PENDAHULUAN
1
struktur sehingga terbentuk struktur permanen yang menjadi tumpuan konstruksi
segmen berikutnya (Sauvageot, 2000). Durasi konstruksi jembatan secara
segmental cor di tempat dipengaruhi oleh durasi pemasangan form traveler,
bekesting dan tulangan, serta durasi curing beton, yaitu waktu yang dicapai beton
sampai pada kuat tekan sehingga mampu mendukung beban yang bekerja pada
tahap konstruksi. Beban tersebut meliputi berat sendiri, beban beton basah, form
traveler, beban hidup pekerja, dan pengaruh penegangan tendon prategang. Ketika
durasi pemasangan form traveler, bekesting dan tulangan sudah optimal,durasi
mtahap konstruksi dapat dipercepat dengan percepatan durasicuring.
Rapid Hardening Concrete mencapai kuat tekannya pada umur yang
relatif lebih muda dibandingkan beton normal. Manfaat penggunaan material
beton tipe ini pada metode konstruksi jembatan secara segmental cor di tempat
adalah mempersingkat durasi pelaksanaan konstruksi. Karakteristik time
dependent properties dari material beton Rapid Hardening Concrete masih
terbatas dalam cakupan code yang ada saat ini. Sehingga nilai time dependent
properties\ ditentukan melalui data eksperimen dan pendekatan dengan code yang
ada.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
sudah disediakan, beton dicor di sekeliling selongsong (duct). Baja tendon berada
di dalam selongsong selama pengecoran. Jika beton sudah mencapai kekuatan
tertentu, tendon ditarik. Tendon bisa ditarik di dua sisi dan diangkur secara
bersamaan. Beton menjadi tertekan selama pengangkuran.
Gambar. Grider
4
2.2 Fungsi Beton Prategang
5
sebagai beton prategang. Pemberian tegangan pada kabel Tendon ( Stressing )
dapat dilakukan dengan dua system, Pre-tensioning dan Post-tensioning. Pre-
tensioning adalah prinsip cara penegangan dengan tendon ditegangkan dengan alat
pembantu sebelum tendon dicor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang
dipertahankan sampai beton cukup keras. Post-tensioning adalah prinsip cara
penegangan dengan kondisi beton yang telah terlebih dahulu dicor dan dibiarkan
mengeras sebelum diberi gaya prategangan, dan sistem inilah yang digunakan
dalam proses stressing U girder pada proyek pembangunan FO Amplas.
Penggunaan system Post-tensioning dipilih karena pertimbangan :
1. Keterbatasan lahan di proyek FO Amplas untuk menjadi lokasi pencetakan
grider.
2. Dibutuhkan bentuk tendon yang melengkung. Pengerjaan stressing dengan cara
pre-tension akan sulit untuk membentuk tendon yang melengkung.
3. Dengan panjang grider 37,9 m , penggunaan system pre-tension akan mahal
dalam hal begisting.
4. Kemudahan pelaksanaan.
6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, berikut ini disampaikan kesimpulan
sebagai berikut :
3.2 Saran
Berikut ini disampaikan saran dari penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Penggunaan prategang sebaiknya dilakukan pada pelat lantai dengan bentang
yang panjang untuk mendapatkan efek yang lebih signifikan dengan juga
mempertimbangkan dari biaya konstruksi yang akan dikeluarkan.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan tinjauan penggunaan prategang
pada konstruksi pelat lantai dari segi biaya. Sehingga keefektifan penggunaan
prategang dapat diperkuat tidak hanya dari segi kekuatan struktur.