrane semu). Medium transport yang dapat dipakai adalah agar Mac conkey atau
Loffler.

Terapi :
Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian :
1. Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS),Anti difteri serum diberikan segera
tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari
umur dan beratnya penyakit itu.

5
2. Anti microbial : untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain
50.000-100.000 KI/BB/hariselama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin
40 mg/kg/hari.
3. Kortikosteroid : diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran
nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
Pencegahan
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada diri
anak serta memberikan penyuluhan tentang penyakit ini pada anak-anak. Selain itu juga
diberikan imunisasi yang terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier. Kekebalan aktif
diperoleh dengan cara inapparent infection dan imunisasi dengan toksoid diphtheria.
Kekebalan pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap diphtheria
(sampai 6 bulan) dan suntikan antitoksin (2-3 minggu).

Komplikasi
Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membran semu menjalar ke laring dan
menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda usia pasien makin cepat timbul
komplikasi ini.
Miokarditis dapat menyebabkan payah jantung.
Kelumpuhan otot palatum mole, otot mata untuk akomodasi, otot faring serta otot
laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau dan kelumpuhan otot-
otot pernapasan.

2. Tonsilitis Septik
Penyebab dari tonsillitis ini adalah Streptokokus hemolitiku yang terdapat dala
susu sapi sehingga dapat timbul epidemic. Oleh karena itu perlu adanya
pasteurisasi sebelum mengkonsumsi susu sapi tersebut.

3. Angina Plaut Vincent


Etiologi
Penyakit ini disebabkan karena kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C
serta kuman spirilum dan basil fusi form.

6
Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya ditandai dengan demam sampai 39o celcius, nuyeri kepala,
badan lemah, dan terkadang terdapat gangguan pencernaan. Rasa nyeri di mulut,
hipersalivasi, gigi, dan gusi berdarah.

Pemeriksaan
Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane putih keabuan di atas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus alveolaris, mulut berbau dan kelenjar
submanibula membesar.

Pengobatan
Memperbaiki hygiene mulut, antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu, juga
pemberian vitamin C dan B kompleks.

4. Penyakit Kelainan Darah


Tidak jarang tanda pertama leukimia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Kadang-
kadang terdapat perdarahan selaput lendir mulut dan faring dan pembesaran kelenjar
submandibula.

Leukimia akut
Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi
dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan. Tonsil membengkak
ditutupi membran semu tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorok.

Angina agranulositosis
Penyebab ialah akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa, dan
arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring dan di sekitar
ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran
cerna.

Infeksi mononukleosis

7
Pada penyakit ini terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral.
Membran semu yang menutupi ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan.
Terdapat pembesaran kelenjar limfe leher ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah
khas yaitu terdapat leukosit mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain
ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba
( reaksi Paul Bunnel ).

Tonsilitis Kronis
Etiologi
Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut , namun
terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

Faktor prediposisi
Rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higine mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.

Patofisiologi
Karena proses rang berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut yang akan
mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh
detritus.proses ini meluas sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan
perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfa submandibula.

Manisfetasi klinis
Adanya keluhan pasien di tenggorokan seperti ada penghalang atau mengganjal,
tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi oleh detritus.

Komplikasi
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa
rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi lebih jauh

8
terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis,
nefritis, uveitis, iridosiklitus, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.

Terapi
a. Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau
obat isap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa tidak berhasil.

Gambar 4.
Tonsilitis Kronis

Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck


Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan : Indikasi tonsilektomi
menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery:5,8
a) Indikasi absolut:

9
i) Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap,
gangguan tidur atau komplokasi kardiopulmunar.
ii) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofacial
iii) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang
dengan pengobatan. Otitis media efusi atau otitis media supuratif.
iv) Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi
v) Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis (dicurigai keganasan)

b) Indikasi relatif :
i) Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun
meskipun dengan terapi yang adekuat
ii) Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronis tidak
responsif terhadap terapi media
iii) Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten
terhadap antibiotik betalaktamase
iv) Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma

c) Kontra indikasi :
i) Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologi
ii) Usia di bawah 2 tahun
iii) Infeksi saluran nafas atas yang berulang
iv) Perdarahan atau penderita dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.
v) Celah pada palatum

Pencegahan
Bakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu
penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari
penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas
rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan
air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya
diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang-orang yang merupakan karier tonsilitis
semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang
lain.6

Prognosis
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan
suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih

10
nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus
dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah
mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat.6
Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami
infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan
sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius
seperti demam rematik atau pneumonia.6

PENUTUP
Tonsilitis adalah kondisi peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga faring yaitu tonsil faringeal, tonsil palatina, tonsil lingual. Penyebaran infeksi melalui
udara, tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis
diklasifikasikan menjadi 3 bentuk yaitu tonsilitis akut, tonsilitis membranosa, dan tonsilitis
kronik. Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Tonsilitis membranosa
terdiri dari tonsilitis difteri, Angina Plaut Vincent, dan infeksi mononukleosis. Sedangkan
tonsilitis kronik adalah kelanjutan tonsilitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat. Gejala klinis tonsilitis hampir sama untuk setiap klasifikasi yaitu nyeri tenggorokan,
nyeri waktu menelan dapat disertai demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa nyeri pada
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan nyeri pada telinga. Diagnosis tonsilitis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang biasanya dilakukan hanya berupa kultur kuman dari membran semu tonsil
untuk menentukan etiologi tonsilitis dan diberikan terapi yang sesuai. Tonsilektomi
dipertimbangkan sesuai dengan indikasi absolut dan indikasi relatif yang ada.
Daftar Pustaka
1. Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC
2.Soepardi, E.A. et al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Adams GL, Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi keenam: Anatomi
dan Fisiologi Faring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2013

11
4. Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 20010-2015. USU Institutonal Repository. [Accessed from:
http://repository.usu.ac.id/]
5. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna Restuti. 2007. Tonsilitis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
6. Shah, K. Udayan. 2014. Tonsilitis and Peritonsilar abcess. Emedicine,
http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview
7. John Jacob Ballenger. 2013. Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery 16th
Edition. Chicago : Williams & Wilkins
8.Campisi, Paolo., dan Ted L. Tewfik. 2013. Tonsilitis and its Complications. London
:Elsevier

12

Anda mungkin juga menyukai