Anda di halaman 1dari 11

Kekeliruan Gagasan Khilafah

Muhamad Sofi Mubarok


Cakupan Diskusi

Dalil-dalil syariah tentang khilafah, letak kekeliruan


berfikir, dan beberapa contoh pemahaman yang
berbahaya
Dalil-dalil Syariah tentang Khilafah

Pemahaman tentang dalil yang selama ini dianggap sebagai


argumen ideologi khilafah berkenaan dengan ayat-ayat
maupun hadis yang berbicara tentang khilafah.
Padahal, dalil tak hanya al-Quran, hadis, ijma dan qiyas.
Najmuddin at-Thufi dalam kitabnya, Risalah fi-Riayat al-
Maslahah (1993: 13) menyebut setidaknya terdapat 19 dalil
syariah; Bahkan dalam salah satu penjelasan atas pendapat
at-Thufi mengenai dalil, secara terperinci terdapat tak kurang
dari 45 dari dalil syariah
Pendapat at-Thufi
Apa urgensi pemikiran at-Thufi?

Dalil tak hanya terbatas pada teks, namun juga sumber-


sumber hukum lainnya seperti kearifan lokal/tradisi (urf),
istihsan, maslahah, dan sebagainya.
Teks-teks syariah tak selalu berdiri sendiri dalam
memunculkan hukum. Karenanya, dikenal istilah teori
interkoneksitas teks
Bahwa sekalipun dalam teori maqashid as-syariah, tak
selalu memelihara agama menjadi prioritas paling tinggi
dalam struktur hierarkis prinsip-prinsip primer yang
menjadi tujuan di balik legislasi syariah (al-dlaruriyyat al-
khamsah versi As-Syathibi maupun al-dharuriyyat as-sittah
menurut Ibn Asyur)
Aplikasinya terhadap Para
Pendukung Gagasan Khilafah

Pendukung gagasan khilafah menyitir ayat-ayat al-Quran dan


hadis untuk mendudukkan khilafah sebagai bagian dari
dogma agama. Tujuannya untuk menegakkan kalimat Allah
swt (motif memelihara agama/hifdz ad-din).

Meminjam pendapat Ar-Raysuni, tak selamanya memelihara


agama berada dalam puncak hierarki yang harus selalu
diprioritaskan. Beliau merujuk pada perdebatan antara Nabi
Harun dan Nabi Musa pasca turunnya titah Allah swt kepada
Nabi Musa agar melakukan kontemplasi selama 40 hari di
bukit Sinai
Memelihara Persatuan Umat Lebih
Diutamakan Dibandingkan Memelihara Agama

Ibn Ashur dalam tafsirnya, at-Tahrir wat-Tanwir (1997: 16,


293) berkomentar berikut:

.




Fakta para pendukung gagasan
khilafah:

Tak mempedulikan konsep persatuan dan kesatuan umat jika dikonfrontir dengan motif menegakkan agama.
Yang penting ialah tegaknya Islam sebagai ideologi dan konstitusi negara serta kejayaan umat Islam (dikutip
dari berbagai sumber)
Keliru mengidentifikasi akar persoalan sehingga keliru dalam menyimpulkan dan memproduksi nalar. Seperti:
Gagasan nation-state telah menjadi racun yang mematikan karena telah menimbulkan disorientasi jatidiri, juga
disintegrasi dan perpecahan kaum Muslim. Gara-gara ide nasionalisme yang terkandung dalam konsep nation-
state, umat Islam mengalami disorientasi jatidiri sehingga tersesat dalam mengidentifikasi-kan dirinya. Sebagai
contoh, umat Islam dari berbagai bangsa, seperti Turki dan Arab, yang awalnya mengidentifikasikan diri mereka
sebagai umat Islam yang dipersatukan dengan akidah Islam, akhirnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bangsa Turki dan bangsa Arab. Inilah racun yang menjadi cikal-bakal disintegrasi dan perpecahan umat Islam.
(https://hizbut-tahrir.or.id/2017/03/29/mengembalikan-kemuliaan-dan-kewibawaan-al-liwa-dan-ar-rayah/)
Berpotensi menciptakan kader-kader militan, radikal sekaligus ekstrimis. Tema jihad dan peperangan (al-jihad
wal-qital) menjadi topik paling dominan dalam sistem kaderisasi. Hal ini muncul karena cara pandang yang tak
holistik dan utuh terhadap dali-dalil syariah (lihat bagaimana mereka keliru mendamaikan QS. Al-Hajj/22:39,
bi-annahum dzulimu dengan QS. Al-Mumtahanah/60: 8-9)
Disinyalir gerakan-gerakan khilafah turut andil dalam kerusuhan di berbagai negara. Sehingga, ideologi
sekaligus organisasinya dianggap terlarang (Fatwa No. 34834 & 13372, Kementerian Wakaf dan Urusan Islam,
Qatar).
Artinya:

Klaim bahwa penegakan khilafah bertujuan final untuk


memelihara agama, sekalipun benar, jelas merupakan
sesuatu yang tak berdasar pada argumentasi yang kuat
Kesimpulan bahwa khilafah dapat menjawab segala
problematika umat merupakan pemikiran simplistis.
Meminjam istilah Kyai Afif, para pendukungnya tak melalui
proses mengidentifikasi problematika dengan tahapan
prosedural yang tepat sehingga keliru menghasilkan
kesimpulan/produk pemikiran (akhthaa at-thariq wal-
mathruq)
Contoh beberapa pemikiran HTI yang
berbahaya:
1) Menilai pancasila sebagai falsafah kafir yang tak
sesuai dengan Islam
Contoh ... (lanjutan)

2) Gagasan kebangsaan dan nasionalisme memisahkan


NKRI dari dunia Islam

Anda mungkin juga menyukai