Tak mempedulikan konsep persatuan dan kesatuan umat jika dikonfrontir dengan motif menegakkan agama.
Yang penting ialah tegaknya Islam sebagai ideologi dan konstitusi negara serta kejayaan umat Islam (dikutip
dari berbagai sumber)
Keliru mengidentifikasi akar persoalan sehingga keliru dalam menyimpulkan dan memproduksi nalar. Seperti:
Gagasan nation-state telah menjadi racun yang mematikan karena telah menimbulkan disorientasi jatidiri, juga
disintegrasi dan perpecahan kaum Muslim. Gara-gara ide nasionalisme yang terkandung dalam konsep nation-
state, umat Islam mengalami disorientasi jatidiri sehingga tersesat dalam mengidentifikasi-kan dirinya. Sebagai
contoh, umat Islam dari berbagai bangsa, seperti Turki dan Arab, yang awalnya mengidentifikasikan diri mereka
sebagai umat Islam yang dipersatukan dengan akidah Islam, akhirnya mengidentifikasikan diri mereka sebagai
bangsa Turki dan bangsa Arab. Inilah racun yang menjadi cikal-bakal disintegrasi dan perpecahan umat Islam.
(https://hizbut-tahrir.or.id/2017/03/29/mengembalikan-kemuliaan-dan-kewibawaan-al-liwa-dan-ar-rayah/)
Berpotensi menciptakan kader-kader militan, radikal sekaligus ekstrimis. Tema jihad dan peperangan (al-jihad
wal-qital) menjadi topik paling dominan dalam sistem kaderisasi. Hal ini muncul karena cara pandang yang tak
holistik dan utuh terhadap dali-dalil syariah (lihat bagaimana mereka keliru mendamaikan QS. Al-Hajj/22:39,
bi-annahum dzulimu dengan QS. Al-Mumtahanah/60: 8-9)
Disinyalir gerakan-gerakan khilafah turut andil dalam kerusuhan di berbagai negara. Sehingga, ideologi
sekaligus organisasinya dianggap terlarang (Fatwa No. 34834 & 13372, Kementerian Wakaf dan Urusan Islam,
Qatar).
Artinya: