Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PRESENTASI KASUS

ABORTUS IMMINENS

Disusun oleh :
Calvin Affendy
11 2015 153

Pembimbing :
dr. Surya Adi Pramono, Sp.OG

DEPARTEMEN OBGYN RSPAD GATOT SOEBROTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN


KRIDA WACANA

PERIODE 22 MEI 2017 5 AGUSTUS 2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK

Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi Kasus

Nama : Calvin Affendy 11 2015 153

Nama Pembimbing :
dr. Surya Adi Pramono, Sp.OG

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga
Makalah Presentasi Kasus yang berjudul "Abortus Imminens" dapat diselesaikan.
Penyusunan tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas di Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSPAD Gatot Soebroto. Makalh ini dapat
diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati kami sampaikan
rasa terima kasih kepada dr. Surya Adi Promono, Sp.OG selaku pembimbing, atas
bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan tugas ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
memperbaiki mutu dalam pembuatan tugas yang akan datang. Penulis berharap semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Juni 2017

Penulis

3
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. M
Usia : 31 tahun
Tanggal Lahir : 16 Juni 1986
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Batak
Agama : Kristen
Alamat rumah : Asrama Yonkav 1
Tgl masuk RS : 24 Juni 2017
No. RM : 368232

1.2 ANAMNESIS
(Diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 24 Juni 2017, 23.30 WIB)

Keluhan Utama
Keluar Flek flek dari jalan lahir sejak 4 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengaku hamil 8 minggu, HPHT 23 April 2017 dengan taksiran
persalinan 27 Januari 2018, pernah ANC satu kali di RS Kesdam Cijantung dan
dikatakan bahwa kehamilan baik dan normal. Sudah pernah USG 1 kali saat usia
kehamilan 5 minggu. Tidak ada keluhan selama kehamilan.
Pasien masuk dari IGD RSPAD Gatot Soebroto rujukan dari RS Kesdam
Cijantung dengan keluar darah berupa flek-flek dari jalan lahir sejak 4 hari SMRS.
Flek berwarna merah segar berupa gumpalan-gumpalan darah semakin sering sejak
2 hari SMRS. Pasien mengatakan awalnya pasien terbentur di daerah perut
4
pinggang kemudian beberapa jam kemudian mulai keluar flek. Keluhan mulas tidak
ada, nyeri perut tidak ada, perut membesar tidak ada. Demam tidak ada, buang air
kecil dan buang air besar normal. Nyeri kepala dan mual muntah disangkal. Tidak
ada keputihan. Pasien merupakan rujukan dari RS Kesdam Cijantung dengan
riwayat sudah dirawat selama 2 hari karena fasilitas yang kurang lengkap.
Pengobatan yang sudah didapatkan sebelumnya yaitu Infus RL 20 tpm, Asam
Tranexamat tablet 3x1, Duvadilan tablet 3x1 , Vit B6 tablet 3x1. Pasien tidak pernah
mengalami keguguran sebelumnya, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
kandungan sebelumnya.

Riwayat Haid
menarche 14 tahun, siklus teratur 28 hari, lama 5 hari, nyeri haid tidak ada.
jumlahnya 3 kali ganti pembalut/hari.

Riwayat KB
Tidak memakai alat kontrasepsi

Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali tahun 2010 usia 24 tahun

Riwayat Persalinan
1) 2012, di RS, aterm, pervaginam, ditolong bidan, perempuan, 2900 gram, 49
cm, sehat
2) Hamil ini.

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-), diabetes (-), jantung (-), asma (-), alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Hipertensi (-), diabetes (-), jantung (-), asma (-), alergi (-).

5
Catatan penting selama Antenatal
Tidak ada

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 163 cm
Berat badan : 58 kg
IMT : 21,8 kg/m2
Tekanan darah : 117/69 mmHg
Nadi : 84 kali/menit, reguler
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu tubuh : 36,5 0C (axilla)
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Jantung : Bj I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : datar, supel.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

Status Ginekologis
Pemeriksaan luar
Inspeksi: Vulva Uretra tenang, perdarahan aktif tidak ada, flek-flek ada
Palpasi: kontraksi (-)
Inspekulo
Portio licin livide. OUE tertutup, fluor tidak ada, fluksus ada
Pemeriksaan dalam
Corpus uteri bentuk ukuran sedikit membesar, massa adneksa tidak ada, cavum
douglas tidak menonjol, tidak ada nyeri goyang adneksa.

6
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (24/6/2017)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
Hemoglobin 13.6 12.0 - 16.0 g/dL
Hematokrit 39 37 47 %
Eritrosit 4.6 4.3 6.0 juta/L
Leukosit 10600 4,800 10,800 /L
Trombosit 292000 150,000 400,000 /L
Hitung Jenis
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 4 1-3 %
Neutrofil 65 50-70%
Limfosit 23 20-40%
Monosit 7 2-8 %
MCV 85 80 96 fL
MCH 29 27 32 pg
MCHC 35 32 36 g/dL
KOAGULASI
Waktu Protrombin
Kontrol 10,9 Detik
Pasien 10,4 9,3-11,8
APTT
Kontrol 32,8 Detik
Pasien 35,3 31-47
IMUNOSEROLOGI
ANTI HCV Non reaktif Non Reaktif
URINALISIS
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.015 1.000 1.030
pH 6.5 5.0 8.0
Protein -/negative Negative
Glukosa -/negative Negative
Keton -/negative Negative
Darah +++ (250 RBC/ul) Negative
Bilirubin -/negative Negative
Urobilinogen 0,1 0.1 1.0 mg/dL
Nitrit -/negative Negative
Leukosit Esterase ++/ Positive 2 Negative
Sedimen Urin
Leukosit 10-15-10 <5 /LPB
Eritrosit 25-30-25 <2 /LPB
Silider -/negative Negative /LPK
Epitel +/positif 1 Positif
Kristal -/negative Negative
Lain-lain -/negative
7
USG (24/6/2017)
Uterus membesar dengan ukuran 5,27 x 4,43 x 5,5 cm, tidak tampak mioma
Tampak Gestation Sac intrauterine
Crown rump Length : 0,52 cm 6 week gestation age
Nuchal translucency, Biparietal diameter, Head Circumference, Abdominal
circumference, femoral diaphysis tidak tampak
Fetal Heart Rate belum Nampak
Yolk Sac Positif 4 mm
Tidak ada cairan bebas
Perkiraan usia gestasi berdasarkan USG: 6 minggu + 2 hari
Tidak tampak massa pada kedua adneksa.
Kesimpulan: Janin tunggal intrauterine sesuai usia kehamilan 6 minggu

8
9
1.5 DIAGNOSIS KERJA
1. Ibu : Abortus imminens pada G2P1 hamil 6 minggu
ISK
2. Janin : Janin tunggal intrauterine

1.6 RENCANA TERAPI


Tirah Baring
Progesteron (Cygest) 2 x 400 mcg pv
Ketoprofen (Profenid) 3 x 100 mg supp
Ampicillin Sulbactam (Bactecyn) 2 x 375 mg po

1.7 PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

10
1.8 FOLLOW UP
25/06/2017 06.00
S O
Keluar darah berupa gumpalan. KU baik, CM
Nyeri perut (-) Kontraksi (-) TD: 110/70 Nadi: 90x/m P: 20x/m
Hemodinamik stabil
St. Generalis dbn
St. Obstetri
Inspeksi : v/u tenang flek +
A P
Abortus Imminens pada G2P1 hamil Observasi KU, tanda vital,
6-7 minggu dengan ISK, janin perdarahan
tunggal intrauterine

26/06/2017 06.00
S O
Keluar darah masih ada berupa KU baik, CM
gumpalan namun sudah berkurang. TD: 100/70 Nadi: 84x/m P: 20x/m
Hemodinamik stabil
St. Generalis dbn
St. Obstetri
Inspeksi : v/u tenang flek +
A P
Abortus Imminens pada G2P1 hamil Observasi KU, tanda vital,
6-7 minggu dengan ISK, janin perdarahan
tunggal intrauterine Rencana Pulang

26/06/2017 12.00
Pasien Pulang

11
1.9 ANALISA KASUS
Pasien masuk dari IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan rujukan dari RS
Kesdam Cijantung dengan G2P1 hamil 6-7 minggu keluhan keluar flek sejak 4 hari
SMRS yang tidak membaik sejak dirawat 2 hari di RS Kesdam. Keluarnya darah
berupa flek ini dimulai setelah pasien mengalami benturan pada daerah perut dan
pinggang. Tidak ada rasa mulas atau nyeri pada perut. Tidak ada keluhan selama
kehamilan. Buang air kecil dan air besar normal tidak ada keluhan. Riwayat demam,
darah tinggi, diabetes, asma disangkal, alergi disangkal. Pada pasien ini munculnya
perdarahan diduga karena adanya benturan pada pertu dan pinggang. Perdarahan
pada kehamilan muda memiliki diagnosis banding abortus, kehamilan ektopik
terganggu namun perlu dipastikan abortus yang jenis mana dengan pemeriksaan
fisik dan penunjang.
Pasien mengaku hari pertama haid terakhir (HPHT) 23 April 2017, sehingga
taksiran persalinannya adalah 27 Januari 2018 sesuai dengan usia kehamilan 6-7
minggu. Pasien rutin ANC di RS Kesdam Cijantung tiap bulan, dan dikatakan
bahwa kehamilan baik dan normal dengan demikian sebelum kejadian trauma
kehamilan dapat disimpulkan dalam keadaan baik.
Pasien ini menarche sejak 15 tahun dengan siklus 28 hari lama menstruasi 5
hari tanpa rasa nyeri saat menstruasi sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki siklus yang normal
Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, Pada pemeriksaan obstetrik
didapat kan. Inspeksi vulva dan uretra tenang, perdarahan aktif (-), flek (+),
inspekulo dan pemeriksaan dalam didapatkan OUE masih tertutup. Hal ini
menandakan tidak ada tanda dan gejala inpartu pada pemeriksaan obstetric juga
kelainan pada pemeriksaan ginekologis. Pemeriksaan penunjang untuk menentukan
diagnosa dilakukan pemeriksaan USG didapatkan terdapat janin intrauterine sesuai
gambaran usia kehamilan 6 minggu 2 hari sehingga mendukung adanya kehamilan
dengan masih tertutup OUE mendukung diagnosis abortus imminens berbeda
dengan abortus jenis lainnya yaitu OUE yang terbuka. Selain USG dilakukan juga
pemeriksaan DPL didapatkan adanya Leukositosis dan Urinalisis didapatkan
Leukosit esterase +2 yang mendukung adanya ISK.
12
Diagnosis Abortus iminens ditegakkan dari keluhan anamnesis yaitu
keluarnya darah pervaginam dengan didukung pemeriksaan fisik OUE masih
tertutup dan janin intrauterine.
Tatalaksana Abortus iminens ini diutamakan untuk mempertahankan
kehamilan yang ada karena masih dapat dipertahankan dengan ostium masihn
tertutup dan hasil konsepsi masih baik. Dalam mempertahankan ini paling utama
adalah bedrest atau tirah baring agar mencegah perdarahan pervaginam hingga
perdarahan tidak keluar lagi. Selain itu diberikan juga Progesteron yang dalam
kasus ini berfungsi untuk menjaga dinding endometrium tidak meluruh. Ketoprofen
diberikan sebagai fungsi analgetik untuk mencegah kontraksi.
Selama 1 hari dirawat keadaan umum membaik Kondisi ibu yang membaik
dengan hemodinamik stabil sehingga diobservasi lebih lanjut jika keadaan stabil
keesokan harinya dianjurkan untuk rawat jalan. Setelah 2 hari perawatan keadaan
ibu membaik dengan perdarahan berkurang sehingga ibu diperbolehkan untuk
pulang dengan anjuran bed rest atau tirah baring supaya mengurangi aktivitas dan
perdarahan yang ada juga disarankan untuk tidak berhubunga seksual dulu sampai
2 minggu.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Abortus
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan
disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan
tindakan disebut abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2
kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis.
Disebut medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu.1 Sedangkan kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa
alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh
hukum atau dilakukan oleh yang tidak berwenang.2

B. Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Tujuan
a. Abortus medisinalis yaitu abortus yang sengaja dilakukan dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu. Pertimbangan ini
dilakukan oleh minimal 3 dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan
kandungan, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa, bila perlu ditambah
dengan pertimbangan dari tokoh agama yang terkait.
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.3
c. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan apapun.
2. Jenis (dibahas pada diagnosis)
3. Waktu
Menurut Shiers (2003), disebut abortus dini bila abortus tejadi pada usia
kehamilan <12 minggu dan >12 minggu disebut abortus lanjut. Abortus
14
trimester satu biasanya diakibatkan kelaian genetik atau penyakit autoimun
yang diderita ibu, abortus trimester dua biasanya disebabkan oleh kelainan
uterus, dan abortus trimester tiga.4

C. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi insiden aborsi/keguguran spontan berkisar antara 10-
15 %. Namun demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan,
karena abortus buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi
komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan
tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.5 Abortus
banyak dilakukan oleh lebih dari separuh atau 57% wanita yang berusia dibawah
25 tahun, bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19 tahun
dan belum menikah. Abortus seringkali terjadi pada trimester pertama
dibandingkan dengan trimester kedua dan tiga terutama yang disebabkan oleh
kelainan kromosom. Kelainan kromosom yang sering terjadi pada trimester
pertama adalah autosomal trisomy terutama kromosom 13, 16, 18, 21, dan 22.6

Gambar 1. Angka kejadian abortus yang disebabkan kelainan kromosom.6

15
D. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya


abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya abortus, yaitu:7

1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio,
atau kelainan kromosom (monosomi, trisomi, polipoidi).

Gambar 2. Persentase kejadian abortus disebabkan kelainan


kromosom6
Embrio dengan kelainan lokal
Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2. Faktor maternal
Infeksi
Infeksi maternal dapat embawa resiko bagi janin yangsedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara

16
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan abortus:
a. Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicella zooster, vaccinia, campak, hepatitis,
polio, dan ensefalomielitis.
ii. Bakteri misalnya Salmonella typhi
iii. Parasit misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium
Penyakit vaskular
Misalnya hipertensi vaskuler
Kelainan endokrin7
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid; defisiensi insulin.
Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah
trauma tersebut, mislanya trauma akibat pembedahan:
~Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
gravidilatum sebelum minggu ke-8.
~Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada
saat hamil
Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexios uteri gravidi incarcerata.
Faktor psikosomatik
Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.7
3. Factor paternal
Peranan factor paternal belum banyak ditemukan studinya. Kelainan
kromosom pada sperma dan usia yang cukup tua dapat
17
meningkatkan resiko terjadinya aborsi. Resiko dapat menurun
sebelum usia 25 tahun, dan setelahnya akan meningkat dengan
interval 5 tahun.6
4. Faktor eksternal
Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merudak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali
telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin,
atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen
dan benzen.7

E. Patogenesis & Patofisiologi


Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua yang menyebabkan
nekrosis jaringan. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan
subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali
adanya proses abortus. Karena hasil konsepsi tersebut terlepas dapat menjadi benda
asing dalam uterus yang menyebabkan uterus kontraksi dan mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan
secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum
uteri atau di kanalis servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8-14 minggu biasanya diawali dengan
pecahnya selaput ketuban dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun
plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan
perdarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan minggu ke 14-22, janin biasanya

18
sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menimbulkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan
pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
Pada abortus hasil konsepsi yang dikeluarkan terdapat dalam berbagai bentuk
yaitu kantong amnion kosong, di dalam kantung amnion terdapat benda kecil yang
bentuknya masih belum jelas (blighted ovum), atau janin telah mati lama. Plasentasi
tidak adekuat sehingga sel tropoblas gagal masuk ke dalam arteri spiralis.
Akibatnya, terjadi peredaran darah prematur dari ibu ke anak.3,6

F. Gejala klinik
Gejala klinik yang sering ditemukan pada abortus seperti :8
Keluarnya darah dari kemaluan selama beberapa hari sampai minggu
Keram dan nyeri perut
Nyeri belakang punggung sampai pinggang
Rasa tidak nyaman pada daerah suprapubic
Sering disertai adanya demam8

G. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter
2-3 mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm,
kantung telur 3-8 mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung
gestasi 10 mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia
gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat bagian kepala
dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung
gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb buds.
Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan
ekstremitas. Pada usia gestasi 10 inggu, telah terlihat bilik jantung, lambung,
kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia gestasi 11, usus telah
terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk dengan baik.
19
Abortus dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila pada embrio >8 mm
tidak ditemukan aktivitas jantung.9

H. Diagnosis1
1. Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan
perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali
kecuali perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup besarnya
masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes kehamilan urin masih
positif. Untuk menentukan prognosis abortus iminens dapat dilakukan
dengan melihat kadar hormone hCG pada urin dengan cara melakukan
tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan
pengenceran 1/10. Bila hasil tes urin masih positif keduanya maka
prognosisnya adalah baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negative
maka prognosisnya dubia ad malam. Pengelolaan penderita ini sangat
bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu masih
menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal
untuk mempertahankan kehamilan ini.1
2. Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita
akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan
umur kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dengan tes urin kehamilan masih positif.
3. Abortus kompletus
20
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua
hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus
sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila
pemeriksaan klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya
masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
4. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada
yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana
pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan anemia dan syok hemoragik
sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.1
5. Missed abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Penderita biasanya tidak
merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan
kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan diatas 14
minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya
semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang. Kadangkala missed abortion juga diawali
dengan abortus iminens yang kemudian merasa semuh, tetapi
pertumbuhan janin terhenti.pada pemeriksaan tes urin kehamilan

21
biasanya negative setelah satu minggu dari terhentinya pertumbuhan
kehamilan.
6. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi
hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/
abortus berturut-turut. Salah satu penyebab yang paling sering dijumpai
adalah inkompetensia serviks.
7. Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia. Abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau perineum (septikemia atau
peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan
abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Diagnosis ditegakkan dengan
dengan anamnesis yang cermat tentang upaya tindakan abortus yang
tidak menggunakan peralatan yang asepsis dengan didapat gejala dan
tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut serta nyeri
tekan. Bila sampai terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah,
panas tinggi, mengigil, dan tekanan darah turun.1

8. Diagnosis banding 3,6,10


Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - Perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+), fetal
flek-flek movement (+), fetal
- nyeri perut ringan heart movement (+)
- keluar jaringan (-)

22
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipien dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+), fetal
- nyeri perut berat movement (+/-), fetal
- keluar jaringan (-) heart movement (+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus umur kehamilan masih positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan masih menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil konsepsi
(-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+), fetal
seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder

23
pada payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
mola sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
- Perdarahan banyak / mola - USG : adanya
sedikit - DJJ (-) pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin
ovum flek-flek kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.

24
- Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba

9. Penatalaksanaan11
Tatalaksana umum
o Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu).
o Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90 mmHg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat dengan cepat memburuk.
o Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
o Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
o Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
o Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11

Tatalaksana khusus
Abortus Iminens
Pertahankan kehamilan.
Tidak perlu pengobatan khusus.
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya pada
pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar Hb dan USG panggul

25
serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi
lagi.
Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
Abortus Insipiens
Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi
mengenai kontrasepsi pasca keguguran.
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi
uterus. Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera:
Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
Rencanakan evakuasi segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
Tunggu pengeluaran hasil konsepsi secara spontan dan evakuasi
sisa hasil konsepsi dari dalam uterus.
Bila perlu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl
0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8
g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Abortus Inkomplit
Lakukan konseling.

26
Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu,
lakukan evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah
metode yang dianjurkan. Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan
salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit.
Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri
dengan tekanan negatif (vakum) sebesar 1 atm atau 660 mmHg.Kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia .
Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes
per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8
g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi
pada sampel kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau rujuk untuk
memeriksa kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
Abortus Komplit
Tidak diperlukan evakuasi lagi.
Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
Observasi keadaan ibu.
27
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/ hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu.
Missed Abortion
Lakukan konseling.
Jika usia kehamilan <12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok
kuret.
Jika usia kehamilan >12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan
dilatasi dan kuretase. Lakukan evakuasi dengan tang abortus dan sendok
kuret.
Jika usia kehamilan 16-22 minggu: lakukan pematangan serviks.
Lakukan evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl
0,9%/ Ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi,
evaluasi kembali sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8
g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.11
10. Prognosis
Pada abortus iminens, janin biasanya masih dapat diselamatkan, bergantung
pada jumlah perdarahan yang dialami sang ibu. Prognosis ibu pada abortus iminens
juga baik. Pada abortus insipient, inkomplit, dan komplit, prognosis sang ibu baik.12

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan


pada kehamilan muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.h.461-74.
2. Manoe IMS. M., Rauf S., Usmany H. Dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Obstetri Dan Ginekologi: Abortus, FKUH RSUP dr. Wahidin Sudiro
Husodo, Ujung Pandang; 1999.h.97-103.
3. Toth B, Jeschke U, Rogenhofer N, Scholz C, Wufel W, Thaler CJ, et al.
Recurrent miscarriage: current concepts in diagnosis and treatment. Journal
of Reproductive Immunology 2010; 12(6): 1-8.
4. Norwitz, E.R., Schorge, J.O. Dalam At a Glance Obstetri dan Ginekologi:
Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri Patologi. Ed. 2. Jakarta : EGC; 2008.
5. Mochtar R. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan dalam Sinopsis
Obstetri, Jilid 1. EGC: Jakarta; 2005.h. 209-14.
6. Cunningham. Recurrent Miscarriage: Abortion. Mark E (editor), In:
Williams Obstetrics 24th Edition. New York: McGraw-Hil Companies, Inc.
2014.h.719-37.
7. Sulaiman S. Ilmu kesehatan reproduksi: obstetri patologi. Jakarta: EGC;
2005.h.1-9.
8. Ani T, Ika P, Rita A, et all. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta: Deepublish; 2015.h. 67-8.
9. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In:
Obstetrics Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003.
10. Evans & Arthur T. Manual of Obstetric 7th. Lippincott Williams and
Wilkins. 2007.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku saku pelayanan kesehatan
ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan. 2013.h. 84-8.
12. Chris T, I Putu. Dalam Kapita Selekta: Perdarahan pada Kehamilan Muda.
Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.h.423.

29

Anda mungkin juga menyukai