Anda di halaman 1dari 39

A.

Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan

nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa

Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan dalam pancasila

sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan pembukaan Undang-

undang Dasar 1945, hal ini sebagaimana diatur didalam Undang-

udang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang menyebutkan bahwa :


Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.

Menurut ICM (International Confederation Of

Midwives), Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program

pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari

pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar

(register) dan atau memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan

praktik kebidanan. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan

yang memiliki posisi penting terutama dalam penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Bidan

memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna .

1
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan

kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan

tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa

saja yang membutuhkannya1.


Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan

melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung

jawab bidan, mulai dari kehamilan,persalinan,nifas, bayi baru lahir,

keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan Kebidanan

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yg

diberikan oleh bidan yg telah terdaftar (teregister) yg dapat

dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan 2.


Kewajiban bidan selaku tenaga kesehatan sebagaimana

diatur dalam Permenkes No 53 tahun 2014 tentang pelayanan

kesehatan neonatal pada bayi baru lahir. Bidan berwenang

memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir 3.


Neonatus atau Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan lanjutan

fase kehidupan janin intrauterine yang harus dapat bertahan dan

beradaptasi untuk hidup di luar rahim. Hidup di luar rahim bukan hal

yang mudah, rentanmenimbulkan komplikasi neonatal. Komplikasi

tersebut yang sering terjadi adalah asfiksia, tetanus, sepsis, trauma

1 Muchtar, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta: 2016, hlm. 14
2Rita Yulifah, dkk. Konsep Kebidanan, penerbit salemba medika, Jakarta. 2014. Hal.11
3Marni. Etika Profesi Bidan, Pustaka Pustaka Pelajar, Yogyakarta.2010. Hal. 14

2
lahir, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan sindroma gangguan

pernapasan4.
Menurut data Word Health Organization (WHO) tahun 2014

mengungkapkan bahwa mayoritas dari semua kematian neonatal

(73%) terjadi pada minggu pertama kehidupan dan sekitar 36%

terjadi dalam 24 jam pertama. Di indonesia sendiri, penurunan

angka kematian bayi sangat sedikit, yaitu dalam 1000 kelahiran

setiap tahunnya didapatkan 15 kematian bayi tahun 2011, 15

kematian bayi tahun 2012, dan 14 kematian bayi tahun tahun 2013.
Berdasrkan survei demografi dan kesehatan indonesia

(SDKI) tahun 2014, angka kematian neonatus (AKN) pada tahun

2014 sebesar 2,23 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 2,41 per

1000 kelahiran hidup di tahun 2013 dan pada tahun 2012 sebesar

2,71 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan survei demografi dan

kesehatan indonesia.
Penurunan Angka Kematian Bayi memerlukan upaya

bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi,

keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan

yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Untuk mengukur

keberhasilan penerapan intervensi yang efektif dan efisien, dapat

dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang mencerminkan

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir.


Penurunan angka kematian bayi dapat dicapai dengan

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

4Marni, Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.2014.
Hal. 1

3
berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga

masa neonatal. Sehingga peran pelayanan antenatal merupakan

upaya untuk dapat menekan berbagai masalah kesehatan selama

masa kehamilan dan persalinan yang dapat berkontribusi terhadap

kematian bayi5.
Kecamatan Kaleroang adalah salah satu kecamatan yang

memiliki banyak pulau terpencil yang terdiri dari 33 pulau kecil yang

terpisah-pisah,tepatnya berada di wilayah Kabupaten

MorowaliProvinsi Sulawesi Tengah denganjaraktempuh

dariKecamatan Kaleroang ke Kabupaten Morowaliy aitu 6

sampaidengan 7 jam.Dari data kependudukan kantor Kecamatan

Kaleroang terdapat data penduduknya sebanyak 17.269 jiwa,

dimana laki laki terdiri dari 8.689 jiwadan perempuan terdiri dari

8.580 jiwa. Dengan Infrastruktur seperti jalan, jembatan, signal,

maupun Puskesmas masih jauh dari kata baik. Sedangkan Alat

transportasi yang digunakan di Kecamatan Kaleroang dari pulau ke

pulau lainnya masih menggunakantransportasilautyaitu Kapal,

dimana kapal tersebut tidak bisa digunakan saatcuacaburuk.


Kecamatan Kaleroang merupakan salah satu Kecamatan

yang belum memiliki fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit,

dimana Rumah Sakit adalah suatu kebutuhan masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dalam hal

pelayanan Rehabilitatif. Di kecamatan Kaleroang hanya terdapat 1

5Purwoastuti, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, Pustaka Baru, Yogyakarta. 2015.
Hal. 4-5

4
(satu) Puskesmas tepatnya berada di desa Kaleroang dengan

sarana dan prasarana yang masih terbilang sangat kurang.

Puskesmas Kaleroang memiliki Petugas Kesehatan diantaranya 1

dokter (Dokter umum), 20 tenaga kebidanan, 14 tenaga

keperawatan, 1 Kesehatan Masyarakat. Disamping itu puskesmas

mulai memberikan pelayanan jam 08.00 wita sampai dengan jam

14.00 wita, dengan artian Puskesmas Kaleroang merupakan

Puskesmas bukan rawat inap, selain itu listrik juga menjadi salah

satu kendala dalam pemberian pelayanan maupun kebutuhan

sehari-hari masyarakat, dimana PT.PLN yang berada di wilayah

Kecamatan Kaleroang hanya dapat memenuhi kebutuhan listrik

masyarakat pada malam hari, dengan jam operasi mulai dari jam

18.00 wita sampai dengan jam 24.00 wita. Selain itu masih ada

yang menjadi masalah di Kecamatan Kaleroang yaitu kurang

tersedianya air bersih dimana masyarakat Kecamatan Kaleroang

hanya mengandalkan air hujan sebagai air untuk dikonsumsi, hal

ini juga dapat menyebabkan diare.


Masyarakat di Kecamatan Kaleroang tergolong masih

banyak yang tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang telah

tersedia seperti puskesmas, melainkan masyarakatnya lebih

dominanmenggunakan pengobatan tradisional seperti halnya

berobat ke Dukun. Hal ini menunjukan masih kurangnya informasi

dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatandi

fasilitas kesehatan melainkan masyarakat lebih percaya dengan

5
hal-hal mistis dalam memilih pengobatan yaitu masyarakat lebih

memilih berobat tradisional atau ke dukun. Keadaan demikian

menjadi suatu keprihatinan bagi pihak tenaga kesehatan maupun

pemerintah setempat.
Dari data Dinkes Provinsi Sulawesi tengah selama 5 tahun

terakhir terdapat jumlah kasus kematian Neonatal di Kecamatan

Kaleroang yaitu di Tahun 2012 terdapat 5 kasus kematian neonatal,

tahun 2013 terdapat 3 kasus kematian neonatal, tahun 2014

terdapat 5 kasus kematian neonatal, dan di tahun 2015 terdapat 6

kasus kematian neonatal6.


Penyebab utama meningkatnya angka kematian neonatal di

Kecamatan Kaleroang yaituinfeksi dan aksfiksia. Untuk itu, petugas

kesehatan harusnya meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik

dan juga bidan dilakukannya pelatihan-pelatihan bidan guna

meningkatkan pengetahuan dan skill bidan dalam memberikan

pelayanan kesehatan utamanya dalam pelayanan ibu dan anak.


Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Bidan Dalam

Pelaksanaan Permenkes N0 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan

Kesehatan Neonatal Pada Bayi Baru Lahir

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di

atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

6Profil Puskesmas Kaleroang

6
1. Bagaimana peraturan yang mengantur peran bidan dalam

pelaksanaan PERMENKES NO 53 TAHUN 2014 tentang

pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir di Puskesmas

Kaleroang Sulawesi Tengah ?


2. Bagaimana pelaksanaan peran bidan dalam PERMENKES NO 53

TAHUN 2014 tentang pelayanan kesehatan neonatal pada bayi

baru lahir di Puskesmas Kaleroang Sulawesi Tengah ?


3. Faktor apa yang mempengaruhi peran bidan dalam pelaksanaan

PERMENKES NO 53 TAHUN 2014 tentang pelayanan kesehatan

neonatal pada bayi baru lahir di Puskesmas Kaleroang Sulawesi

Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peraturan yang mengantur peran bidan dalam

pelaksanaan Permenkes No 53 Tahun 2014 tentang pelayanan

kesehatan neonatal pada bayi baru lahir di Puskesmas Kaleroang

Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan peran bidan dalam Permenkes No

53 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan neonatal pada bayi

baru lahir di Puskesmas Kaleroang Sulawesi Tengah.


3. Untuk mengetahui faktor yang mempegarugi peran bidan dalam

pelaksanaan Permenkes No 53 Tahun 2014 tentang pelayanan

7
kesehatan neonatal pada bayi baru lahir di Puskesmas Kaleroang

Sulawesi Tengah

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

neonatal pada bayi baru lahir.


b. Bagi Bidan
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan pelayanan

kesehatan neonatal pada bayi baru lahir terutama di wilayah

puskesmas kaleroang Sulawesi Tengah.


2. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran, teori, dan konsep dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir sesuai dengan

Permenkes No 53 Tahun 2014.

8
E. Kerangka Konsep

UUD 1945pasal 28Hayat (1)

Upaya Kesehatan Tenaga Kesehatan


UU NO 36 Tahun UU NO 36 Tahun 2014
2009 Tentang Tentang
Kesehatan tenagaKesehatan

Kepmenkes Permenkes No 75 PERMENKES NO 53 PMK RI No. 43 Kepmenkes No.


No.369/Menkes Tahun 2014 Tentang tahun 2014 tahun 2016 tentang 938/Menkes
SK/III/2007 Tentang Pusat Kesehatan tentangpelayanankese standar pelayanan SK/VIII/2007 tentang
Standar Profesi Bidan Masyarakat hatan neonatal minimal bidang Standar Asuhan
kesehatan Kebidanan
Peran bidan

Untuk menurunkan angka Pelayanan kesehatan


kematian neonatal neonatal

Keterangan

1. UUD 1945 pasal 28Hayat (1)


Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

9
2. undang-undang No 36 tahun 2009 tentangkesehatan.Tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk

jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.
3. undang-undang No 36 tahun 2014 tentangtenagakesehatan. bahwa

penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral

yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus

harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan

berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,

pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya

kesehatan memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan.
4. UU HAM No. 39 tahun 1999. Manusia, sebagai makhluk ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan

memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh

tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh

penciptaNya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan

harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan.


5. PERMENKES No 53 tahun 2014 tentangpelayanankesehatan

neonatal. Pelayanan Kesehatan Neonatal esensial bertujuan untuk

10
mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi, terutama dalam 24

jam pertama kehidupan.


6. PERMENKES No 43 tahun 2016 tentangstandarpelayanan

minimal. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang

selanjutnya disingkat SPM Bidang Kesehatan merupakan acuan

bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan

pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara

minimal.
7. Kepmenkes No.369/Menkes SK/III/2007 Tentang Standar Profesi

Bidan. Kepmenkes. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang

berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek

pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga

kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang

membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk

menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi

sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang

diberikan dalam seluruh aspek pengabdian profesinya kepada

individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses

dan output.
8. Kepmenkes No. 938/Menkes SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan. Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan

11
atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi,

dan pencatatan asuhan kebidanan.


9. Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya.

F. Kerangka Teori
1. Bidan sebagai tenaga kesehatan
a. Definisi bidan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan bahwa

bidan Indonesia adalah : seorang perempuan yang sudah

lulus dari pendidikan Bidan yang diakui oleh pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia

(NKRI) serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk

diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi

untuk menjalankan praktik kebidanan.

12
Definisi Bidan Menurut ICM Menurut International

Confederation Of Midwives, Bidan adalah seseorang yang

telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di

negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta

memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau

memiliki ijin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik

kebidanan.
Definisi Bidan Menurut WHOMenurut Organisasi

Kesehatan Dunia atau World Health Organization, pengertian

dari Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program

pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari

pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar

(register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk

melakukan praktik bidan.


b. Tugas bidan

Dalam menjalankan praktiknya, ada 3 pengelompokan tugas

bidan yang dilakukan berdasar pada etik dan kode etik

profesi, yaitu :

1) Tugas Mandiri

a) Menerapkan Manajemen kebidanan pada setiap

asuhan kebidanan yang di berikan.

13
b) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan

wanita pra nikah dengan melibatkan klien.

c) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama

kehamilan normal.

d) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam

masa persalinan dengan melibatkan klien dan kelurga.

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL

f) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam

masa nifas dengan melibatkan klien dan keluarga.

g) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia

subur yang membutuhkan pelayanan kluarga

berencana.

h) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan

sistem reproduksi dan wanita dalam masa

klimakternium dan menopause.

i) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita

dengan melibatkan keluarga.

2) Tugas Kolaborasi

a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap

asuhan kebidanan sesua fungsi kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga.

b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada

14
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

c) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

persalinan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang

memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama

dalam keadaan kegawatan yang memerlukan

pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan klien dan keluarga.

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan

resiko tinggi yang mengalami komplikasi serta

kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama

dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan

keluarga.

f) Memberikan askeb pada balita dengan resiko tinggi

yang mengalami komplikasi serta kegawatan yang

memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan

keluarga.

3) Tugas Rujukan

15
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap

asuhan kebidanan sesuai fungsi keterlibatan klien dan

keluarga.

b) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan

kegawatdaruratan.

c) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu

dengan melibatkan klien dan keluarga.

d) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko

tinggi dan kegawat daruratan

e) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan

kelaiana tertentu kegawatan yang memerlukan

konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.

f) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita

dengan kelaiana tertentu dan kegawatan yang

memerlukan konsultasi dan rujukan dengan

melibatkan keluarga.

2. Peran bidan
a) PeranBidan sebagaipengelolaBidanmengembangkanpelayana

ndasarkesehatanterutamapelayanankebidananuntukindividu,

16
keluarga, kelompokkhususdanmasyarakat di

wilayahkerjadenganmelibatkanmasyarakat/ klien.
b) PeransebagaipendidikBidanmemberikanpendidikandanpenyul

uhankesehatankepadaindividu, keluarga, masyarakat

tentangpenanggulanganmasalahkesehatankhususnyan yang

berhubungandenganpihakterkaitdengankesehatanibu,

anakdanKeluargaBerencana. (Heni, P.W., Asmar Y.Z.,

2005).

DalampersiapanpelaksanaanInisiasiMenyusuDinibidammemot

ivasiibuhamildansuami/ keluargauntukmelakukanpertemuan,

untukmembahaskeuntungan ASI, tatalaksanamenyusui yang

benar, dan InisiasiMenyusuDini. (Utami, R, 2008).


c) PeranBidansebagaipenelitiMelakukaninvestigasiataupenelitian

terapandalambidankesehatanbaiksecaramandiriataupunsecar

akelompok. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).


3. Fungsi bidan
Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi

bidan sebagai berikut :


a. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
1. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu,

keluarga, serta masyarakat (khususnya kaum remaja)

pada masa praperkawnan.


2. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan

normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan

kehamilan dengan risiko tinggi.


3. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan

patologis tertentu.

17
4. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan

risiko tinggi
5. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
6. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
7. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan

pcasekolah
8. Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan

wewenangnya.
9. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk

kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada

masa klimakterium internal dan menopause sesuai

dengan wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:

1. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan

bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang

didukung oleh partisipasi masyarakat.

2. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di

lingkungan unit kerjanya.

3. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.

4. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan

antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan

18
5. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan

kebidanan.

c. Fungsi Pendidik

Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:

1. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan

kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan

dalam lingkup kesehatan serta KB

2. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan

sesuai dengan tanggung jawab bidan.

3. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam

kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat.

4. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan

lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:

1. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian

yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup

pelayanan kebidanan.

2. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB

19
4. Tanggung jawab bidan
Sebagai tenaga professional, bidan memikul tanggung jawab

dalam melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat

mempertahankan tanggung jawabnya bila terjadi gugatan

terhadap tindakan yang dilakukannya.


a. Tanggung Jawab Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan

tenaga kesehatan ditetapkan di dalam undang-undang dan

peraturan pemerintah. Tugas dan kewenangan bidan serta

ketentuan yang berkaitan dengan kegiatan praktik bidan

diatur didalam peraturan atau kepuasan menteri kesehatan.

Kegiatan praktik bidan dikontrak oleh peraturan tersebut.

Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan

kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara

kemempuan profesionalnya. Oleh karena itu bidan harus

selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

dengan mengikuti pelatihan, pendidikan berkelanjutan,

seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.

c. Tanggung jawab terhadap penyimpanan catatan kebidanan

20
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatan

dalam bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai

pasien yang dilayaninya dapat dipertanggungjawabkan bila

terjadi gugatan.catatan yang dilakukan bidan dapat

digunakan sebagai bahan lporan untuk disampaikan kepada

atasannya.

d. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani

Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan

anak yang meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak

merupakan bagian dari keluarga. Oleh karena itu, kegiatan

bidan sangat erat kegiatannya dengan keluarga.tanggung

jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,

tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga.

5. Pelayanan kebidanan sebagai tenaga kesehatan


a. Pelayanan kesehatan
Pelayanan Kesehatan Adalah upaya yang

diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan peroorangan, keluarga, kelompok, atau

masyarakat.
Pelayanan kesehatan merupakan pelaksanaan

pemeliharaan kesehatan dalam rangka mencapai derajat

21
kesehatan baik individu maupun masyarakat secara optimal.

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ini terdapat

hubungan antara pasien, tenaga kesehatan dan sarana

kesehatan.
Berdasarkan undang-undang No 36 tahun 2009

tentang kesehatan pasal 22 mengantur bahwa Tenaga

kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum. Pasal 23

mengatur bahwa Dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari

pemerintah.
b. Pelayanan kebidanan
c. Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan

melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi

tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan,persalinan,nifas,

bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan

reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem

pelayanan kesehatan yg diberikan oleh bidan yg telah

terdaftar (teregister) yg dapat dilakukan secara mandiri,

kolaborasi atau rujukan. (Dra.Hj. Suryani soepardan,

Dipl.M,MM, 2008 : 4-5)


6. Kesehatan anak
1. Pelayanan kesehatan pada neonatal
Neonatus adalah Bayi baru lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 gr.

22
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan bayi yang baru lahir

selama satu jam pertama kelahiran.


Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir dan ank

balita merupakan salah satu program kesehatan anak yang

bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup , tumbuh

kembang anak secara optimal dan perlindungan khusus dari

kekerasan dan diskriminasi. Hal ini dilakukan dalam rangka

mewujudkan anak Indonesia yang sehat , cerdas ceria,

berahlaq mulia dan terlindungi sebagai modal dasar bagi

pembangunan bangsa.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

Kesehatan, menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk

hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal, terhindar dari

kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, Undang Undang

Perlindungan Anak juga mengamanahkan bahwa pemerintah,

masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan

anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan

menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi

anak agar setiap anak memperoleh derajat kesehatan yang

optimal sejak dalam kandungan.


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan

kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3

kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir,baik di

23
fasilitas maupun melalui kunjungan rumah. Pelayanan

kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart

yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya

4 kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah

bayi lahir.Tujuannya, resiko terbesar kematian neonatus

terjadi pada 24 jam pertama kehidupannya . sehingga jika bayi

lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap

tinggal di fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah

kelahirannya.
2. Beberapa faktor yang sangat erat hubungannya dengan

pelayanan kesehatan neonatal


Faktoryang berhubungan dengan Kunjungan Neonatal
a. Pengetahuan
Pengetahuanmerupakanhasildaritahu,

daniniterjadisetelah orang

melakukanpengindraanterjadimelaluipancaindramanusia,

yakni: indrapenglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

danraba.

Sebagianbesarpengetahuanmanusiadiperolehmelaluimatad

antelinga.Pengetahuanataukognitifmerupakan domain yang

sangatpentingdalammembentuktindakanseseorang

(Notoadmojo, 2007).
Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif ada 6

tingkatan yaitu:

24
a) Know (tahu) : diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam

pengetahuan terkini adalah mengingat kembali (recall).


b) Comprehension (memahami) : memahami diartikan

sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu

kemampuan secara benar tentang objek yang telah

diketahui sebelumnya dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.


c) Application ( aplikasi ) : diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi tertentu atau kondisi real atau sebenarnya.


d) Analysis ( analisis) : suatu komponen untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen

tapi masih dalam struktur organisasi tersebut, ada

kaitannya satu sama lain.


e) Synthesis (sintesis) : menunjukkan kepada suatu

kemampuan meletakkan atau menggabungkan bagian-

bagian didalam suatu bentuk ke seluruh yang baru.


f) Evaluation (evaluasi) : berkaitan dengan kemampuan

untuk melaksanakan justifikasi atau penelitian terhadap

suatu obyek atau materi(Notoadmojo, 2005).


b. Paritas ibu
Paritasadalahkeadaanwanitaberkaitandenganjumlaha

nak yang dilahirkan. Wanita dengan paritas tinggi yaitu

wanita yang memiliki >2 anak dan paritas rendah yakni 2

anak ( Ramali, 2005). Paritas 2-3 merupakanparitas yang

amanditinjaudarisudutkematian maternal.Paritas 1

25
danparitastinggi( lebihdari 3) mempunyaiangkakematian

maternal ( Wiknjosastro, 2007).


c. Sosial Budaya
Kebiasaandantradisi yang dilakukan orang-orang

tanpamelaluipenalaranapakah yang

dilakukanbaikatauburuk.Dengandemikianseseorangakanbe

rtambahpengetahuannyawalaupuntidakmelakukan

(Notoatmodjo, 2007).

d. Sarana PelayananKesehatan
Saranapelayanankesehatandapatjugamempengaruhir

endahnyakunjungan neonatal

kepuskesmas.Banyaknyajenissaranapelayanankesehatan

yang

adadisekitarpuskesmasdankurangmemadainyafasilitas

yang ada di

puskesmasmemungkinkanmasyarakatmencarialternatifpen

gobatan yang lebihmemadaidanmudahdijangkau (Profil

PKM, 2008).
7. Puskesmas
a. Pengertian puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau di singkat Puskesmas

sangatlah di butuhkan bagi masyarakat Indonesia pada

umumnya, apalagi saat sekarang ini biaya pengobatan

sangatlah mahal bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Untuk itulah pemerintah berupaya dengan semaksimal

mungkin untuk mensejahterakan rakyatnya melalui pelayanan

26
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya yang di lakukan

diantaranya melalui puskesmas yang merupakan tingkat

pelayanan yang paling berhubungan langsung dengan

masyarakat. Defenisi lain dari Pusat Kesehatan Masyarakat

adalah Organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya

kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya

yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya

kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan

kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai

derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu

pelayanan kepada perorangan. Banyak cara dalam

pelayanan yang sudah dilakukan oleh Puskesmas, baik

secara langsung ke masyarakat maupun melalui perantara

jasa asuransi kesehatan yang banyak jenisnya sekarang ini

untuk membangun kesehatan bagi msyarakat.


Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal.

27
Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas, di antaranya meningkatkan

akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Di sini peran

Puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama

yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat

penting. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Dengan demikian, akses terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui

peningkatan kinerja Puskesmas.


Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas dimaksud,

diperlukan data dasar Puskesmas di antaranya data yang

berkaitan dengan bangunan, peralatan, sarana penunjang,

tenaga, serta pembiayaan di Puskesmas dan jaringannya

yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan.


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di

bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Secara

umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif,

promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui

upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan

28
masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan

pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini

disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang

bersangkutan.
Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas

biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas

pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan

desa maupun pos bersalin desa (polindes). Di sisi lain

Puskesmas mengandung pengertian yang lebih luas lagi,

bahkan menurut Depkes RI (2004), Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kesehatan.


a) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit

pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

pembangunan kesehatan di Indonesia.


b) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya

kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal.

29
c) Pertanggung jawaban
Penyelenggaraan Penanggung jawab utama

penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan

di wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan

kabupaten / kota, sedangkan puskesmas bertanggung

jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan

kabupaten / kota sesuai dengan kemampuannya.


d) Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah

satu Kecamatan, tetapi apabila di satu Kecamatan

terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab

wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan

memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan

atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara

operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K

esehatan kabupaten/kota.
e) Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju

terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah

gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin

dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan

perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

30
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya.
f) Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup

empat indikator utama, yakni: Lingkungan sehat, Perilaku

sehat, Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu,

serta Derajat kesehatan penduduk kecamatan


g) Misi kesehatan masyarakat kita adalah: Menggerakkan

pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakan

pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah

kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu

pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negative

terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan

dan perilaku masyarakat.Mendorong kemandirian hidup

sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.


h) Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga

dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui

peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju

kemandirian untuk hidup sehat.


i) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan standar dan memuaskan masyarakat,

31
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan

sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga

dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.


j) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.


k) Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi

dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi

kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan

peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula

aspek lingkungan dari yang bersangkutan..


b. Fungsi dan peran puskesmas

1). Pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatanPuskesmas selalu berupaya menggerakkan dan

memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor

termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah

kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung

pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif memantau

dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan

setiap pembangunan di wilayah kerjanya.Khusus untuk

pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

32
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2). Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama

pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk

dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk

hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,

serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya

sosial budaya masyarakat setempat.

3). Pusat pelayanan kesehatan

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas

meliputi:

33
a) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan

yang bersifat pribadi dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan

perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk

puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.

b) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan

yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit

tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain

promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,

penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan

kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan

jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan

masyarakat lainnya.

G. Metode Penelitian

34
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis

sosiologis yaitu cara atau prosedur yang digunakan untuk

memecahkan masalah penelitian dengan meneliti sifat hukum

yang nyata atau sesuai dengan kenyataan hidup dalam

masyarakat.
Metode pendekatan adalah yuridis sosiologis karena

dari permasalahan diatas akan dibahas tentang peran bidan

dalam pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir.


2. Spesifikasi Penelitian
Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian yang dipilih

adalah penelitian yang bersifat deskriptif analitik, yaitu

bertujaun untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan

akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai

sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu,

kemudian di analisis berdasarkan teori dan perundang-

undangan yang terkait dengan obyek penelitian, yaitu tentang

peran bidan dalam pelaksanaan PERMENKES NO 53 TAHUN

2014 tentang pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru

lahir di puskesmas Kaleroang Sulawesi Tengah.


3. Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

primer dan sekunder.


a. Data Primerdalah data yang diperoleh dari masyarakat yaitu

dilakukan dengan wawancara dan dengan menggunakan

daftar pertanyaan atau kuesioner.

35
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari literature

atau pustaka yang berkaitan dengan dengan materi

penelitian, atau data yang sudah dalam bentuk jadi, seperti

data dalam dokumen dan publikasi. Adapun


c. data sekunder dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

Bahan hukum primer


Adalah bahan hukum yang mengikat, yaitu

perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir, yaitu

terdiri dari :
a) UUD 1945 passal 28B ayat (2)
b) Undang-undang No 36 tahun 2009 tentangkesehatan
c) Undang-undang No 36 tahun 2014

tentangtenagakesehatan
d) Undang-undang No 23 tahun 2002

tentangperlindungananak
e) PERMENKES No 53 tahun 2014

tentangpelayanankesehatan neonatal
f) PERMENKES No 43 tahun 2016

tentangstandarpelayanan minimal, PERMENKES No.

25 tahun 2014 tentangupayakesehatananakpasal 13


g) Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat.
Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang

erat hubungannya dengan bahan hukum primer, dan

dapat membantu menganalisis dan memahami bahan

hukum primer adalah rancangan peraturan-peraturan

perundang-undangan, hasil karya ilmiah para sarjana,

36
hasil-hasil penelitian, buku-buku tesis, surat kabar,

pamphiet, leaflet, brosur, dan berita internet.


Dalam penelitian ini bahan hukum sekuder yang

digunakan adalah hasil-hasil penelitian, buku-buku teks,

buku catatan kesehatan ( pelayanan kesehatan neonatal

pada bayi baru lahir), berita internet.


Bahan hukum tersier
Merupakan bahan hukum yang memberikan

kejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang terdiri dari.


a) Kamus hukum
b) Kamus lainnya yang menyangkut penelitian
4. Metode pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang

dilakukan adalah :
a. Studi lapangan
Studi lapangan adalah cara mengumpulkan data yang

bertujuan untuk memperoleh data primer, yaitu data yang

diperoleh langsung dari masyarakat. Adapun alat yang

digunakan untuk memperoleh data primer melalui

wawancara.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan

komunikasi. Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung wawancara

dilakukan dengan face-to-face, artinya pewawancara

berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan

secara lisan hal-hal yang diinginkan. Secara tidak langsung

menggunakan daftar pertanyaan yang dikirim kepada

37
responden, dan responden menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh peneliti secara tertulis.


Dalam penelitian ini wawancara langsung kepada kepala

puskesmas, Bidan, dan orang tua bayi baru lahir.


b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah cara mengumpulkan data

yang bertujuan untuk memperoleh data sekunder, yaitu data

yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan. Adapun

data sekunder dalam penelitian ini menggunakan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir.


5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan melakukan kajian atau

telah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan

teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Metode analisis

data pada penelitian ini adalah metode kualitatif.


Analisis kualitatif artinya menguraikan data secara bermutu

dalam bentuk kalimat teratur, runtut, logis tidak tumpang tindih

dan efektif. Sehingga memudahkan interpretasi data dan

pemahaman hasil analisis. Jadi menguraian data dalam bentuk

kalimat yang logis, efektif, dan sistematis untuk memudahkan

dalam menganalisis data.


H. Rencana Penyajian Tesis
Penyajian tesis dalam penelitin ini akan diuraiakan dalam

suatu rancangan sistematika penulisan tesis secara naratif,

sehingga dapat tergambarkan apa yang dituliskan bila penelitian

dilakukan. Sistematika dalam penelitian ini adalah :

38
BAB I pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang,

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka konsep,

kerangka pemikiran, metode penelitian, rencana penyajian tesis,

jadwal penelitian.
BAB II Tinjauan pustaka, berisi teori-teori
BAB III Hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini akan

menguraikan gambaran tentang ketentuan peraturan yang

mengantur peran bidan dalam pelaksanaan PERMENKES NO 53

TAHUN 2014 tentang pelayanan kesehatan neonatal pada bayi

baru lahir, pelaksanaan peran bidan dalam PERMENKES NO 53

TAHUN 2014 tentang pelayanan kesehatan neonatal pada bayi

baru lahir, serta faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

peran bidan dalam PERMENKES NO 53 TAHUN 2014 tentang

pelayanan kesehatan neonatal pada bayi baru lahir


BAB IV Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian

dan saran-saran pada pihak yang terkait.

39

Anda mungkin juga menyukai