Metode Penelitian PDF
Metode Penelitian PDF
LANDASAN TEORI
2.1.2 Pemasaran
Menurut Kotler & Armstrong (2010:29), pemasaran merupakan
proses dimana perusahaan membuat nilai untuk pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dalam rangka
untuk mendapatkan nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Memahami pasar dan kebutuhan palanggan sebagai pemasar kita
harus memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dan pasar dimana
mereka beroperasi. Berikut merupakan 5 konsep inti pelanggan dan
pasar :
1. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan.
2. Penawaran pemasaran (produk, jasa, dan pengalaman).
3. Nilai dan kepuasan.
9
10
2.1.3 Marketing
Menurut Kotler & Keller (2009:5), marketing (pemasaran) adalah
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.
Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
2.1.4 E-Marketing
Menurut Strauss & Frost (2009:6), e-Marketing adalah
penggunaan teknologi informasi dalam proses membuat,
berkomunikasi, dan memberikan nilai (value) kepada pelanggan
e-Marketing mempengaruhi pemasaran tradisional dalam dua cara.
Pertama, e-Marketing meningkatkan efisiensi dalam fungsi pemasaran
tradisional. Kedua, teknologi dari e-Marketing merubah banyak strategi
pemasaran. Hasil perubahan dalam model bisnis baru ini dapat
menambah nilai (value) pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
Menurut Chaffey (2011:388), e-Marketing adalah suatu proses
pemasaran yang menggunakan media elektronik seperti internet yang
digunakan untuk mencapai tujuan, perlu adanya perencanaan
e-Marketing yang merupakan sebuah rencana untuk mencapai tujuan
pemasaran dari strategi e-business.
14
3. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel
independen ke dependen. Variabel disebut juga variabel
independen kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan
semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan akan
semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencapuri.
Disini anak adalah sebagai variabel moderator yang
memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai
variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan
motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan
guru dalam menciptakan iklim belajar yang sangat baik, dan
hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik
dalam menciptakan iklim belajar.
4. Variabel Intervening
Variabel Intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel indpenden dan
dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara
variabel independen dan dependen, sehingga variabel
independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau
timbulnya variable dependen.
5. Variabel Kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau
dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen
terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak di teliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti,
bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan,
melaui penelitian eksperimen. Dengan Demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut
yang mempunyai variasi tertentu yang menyebabkan nilai
yang berbeda.
18
a. Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut.
b. Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel
dari populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.
2.2.7 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2013:142), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Prinsip penulisan kuesioner menyangkut beberapa faktor
antara lain:
1. Isi dan tujuan pertanyaan yang dimaksud disini adalah,
apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran
atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam
membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner (angket)
harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau
tertutup, (kalau dalam wawancara: terstruktur dan tidak
terstrukur). Dan bentuknya dapat menggunakan kalimat
positif atau negatif. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan
yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Contoh: Bagaimanakah tanggapan anda terhadap iklan-iklan
di TV saat ini? Sebaliknya pertanyaan tertutup, adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif
jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan berbentuk data
22
o 2: tidak puas
o 3: biasa
o 4: puas
o 5: sangat puas
Ratio
Skala ratio yaitu skala yang dapat memberi arti
perbandingan/perkalian. Misalnya berat badan
Karina 40 kg dan berat badan Rony 60 kg, maka
berat badan Rony adalah 3/2 x berat Karina, jadi
nilai 3/2 memiliki arti.
Menurut Sugiyono (2013:93), terdapat beberapa macam
skala pengukuran:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat
jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak; benar-
salah; pernah-tidak pernah; positif-negatif;
dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikotomi (dua alternative).
3. Semantic Differensial
Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap,
hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum
yang jawaban sangat positif terletak di bagian
kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif
terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data
yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya
25
Keterangan:
r : Nilai Korelasi.
x : Jumlah skor keseluruhan item pertanyaan x.
y : Jumlan skor keseluruhan untuk item pertanyaan y.
x y : Jumlah skor hasil kali item pertanyaan x dan item pertanyaan
y.
x : Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan x yang telah
dikuadratkan.
y : Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan y yang telah
dikuadratkan.
2.2.13 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013:64), hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
xi = Jumlah variabel X
yi = Jumlah variabel Y
n = Jumlah Sampel
2.2.17 SPSS
Menurut Wijaya (2011:9), SPSS mulai dikembangkan pada tahun
1960 sebagai salah satu perangkat lunak untuk alat bantu perhitungan
secara statistik oleh Norman H.Nie, C.Hadlay, serta Date Bent dari
Stanford University. Pada tahun 1984, kemudian dikenalkan SPSS/PC+
32
untuk personal computer (PC). Versi window baru dirilis pada tahun
1992 sampai sekarang.
d. Experiential
Brand image adalah serangkaian keyakinan,
ide, dan kesan bahwa orang terus dikaitkan dengan
objek, pada pengertian lain brand image adalah
serangkaian persepsi merek yang dicerminkan oleh
asosiasi merek dalam ingatan (Thakur & Singh,
2012:38; Keller, 1993).
Menurut Park, Jaworski, & Maclnnis
(1986:136), kebutuhan experiential didefiniskan
sebagai keinginan untuk produk yang memberikan
sensory pleasure, variasi, dan/atau stimulasi
kognitif.
Menurut Keller (1993:4), manfaat experiential
berhubungan dengan apa yang disukai dalam
penggunaan produk atau layanan dan juga biasanya
sesuai dengan atribut yang berkaitan dengan
produk.
Menurut Kandampully & Suhartanto
(2000:347), image dianggap mempengaruhi pikiran
pelanggan melalui efek gabungan dari iklan,
hubungan masyarakat, citra fisik, word-of-mouth,
dan pengalaman nyata mereka dengan barang dan
jasa.
e. Appearance Enchances
Merek adalah simbol atau tanda yang
membantu pelanggan untuk mengidentifikasi
produk, sebuah perusahaan yang memiliki produk
dengan brand image yang baik dimata masyarakat
akan mendapatkan posisi yang lebih baik dalam
pasar juga (Thakur & Singh, 2012:38; Park,
Jaworski, & Maclnnis, 1986).
Brand image yang baik selalu membantu
untuk menuju kepuasan pelanggan, disamping
untuk mencapai kesetiaan pelanggan (Thakur &
37
a. Cognitive Loyalty
Pada bagian pertama fase loyalitas, ketersediaan
informasi atribut suatu merek untuk pelanggan
mengidentifikasi sebagai alternatif. Tahap ini mengarah
sebagai Cognitive Loyalty atau loyalitas yang berdasarkan
hanya kepada kepercayaan suatu merek. Kognitif dapat
didasarkan pada pengetahuan pada pengalaman orang lain
atau informasi pengalaman yang terakhir. Loyalitas pada fase
ini diarahkan pada merek karena informasi ini (tingkat
performa atribut). Keadaaan pelanggan ini bagaimanapun
bersifat dangkal. Jika transaksi dilakukan rutin maka sering
kepuasaan tersebut tidak diproses contohnya pengangkatan
sampah dan perlengkapan kebutuhan.Pada dasarnya bagian
loyalitas tidak begitu berbeda dari kepuasan kinerja. Jika
kepuasan adalah proses, maka itu dapat menjadi bagian dari
pengalaman pelanggan dan memulai keadaan afektif.
b. Affective Loyalty
Pada tahap kedua pembangunan loyalitas, keinginan
atau sikap terhadap merek tersebut telah dikembangkan atas
dasar kumulatif memuaskan kesempatan penggunaan. Hal ini
mencerminkan difinisi dimensi pemenuhan kepuasan yang
dijelaskan sebelumnya. Komitmen pada tahap ini disebut
sebagai loyalitas afektif dan dikodekan dalam pemikiran
konsumen sebagai kognisi dan pengaruh. Sedangkan kognisi
bertujuan untuk mengatasi argumentasi dan pengaruh yang
sulit lepas. Loyalitas merek ini menunjukkan pada tingkat
pengaruh untuk merek. Loyalitas ini mirip dengan loyalitas
kognitif, namun, bentuk loyalitas ini sering berahli, seperti
yang dibuktikan oleh data yang menunjukkan bahwa
besarnya persentase pembelot merek yang mengaku
sebelumnya telah puas dengan merek sebelumnya yang
mereka gunakan. Dengan demikian, sangat diinginkan jika
konsumen lebih berkomitmen dalam loyalitas merek.
41
c. Conative Loyalty
Tahap berikutnya pembangunan loyalitas adalah tahap
konatif yang dipengaruhi oleh peristiwa berulang dari
pengaruh positif terhadap merek. Definisi konatif adalah
menyiratkan komitmen brand spesifik untuk membeli
kembali. Loyalitas konatif adalah sebuah keadaan loyalitas
yang mengandung komitmen yang dipegang teguh untuk
membeli. Namun komitmen pembelian kembali ini lebih
cenderung kearah motivasi. Akibatnya, keinginan konsumen
untuk membeli kembali cenderung dengan "niat baik",
keinginan ini mungkin merupakan tindakan yang diantisipasi
tetapi belum direalisasi.
d. Action Loyalty
Sebuah pembelajaran berubah menjadi tindakan
diartikan sebagai action control. Dalam urutan action control
tersebut, keinginan termotivasi dari kesetiaan sebelum
berubah menjadi kesiapan untuk bertindak. Dalam paradigma
action control ada keingianan yang lebih besar untuk
melewati hambatan-hambatan yang dapat menghentikan
tindakan itu. Tindakan itu dirasakan sebagai hasil kesetiaan
dan keinginan menhadapi hambatan. Jika tindakan ini terjadi
berulang-ulang maka akan terjadi pembelian yang berulang
juga.
42