Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Negara sebagai suatu entitas adalah abstrak. Yang tampak adalah unsur-unsur negara yang
berupa rakyat, wilayah, dan pcmerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat. Rakyat yang
tinggal di wilayah negara menjadi penduduk negara yang bersangkutan. Warga negara adalah
bagian dari penduduk suatu negara. Warga negara memiliki hubungan dengan negaranya.
Kedudukannya sebagai warga negara menciptakan hubungan berupa peranan, hak, dan
kewajiban yang bersifat timbal balik.
Lebih jauh mengenai hal tersebut, bahasan dalam bab ini akan meliputi:
1. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan;
2. Kedudukan Warga Negara dalam Negara;
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.

A. PENGERTIAN WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN


1. Warga Negara
Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Kita juga
sering mendengar kata-kata seperti warga desa, warga kota, warga masyarakat, warga
bangsa, dan warga dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, warga
negara secara sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu negara.
Istilah warga negara merupakan terjemahan kata citizen (bahasa Inggris) yang
mempunyai arti sebagai berikut:
a. warga negara
b. petunjuk dari sebuah kota
c. sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air
d. bawahan atau kawula.
Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), warga negara sebagai teriemahan dari
citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang menbentuk negara itu sendiri.
Pada masa lalu, dipakai istilah kawula atau kawula negara (misalnya zaman Hindia
Belanda) yang menuniukkan hubungan yang tidak sederajat dengan Istilah kawula
memberi kesan bahwa warga hanya sebagai objek atau milik Negara
Perlu dijelaskan istilah rakyat, penduduk dan warga negara. Rakyat lebih
merapakan konsep politis. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah satu
pemerintahan dan tunduk pada pemerintahan itu. Istilah rakyat umumnya dilawankan
dengan penguasa. Penduduk adalah orang-orang yang berempat tinggal di suatu wilayah
negara dalam kurun waktu tertentu. Orang berada di suatu negara dapat dibedakan
menjadi penduduk dan nonpenduduk. Adapun penduduk negara dapat dibedakan menjadi
warga negara dan orang asing atau bukan warga negara
2. Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Kewarganegaraan dalam Arti Yuridis dan Sosiologis
1) Kewarganegaraan-dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat
hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang
bersangkutan. Tanda dari adanya ikatan hukum, misalnya akta kelahiran, surat
pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan lain-lain.
2) Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dari sudut kewarganegaraan sosiologis,
seseorang dapat dipandang negara sebagai warga negaranya sebab ikatan
emosional, tingkah laku dan penghayatan hidup yang dilakukan menunjukkan
bahwa orang tersebut sudah seharusnya menjadi anggota negara itu. Namun dari
sudut kewarganegaraan yuridis orang tersebut tidak memenuhi kewarganegaraan
yuridis sebab tidak memiliki bukti ikatan hukum dengan negara
b. Kewarganegaraan dalam Arti Formil dan Materil
1) Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik
2) Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian
hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang sudah
memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara
lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah- kaidah hukum pada orang
yang bukan warga negaranya.

B. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA


Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa warga negara adalah anggota dari
negara. Warga negaralah sebagai pendukung negara dan memiliki arti penting bagi negara.
Sebagai anggota dari negara, warga negara memiliki hubungan atau ikatan dengan negara.
Hubungan antar warga negara dengan negara terwujud dalam bentuk hak dan
kewajiban antara keduanya. Warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara.
Sebaliknya, negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warganya.
Hubungan dan kedudukan Warga negara ini bersifat khusus, sebab hanya mereka yang
menjadi warga negaralah yang memiliki hubungan timbal balik dengan negaranya. Orang-
orang yang tinggal di wilayah negara, tetapi bukan warga negara dari negara itu tidak
memiliki hubungan timbal balik dengan.negara tersebut.
1. Penentuan Warga Negara
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara. Dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan. Dalam
penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua asas yaitu asas
ius soli dan asas ius sanguinis. lus artinya hukum atau dalil. Soli berasal dari kata solum
yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari kata sanguis yang artinya darah.
a. Asas lus Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat
di mana orang tersebut dilahirkan.
b. Asas lus Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan
keturunan dari orang tersebut.
Selain dari Sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek
perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat,
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan bahwa suami istri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecah sebagai inti dari masyarakat
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan
perubahan status kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang
sama untuk menentukan sendiri kewarganegaraan.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat
menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas problem
kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. Apatride adalah istilah
untuk orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk
orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap (dua)
2. Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 26 UUD 1945 sebagai berikut.
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
b. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia.
c. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-umdang.
Berdasarkan hal di atas, kita mengetahui bahwa orang yang dapat menj adi warga
negara Indonesia adalah
1. orang-orang bangsa Indonesia asli
2. orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang menjadi warga
negara.
Berdasarkan Pasal 26 ayat (2) UUD 1945, penduduk ncgara Indonesia terdiri atas
dua yaitu warga negara dan orang asing.
a. Golongan Eropa, terdiri atas
1) Bangsa Belanda
2) Bukan bangsa Belanda tetapi dari Eropa
3) Orang bangsa Iain yang hukum keluarganya samadengan golongan Eropa
b. Golongan Timur Asing, terdiri atas
1) Golongan Tionghoa
2) Golongan Timur Asing bukan Cina
c. Golongan Bumiputra atau Pribumi, terbagi atas
1) orang Indonesia asli dan keturunannya
2) orang lain yang menyesuaikan diri dengan pertama
3. Ketentuan Undang-Undang Mengenai Warga Negara Indonesia
Perihal warga negara Indonesia diatur dengan undang-undang. Sejak Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sampai saat ini, undang-undang yang mengatur perihal
kewarganegaraan adalah sebagai berikut.
a. Undang-Undang No. 3 Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara.
b. Undang-Undang No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 3
Tahun 1946 tentang Warga Negara dan Penduduk Negara,
c. Undang-Undang No. 8 Tahun 1947 tentang Memperpanjang Waktu untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia,
d. Undang-Undang No. Il Tahun 1948 tentang Memperpanjang Waktu Lagi untuk
Mengajukan Pernyataan Berhubung dengan Kewargaan Negara Indonesia,
e. Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
f. Undang-Undang No. 3 Tahun 1976 tentang Perubahan atas Pasal 1 8 Undang-
Undang No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
g. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Undang-undang yang mengatur tentang kewarganegaraan Indonesia atau undang-
undang sebagai pelaksanaan dari Pasal 26 UUD 1945 yang berlaku sekarang ini adalah
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
yang diundangkan pada 1 Agustus 2006. Undang-undang ini menggantikan undang-
undang kewarganegaraan lama, yaitu Undang- Undang-NoT62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Pokok materi yang diatur dalam undang-undang ini adalah
a. siapa yang menjadi warga negara Indonesia;
b. syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia;
c. kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia;
d. syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia;
e. ketentuan pidana.
Beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 antara
lain sebagai berikut.
a. Tentang siapa yang menjadi warga negara Indonesia, dinyatakan bahwa warga negara
Indonesia adalah
1) setiap orang yang berdasarkan peratuan perundang-undangan dan atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia;
2) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia;
3) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing;
4) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing
dan ibu Warga Negara Indonesia;
5) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewargangaraan
6) anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia.
7) Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
8) anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga asing yang
diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan belum anak tersebut 18 (delapan belas) tahun dan atau
belum kawin;
9) anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
10) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11) anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan;
13) anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia;
14) anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh
ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia;
15) anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara
sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan
tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
b. Tentang Kewarganegaraan
Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan. Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
1) telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2) pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut- turut;
3) sehat jasmani dan rohani;
4) dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
5) tidak pernah dijatuhi pidana karena mclakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara I (satu) tahun atau lebih;
6) jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7) mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8) membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis
dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermeterai cukup kepada Presiden melalui
Menteri. Menteri yang dimaksud adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang Kewarganegaraan Republik Indonesia dalam hal ini Menteri
Hukum dan HAM. Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud disertai
dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
terhitung sejak permohonan diterima. Selanjutnya Presiden berwenang mengabulkan
atau menolak permohonan pewarganegaraan
Tentang kehilangan kewarganegaraan, dinyatakan bahwa kewarga- negaraan
Republik Indonesia hilang karena:
1) memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2) tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;
3) dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
4) masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
5) secara sukarela rnasuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
6) secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara
asing atau bagian dari negara asing tersebut;
7) tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
8) mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya;
9) bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga
Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5
(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin
tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis
kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan;
10) perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara
asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum
negara asal suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami
sebagai akibat perkawinan tersebut;
11) laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara
asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum
negara asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri
sebagai akibat perkawinan tersebut. Atau jika ingin tetap menjadi Warga Negara
Indonesia dapat mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada
Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat
tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut
mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Surat pernyataan dapat diajukan oleh
perempuan setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya berlangsung;
12) setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
berdasarkan keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan,
tidak benar, atau terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang
benvenang, dinyatakan batal kewarganegaraannya. Menteri mengumumkan
nama orang yang kehilangan Kewarga- negaraan Republik Indonesia dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Asas-asas yang dipakai dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia meliputi:
a. asas ius sanguinis, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
berdasarkan keturunan bukan negara tempat kelahiran;
b. asas iussoli secara terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diperuntukkan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang;
c. asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarga- negaraan
bagi setiap orang;
d. asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 pada dasarnya tidak mengenal adanya
kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak-anak merupakan suatu pengecualian.
C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA
1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
Wujud hubungan antara warga negara dengan negara pada umumnya berupa peranan
(role). Peranan pada dasarnya adalah tugas apa yang dilakukan sesuai dengan status yang
dimiliki, dalam hal ini sebagai warga negara. Secara teori, status warga negara meliputi
status pasif, aktif, negatif, dan positif. Peranan warga negara juga meliputi peranan yang
pasif, aktif, negatif, dan positif. (Cholisin, 2000).
Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Peranan aktif merupakan aktivitas warga negara untuk terlibat
(berpartisipasi) serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam
mempengaruhi keputusan positif merupakan aktivitas warga negara untuk meminta
pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peranan negatif merupakan
aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara dalam persoalan pribadi.
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD
1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945
berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan." Pasal ini menunjukkan asas keadilan sosial dan kerakyatan.
2) Hak membela negara. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi: Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
3) Hak berpendapat. Pasal 28 UUD 1945, yaitu Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
4) Hak kemerdekaan memeluk agama. Pasal 29 ayat (l) dan (2) UUD 1945 Ayat (1)
berbunyi bahwa: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. " Ini berarti
bahwa bangsa Indonesia percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ayat (2) berbunyi:
"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
5) Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 Yaitu hak dan kewajiban dalam membela negara.
Dinyatakan bahwa nap- tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
6) Pasal 31 ayat (1) dan (2) (JUD 1945 Yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran. Ayat (l)
menerangkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Adapun
dalam ayat (2) dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan (JUD 1945.
7) Hak untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan nasional Indonesia, Pasal 32
UUD 1945 ayat (l) menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia aengan menjantin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengetnbangkan nilai-nilai budayanya.
8) Hak ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahtcraan sosial. Pasal 33 ayat dan (5)
UUD 1945 berbunyi:
(l) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan.
(2) Cabang-eabang produksi yang penting bagi negara dan yang ntenguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bunti, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemaknturan rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berwawasan lingkungan, berkelanjutan, berkeadilan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalant undang-
undang.
9) Hak mendapatkan jaminan keadilan sosial. Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan
bahwa fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia, antara lain:
a. Kewajiban menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi: segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya.
b. Kewajiban membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c. Kewajiban dalam upaya pertahanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap warga
negara. Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan
kewajiban dan hak warga negara terhadap negara. Beberapa ketentuan tersebut, antara
lain sebagai berikut,
a. Hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan.
b. Hak negara untuk dibela.
c. Hak negara untuk menguasai bumi, air, dan kekayaan untuk kepentingan rakyat.
d. Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
e. Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.
f. Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat.
g. Kewajiban negara memberi jaminan sosial.
h. Kewajiban negara memberi kebebasan beribadah.
Secara garis besar, hak dan kewajiban warga negara yang tenuang dalam UUD
1945 mencakup berbagai bidang. Bidang-bidang ini antara lain: bidang politik dan
pemerintahan, sosial, keagamaan, pendidikan, ekonomi, dan pertahanan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai berbagai hak dan kewajiban warga negara dalam
hubungannya dengan negara tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan
sebagai penjabaran atas UUD 1945. Misalkan dengan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai