Anda di halaman 1dari 2

NAMA : KHAIRIL

NIM : F41116510
PRODI : SATRA ASIA BARAT

HUKUM LAUT
A. Perkembangan Sejarah Hukum Laut
Laut merupakan bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Fungsi laut yang telah dirasakan oleh umat manusia, telah mendorong penguasaan dan
pemanfaatan laut oleh masing-masing negara atau kerajaan, yang didasari atas suatu
konsepsi hukum. Hukum laut secara umum mengenal 2 (dua) konsepsi, yaitu :
1. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik bersama masyarakat dunia
dan karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing negara;
2. Res Nulius, yang menyatakan bahwa laut tidak ada yang memiliki, dan oleh karena
itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara.
Perkembangan kedua konsep itu diawali sejak zaman Imperium Roma. Imperium
roma menguasai pesisir pantai laut tengah dan karenanya menguasai seluruh laut tengah
secara mutlak. Dengan demikian, timbul keadaan di mata laut tengah menjadi aman dari
gangguan bajak laut, dan Imperium Roma menjamin keamanan setiap orang
menggunakan laut tengah untuk kepentingan pelayaran dan menangkap ikan.
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1493, di mana Paus Alexander
mengakui tuntutan Spanyol dan Portugal, untuk membagi penguasaan laut. Pembagian
ini diperkuat dengan Perjanjian Todesillas antara Spanyol dan Portugal, pada tahun 1494.
Menurut perjanjian tersebut, Spanyol menguasai 400 mil sebelah barat Azores
(mencakup Samudera Atlantik Barat, Teluk Meksiko dan 2 Samudera Pasifik),
sedangkan Portugal menguasai sebelah timur Azores (mencakup Samudera Atlantik
Selatan dan Samudera Hindia). Pembagian 2 (dua) laut dan samudera ini menutup jalur
pelayaran internasional, yang mendapat tentangan dari Belanda.
Selain Belanda, Inggris juga memperjuang hak atas kebebasan berlayar di lautan.
Akan tetapi, teori Grotius dalam buku Mare Liberium mendapat reaksi keras dari penulis
Inggris John Selden. Selden berpendapat bahwa bagian laut tertentu dapat dimiliki oleh
negara pantai, dan sifat laut yang cair tidak menyebabkan laut tidak bisa dimiliki. Teori
Grotius dan Selden ini menjadi tonggak awal lahirnya laut teritorial dan laut lepas yang
kita kenal sekarang ini.
B. T r u m a n D e c l a r a t i s o n
Perdebatan mengenai laut teritorial masih terus terjadi setelah era Grotius dan
Selden. Konferensi Den Haag pada tahun 1930, membahas tentang laut teritorial. Inti
dari Deklarasi Truman ini adalah Amerika Serikat mempunyai hak eksklusif untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan mineral pada landas kontinen yang terletak di
luar laut teritorialnya, sampai batas kedalaman 200 meter.
Tindakan Presiden Truman ini didorong oleh perlunya sumber-sumber minyak
dan gas bumi baru serta barang-barang mineral tambang yang ada di dasar lautan.
Amerika Serikat juga menegaskan bahwa penguasaan atas sumber daya alam yang ada di
dasar laut tidak bermaksud mengurangi hak kebebasan berlayar di perairan di atas landas
kontinen, yang statusnya tetap sebagai laut lepas. Proklamasi ini juga tidak bermaksud
untuk memperluas batas-batas teritorial Amerika Serikat. Tindakan Amerika Serikat ini
kemudian mendorong negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Meksiko,
Panama dan Argentina pada tanggal 9 Oktober 1946 menyatakan kedaulatan atas landas
kontinen di wiayah pantainya. Disusul oleh Deklarasi Chili pada bulan Juni 1947, Peru
pada tanggal 1 Agustus 1947, dan Kosta Rika pada tanggal 27 Juli 1948 yang megklaim
lebih jauh lagi, yaitu sepanjang 200 mil dari pantainya. Deklarasi-deklarasi negara di
benua Amerika ini kemudia diikuti oleh negara-negara di belahan lain, seperti Inggris,
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan dan Philiphina. Deklarasi Presiden Truman ini
kemudian menjadi konsep yang mendasari kedaulatan atas laut yang dikuasai oleh
negara pantai. Pada laut teritorial, negara pantai berdaulat penuh atas laut teritorialnya,
sedangkan pada wilayah di luar laut teritorial, negara pantai berdaulat/mempunyai
kekuasaan atas sumber daya alam yang ada di dasarnya. Deklarasi Truman yang diikuti
oleh banyak negara di dunia, kemudian dianggap sebagai kebiasan internasional sebagai
salah satu sumber hukum. Konvensi Hukum Laut I yang diadakan di Geneva pada tahun
1958 mengatur bahwa, negara pantai berhak atas sumber daya alam dan mineral di luar
laut teritorialnya sampai batas kedalaman 200 meter, tanpa mengurangi hak-hak negara
ain untuk melintas di perairan tersebut.
C. Konvensi Hukum Laut
Konferensi Internasional pertama yang membahas masalah laut teritorial adalah
Codification Conference pada tanggal 13 Maret hingga 12 April 1930 di Den Haag, di
bawah naungan Liga Bangsa-Bangsa dan dihadiri delegasi dari 47 negara. Konferensi ini
tidak mencapai kata sepakat, terutama tentang: batas luar dari laut teritorial dan hak
menangkap ikan dari negara-negara pantai pada zona tambahan.
Ada yang menginginkan lebar laut teritorial 3 mil (oleh 20 negara), 6 mil (12
negara), dan negara sisanya menginginkan 4 mil. Setelah perdebatan panjang dan tidak
menemukan kata sepakat diantara negara-negara yang bersengketa tentang wilayah
maritim, maka PBB mengadakan konferensi hukum laut pertama pada tahun 1958 dan
konferensi hukum laut yang kedua pada tahun 1960 yaitu yang lebih dikenal dengan
istilah United Nnations Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS I dan UNCLOS
II).
Konferensi hukum laut pertama ini melahirkan 4 buah konvensi, dan isi dari
konvensi UNCLOS pertama ini adalah, : a. Konvensi tentang laut teritorial dan jalur
tambahan (convention on the territorial sea and contiguous zone) belum ada kesepakatan
dan diusulkan dilanjutkan di UNCLOS II . b. Konvensi tentang laut lepas (convention on
the high seas), yaitu : Kebebasan pelayaran, Kebebasan menangkap ikan, Kebebasan
meletakkan kabel di bawah laut dan pipa-pipa, dan Kebebasan terbang di atas laut lepas.
c. Konvensi tentang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayati di laut lepas
(convention on fishing and conservation of the living resources of the high sea). d.
Konvensi tentang landas kontinen (convention on continental shelf). Pada tanggal 17
Maret.
26 April 1960 kembali dilaksanakn konferensi hukum laut yang kedua atau
UNCLOS II, membicarakan tentang lebar laut teritorial dan zona tambahan perikanan,
namun masih mengalami kegagalan untuk mencapai kesepakatan, sehingga perlu
diadakan konferensi lagi. Pada pertemuan konferensi hukum laut kedua, telah disapakati
untuk mengadakan kembali pertemuan untuk mencari kesepakatan dalam pengaturan
kelautan maka diadakan kembali Konferensi Hukum Laut PBB III atau UNCLOS III
yang dihadiri 119 negara.

Anda mungkin juga menyukai